Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nisrina Sajid Nurutami

NPM : 1806269221
Kelompok 1 PKIP
Ringkasan Individu Chapter 8 (Modul 23 dan 24) dan Chapter 9
(Modul 26)

Modul 23: Thinking and Reasoning

• Berpikir adalah merupakan aktivitas otak yang secara mental memanipulasi informasi seperti kata-
kata, gambaran visual, suara atau lainnya dan mengubah suatu informasi menjadi bentuk baru dan
berbeda.
• Mental images merupakan gambaran dalam pemikiran suatu objek atau event dimana setiap
modalitas sensori menghasilkan mental images yang sesuai.
• Produksi dari mental image sebagai suatu cara untuk meningkatkan kecakapan.
• Konsep adalah pengelompokan untuk benda-benda, kejadian, atau orang yang dapat
mengorganisasi fenomena yang kompleks menjadi kategori kognitif yang lebih sederhana sehingga
mudah untuk diingat. Konsep dapat mempengaruhi perilaku.
• Prototypes adalah contoh tipe dan sangat mewakili suatu konsep yang terkait dengan mental image
atau contoh terbaik dari konsep tersebut.
• Prototypes dan konsep memfasilitasi untuk menggambarkan kesimpulan yang sesuai melalui
proses kognitif yaitu reasoning.
• Formal reasoning terdiri dari:
o Deductive reasoning: reasoning/penalaran dari umum ke khusus. Mulai dengan teori umum →
hipotesis → uji hipotesis → kesimpulan.
o Inductiver reasoning: penalaran dari khusus ke umum.
• Algorithm adalah suatu aturan jika diterapkan secara tepat akan memberi solusi bagi permasalahan.
• Heuristic adalah strategi berpikir yang dapat mengarahkan pada solusi bagi suatu masalah, namun
terkadang menimbulkan kesalahan. Walau meningkatkan kemungkinan keberhasilan, namun tidak
dapat dipastikan. Jenis-jenis heuristik dapat menyebabkan penarikan kesimpulan yang tidak
akurat:
o Availability heuristic: menilai kemungkinan suatu peristiwa terjadi dengan dasar mudahnya
memikirkan contoh → asumsi: bahwa peristiwa yang kita ingat dengan mudah cenderung terjadi
lebih sering di masa lalu — dan lebih mungkin terjadi di masa depan daripada peristiwa yang
lebih sulit untuk diingat.
o Familiarity heuristic: percaya bahwa item yang lebih akrab lebih baik dibanding yang tidak
dikenal. Kita cenderung lebih menyukai tempat, orang dan hal yang akrab karena dapat
menghemat waktu saat membuat keputusan.
• Artificial intellegent yaitu bidang yang meneliti bagaimana teknologi dapat meniru pemikiran
manuasi, penyelesaian masalah, komputer dapat menunjukkan dasar pemikiran manusia karena
mereka pengetahuan tentang bagaimana menjawab suatu masalah.

Modul 24: Problem Solving

• Langkah-langkah dalam penyelesaian masalah:


