Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

TRASNPIRASI

DISUSUN OLEH:

NAMA : ELPRIDA BR PURBA

NIM : 4171141014

KELAS : PENDIDIKAN BIOLOGI B 2017

KELOMPOK : VII (ENAM)

TGL. PELAKSANAAN : 16 APRIL 2020

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2020
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETHUAN ALAM
Jl. Willem Iskandar Psr. V Medan Estate Telp. (061) 6625970
________________________________________________________________________

JUDUL PERCOBAAN : TRANSPIRASI

I. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Untuk mengetahui apakah transpirasi berhubungan dengan cahaya matahari
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor lingkungan lainnya yang berpengaruh terhadap
transpirasi
3. Untuk mengetahu faktor dalam yang berpengaruh terhaadap trasnpirasi
4. Untuk mengtahui laju trasnpirasi tertinggi di tempat yang berpengaruh dengan cahaya
matahari dengan laju transpirasi tertinggi di tempat yang tidak langsung bertatp dengan
cahaya matahari

II. TINJAUAN TEORITIS :

Transpirasi dalah proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap
atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk gas ke udara
disekitar tumbuhan dinamakan transpirasi (Loveless, 1991).
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan
tumbuhan melalui stomata, kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian
tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan
dengan yang hilang melalui stomata. Transpirasi adalah proses evaporasi pada tumbuhan.
Transpirasi terjadi dalam setiap bagian tumbuhan (biarpun hanya sedikit), pada umumnya
kehilangan air terbesar berlangsung melalui daun-daun.
Ada dua tipe transpirasi yaitu :
1. Transpirasi kutikula yaitu evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula
epidermis.
2. Transpirasi stomata yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata.
Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata.
Kutikula daun secara relatif tidak tembus air dan pada sebagian besar jenis tumbuhan
transpirasi kutikula hanya sebesar 10 % atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-
daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata (Loveless, 1991).
Teori kehilangan air melalui traspirasi ini disebut juga teori tegangan adhesi dan kohesi
Pada sebagian besar tumbuhan, transpirasi umumnya sangat rendah pada malam hari. Transpirasi
mulai menaik beberapa menit setelah matahari terbit dan mencapai puncaknya pada siang hari.
Transpirasi berhubungan langsung dengan intensitas cahaya (Hanum, 2008).
Peristiwa transpirasi biasanya berhubungan dengan kehilangan air-dalam melalui stomata,
kutikula, dan lentisel. Banyak air yang harus hilang melalui transpirasi untuk membesarkan
tumbuhan karena rangka molekul semua bahan organik pada tumbuhan terdiri dari atom karbon
yang harus diperoleh dari atmosfer. Karbon masuk ke dalam tubuh sebagai karbon dioksida
melaui pori stomata, yanag paling banyak terdapat pada permukaan daun dan air keluar secara
difusi melalui pori yang sama saat stomata terbuka (Salisbury & Ross, 1995).
Mekanisme membuka dan menutupnya stomata dikontrol oleh sel penjaga. Dibawah
iluminasi, konsentrasi solut dalam vakuola sel penjaga meningkat. Pertama, pati yang terdapat
pada kloroplas sel penjaga diubah menjadi asam malat. Kedua, pompa proton pada membran
plasma sel penjaga diaktifkan. Pompa proton tersebut menggerakkan ion H +, beberapa
diantaranya berasal dari asam malat, melintasi membran plasma. Asam malat kehilangan ion H +
membentuk ion malat. Hal ini menaikkan gradien listrik dan gradien pH lintas membran plasma.
Ion K+ mengalir ke dalam sel tersebut melalui suatu saluran sebagai respons terhadap perbedaan
muatan, sedangkan ion Cl- berasosiasi dengan ion H+ mengalir ke dalam sel tersebut melalui
saluran lainnya dalam merespon perbedaan konsentrasi ion H+. Akumulasi ion malat, K+, dan Cl-
menaikkan tekanan osmotik sehingga air tertarik ke dalam sel penjaga. Signal yang
mengaktifkan enzim pembentukan malat dan mengaktifkan pompa proton di dalam membran
plasma adalah cahaya merah dan cahaya biru. Produksi asam malat dan influksion K+ dan Cl-
menarik air ke dalam sel melalui proses osmosis. Ketika vakuola sel penjaga memperoleh air, sel
tersebut membengkak dan menyebabkan tekanan turgor naik. Tekanan turgor ini akan mendesak
dinding tipis pada sel penjaga sehingga mengakibatkan stomata membuka. Proses menutupnya
stomata akan terjadi pada saat sel penjaga kehilangan ion K+ yang kemudian disusul dengan
hilangnya air melalui proses osmosis yang menyebabkan turgor sel penjaga menurun (Hanum,
2008).

