Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepribadian adalah suatu wujud akumulasi dari sifat, watak, dan perilaku seorang
manusia. Manusia adalah makhluk yang dinamis, di mana tingkah lakunya berpijak pada
motivasi yang bersifat mendorong yang menyebabkan untuk melahirkan suatu perbuatan atau
respon dalam usaha mencapai kebahagiaan. Oleh karena itu sering terjadi persaingan dan
konflik fisik dan psikis di antara sesama manusia disebabkan oleh adanya perbedaan dalam
cara-cara untuk mencapai kebahagiaan tersebut.

Di samping itu ada pula konflik-konflik intern yang terdapat di dalam diri pribadi, yang
disebabkan adanya kecenderungan-kecenderungan ide yang saling berbenturan serta saling
mendesak, yaitu adanya ide-ide yang tinggi yang tidak dapat dicapai dengan kemampuan
pribadi tersebut, sehinggan menimbulkan kekecewaan dan tekanan batin. Dengan adanya
konflik bermacam-macam tersebut, membuktikan bahwa di dalam diri manusia itu selalu ada
usaha untuk membentuk diri, dan membetulkan diri sendiri serta merubah diri untuk menjadi
individu yang lebih baik.

Para peneliti di bidang psikologi telah melakukan banyak penelitian tentang kepribadian
yang dikaitkan dengan banyak hal. Sebuah penelitian di Surakarta menunjukkan bahwa
antara kepribadian dan kreativitas siswa secara bersama-sama berpengaruh terhadap prestasi
belajar ekonomi. Di kesempatan yang lain, sebuah penelitian di hotel yang berada di kota
Surabaya menunjukkan bahwa kepribadian dan gaya komunikasi manajer Public Relation
mempengaruhi hubungan baik dengan media. Meski demikian, hubungan baik dengan media
tidak terlalu mempengaruhi publikasi. Masih dalam ranah organisasi yang profit oriented,
sebuah penelitian yang dilakukan pada perusahaan perak di kota Banyuwangi menunjukkan
bahwa karyawan perusahaan kerajinan perak putra silver cenderung mempunyai kepribadian
locus of control lebih besar dibandingkan eksternal, kemudian prestasi kerja karyawan
perusahaan kerajinan perak putra silver ialah tinggi, dan kepribadian locus of control
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada perusahaan
kerajinan perak putra silver Banyuwangi.
Kepribadian seseorang mampu menjadi tolok ukur bagi variabel lain pada subjek yang
sama. Kepribadian menjadi bahan referensi ketika kita ingin mengetahui suatu hal masalah
dari seseorang. Termasuk dalam hal ini adalah kecenderungan dalam menerapkan gaya ketika
mendapatkan bagaimana ia menyikapi media sosial.

Media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau energi elektromekanis
bagi pengguna akhir untuk mengakses kontennya. Istilah ini merupakan kontras dari media
statis (terutama media cetak), yang meskipun sering dihasilkan secara elektronis tapi tidak
membutuhkan elektronik untuk diakses oleh pengguna akhir. Sumber media elektronik yang
familier bagi pengguna umum antara lain adalah rekaman video, rekaman audio, presentasi
multimedia, dan konten daring. Media elektronik dapat berbentuk analog maupun digital,
walaupun media baru pada umumnya berbentuk digital.

Sebelum bicara lebih lanjut tentang peran media massa, kita mulai dulu dengan
pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan karakter dan pembentukan karakter tersebut.
Secara sederhana, karakter dapat diartikan sebagai tabiat, perangai, watak, sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang yang lain.
Maka, membangun karakter sebenarnya adalah proses mengukir atau menempa jiwa
sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan
dengan orang lain.

Proses pembentukan karakter bermula dari pengenalan nilai-nilai secara kognitif, yang
berlanjut dengan penghayatan nilai-nilai secara afektif, yang diharapkan berujung pada
penerapan dan pengamalan nilai-nilai tersebut secara nyata dalam kehidupan (praksis).
Sebelum terwujud pengamalan nyata, dalam diri manusia bersangkutan harus bangkit
keinginan atau dorongan alamiah yang sangat kuat (tekad), untuk mengamalkan nilai-nilai
tersebut.

Di sisi lain, benar juga bahwa pembentukan karakter bukan cuma terjadi di lembaga
sekolah, melalui interaksi antara murid dan guru. Pembentukan karakter juga terjadi di rumah
(lewat interaksi dengan orangtua, saudara, kerabat), lingkungan sekitar (interaksi dengan
pemuka masyarakat, ustadz, rohaniwan, jamaah masjid, teman, dan sebagainya), dan media
massa.

Media massa merupakan saluran komunikasi, yang menjangkau publik yang berjumlah
besar. Media massa secara sederhana terdiri dari media cetak (suratkabar, majalah, buku, dan
lain-lain), media elektronik (televisi dan radio), dan media online. Berkat perkembangan
teknologi informasi dan telekomunikasi, pengertian media massa ini makin meluas. Penulis
di sini akan lebih berfokus pada media televisi.

Pasar bagi media TV telah berubah dengan cepat. Perubahan ini sebagian besar didorong
oleh para konsumen, yang dengan menggunakan internet, mereka menemukan cara-cara baru
untuk menonton dan mengakses TV. Media TV pun bergeser dari siaran yang bersifat linier
dan tradisional, yang ditujukan kepada pemirsa pasif, menjadi media hiburan yang bisa
disesuaikan dengan permintaan (on-demand entertainment) dan bersifat non-linier, untuk
pemirsa interaktif.

Masyarakat kini juga bisa menikmati siaran televisi bukan cuma melalui layar pesawat TV
tradisional, tetapi juga melalui smart phone, laptop, komputer tablet, dan sebagainya. Pesawat
TV saat ini dan masa depan bukan lagi sebatas media untuk menonton, melainkan telah
menjelma menjadi untuk berkomunikasi, bersifat interaktif, dan hiburan.

Melalui layar televisi yang sama, selain menonton acara yang sedang ditayangkan, para
pengguna juga bisa mengakses internet melalui kabel maupun jaringan lokal nirkabel atau
wireless-fidelity (Wi-Fi). Dengan fasilitas itu, pengguna dapat berinteraksi dengan para
pengguna lain di lokasi berbeda melalui berbagai media jejaring sosial (Facebook, Twitter,

dan sebagainya) yang ditawarkan. Bahkan pengguna bisa berinteraksi langsung dengan
pengguna lain menggunakan program Skype.

Secara umum, ada tiga fungsi media massa. Pertama, memberi informasi. Kedua,
mendidik. Ketiga, menghibur. Dan, dalam masyarakat demokrasi seperti kita, sering
disebutkan fungsi keempat, yaitu melakukan kontrol sosial. Di sini, media berfungsi seperti
anjing penjaga (watchdog) yang mengawasi jalannya pemerintahan; mengritik berbagai
penyimpangan di lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif; serta berbagai fenomena yang
berlangsung dalam masyarakat itu sendiri. Seringnya terjadi tawuran antarsiswa, meluasnya
penyebaran narkoba di sekolah, bentrokan kekerasan antarwarga, adalah contoh hal-hal
dalam masyarakat yang patut dikritisi media.

Jika kita ingin membahas peran media massa dalam pembentukan karakter bangsa, maka
peran itu harus diwujudkan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi media yang sudah tersebut di
atas. Dari semua fungsi itu, fungsi yang menonjol adalah fungsi mendidik (to educate).
Dalam hal ini, media massa ikut berpartisipasi dalam upaya-upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membentuk karakter warga negara.

Sayangnya, jika secara sekilas kita amati tayangan media televisi kita –sebagai salah satu
media yang paling luas jangkauannya dan paling populer—fungsi mendidik itu saat ini tidak
begitu terasa. Yang jauh lebih kuat terasa adalah fungsi menghibur (to entertain). Hal ini akan
terlihat jika kita membandingkan total durasi tayang, antara program-program yang kita
kategorikan sebagai ”program hiburan” (film, lawak, sinetron, musik, dan lain-lain) dengan
program yang dikaterikan sebagai ”program pendidikan” (pengajian subuh, diskusi masalah
nasional, sains, teknologi, dan sebagainya).