1. Persiapan → memahami dan mendiagnosis masalah.
a. Well defined problem adalah masalah ataupun informasi yang diperlukan untuk mengatasi
masalah tersebut ada dan jelas. Sedangkan ill defined problem adalah masalah dan
informasi yang diperlukan unruk mnegatasi masalah ini jauh tidak jelas.
b. Jenis-jenis masalah:
- Arrangement problems: memerlukan pemecah masalah untuk menyusun kembali atau
mengombinasikan kembali elemen-elemen untuk memenuhi suatu kriteria tertentu →
anagram probles dan jigsaw puzzle.
- Problems of inducing structure: mengidentifikasi hubungan yang ada antara elemen-
elemen yang ditampilkan kemudian membentuk suatu hubungan baru di antara elemen
tersebut.
- Transformation problems: terdiri atas suatu kondisi awal, suatu tujuan dan suatu metode
untuk mengubah kondisi awal menjadi kondisi tujuan.
c. Kemampuan untuk meyimbolkan suatu masalah dan solusi tergantung bagaimana masalah
tersebut diungkapkan atau dibingkai.
2. Produksi → mengembangkan solusi.
a. Tingkat paling dasar mengatasi masalah adalah trial and error. Penyelesaian masalah yang
kompleks seringkali melibatkan penggunaan heuristik yaitu analisis means-end yang
melibatkan pengujian berulang untuk perbedaan antara hasil yang diinginkan dengan apa
yang ada pada saat ini.
b. Analisis means-end setiap langkah membawa sang pemecah masalah semakin dekat
dengan suatu resolusi. Meskipun pendekatan ini sering efektif, jika masalahnya
memerlukan langkah-langkah tidak langsung yang sementara meningkatkan kesenjangan
antara keadaan saat ini dan solusinya, berarti analisis dapat kontraproduktif.
c. Heuristik lain yang digunakan yaitu dengna memecah suatu masalah menjadi langkah-
langkah penengah atau subtujuan.
d. Insight adalah kesadaran tiba-tiba tentang hubungan antara berbagai elemen yang
sebelumnya terlihat tidak berhubungan.
e. Menurut penelitian, pengalaman dimasa lalu dan praktik trial and error dalam pemecahan
masalah harus mendahului insight.
3. Penilaian → mengevaluasi solusi.
a. Tahap terakhir dalam pemecahan masalah adalah menilai adekuasi dari suatu solusi. Jika
solusi ini jelas maka akan segera terjawab apakah kita berhasil atau tidak.
• Hambatan dalam memecahkan masalah berawal dari presentasi masalah dalam tahap persiapan
awal.
a. Fuctional fixedness adalah tendensi untuk memikirkan suatu objek hanya dalam istilah
penggunaan tipikal dari objek tersebut.
b. Mental set adalah kerangka kerja untuk memikirkan masalah berdasarkan pengalaman
sebelumnya dengan masalah yang sama.
c. Bias konfirmasi adalah pemecah masalah lebih menyukai hipotesi awal dan mengabaikan
informasi yang kontradiktif yang mendukung hipotesis atau solusi alternatif.
• Kreativitas adalah kemampuan untuk membangun ide orisinil atau mengatasi masalah dengan cara
yang baru. Kreatif memperlihatkan divergent thinking (kemampuan untuk mengembangkan respon
yang tidak biasa namun sesuai terhadap masalah) dan convergent thinking (menghasilkan respon
yang terutama berdasarkan pada pengetahuan dan logika.
• Aspek lain dari kreativitas adalah kompleksitas kognitif yaitu plikian stimulus dan pola berpikir
yang rumit.

Modul 26: What is intelligence?