III. ALAT DAN BAHAN :

A ALAT

NO NAMA ALAT KUANTITAS

1. Plastik Bening 2 Buah

2. Karet/ Tali 2 Buah


B. BAHAN

NO NAMA BAHAN KUANTITAS

1. 2 jenis pohon di sekitar rumah Secukupnya

IV. PROSEDUR KERJA

1. Siapkan alat dan bahan yang sebelumnya sudah di sediakan


2. Pilih 2 jenis pohon berbeda yang ada di sekitar rumah
3. Setelah sudah menentukan pohon yang ada di rumah, lalu pilih daun yang menurut anda
dekat/ mudah di jangkau setelah itu masukan daun tersebut ke dalam plastik bening ang
sudah di sediakan seblumnya setelah itu ikat dengan tali/plastik yang sudah ada.
4. Lalu tunggu selama 2 jam lihat dan amati apa yang terjadi pada daun yang telah di
bungkus oleh plastik tersebut
5. Catat hasil ny

V. HASIL PERCOBAAN

TABEL HASIL PENGAMATAN PERCOBAAN TRANSPIRASI

no Nama tumbuhan Sebelum Sesudah

1 Rambutan
(Nephelium
lappaceum)
2 Mangga
(Mangifera
indica)

3 Perbandingan Berdasarkan pengamatan, hasil


Transpirasi transpirasi Pohon Rambutan
lebih banyak daripada Pohon
mangga dipengaruhi oleh faktor
matahri, Posisi pohon Rambutan
terletak dibawah cahaya matahari
langsung sedangkan pohon
Mangga terletak dibawah
naungan.

PEMBAHASAN
Pengukuran laju transpirasi tidak terlalu mudah dilakukan. Kesulitan utamanya adalah karena
semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam berbagai
kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium untuk menaksir laju
transpirasi :
1. Kertas korbal klorida
Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti
dengan pengukuran uap airyang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini berwarna
biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila
menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup
dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang diperlukan untuk
mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari
bagian daun yang ditutup kertas.
2. Potometer
Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, denga asumsi bahwa bila
air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air yang
dikeluarkan oleh transpirasi.
3. Pengumpulan uap air yang ditranspirasi
Cara ini mengharuskan tumbuhan atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana
tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.
4. Penimbangan langsung
Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh
dalam pot yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah
dapat dicegah. Kehilagan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untukjangka waktu tertentu dengan
penimbangan langsung (Loveless, 1991).
Transpirasi yang terjadi dapat membantu penyerapan mineral dari tanah dan
pengangkutannya dalam tumbuhan. Kalsium dan boron di jaringan sangat peka terhadap laju
transpirasi. Tumbuhan yang ditanam di daerah yang kelembabannya tinggi dan udara yang
diperkaya CO2 dapat menampakkan kekahatan kalsium di jaringan tertentu. Sebaliknya,
transpirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan beberapa unsur tertentu meningkat, mencapai
jumlah yang meracuni. Tumbuhan tidak tumbuh dengan baik bila transpirasi sangat kurang
karena sel berfungsi paling baik dalam keadaan sedikit kahat air (Salisbury & Ross, 1995).
Transpirasi juga berperan dalam pertukaran energi. Transpirasi merupakan proses
pendinginan. bila tidak terjadi transpirasi maka daun akan lebih panas beberapa derajat lebih
panas. Penguapan air merupakan proses pendinginan yang kuat. Molekul air yang berkecepatan
tinggi menguap dan ketika meninggalkan zat cair, kecepatan molekul yang tertinggal menjadi
lebih kecil berarti zat cair tersebut lebih dingin (Salisbury & Ross, 1995).
Transpirasi mempunyai manfaat bagi tanaman antara lain:
1. Meningkatkan daya isap daun pada penyerapan air
2. Mengurangi jumlah air dalam tumbuhan jika terjadi penyerapan yang berlebihan.
3. Mempercepat laju pengangkutan dan penyerapan unsur hara melalui pembuluh xylem
4. Menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal
5. Sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu.
6. Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel.
7. Pengangkutan asimilat.
8. Pengaturan bukaan stomata.
(Lakitan,1993).

Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam penguapan
air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi dengan ruang antar sel daun
merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam ruang antar sel biasanya lebih
besar daripada udara luar. Manakala stomata terbuka, lebih banyak molekul air yang akan keluar
dari daun melalui stomata dibandingkan dngan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan
demikian tumbuhan tersebut akan kehilangan air.
Unsur kalium sangat memegang peranan dalam proses mermbuka dan menutupnya stomata
(stomata movement) serta transportasi lain dalam hara lainnya, baik dari jaringan batang maupun
lasngsung dari udara bebas. Dengan adanya defisiensi kalium maka secara langsung akan
memperlambat proses fisiologi, baik yang melibatkan klorofil dalam jaringan daun maupun yang
behubungan dengan fungsi stomata sebagai faktor yang sangat penting dalam produksi bahan
kering secara umum. Semakin lama defisiensi kalium maka akan semakin berdampak buruk
terhadap laju proses fisiologi dalam jaringan daun. Semakin berat defisiensi kalium pada
gilirannya akan berdampak semakin parah terhadap rusaknya pertumbuhan daun (Masdar,
2003).
Air di dalam jaringan tanaman selain berfungsi sebagai penyusun utama jaringan yang
aktif mengadakan kegiatan fisiologis, juga berperan penting dalam memelihara turgiditas yang
diperlukan untuk pembesaran dan pertumbuhan sel (Kramer, 1963). Peranan yang penting ini
menimbulkan konsekuensi bahwa secara langsung atau tidak langsung defisit air tanaman akan
mempengaruhi semua proses metabolisme dalam tanaman yang mengakibatkan terganggunya
proses pertumbuhan (Pugnaire dan Pardos, 1999). Menurut Kramer (1963) kekurangan air di
dalam jaringan tanaman dapat disebabkan oleh kehilangan air yang berlebihan pada saat
transpirasi melalui stomata dan sel lain seperti kutikula atau disebabkan oleh keduanya. Namun
lebih dari 90% transpirasi terjadi melalui stomata di daun. Selain berperan sebagai alat untuk
penguapan, stomata juga berperan sebagai alat untuk pertukaran CO2 dalam proses fisiologi
yang berhubungan dengan produksi. Stomata terdiri atas sel penjaga dan sel penutup yang
dikelilingi oleh beberapa sel tetangga (Fahn, l982). Mekanisme menutup dan membuka-nya
stomata tergantung dari tekanan turgor sel tanaman, atau karena perubahan konsentrasi
karbondioksida, berkurangnya cahaya dan hormon asam absisat (Lakitan, 1996) (Lestari,
2006).
Stomata berperan penting sebagai alat untuk adaptasi tanaman terhadap cekaman
kekeringan. Pada kondisi cekaman kekeringan maka stomata akan menutup sebagai upaya untuk
menahan laju transpirasi. Senyawa yang banyak berperan dalam membuka dan menutupnya
stomata adalah asam absisat (ABA). ABA merupakan senyawa yang berperan sebagai sinyal
adanya cekaman kekeringan sehingga stomata segera menutup (Pugnaire dan Pardos, 1999).
Beberapa tanaman beradaptasi terhadap cekaman kekeringan dengan cara mengurangi ukuran
stomata dan jumlah stomata (Price dan Courtois, 1991). Mekanisme membuka dan menutup
stomata pada tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan sangat efektif sehingga
jaringan tanaman dapat menghindari kehilangan air melalui penguapan (Price dan Courtois,
1991; Pugnaire dan Pardos,1999) (Lestari, 2006).
Faktor transpirasi telah ditandai dalam rasio evapotranspirasi ke evaporasi dan baru-baru
ini telah menjadi rasio transpirasi ke area daun. Faktor transpirasi adalah sebuah takaran untuk
kemampuan tanaman untuk menyerap air dari media pertumbuhan dan berlangsung hingga ke
atmosfer dalam perbandingan dengan evaporasi disekeliling lingkungannya. Percobaan ini
berarti bahwa faktor transpirasi adalah sebuah takaran dari potensial tanaman sebagai pompa
natural. Ketika faktor transpirasi atau evaporasi tanaman lebih tinggi dari 1 berarti tanaman telah
berperan sebagai pompa. Tanaman mempunyai faktor transpirasi lebih dari satu yang sesuai
untuk phytotreatment dari pembuang air atau pembuang cairan dan polusi gas atau air. Suatu
contoh waterhyacinth yang telah dikarakteristikan oleh faktor transpirasi atau evaporasi lebih
dari 1. Bagaimanapun, Ludang dan Mangkoedihardjo menemukan bahwa tipe zat organik dan
konsentrasi dipengaruhi evapotranspirasi secara negatif, evaporasi dan area daun waterhycinth.
Efek negatif yang telah diketahui denganpembelajaran pada waterhyacinth untuk treatment
polutan (Priambodo, 2011).
Proses transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor dalam
antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun,
banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak
stomata (Salisbury & Ross, 1995).
a. Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi proses transpirasi anatara lain:
1. Penutupan Stomata
Dengan terbukanya stomata lebih lebar, air yang hilang lebih banyak tetapi peningkatan
kehilangan air lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan pelebaran stomata. Banyak
faktor yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata, yang paling berpengaruh adalah
tingkat cahaya dan kelembaban. Pada sebagian besartanaman, cahaya menyebabkan stomata
membuka. Pada tingkat kelembaban dalam daun yang rendah, sel-sel pengawal kehilangan
turgornya mengakibatkan penutupan stomata (Gardner, 1991).
2. Jumlah dan Ukuran Stomata
Kebanyakan daun tanaman yang produktif mempunyai banyak stomata pada kedua sisi
daunnya. Jumlah dan ukuran stomata yang dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan (Gardner,
1991).
3. Jumlah Daun
Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi (Gardner, 1991).
4. Penggulungan atau Pelipatan Daun
Banyak tanaman yang mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan
pengurangan transpirasi apabila perairan terbatas (Gardner, 1991).
5. Kedalaman dan Proliferasi Akar
Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air dan proliferasi akar
meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan tanaman
(Gardner, 1991).