Setiap media massa berita memiliki apa yang disebut kriteria kelayakan berita. Selain itu,
mereka juga memiliki apa yang disebut kebijakan redaksional (editorial policy). Kriteria
kelayakan berita itu bersifat umum (universal), dan tak jauh berbeda antara satu media
dengan media yang lain. Sedangkan kebijakan redaksional setiap media bisa berbeda,
tergantung visi dan misi atau ideologi yang dianutnya. Pemilihan berita atau program untuk
disiarkan, serta alokasi waktu (durasi) yang disediakan untuk program-program yang bersifat
“mendidik,” tentunya juga dipengaruhi oleh kebijakan redaksional ini.

Karena media TV menggunakan ranah publik yang berupa frekuensi, dan jumlah
frekuensi itu terbatas, maka pemilik dan pengelola media TV tidak bisa lepas tangan. Mereka
tidak boleh menayangkan program sesuka-sukanya tanpa mengindahkan kepentingan publik.

Berkat perkembangan teknologi digital, sebuah channel analog yang digunakan oleh
sebuah stasiun TV yang bersiaran nasional saat ini masih bisa dipecah lagi menjadi sekitar 12
channel digital. Namun, jumlah itu tetaplah terbatas. Artinya, pemilik dan pengelola media
tidak bisa bebas dari tanggung jawab untuk menayangkan program-program yang bermanfaat
(bersifat mendidik) bagi masyarakat.

B.Rumusan masalah Penelitian

Berdasarkan Latar Belakang di atas,dapat kami buat rumusan masalah penelitian adlah
bagaimanakah Peran Media Massa Dalam Pembentuk kepriadian Kelompok di Desa Lokasari
Kecamatan Lebng Utara Kabupaten Lebong?
Bagaimana peran media elektronik dalam pembentukan kepribadian di desa lokasari
kecamatan lebong uatara kelurahan lebong.

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah ingin mendeskripsikan peran media elektronik dalam
pembentukan kepribadian kelompok remaja di desa lokasari kecamatan lebong utara
kabupaten lebong.

D.Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Dengan penelitian ini sangat bermanfaat bagi kami siswa atau siswi SMA 1 Lebong untuk
meningkatkan pengetahuan metode penelitian sosial dan menambah khasanah ilmu
pengetahuan sosiologi secara mendalam bagi siswa SMA Negeri 1 Lebong..

2. Secara Praktis

Dengan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah desa setempat…desa anda
penelitian,untuk mengetahui akibat dari penggunaan media elektronik untuk kelompok
remaja di desa lokasari kecamatan lebong utara kelurahan lebong.Disamping itu,sangat
bermanfaat bagi instansi terkait untuk masalah dia atas.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Peran

1.Pengertian

Menurut situs wikipedia peran (https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_) peran adalah sebuah


sudut pandang dalam sosiologi dan psikologi sosial yang menganggap sebagian besar
aktivitas harian diperankan oleh kategori-kategori yang ditetapkan secara sosial (misalnya
ibu, manajer, guru). Setiap peran sosial adalah serangkaian hak, kewajiban, harapan, norma,
dan perilaku seseorang yang harus dihadapi dan dipenuhi. Model ini didasarkan pada
pengamatan bahwa orang-orang bertindak dengan cara yang dapat diprediksikan, dan bahwa
kelakuan seseorang bergantung pada konteksnya, berdasarkan posisi sosial dan faktor-faktor
lain.Menurut maryati dan suyawati(2013-50)Peran merupakan aspek dianamis dari
kedudukan atau status.peran adalah penyerapan yang diharapkan oleh pihak lain terhadapa
seseorang dalam melaksanakan phak dan kewajiban sesuai dengan status yang
dimilikinya.status dan peran tidak dapat dipisahkan karena tidak ada peran tanpa status dan
tidak ada status tanpa peran.

Kata ”peran” dalam Bahasa Inggris disebut dengan ”role”, adalah istilah yang diadopsi
dari dunia teater Shakespeare. Role atau peran adalah aktivitas yang dimainkan oleh aktor
panggung. Dalam sosiologi, peran juga senantiasa dimainkan oleh aktor sosial dalam
kehidupan sehari-hari. Peran ada waktu dimulainya, dan ada pula waktu diakhirnya,
sebagaimana drama teater.

Sebagai contoh, ketika pagi tiba, seseorang karyawan bangun dari tempat tidur lalu
mempersiapkan diri untuk pergi ke kantor. Ia memiliki status sebagai karyawan . Di sini kita
bisa mengidentifikasi bahwa setiap pagi ia memulai peran sosialnya sebagai karyawan. Sore
hari sepulang kerja, ia pun mengakhiri perannya sebagai karyawan. Begitulah peran sosial
dimainkan dalam kesehariannya.

Peran sosial dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga macam atau jenis. Saya akan
ulas di sini beserta contohnya agar pembaca dapat membedakan secara jelas apa saja macam-
macam peran sosial.
Pengertian peranan menurut para ahli:

Levinson dalam Soekanto (2009:213) mengatakan peranan mencakup tiga hal, antara lain:

 Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat


seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-
peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
 Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
 Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial masyarakat.

Merton dalam Raho (2007 : 67) mengatakan bahwa peranan didefinisikan sebagai pola
tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu.
Sejumlah peran disebut sebagai perangkat peran (role-set). Dengan demikian perangkat peran
adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang
karena menduduki status-status social khusus.

Wirutomo (1981 : 99 – 101) mengemukakan pendapat David Berry bahwa dalam peranan
yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-
kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Peranan didefinisikan
sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang menempati
kedudukan social tertentu. Peranan ditentukan oleh norma-norma dalam masyarakat,
maksudnya kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan masyarakat di dalam
pekerjaan kita, di dalam keluarga dan di dalam peranan-peranan yang lain.

Selanjutnya Menurut Dougherty & Pritchard tahun 1985 (dalam Bauer 2003: 55) teori
peran ini memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam organisasi.
Mereka menyatakan bahwa peran itu “melibatkan pola penciptaan produk sebagai lawan dari
perilaku atau tindakan” (h. 143).

Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu:
pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-
kewajiban dari pemegang peran, dan kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang
peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam
menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya. Dalam pandangan David Berry,
peranan-peranan dapat dilihat sebagai bagian dari struktur masyarakat sehingga struktur
masyarakat dapat dilihat sebagai pola-pola peranan yang saling berhubungan.

Simpulan kami peran adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan
status yang dimilikinya di masyarakat.

2.Macam-Macam Peran Sosial

Menurut situs Berpendidikan(http://www.berpendidikan.com/2015/06/pengertian-peran-


sosial-dan-macamnya.html), Peran sosial adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang
yang menduduki status sosial tertentu dalam masyarakat. Peran sosial seseorang dalam
masyarakat sangat ditentukan oleh status sosial yang dimilikinya.

Jika status sosial seseorang tinggi, maka akan semakin tinggi pula peran sosialnya dalam
masyarakat, atau sebaliknya. Peran sosial dianggap sangat penting karena mangatur perilaku
seseorang dalam masyarakat berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat
tersebut.Peran sosial dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, antara lain
sebagai berikut.

1) Cara mendapatkan

Berdasarkan cara mendapatkannya, peran sosial dapat dibedakan sebagai berikut.

a) Peran bawaan

Peran bawaan adalah peran yang didapatkan secara otomatis dan bukan karena usaha atau
prestasi yang dilakukannya. Jadi, peran bawaan adalah peran yang melekat pada dirinya.