• Intelegensi adalah sebuah kapasitas untuk memahami dunia, berpikir rasional dan menggunakan
akal dalam menghadapi tantangan.
• Intelegensi hanya ada satu faktor umum untuk kemampuan mental, yaitu g-factor. Asumsinya
disadari dengan fakta bahwa intelegensi memiliki beberapa perbedaan apakah mereka fokus pada
berbicara, ahli matematika, kompetensi verbal atau keterampilan visualisasi spasial.
• Ada dua jenis perbedaan intelegensi, yaitu:
a. Fluid intelligence → kemampuan untuk berpikir logis, abstrak dan menyeselaikan masalah
yang mendasari kemampuan menyelasaikan analogi atau mengelompokkan serangkian kata
berdasarkan prinsip.
b. Crystallized intelligence → gabungan dari informasi, keterampilan dan strategi yang telah
dipelajari individu melalui pengalaman dan pendidikan. Digunakan ketika diminta untuk
berpartisipasi dalam diskusi tentang solusi untuk penyebab kemiskinan, tugas yang
memungkinkan kita untuk memanfaatkan pengalaman masa lalu kita sendiri, pendidikan, latar
belakang budaya.
• Teori intelegensi majemuk (Gardner) menyatakan setidaknya ada delapan bentuk intelegensi,
setiap intelegensi relatif independen dari inteligensi lainnya yaitu musikal, kinestetik tubuh, logika
matematika, linguistik, spasial, interpersonal, intrapersonal dan naturalis.
• Penekanan pada tahap awal dalam memanggil informasi yang relevan terbayar di akhir,
menggunakan pendekatan ini lebih berhasil dalam menemukan solusi dibandingakan mereka yang
relatif menghabiskan lebih sedikit waktu pada tahap awal.
• Lateral prefrontal cortex merupakan area yang penting dalam menyusun banyak informasi secara
simultan dan memecahkan permasalahan baru. Kecerdasan yang lebih tinggi terkait dengan
ketebalan korteks serebral.
• Practical Intelligence adalah intelegensi yang berhubungan dengan kesleuruhan keberhasilan
dalam kehidupan.
• Menurut Sternberg, ada dua dasar intelegensi lain yang berhubungan dengan keberhasilan dalam
hidup, yaitu analytical intelligence (fokus pada pengukuran permasalahan yang abstrak tetapi
bersifat tradisional pada tes IQ) dan creative intelligence (melibatkan generasi dari ide-ide dan
produk baru).
• Ada intelegensi diluar bidang intelektual agar mencakup emosi, yaitu emotional intelligence →
keterampilan dasar pengukuran, evaluasi, ekspresi dan regulasi yang akurat dari emosi. Merupakan
dasar dari empati kepada orang lain, kesadaran diri dan keterampilan sosial.
• Motivasi Galton untuk mengidentifikasi orang dengan tingkat intelegensi berawal dari prasangka
personal. Ukuran dan bentuk kepala tidak terkait dengan kinerja intelektual, dan penelitian
berikutnya menemukan sedikit hubungan antara ukuran otak dan kecerdasan. Namun, karya Galton
memang memiliki setidaknya satu hasil yang diinginkan: Dia adalah orang pertama yang
menyarankan bahwa kecerdasan dapat diukur dan diukur secara obyektif.
a. Jika kinerja pada tugas-tugas tertentu atau item tes meningkat dengan usia kronologis, atau
fisik, kinerja dapat digunakan untuk membedakan lebih banyak orang cerdas dari yang kurang
cerdas dalam kelompok usia tertentu. Binet menyusun tes intelijen formal pertama, yang
dirancang untuk mengidentifikasi siswa "paling bodoh" dalam sistem sekolah Paris untuk
memberi mereka bantuan perbaikan. Binet test diberikan terkait dengan mental age (tingkat
performa tertentu berada pada rata-rata atau tipikal). Suatu solusi untuk masalah ini dapat
dalam bentuk intelligence quotient (IQ), suatu skor yang memperhitungkan usia mental da usia
kronologis seseorang.
b. Standford-Binet Intelligence Scale terdiri atas seperangkat item yang beragam menurut usia
dari orang yang dites. WAIS-IV untuk dewasa, WISC-IV untuk anak-anak mengukur
pemahaman verbal, penalaran persepsi, memori kerja, dan kecepatan pemrosesan.
• Reliabilitas adalah mengukur secara konsisten apa yang mereka ukur. Validitas adalah tes yang
mengukur apa yang seharusnya diukur. Asumsinya bahwa suatu tes harus valid dan reliabel
diperlukan untuk menginterpretasikan arti dari skor tes diperoleh oleh seseorang yaitu penentuan
norma. Tes yang terlah memiliki norma disebut dengan tes yang telah terstandarisasi.
• Pengetasan adaptif → peserta tes tidak mendapatkan pertanyaan yang sama, komputer yang
menampilkan pertanyaan-pertanyaan yang dipilih secara acak dengan tingkat kesulitan yang
sedang. Kritik terhadap tes ini: mendiskriminasi peserta yang tidak familier dengan komputer,
peserta yang memiliki kemampuan yang tinggi dan memiliki kesalahan di awal akan cemas bahwa
performa mereka buruk.

Referensi:

Feldman, Robert S. 2017. Understanding Psychology, Thirteenth Edition. New York: Mc Graw Hill
Education.

Anda mungkin juga menyukai