b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi proses transpirasi antara lain:
1. Kelembaban
Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian
itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan
kata lain ruang di dalam daun itu jauh lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun,
jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi yang tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi
yang rendah (di luar daun). Sebaliknya, jika pada suatu hari di uadara banyak awan maka
kebasahan antara bumi dengan awan itu sangat tinggi. Dengan demikian maka perbedaan
kebasahan udara di dalam dan di luar daun tidak jauh berbeda; keadaan yang demikian ini tidak
melancarkan berdifusinya uap air dari dalam daun ke dunia luar daun. Kesimpulannya ialah,
udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara yang kering melancarkan transpirasi
(Dwijoseputro, 1980).
Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju
transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar sel
di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara (Taiz, 1998).
2. Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu di
dalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun.
Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan temperatur itu sudah
barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun
itu tidak di dalam ruang yang terbatas maka tekanan uap tidak akan setinggi tekanan uap yang
terkurung di dalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air mudah berdifusi
dari dalam daun ke udara bebas (Dwijoseputro, 1980).
Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar
dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis
mempengaruhi pembukaan stomata (Taiz, 1998).
3. Sinar matahari
Sinar matahari menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan menutupnya
stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung
panas (terutama siar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan
demikian menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu
menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi (Dwijoseputro,
1980).
Cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan
mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua
dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata
(Salisbury & Ross, 1995).
4. Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju
transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan
udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu
daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat
menurunkan tingkat transpirasi (Taiz, 1998).
Pada umumnya angin yang sedang menambah kegiatan traspirasi. Hal ini dapat dimaklumi
karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian
maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk berdifusi ke luar
(Dwijoseputro, 1980).
5. Kandungan air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di akar.
Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan dari tanah. Hal
tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada
malam hari terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh
akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk
meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut (Taiz, 1998).

JAWABAN DAN PERTANYAAN :

1. Faktor apasajakah yang menentukan laju trasnprasi ?


Jawaban

Proses transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor dalam
antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun,
banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak
stomata
c. Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi proses transpirasi anatara lain:
1. Penutupan Stomata
Dengan terbukanya stomata lebih lebar, air yang hilang lebih banyak tetapi peningkatan
kehilangan air lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan pelebaran stomata. Banyak
faktor yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata, yang paling berpengaruh adalah
tingkat cahaya dan kelembaban. Pada sebagian besartanaman, cahaya menyebabkan stomata
membuka. Pada tingkat kelembaban dalam daun yang rendah, sel-sel pengawal kehilangan
turgornya mengakibatkan penutupan stomata
2. Jumlah dan Ukuran Stomata
Kebanyakan daun tanaman yang produktif mempunyai banyak stomata pada kedua sisi
daunnya. Jumlah dan ukuran stomata yang dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan
3. Jumlah Daun
Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi
4. Penggulungan atau Pelipatan Daun
Banyak tanaman yang mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan
pengurangan transpirasi apabila perairan terbatas
5. Kedalaman dan Proliferasi Akar
Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air dan proliferasi akar
meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan tanaman

Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi proses transpirasi antara lain:
1. Kelembaban
Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian
itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan
kata lain ruang di dalam daun itu jauh lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun,
jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi yang tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi
yang rendah (di luar daun). Sebaliknya, jika pada suatu hari di uadara banyak awan maka
kebasahan antara bumi dengan awan itu sangat tinggi. Dengan demikian maka perbedaan
kebasahan udara di dalam dan di luar daun tidak jauh berbeda; keadaan yang demikian ini tidak
melancarkan berdifusinya uap air dari dalam daun ke dunia luar daun. Kesimpulannya ialah,
udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara yang kering melancarkan transpirasi
Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju
transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar sel
di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara
2. Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu di
dalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun.
Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan temperatur itu sudah
barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun
itu tidak di dalam ruang yang terbatas maka tekanan uap tidak akan setinggi tekanan uap yang
terkurung di dalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air mudah berdifusi
dari dalam daun ke udara bebas
Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar
dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis
mempengaruhi pembukaan stomata Sinar matahari
Sinar matahari menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan menutupnya
stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung
panas (terutama siar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan
demikian menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu
menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi Cahaya
mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun
sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi
transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata
3. Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju
transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan
udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu
daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat
menurunkan tingkat transpirasi
Pada umumnya angin yang sedang menambah kegiatan traspirasi. Hal ini dapat dimaklumi
karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian
maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk berdifusi ke luar
4. Kandungan air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di akar.
Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan dari tanah. Hal
tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada
malam hari terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh
akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk
meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut.
2. Apakah pada spesies tanaman yang berbeda juga mengalami laju traspirasi yang berbeda
Pula?
Jawaban
Ya, tentu saja mengapa demikian diakrena seperti contoh daun yang saya gunakan saat
praktikum kli ini yaitu mangga dan rambutan , dari kedua pohon ini mengalami
trasnpirasi yang berbeda karena setiap jenis nya di pengaruhi oleh beberapa faktor salah
satu faktor nya itu faktor cahaya matahari

KESIMPULAN

1. Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa transpirasi berhubungan


langsung dengan intensitas cahaya. Semakin besar intensitas cahaya semakin tinggi laju
transpirasi
2. Faktor-faktor lingkungan lainnya yang berpengaruh terhadap transpirasi antara lain: konsentrasi
CO2, temperatur, kelembaban relatif, kepadatan udara, dan kecepatan angin.
3. faktor dalam juga berpengaruh misalnya besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin
atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak
sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata
4. Laju transpirasi tertinggi pada tanaman yang diletakkan di tempat terang adalah dengan laju
Nephelium lappaceum . Sedangkan laju transpirasi tertinggi pada tumbuhan yang diletakkan di
tempat gelap adalah Mangifera indica

DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputro . 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan . Penerbit PT. Gramedia : Jakarta

Gardner, Et All. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Ui Press : Jakarta


Hanum, C . 2008 . Teknik Budidaya Tanaman. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.

Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Lestari, Endang Gati. 2006. Hubungan antara Kerapatan Stomata dengan Ketahanan Kekeringan
pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64. B I O D I V E R S I T A S ISSN:
1412-033x. Volume 7, Nomor 1 Januari 2006. Halaman: 44-48

Loveless, A.R . 1991 . Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. PT. Gramedia:
Jakarta.

Masdar. 2003. Pengaruh Lama Beratnya defisiensi Kalium Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Durian (Durio Zibethinus). Jurnal Akta Agrosia Vol.6 No. 2. Fakultas Pertanian Universitas:
Bengkulu.

Priambodo, Guntur.,dkk. 2011. Transpiration Factor, Peaking Factor And Plants Capacity Of
Jatropha In Phytoremediation Of Mercury Polluted Soil. INTERNATIONAL JOURNAL Of
ACADEMIC RESEARCH. Vol. 3. No.1. January, 2011, Part I

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB: Bandung

Taiz, L. and E. Zeiger. 1998. Plant Physiology 2nd ed. Sinauer Associates. Inc. Publ.
Massachucetts

Anda mungkin juga menyukai