Contohnya peran sebagai orang tua, peran sebagai bapak atau ibu, peran sebagai anak, dan
sebagainya. Peran ini ada dengan sendirinya dan tidak dapat dihindari karena merupakan
dampak dari status bawaannya.

b) Peran pilihan

Peran pilihan adalah peran dari seseorang yang diperoleh melalui suatu usaha, sehingga
setiap orang bebas menentukan perannya sendiri sesuai dengan yang diharapkan.
Contohnya peran sebagai dokter, guru, tentara, atau petani. Peran pilihan ini harus
disesuaikan dengan kemampuan, bakat, dan keterampilan yang dimilikinya.

2) Cara pelaksanaan

Dilihat dari cara pelaksanaannya, peran sosial dapat dibedakan menjadi berikut ini.

a) Peran yang diharapkan

Peran ini merupakan peran yang diharapkan oleh masyarakat untuk dilaksanakan sebaik-
baiknya danlengkap, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Contohnya peran seorang polisi, hakim, jaksa, dan pengacara. Peran-peran tersebut harus
dilaksanakan dengan baik dan tidak boleh ditawar-tawar karenaterkait dengan hak asasi
seseorang.

b) Peran yang disesuaikan

Peran yang disesuaikan adalah suatu peran yang pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi
dankondisi tertentu. Peran ini terjadi bukan karena faktor manusia atau pelakunya saja, tetapi
karena adanya kondisi dan situasi yang menyebabkan seseorang melakukan suatu peran.

Contohnya peran seorang pelawak yang memerankan tugasnya sebagai pelawak sewaktu di
panggung, tetapi saat berkumpul dengan keluarga tidak akan menyampaikan pesan dengan
lawakan.

3) Prioritas pelaksanaan

Berdasarkan prioritas pelaksanaannya, peran sosial dibedakan sebagai berikut.

a) Peran kunci

Peran kunci adalah peran pokok atau inti dari beberapa peran yang dimilikinya. Misalnya
Pak Budi selain sebagai kepala keluarga juga menjadi dokter, ketua RT, pengurus masjid, dan
ketua koperasi. Dari beberapa peran tersebut peran kunci Pak Budi adalah seorang dokter.

b) Peran tambahan

Peran tambahan adalah peran yang dilakukan seseorang setelah melakukan peran utamanya
atauperan kunci. Misalnya Pak Budi yang mendapat peran tambahan selain menjadi dokter.
Beberapa ciri pokok yang dimiliki peran tambahan antara lain tidak dilakukan berdasarkan
ijazah dan keahlian tertentu, bukan sebagai sumber penghasilan utama, dan dalam
melakukannya tidak mencemarkan peran kunci.

Konflik Peran

Konflik peran (role conflict) timbul apabila keadaan diri seseorang berada dalam tekanan,
dalam arti ada pemisahan antara satu peran dengan peran yang lainnya pada waktu
bersamaan. Semakin banyak kedudukan yang dimiliki, maka akan semakin beragam peran
yang harus dimainkannya.

Apabila peran yang dimainkannya terlalu banyak, maka akan menimbulkan konflik peran.
Contohnya seorang polisi yang harus menangkap peng-guna narkoba yang sebenarnya
anaknya sendiri yang harus dia jaga dan lindungi.

3.Peran Remaja Dalam Masyarakat

Menurut Kelompok Kerj nama….I(2009:215) Menjadi dewasa dan menjadi pribadi yang
bebas mengatur diri sendiri mungkin menjadi impian bagi setiap remaja. Menjadi dewasa
berarti mendapatkan lebih banyak kebebasan untuk mengatur apa yang ingin kita lakukan
dibandingkan ketika kita masih kecil dulu, di mana kita masih suka mengikuti apa yang
dikatakan orangtua kita. Namun begitu, kebebasan selalu muncul bersama dengan tanggung
jawab. Hal ini yang sering tidak disadari atau sengaja dilupakan oleh para remaja.

Sebagai bagian dari masyarakat, mau tidak mau kita semua tidak bisa lagi hidup menurut
cara dan kesukaan kita sendiri. Ada peraturan yang memang diciptakan untuk mengatur
ketertiban dalam hidup bersama-sama orang lain. Peraturan yang sering dirasakan membatasi
hidup kita itu sebenarnya bertujuan untuk menghindari terjadinya benturan dan konflik
karena perbedaan kepentingan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Demikianlah setiap orang, baik tua maupun muda, merupakan anggota masyarkat yang
saling berhubungan. Kebebasan yang kita peroleh dalam rangka menjadi dewasa tidak dapat
kita pakai semaunya, tanpa memperhitungkan orang lain di sekitar kita. Kita tetap tidak dapat

menggunakan kebebasan kita untuk melanggar kebebasan orang lain. Hidup bersama dengan
orang lain membutuhkan sikap-sikap seperti mau saling mengalah dan saling membantu.
Sebagai remaja Kristen, sikap peduli terhadap situasi dan kondisi yang menimpa
masyarakat tempat kita hidup bersama merupakan tugas dan panggilan kita. Sikap peduli itu
harus kita perlihatkan melalui cara berpikir, cara berbicara dan cara bertindak yang baik dan
menunjukkan identitas kita sebagai murid.

Kita hidup dan tinggal di tengah-tengah masyarakat yang mempunyai banyak sekali
persoalan sosial: kemiskinan, kebodohan, kriminalitas, narkoba, tawuran, pornografi,
pencemaran lingkungan, adalah contoh-contoh persoalan sosial yang menimpa masyarakat
kita saat ini. Di sinilah kita harus menunjukkan kepedulian kita sebagai remaja-remaja murid
Yesus. Kita dituntut untuk mengambil bagian dalam pekerjaan baik Yesus, yaitu dengan
memperhatikan dan memberikan pertolongan dalam bentuk apa pun yang bisa kita berikan,
sebagPemuda atau remaja merupakan generasi penerus sebuah bangsa, kader bangsa, kader
masyarakat dan kader keluarga. Pemuda selalu diidentikan dengan perubahan, betapa tidak
peran pemuda dalam membangun bangsa ini, peran pemuda dalam menegakkan keadilan,
peran pemuda yang menolak kekuasaan.

Sejarah telah mencatat kiprah pemuda-pemuda yang tak kenal waktu yang selalu berjuang
dengan penuh semangat biarpun jiwa raga menjadi taruhannya. Indonesia merdeka berkat
pemuda-pemuda Indonesia yang berjuang seperti Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Sutan Syahrir,
Bung Tomo dan lain-lain dengan penuh mengorbankan dirinya untuk bangsa dan Negara.

Peranan lebih lanjut tentang peran pemuda dalam masyarakat adalah sebagai penerus
generasi golongan tua yang berperan penting di dalam lingkungan masyarakat. Berorganisasi
dalam berbagai rangkaian kegiatan sosialisasi, maupun yang lainnya. Para generasi penerus
ini juga berperan penting dalam kondisi demokrasi dalam masyarakat sekitar. Contoh, dalam
rangka pemilihan ketua RT atau ketua RW.

Seluruh masyarakat sekitar ikut berpartisipasi untuk menyalurkan suaranya, termasuk para
generasi penerus tersebut. Dan selanjutnya, bisa bersosialisasi dan bergabung dengan
kelompok golongan tua, dalam hal bermasyarakat, maupun berorganisasi. Mereka juga bisa
mengadakan sosialisasi atar sesamanya, seperti contoh berorganisasi membentuk grup
olahraga, seperti basket. Dan secara otomatis, mereka akan berbagi, dan bersosialisasi antar
sesamanya. Dan oleh sebab itu, akan terjadi hubungan kontak yang baik antar sesama,
mengenal sesama, dan saling membantu jika ada yang mengalami kesulitan dalam segala hal.

F. Permasalahan Remaja
1. Masalah Pribadi

a. Kurang motivasi untuk mempelajari agama

b. Kurang memahami agama sebagai pedoman hidup

c. Kurang menyadari bahwa setiap perbuatan manusia diawasi tuhan

d. Masih merasa malas melaksanakan salat

2. Masalah Sosial

a. Kurang menyenangi kritikan orang lain

b. Kurang memahami tatakrama ( etika ) pergaulan

c. Kurang berminat untuk berpartisipasi dalam kegiatan social

d. Merasa malu berteman dengan lawan jenis

3. Masalah Belajar

a. Kurang memiliki kebiasaan belajar yang baik

b. Kurang memahami cara belajar yang efektif

c. Kurang memahami cara mengatasi kesulitan belajar

d. Kurang memahami cara membaca buku yang efektif

4. Masalah Karir

a. Kurang mengetahui cara memilih proram studi

b. Kurang mempunyai motivasi untuk mencari informasi tentang karir

c. Masih bingung memilih pekerjaan

d. Merasa cemas untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulusai bentuk kepedulian dan
tanggung jawab kita di tengah-tengah masyarakat.
B.Media Massa

1.Pengertian

Media massa bukanlah lagi menjadi hal yang asing dalam keseharian kita, dimana kita
sering sekali bersinggungan, melihat, dan mendengar pesan yang disampaikan oleh media
massa. Media massa sendiri memiliki berbagai kajian yang telah ditelaah, diteliti, dan
didiskusikan oleh para ahli yang terus berkembang hingga saat ini. Pada pembahasan kali ini,
kita akan mengulas lebih lanjut mengenai media massa menurut para ahli.

Menurut Cangara (2002-12) menyatakan bahwa media massa merupakan alat yang
digunakan dalam menyampaikan pesan menggunakan alat komunikasi mekanis dari sumber
pesan ke penerima pesan atau khalayak umum. Alat mekanis komunikasi yang dimaksud oleh
Cangara adalah berbagai media massa yang ada di masyarakat seperti surat kabar, televisi,
radio, hingga film. Media massa, yang biasa disebut masyarakat dengan media, merupakan
istilah yang digunakan sejak tahun 1920-an untuk mengidentifikasi berbagai media atau pers.

Media massa merupakan Singkatan dari mass media of communication atau media of
mass communication. Media massa adalah “komunikasi dengan menggunakan sarana atau
peralatan yang dapat menjangkau massa sebanyak-banyaknya dan area yang seluas- luasnya”.
“Komunikasi massa tak akan lepas dari massa, karena dalam komunikasi massa,
penyampaian pesannya adalah melalui media”(McQuail 2005:3) menyatakan bahwa media
massa merupakan sumber kekuatan alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat
yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya.

Bukan hanya itu, media juga dapat menjadi sumber dominan yang dikonsumsi oleh
masyarakat untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial baik secara individumaupun
kolektif, dimana media menyajikan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan
berita dan hiburan.

2.Fungsi Media Massa

Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (2001), terdiri dari surveillance,


interpretation, linkage , transmission of values dan entertainment yang dapat diuraikan
berikut ini.

a. Surveillance (Pengawasan)
Fungsi pengawasan dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:

Pengawasan Peringatan (Warning or Beware Surveillance); Fungsi ini terjadi ketika media
massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung berapi,
kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi, atau adanya serangan militer. Peringatan
ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman. Kendati banyak informasi yang menjadi
peringatan atau ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak orang yang
tidak mengetahui ancaman itu.

Pengawasan Instrumental (Instrumental Surveillance); Fungsi ini merupakan penyampaian


atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam
kehidupan sehari- hari. Berita tentang film apa yang sedang diputar di bioskop, bagaimana
harga- harga saham di bursa efek, produk- produk baru dan sebagainya, adalah contoh -
contoh pengawasan instrumental.

b. Interpretation (Interpretasi)

Fungsi komunikasi massa ini sangat erat sekali kaitannya dengan fungsi pengawasan.
Media massa tidak hanya menyajikan data dan fakta, tetapi juga menyajikan informasi
beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contoh yang paling nyata untuk
memahami fungsi ini adalah tajuk rencana surat kabar dan komentar radio atau televisi siaran.

c. Linkage (Hubungan)

Media massa mampu menggabungkan unsur - unsur yang terdapat di dalam masyarakat
yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perorangan. Misalnya, hubungan para
pemuka partai politik dengan para pengikutnya ketika membaca berita surat kabar mengenai
partainya yang dikagumi oleh para pengikutnya itu (Effendy, 1992 : 30).

d. Transmission of value (Penyebaran nilai - nilai)

Fungsi ini disebut juga socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu pada cara, dimana
individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambar
masyarakat itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa memperlihatkan pada kita
bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Dengan kata lain, media
mewaki li kita dengan model peran yang kita amati dan harapkan untuk menirunya.
e. Entertainment (hiburan)

Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi
hiburan. Fungsi komunikasi massa sebagai hiburan jelas tampak pada televisi, film, dan
rekaman suara. Media massa lainnya, seperti surat kabar dan majalah, meskipun fungsi
utamanya adalah informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik-rubrik hiburan selalu ada,
apakah itu cerita pendek, cerita besambung, atau cerita bergambar.

Dari paparan di atas, fungsi - fungsi komunikasi massa yang begitu banyak itu dapat
disederhanakan menjadi empat fungsi, yakni:

 Menginformasikan (to inform )


 Mendidik (to educate)
 Menghibur ( to entertain )
 Mempengaruhi (to influence )

3.Karakteristik Media Massa

Berikut ini adalah 17 karakteristik media cetak yang dijadikan sebagai ciri khas keunggulan
dan kelemaham dari media cetak.

1. Praktis, Cepat, dan Murah

Karakteristik media cetak yang pertama adalah praktis, cepat, dan murah. Walaupun
sebenarnya media massa lebih praktis ketimbang media cetak, namun media cetak seiring
berkembangnya teknologi dan komunikasi, semakin praktis dan cepat sampai kepada
pembaca. Dengan adanya teknologi cetak yang memadai membuat konsumen pembaca cepat
terpenuhi, dan kantor redaksi pun bisa memanfaatkannya.

Media cetak tergolong murah karena bisa dilakukan dengan metode berlangganan,
sehingga dapat membeli media cetak seperti majalah atau koran yang dapat dipesan dengan
memesan langganan. Di sini, pembaca akan mendapatkan potongan harga daripada membeli
setiap hari. (Baca juga: Proses Komunikasi dalam Organisasi)

2. Daya Jangkau
Walaupun sebenarnya media massa oleh siapapun dan di mana saja, namun media cetak
tidak kalah juga jangkauannya. Untuk media massa kelemahannya adalah pada kekuatan
sinyal. Karena tidak semua tempat seperti tempat daerah yang pelosok dimungkinkan
kesulitan pada sinyal, sehingga media massa tidak dapat menjangkaunya. Berbeda halnya
dengan media cetak yang dapat menjangkau hingga ke pelosok desa sekalipun.

Di sinilah salah satu keunggulan dari media cetak, yang mana juga sebagai karakteristik
media cetak yang dapat dimanfaatkan. Masyarakat desa pun juga dapat menikmati
manfaatnya pada media cetak yang telah tersebar.

3. Tahan Lama

Media cetak memiliki ketahanan yang cukup lama, karena tidak basi dan tetap hangat
berita dalam media cetak. Dalam hal ini, media massa pun juga berlaku demikian, namun
dalam media cetak, beritanya masih bisa dibaca ulang tanpa harus mencarinya kembali
karena tertumpuk oleh berita-berita yang baru. Ketahanan berita yang dapat dibaca ulang
kapanpun, merupakan suatu keunggulan pada media cetak pada kategori kehangatan
beritanya. (Baca juga: Fungsi Komunikasi Sosial Menurut Para Ahli)

Dengan kata lain, pembaca dimudahkan dalam membaca ulang berita yang mereka
inginkan. Tinggal mencari arsip tanggal berita dan kategori yang diinginkan, maka pembaca
dapat membaca ulang berita yang telah menumpuk oleh berita baru lainnya.

4. Informatif

Menurut survey, orang yang membaca berita melalui media massa akan mudah lelah
matanya jika berita terlalu panjang, sehingga membuat orang tidak ingin membaca berita
yang terlalu panjang dalam media massa. Hal ini membuat adanya aturan aliansi media massa
yang memberikan aturan dan kesepakatan jumlah karakter pada berita dalam media massa.
Dengan begitu, beberapa media massa selalu menggunakan berita-berita dan informasi yang
jumlah katanya cenderung sedikit.

Berbeda halnya dengan media cetak yang bisa disampaikan secara naratif, mendalam, dan
banyak. Sehingga berita yang disampaikan memiliki sifat yang informatif. Walaupun ada
juga beberapa redaksi yang memiliki kebijakan batasan jumlah kata pada suatu berita dalam
media cetak.
5. Massal

Umumnya, media massa memiliki informasi-informasi yang berdasarkan konten, sehingga


membuat media massa hanya memberitakan pada satu topik saja pada satu website atau
redaksi. Namun, hal ini tidak berlaku dalam media cetak yang memberikan beberapa
informasi dan berita yang berbagai konten atau jenis topik. Sehingga media cetak memiliki
karakteristik massal yang artinya adalah bahwa media cetak dapat memberikan informasi dan
berita dari berbagai topik pembahasan.

Karakteristik media cetak dalam penyampaian topik massal ini juga merupakan suatu
keunggulan dari media cetak yang mana pembaca dapat membaca dari berbagai topik
sehingga membuat pembaca tidak mudah bosan. (Baca juga: Fungsi Filsafat Komunikasi)

6. Fleksibel

Karakteristik media cetak selanjutnya adalah sifatnya yang fleksibel alias mudah dibaca di
mana saja dan kapan saja. Sehingga media cetak seperti majalah, koran, dan lain sebagainya
bisa dibaca kapanpun dan di manapun kita berada. Karakteristik ini sebenarnya juga ada pada
media massa yang mana bersifat fleksibel alias bisa dibaca di mana saja dan kapan saja.
Namun, seiring berkembangnya jaman dan teknologi maupun komunikasi, media cetak pun
memiliki inovasi dalam pencetakan media yang cepat dan fleksibel.
Sifat yang fleksibel ini seharusnya dapat menambah minat baca masyarakat, namun
sayang manfaat ini tidak dimanfaatkan sebaik mungkin, sehingga menurunkan minat baca
masyarakat. Padahal teknologi komunikasi sudah berkembang dengan pesat.

7. Lebih Mahal dari Media Massa

Karakteristik media cetak selanjutnya tergolong sebagai kelemahan media cetak yang
mana harganya lebih mahal dari media massa. Hal ini bisa kita ambil contohnya adalah
bahwa dalam media cetak seperti majalah dan koran, kita harus membeli terlebih dahulu agar
dapat membaca berita dan informasi terkini. Berbeda halnya dengan media massa yang mana
informasi dan beritanya dapat kita terima melalui internet, televisi dan radio yang bisa kita
dengar secara gratis. (Baca juga: Penerapan Komunikasi Daring)

Walaupun demikian, media cetak masih memiliki keunggulan pada jangkauannya yang
mana dapat menjangkau hingga ke pelosok tempat jika tempat tersebut sulit dalam sinyal
internet atau sinyal televisi maupun radio.
8. Masa Singkat

Media cetak memiliki masa yang singkat alias tidak seperti media massa yang mungkin
bisa diakses kembali beritanya. Walaupun media massa beritanya selalu tertumpuk oleh
berita-berita dan informasi yang baru, namun hal ini bisa diatasi dengan kita mencari sesuai
keyword atau judul di kolom pencarian. Hal ini tidak berlaku pada media cetak yang
mungkin bisa saja hilang jika kita tidak menyimpannya dengan baik dan benar.

Hal ini dapat dikatakan bahwa karakteristik media cetak yang satu ini merupakan suatu
kelemahan dari media cetak yang umurnya singkat alias tidak panjang seperti media massa
yang bisa mengabadikan tulisan dalam data internet dan server. Selama tidak terjadi
maintence.

9. Kesalahan Cetak

Karakteristik media cetak selanjutnya adalah kelemahan dari media cetak yang mana jika
terjadi kesalahan tulisan atau kesalahan cetak, tidak dapat diklarifikasi kembali. Kecuali dua
cara, yang pertama yaitu cetak ulang, yang kedua adalah melakukan klarifikasi di periode
atau tanggal selanjutnya. Namun kelemahannya adalah, jika salah cetak akan makan biaya

yang lebih mahal dan untuk klarifikasi di periode selanjutnya bahwa kelemahannya adalah
akan membuat masyarakat yang membaca menjadi salah paham.

Berbeda halnya dengan media massa yang bisa diedit dan diklarifikasi secara langsung
pada postingan berita terbaru. Hal ini bisa meminimalisir kesalahpahaman pembaca jika
terdapat informasi atau berita yang salah disampaikan. (Baca juga: Ciri-Ciri Media
Pembalajaran)

10. Media Pasif

Di sini dikatakan bahwa media cetak adalah media yang pasif dikarenakan kurangnya
interaktif antara pembaca dengan redaksi. Berbeda dengan media massa yang mana redaksi
atau penulis dapat memberikan tanggapan jika terdapat pembaca yang meninggalkan
komentarnya di kolom komentar di bawah postingan berita. Keaktifan redaksi sangatlah
diperlukan dalam suatu media untuk menjaga ketertarikan pembaca akan berita-berita yang
disampaikan.
Namun, seiring berkembangnya zaman dan komunikasi, media cetak mulai melakukan
inovasi dengan menggunakan kolom pesan alias pembaca dapat mengirim pesan melalui
email atau surat pos jika ingin menanggapi dan atau beropini.

11. Media Statis

Sama halnya dengan karakteristik kepasifan media. Bahwa media yang statis adalah
ketidakadaan interaksi antara pembaca dengan redaksi. Sehingga media cetak bisa dikatakan
sebagai komunikasi satu arah yang mana hanya disampaikan kepada pembaca tanpa adanya
tanggapan dari pembaca, meskipun pembaca dapat menanggapi melalui surat pos dan kolom
opini. Namun, hal ini tidaklah praktis dalam memberikan tanggapan berita dan informasi.
(Baca juga: Fungsi Media Komunikasi)

Media yang statis atau pasif tidak akan bertahan lama keredaksiannya. Hal ini dapat
dibuktikan mulai menurunnya minat baca masyarakat terhadap berita dalam media cetak,
sehingga kebanyakan media cetak mulai mengembangkan bisnisnya melalui media massa
juga.

12. Minat Baca

Karakteristik media cetak selanjutnya adalah pada minat baca alias pembaca. Jika
disurvey, akhir-akhir ini pembaca media cetak mulai berkurang bahkan telah beralih ke
media massa. Hal ini dikarenakan karakteristik media cetak di atas seperti kepasifan, statis,
dan harganya. Sehingga membuat masyarakat kebanyakan mulai beralih ke media massa
yang lebih praktis dan murah juga dapat dijangkau dengan mudah. Dengan catatan memiliki
jaringan yang memadai.

Minat baca ini perlu diperhatikan oleh para redaksi agar pembaca masyarakat Indonesia
tidak menurun dan seharusnya mulai membudayakan membaca. Hal ini adalah kegiatan yang
positif dan mencerdaskan bangsa.

4.Dampak Negatif Media Massa

Disadari atau tidak, pola pikir dan perilaku masyarakat saat ini kebanyakan terpengaruh
oleh kultur media massa. Bermunculannya media informasi yang sangat pesat bak jamur
tumbuh di musim hujan disambut layaknya makanan lezat oleh orang yang lapar atau air
yang sejuk oleh orang yang haus.

Mirisnya, kebanyakan media massa tersebut berada di genggaman musuh-musuh Islam.


Melalui media-media tersebut, mereka tebarkan virus yang bisa membunuh agama seseorang.
Media dijadikan alat propaganda untuk memberi gambaran buruk tentang Islam dan kaum
muslimin. Islam diopinikan sebagai batu ganjalan tercapainya kemodernan. Di sisi lain,
mereka mengemas kekafiran dan kemaksiatan sebagai sesuatu yang lumrah dan hak setiap
individu.

Memang, sebagian media massa ada yang dimiliki oleh orang-orang Islam. Akan tetapi,
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik dan tidak paham tentang agama. Di
samping itu, yang dikejar hanyalah profit. Bahkan, karena ketidakpahaman tentang agama,
sebagian media massa yang bernapaskan keislaman terkadang menyuguhkan info dan
menyajikan tayangan yang berbau syirik, bid’ah, dan khurafat. Sangat minim media massa-
media massa yang mengusung risalah Islam yang sesungguhnya. Karena itu,
mengetahuihakikat media massa menjadi sesuatu yang urgen agar seorang tidak salah
menerima informasi.

Kajian-kajian tentang dampak buruk media massa akan terus menjadi topik yang menarik
mengingat ketergantungan manusia saat ini kepada media informasi sangat besar.

Ketika mengemukakan dampak buruk media massa, tidak berarti kita menolak teknologi
informasi yang mutakhir dan menutup mata dari pengaruh positifnya. Akan tetapi, kita
semestinya mengambil langkah waspada akan dampak buruknya, karena kebanyakan pemilik
media massa adalah orang-orang sekuler yang menghalalkan segala cara dan orang-orang
fasik yang tujuannya hanya dunia. Sementara itu, dampak negatif media massa sangat jelas
dirasakan. Berikut beberapa dampak negatif media massa secara umum.

Menjadi sarana musuh-musuh Islam untuk merealisasikan tujuan-tujuan mereka menguasai


umat Islam dan melontarkan keraguan seputar syariat Islam.

Melemahkan akidah umat dengan ditampilkannya syiar-syiar kekufuran dan gambar-


gambar orang kafir. Karena sering ditampilkan, kaum muslimin akhirnya menganggap hal-
hal semacam ini sebagai suatu yang lumrah. Hilanglah sikap bara’ah (berlepas diri) dari
orang-orang kafir dan perbuatan mereka.
Umat diajak untuk meniru orang-orang kafir dan fasik dalam hal akhlak, pemikiran, adat
istiadat, gaya berpakaian, potongan rambut, dan semisalnya.

Orang menjadi tidak menyukai kebaikan karena digambarkan sebagai kemunduran.


Sebaliknya, media massa mendorong orang untuk melakukan kejelekan.Menjadikan orang
terbiasa melihat dan mendengar kemungkaran tanpa ada pengingkaran.

Penghakiman sepihak kepada suatu kelompok masyarakat tanpa ditelusuri lebih dalam
pangkal masalahnya.

Adapun dampak buruk media massa secara khusus ialah sebagai berikut:

1) Dampak negatif terhadap pribadi

Menelan mentah-mentah info-info miring seputar Islam dan kaum muslimin yang
ditebarkan media-media kufur tanpa bisa menyaringnya.

Hal ini akan melemahkan keyakinannya terhadap agamanya. Satu dampak negatif ini saja
sudah cukup untuk meruntuhkan masa depan seseorang.

Masuknya pemahaman-pemahaman yang menyimpang ke dalam hati seorang muslim


karena tidak selektif dalam mencari informasi dari sumber yang tepercaya. Ia terpengaruh
dengan pemahaman yang menyimpang tanpa disadari bahwa itu suatu penyimpangan.

Terjadinya tindak asusila karena seringnya menonton tayangan-tayangan yang


membangkitkan nafsu seks yang diharamkan. Hal ini kerap terjadi, bahkan yang parah
dilakukan oleh anak di bawah umur.

Teknologi informasi digunakan untuk melakukan tindak kejahatan, seperti penipuan dan
pemerasan. Sebagai misal, seseorang memiliki gambar seseorang atau rekaman video yang
bersifat pribadi, lalu gambar atau rekaman tersebut digunakan untuk memeras pemilik
gambar itu jika tidak ingin disebarluaskan.

Kepekaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar menjadi luntur karena asyik
menggunakan teknologi informasi yang modern dan sibuk mengikuti program-program
tayangan.Banyak waktu yang terbuang secara sia-sia.
Penggunaan teknologi informasi yang berlebihan dan tidak pada tempatnya menjadi faktor
terbengkalainya tugas, timbulnya kecelakaan lalu lintas, dan lelahnya tubuh yang bisa
menyebabkan sakit.

2) Dampak negatif terhadap kehidupan rumah tangga.

Banyaknya terjadi kasus perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, dan pengabaian hak
dari dua belah pihak.Seorang suami lalai melaksanakan tugasnya untuk mencarikan nafkah
bagi anak dan istrinya karena asyik mengikuti tayangan-tayangan yang melalaikan.

Menjalin pertemanan melalui media sosial dengan wanita lain yang mengarah kepada
perselingkuhan.Di sisi lain, seorang istri terkadang sibuk mengikuti acara-acara televisi
sehingga tugasnya di rumah untuk mendidik anak dan melayani suami diabaikan. Seorang
istri terkadang menjalin pertemanan dengan pria lain melalui media sosial hingga terjadi
perselingkuhan.

Seorang istri gemar mengoleksi dan membaca majalah-majalah model untuk meniru gaya
berpakaian dan potongan rambut wanita-wanita kafir dan fasik. Padahal Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َم ْن تَ َشبَّهَ بِقَوْ ٍم فَه َُو ِم ْنهُ ْم‬

“Barang siapa menyerupai suatu kaum, dia termasuk golongan kaum tersebut.” ( HR. Ahmad
dan Abu Dawud)

3) Dampak negatif media massa antarelemen masyarakat

Di antaranya, terjadinya persaingan yang tidak sehat antartetangga dalam memiliki


perangkat informasi dan saling memamerkan perangkat informasi yang mahal serta canggih
untuk unjuk status sosial.

Selain itu, media massa juga dijadikan alat untuk menebarkan gosip, fitnah, dan provokasi,
hingga timbul kebencian antarelemen masyarakat.

4) Dampak negatif media massa dalam hubungan antara rakyat dan penguasa
Apabila ditelusuri, betapa banyak media massa yang suka membeberkan aib penguasa
atau senantiasa menjelek-jelekkan pemerintah, sehingga muncul kebencian dari rakyat
kepada penguasanya. Situs-situs jejaring sosial juga terkadang dimanfaatkan untuk
menghasut masyarakat agar melakukan aksi demontrasi dan menolak program-program
pemerintah yang baik.

Seharusnya, media massa memosisikan diri sebagai sarana penghubung dan pendukung
agar pemerintah dihormati dan didukung program-programnya yang baik sehingga hak rakyat
akan tertunaikan dengan baik. Hubungan antara rakyat dengan penguasanya juga terjalin
dengan baik. Dengan demikian, setiap pihak mengetahui hak dan kewajibannya.

5) Media massa bisa berperan sebagai perusak negara

Dalam beberapa tahun terakhir ini, dunia menyaksikan kekacauan di beberapa negara
bagian utara benua Afrika dan Timur Tengah berupa penggulingan kekuasaan. Peran media
massa dalam hal ini sangat besar. Media massa mampu menggiring opini publik yang
umumnya mendukung aksi demonstrasi.

Situs-situs jejaring sosial digunakan oleh demonstran untuk menggalang kekuatan guna
menumbangkan kekuasaan yang sah. Dalam kenyataannya, media massa menjadi alat yang
mengerikan yang kadang sulit dilawan dengan senjata tempur sekalipun.

Sebagai contoh, belum lama ini tersebar isu yang santer tentang rencana pemerintah Arab
Saudi untuk memindahkan jasad Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia ke kuburan
Baqi. Sontak, kabar seperti ini menimbulkan komentar berupa kecaman terhadap pemerintah
Arab Saudi dan para ulamanya. Isu tentang pemindahan kuburan Nabi itu bermula dari
pemberitaan surat kabar Inggris The Independent.

Adalah wartawan The Independent, Andrew Johnson, yang menyebutkan bahwa


pemberitaan bersumber dari seorang akademisi di Arab Saudi, Dr. Irfan al-‘Alawi. Dia
seorang doktor dalam teologi dan tasawuf Islam, yang menjadi dosen terbang di London
University di Inggris, California University di AS, dan Research Fellow di Leiden Belanda.

Dr. Irfan telah membaca langsung makalah karya Dr. Ali bin Abdul Aziz asy-Syibl yang
(konon) berisikan usulan pemindahan makam (kuburan) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ke
Baqi. Tulisan itu baru merupakan dokumen konsultasi yang diajukan oleh Dr. Ali asy-Syibl.
Dokumen itu sejatinya membahas tentang isolasi, pembatasan kuburan Nabi agar tidak
menjadi tempat orang-orang berbuat syirik, bukan pemindahan kuburan beliau (Sumber
Mi’raj News.Com).

Dr. Ali asy-Syibl sendiri membantah surat kabar tersebut dengan ucapannya bahwa isi
berita tersebut mengandung hasutan, tidak benar, dan dusta. Pemerintah Arab Saudi juga
membantah isu tersebut.

6) Dampak negatif media massa untuk kaum muslimin

Di antaranya, masyarakat mudah berkomentar dan bersikap tanpa ilmu. Misalnya, ketika
terjadi penangkapan terduga teroris oleh Densus 88, diberitakan oleh media bahwa sang
teroris berjenggot dan istrinya memakai cadar. Titik tekan pemberitaan lebih pada ciri-ciri
fisik sang teroris sehingga imagi yang akan muncul di tengah masyarakat bahwa ciri-ciri
teroris itu berjenggot dan istrinya bercadar.

Pemberitaan yang seperti itu akan menyebabkan masyarakat awam menilai bahwa semua
yang berjenggot dan yang istrinya bercadar adalah teroris. Di sini, disadari atau tidak, media
massa menjadi sumber keretakan hubungan di tengah-tengah masyarakat dan penghakiman
sepihak kepada personal tanpa landasan yang bisa dipertanggungjawabkan.

Media massa sekuler memang tak henti-hentinya menampilkan Islam dengan wajah yang
menyeramkan. Media massa yang seharusnya menjadi sarana mencerdaskan masyarakat
ternyata terkadang dijadikan sarana untuk menebarkan bibit-bibit permusuhan di tengah
masyarakat. Hal ini tentu sebuah pengkhianatan dan pembodohan publik.

C.Kepribadian

1.Pengertian

Menurut KBBI(https://kbbi.web.id/pribadi), kepribadian sifat hakiki yang tercermin pada


sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain;~
bangsa ciri-ciri watak menonjol yang ada pada banyak warga suatu kesatuan nasional;
kepribadian nasional.

Menurut maryati dan suryawati(2013:84),Kepribadian merupakan kumpulan


kebiasaan,sifat,sikap,dan ideologi dan ide ide dari seorang individu yang berpola dan
berkaitan secara eksternal dengan peran dan status,dan secara internal dalam motivasi dan
tujuan prinadi serta dan berbagai aspek pedirian lainya.

Menurut Gordon W. Allport, kepribadian adalah sesuatu yang unik dan dimiliki masing-
masing pribadi. Ia mengatakan bahwa manusia itu dipengaruhi oleh kesadarannya yang
meliputi 3aspek.

2.Tahap-Tahap Pembentukan Kepribadian

Proses sosialisasi berlangsung sepanjang hidup manusia melalui tahapan-tahapan yang


terdiri dari tahap persiapan, tahap meniru, tahap siap bertindak, dan tahap penerimaan norma
kolektif.Setiap tahapan tentunya memiliki karakteristik dan ciri-ciri yang berbeda dengan
yang lainnya. Empat tahapan sosialisasi ini digagas dan dikemukakan oleh George Herbert
Mead. Berikut penjelasannya

1. Tahap Persiapan (Preparatory Stage)

Tahap persiapan (Preparatory Stage) merupakan tahap persiapan bagi manusia untuk
mengenali diri dan lingkungan sekitarnya. Tahap ini berlangsung ketika manusia
dilahirkan, yakni dengan kemampuan berpikirnya manusia mengawali proses
kehidupannya dengan melakukan kegiatan meniru meskipun pada awalnya manusia tidak
paham tentang apa yang ditirunya. Lingkungan keluarga sangat berperan dalam proses
sosialisasi pada tahap persiapan ini.

2. Tahap Meniru (Play Stage)

Pada tahap meniru (play stage) ini kemampuan anak dalam berempati terhadap orang
lain semakin meningkat. Kesadaran anak bahwa dunia sosial terdiri dari kumpulan dari
beberapa orang mulai berkembang.

Pada tahap ini anak-anak mulai mampu menirukanb eberapa peran orang dewasa
secara relatif sempurna. Misalnya anak mulai bermain mobilmobilan, polisi-polisian,
perang-perangan, pasar-pasaran, bercakap-cakap dengan boneka, dan lain sebagainya.
Dalam tahap ini anak memerlukan lingkungan yang kondusif yakni lingkungan yang
mendukung perkembangan potensinya. Disamping itu, anak-anak pada tahap ini
memerlukan figur-figur

yang dianggap sangat berarti (significant other) agar dapat belajar tentang sistem nilai
dan sistem norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.

3. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)

Pada tahap ini anak mulai sadar bahwa dirinya merupakan bagian dalam sistem
kehidupan sosial sehingga proses peniruan semakin berkurang dan digantikan oleh
permainan yang diperankan secara sadar.

Kemampuan empati anak pada tahap ini semakin berkembang sehingga anak mulai
mampu bermain beregu yang penuh dengan aturan main seperti bermain sepak bola. Pada
tahap ini anak juga mulai siap untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat.

4. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Other)

Tahap penerimaan norma kolektif (generalized other) merupakan suatu tahap


seseorang mulai dewasa dan mulai mampu memposisikan dirinya dengan baik dalam
kehidupan masyarakat luas. Pada tahap ini seseorang mulai paham terhadap posisi dirinya
sendiri, keluarga, masyarakat,agama, bangsa dan negara.

Sistem nilai dan sistem norma mulai membentuk sistem kepribadian sehingga
seseorang mulai paham terhadap segala konsekuensi sebagai anggota keluarga, anggota
masyarakat, penganut agama, dan berbagai warga negara yang baik.

Memasuki tahap penerimaan norma kolektif generalized other) ini seseorang mulai
paham tentang arti penting peraturan, tata tertib, undang-undang, dan sejenisnya.
Kemampuan menjalin hubungan kerja sama dengan orang lain pun semakin sempurna
sehingga layak menjadi warga masyarakat yang sesungguhnya.

Tahap-tahap sosialisasi seperti di atas tidak mungkin dapat berlangsung secara


individual. Proses sosialisasi hanya dapat berlangsung melalui adanya keterlibatan orang
lain. dengan demikian seseorang tidak mungkin dapat dipisahkan dengan lingkungan
masyarakat.

Pada keduanya terjalin hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.


Lingkungan masyarakatberperan terhadap seseorang dalam proses mengenal, meniru, dan
menyesuaikan diri dengan sistem nilai dan sistem norma yang berlaku di tengah-tengah
masyarakat. Sebaliknya, sistem nilai dan sistem norma yang ada dalam kehidupan
masyarakat tersebut akan lestari jika proses sosialisasi pada seseorang berlangsung
dengan baik.

3.Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian

Adapun pembentukan kepribadian seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini.

1) Warisan Biologis (Heredity)

Warisan biologis berpengaruh pada perilaku kehidupan manusia, misalnya pada


pembentukan sifatkepemimpinan, pengendalian diri, sikap, dan minat. Setiap manusia
memiliki sifat biologis yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, walaupun pada dua
orang lahir kembar identik.

Adanya perbedaan jenis kelamin, kecerdasan, kekuatan jasmani, kecantikan, dan


sebagainya akan dapat berpengaruh pada perbedaan kepribadian orang-orang yang
memilikinya.

Banyak ilmuwan berpendapat bahwa perkembangan potensi warisan biologis dipengaruhi


oleh pengalaman seseorang. Bakat yang dimiliki seseorang memerlukan anjuran, pengarahan,
dan latihan untuk mengembangkan diri melalui kehidupan bersama dengan manusia lain.

2) Warisan Lingkungan Alam (Natural Environment)

Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan alam di mana ia tinggal. Proses penyesuaian diri pada
lingkungan alam mampu mengubah pola perilaku masyarakat secara keseluruhan.

Contoh:Nelayan yang hidup di sekitar pantai, logat bicaranyaakan lebih keras


dibandingkan dengan logat bicara petani di pegunungan tinggi. Karena nelayan harus
menyamai suara debur ombak untuk dapat berkomunikasi. Suasana ini terbawa dalam
kehidupan sehari-hari. Demikian juga orang Eskimo yang hidup di daerah kutub memiliki
kemampuan beradaptasi terhadap cuaca dingin.

3) Warisan Sosial (Social Herritage) atau kebudayaan

Manusia, alam, dan kebuadayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling
memengaruhi.Sementara itu, kebudayaan sangat berpengaruh pada perilaku individu dalam
pembentukan kepribadiannya.

Manusia sebagai makhluk yang berpikir akan senantiasa menghasilkan kebudayaan sebagai
manifestasi kehidupannya. Manusia berusaha untuk mengubah alam sesuai dengan
kebudayaannya guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, manusia dapat mengubah
pegunungan menjadi lahan pemukiman.

4) Pengalaman hidup dalam kelompok

Sebagai makhluk sosial, manusia senatiasa hidup dalam kelompok-kelompok, seperti


keluarga, RT, dan sekolah. Dengan demikian, kehidupannya akan dipengaruhi oleh kelompok
tersebut. Hal ini mengingat setiap kelompok pasti memiliki norma, nilai, dan aturan sendiri
yang berbeda dengan kelompok lain.

Setiap kelompok pasti memengaruhi anggota-anggotanya. Setiap kelompok pasti


mewariskan pengalaman khas yang tidak diberikan kelompok lain, sehingga akan muncul
kepribadian khas anggota kelompok tersebut.

Kelompok yang menjadi acuan pertama seorang anak adalah keluarga. Pengalaman hidup
dalam keluarga sangat menentukan perkembangan kepribadian seorang anak. Seorang anak
yang hidup dalam keluarga yang demokratis, akan tumbuh menjadi orang dengan kepribadian
baik dan percaya diri.

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Rancangan penelitian

Dalam penelitian ini kami rancang penelitian studi kasus, mulai dari informasi awal,
kemudian mengadakan observasi,studi kasus,historis.Wawancara dan meneliti demokrasi
yang terkait dengan pokok masalah.Telah diadakan penelitian terhadap instrumen penelitian
mengumpulkan data dankami organisir atau asosiasi sesuai dengan pokok masalah yang
diambil dari generalisasi dan simpulan secara umum untuk menjawab pokok maslah secara
studi kasus.

1. Peran
Merton dalam Raho (2007 : 67) mengatakan bahwa peranan didefinisikan sebagai
pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status
tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat peran (role-set). Dengan demikian
perangkat peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang
dimiliki oleh orang karena menduduki status-status social khusus.

2. Media Massa
Menurut Cangara (2002-12) menyatakan bahwa media massa merupakan alat yang
digunakan dalam menyampaikan pesan menggunakan alat komunikasi mekanis dari
sumber pesan ke penerima pesan atau khalayak umum. Alat mekanis komunikasi
yang dimaksud oleh Cangara adalah berbagai media massa yang ada di masyarakat
seperti surat kabar, televisi, radio, hingga film. Media massa, yang biasa disebut
masyarakat dengan media, merupakan istilah yang digunakan sejak tahun 1920-an
untuk mengidentifikasi berbagai media atau pers.

3. Kepribadian
Menurut Gordon W. Allport, kepribadian adalah sesuatu yang unik dan dimiliki
masing-masing pribadi. Ia mengatakan bahwa manusia itu dipengaruhi oleh
kesadarannya yang meliputi 3aspek.
B. Defenisi Konseptual :
1. Peran adalah ….
2. Kelompok Adalah..
3. Remaja adalah ………

C.HIPOTESISI PENELITIAN

Adalah suatu praduga sementara yang ingin dibuktikan mengenai variabel x dan y dan
peranan tertentu yang di buktikan dalam penellitian.dalam penelitian studi kasus hipotesis
wajib dibuat tujuannya ingin menguji hipotesis.Hipotesis terrbagi menjadi 2:

 Hipotesis kerja(Hi):adanya peran media massa terhadap kepribadian remaja di desa


lokasari kecamatan lebong utara kabupaten lebong.
 Hipotesis nihil(Nh):Tidak adanya peran media massa terhadap kepribadian remaja di
desa lokasari kecamatan lebong utara kabupaten lebong.
D.Subjek Dan Sampel Penelitian

Adanya subjek pada penelitian ini adlah semua kelompok remaja di desa lokasari
kecamatan lebong utara kabupaten lebong.

Dan adapun sampel penelitian ini adalah sampel acak sederhana (simple random sampling)

E.Metode Dan Alat Pengumpulan Data

Adapun metode dan alat pengumpulan data:

Metode Observasi : merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan


pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang
dilakukan (Riduwan, 2004 : 104).

Metode wawancara : Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:231) wawancara


merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Metode dokumentasi : Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan


peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya
misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.

F.Metode Pengolahan Dan Analisis Data

Analisa data merupakan proses paling vital dalam sebuah penelitian. Hal ini berdasarkan
argumentasi bahwa dalam analisa inilah data yang diperoleh peneliti bisa diterjemahkan
menjadi hasil yang sesuai dengan kaidah ilmiah. Maka dari itu, perlu kerja keras, daya
kreatifitas dan kemampuan intelektual yang tinggi agar mendapat hasil yang memuaskan.
Analisis data berasal dari hasil pengumpulan data. Sebab data yang telah terkumpul, bila
tidak dianalisis hanya menjadi barang yang tidak bermakna, tidak berarti, menjadi data yang
mati, data yang tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis data di sini berfungsi untuk mamberi
arti, makna dan nilai yang terkandung dalam data itu (M. Kasiram, 2006: 274).

Tujuan analisa menurut Sofian Effendi dalam bukunya Metode Penelitian Survai (1987 :
231) adalah menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi.
Dalam penelitian strukturalistik, data yang berupa kualitatif (kata-kata) dikuantifikasikan
terlebih dahulu kemudian dianalisis secara statistikan bertujuan untuk menjelaskan fenomena,
menguji hipotesis kerja dan mengangkat sebagai temuan berupa verifikasi terhadap teori lama
dan teori baru. Sedangkan dalam penelitian naturalistik data bisa berupa kata-kata maupun
angka. Data yang bersifat kuantitatif (angka) tidak perlu dikualitatifkan terlebih dahulu dan
tidak menguji hipotesis/teori, melainkan untuk mendukung pemahaman yang dilakukan oleh
data kualitatif dan menghasilkan teori baru.

Anda mungkin juga menyukai