com/2013/09/27/perjanjian-lisensi-license-agreement/
Daftar Isi
Daftar Isi1………………………………………………………………………………………1
1. Pendahuluan
1.1 latar Belakang ………………………………………………………………………2
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………..3
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………………3
2. Pembahasan
2.1 Pengertian Perjanjian Lisensi4
2.2 Lisensi dalam Perundang-Undangan Republik Indonesia………………………... 4
2.2.1 Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang ……………5
2.2.2 Undang-Undang No. 31 Tahun 2001 tentang Desain Industri……………..5
2.2.3 Undang-Undang No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu……………………………………………………………………...5
2.2.4 Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten……………………….5
2.2.5 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek………………………5
2.3 Perjanjian Lisensi Hak Kekayaan Intelektual……………………………………..7
2.3.1 Manfaat Perjanjian Lisensi…………………………………………………7
2.3.2 Tipe Perjanjian Lisensi……………………………………………………...8
2.3.3 Ketentuan HaKI dalam perundang-undangan……………………………..8
2.3.4 Naturalia Perjanjian HaKI…………………………………………………9
2.3.5 Ketentuan dalam lisensi HaKI………….………………………….………9
2.4 Upaya Hukum Terhadap Penyalahgunaan Perjanjian Lisensi Merek……………10
3. Penutup
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………..11
3.2 Kritik dan Saran…………………………………………………………………...11
Daftar Pustaka………………………………………………………………………...12
PENDAHULUAN
Hak kekayaan intelektual khususnya rahasia dagang, desain industri, desain tata letak sirkuit
terpadu, paten, merek, dan hak cipta, seperti diketahui merupakan kekayaan intelektual yang
mempunyai manfaat ekonomi. Karena bermanfaat ekonomi maka suatu kekeyaan intelektual
dapat menjadi asset perusahaan. Berdasarkan suatu perjanjian, suatu perusahaan dapat
memberikan hak (bukan pengalihan hak) untuk menikmati manfaat ekonomi kekayaan
intelektual yang dimiliki kepada perusahaan lain.
Pemberian izin oleh pemilik lisensi kepada penerima lisensi untuk memanfaatkan atau
menggunakan (bukan mengalihkan hak) suatu kekayaan intelektual yang dipunyai pemilik lisensi
berdasarkan syarat-syarat tertentu dalam jangka waktu tertentu yang umumnya disertai dengan
imbalan berupa royalty.
Lisensi bisa merupakan suatu tidakan hukum berdasarkan kesukarelaan atau kewajiban.
Lisensi sukarela adalah suatu cara pemegang HaKI memilih atau memberikan hak berdasarkan
perjanjian keperdataan hak-hak ekonomi hak kekayaan intelektual kepada pihak lain sebagai
pemegang hak lisensi untuk mengeksploitasi. Lisensi merupakan cara pemberian hak ekonomi
yang diharuskan perundang-undangan, tanpa memperhatikan apakah pemilik menghendakinya
atau tidak.
Umumnya pemegang lisensi akan bernegoisasi dan mengadakan mufakat tentang pemberian
pemanfaatan ekonomi HaKI dalam cangkupan lisensi. Cangkupan lisensi yaitu batasan mengenai
apa yang dapat atau tidak dapat dilakukan pemegang lisensi terhadap HaKI yang dialihkan dan
biasanya diuraikan dalam perjanjian lisensi. Perjanjian lisensi bisa merupakan kontrak-kontrak
yang sederhana, pendek, atau panjang sangat detail bagaikan sebuah buku. Seringkali perjanjian
Tulisan ini bertujuan untuk membahas apa sebenarnya Lisensi itu dan apa hubungannya
dengan HaKI.
PEMBAHASAN
Perjanjian lisensi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, yang mana satu pihak
yaitu pemegang hak bertindak sebagai pihak yang memberikan lisensi, sedangkan pihak yang
lain bertindak sebagai pihak yang menerima lisensi.
Pengertian lisensi itu sendiri adalah izin untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu
obyek yang dilindungi HKI untuk jangka waktu tertentu. Sebagai imbalan atas pemberian lisensi
tersebut, penerima lisensi wajib membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu
tertentu. Mengingat hak ekonomis yang terkandung dalam setiap hak eksklusif adalah banyak
macamnya, maka perjanjian lisensi pun dapat memiliki banyak variasi. Ada perjanjian lisensi
yang memberikan izin kepada penerima lisensi untuk menikmati seluruh hak eksklusif yang ada,
tetapi ada pula perjanjian lisensi yang hanya memberikan izin untuk sebagian hak eksklusif
saja, misalnya lisensi untuk produksi saja, atau lisensi untuk penjualan saja
Lisensi dalam pengertian yang lebih lanjut senantiasa melibatkan suatu bentu perjanjian
(kontrak tertulis) dari pemberi lisensi dan penerima lisensi. Perjanjian tersebut juga berfungsi
sebagai dan merupakan bukti pemberian izin dari Pemberi izin lisensi kepada Penerima Lisensi
untuk menggunakan nama dagang, paten atau hak milik lainnya (Hak atas Kekayaan Intelektual).
Pemberian hak untuk memanfaatkan HaKI ini disertai dengan imbalan dalam bentuk
pembayaran royalty oleh Penerima Lisensi kepada Pemberi Lisensi. Pengertian Lisensi telah
berkembang dan diambil alih dalam peraturan perundang-undangan Republik Indonesia yaitu:
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang Hak Rahasia Dagang kepada pihak
lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak)
untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu Rahasia Dagang yang diberi perlindungan
dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu.
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang Hak Desain Industri kepada pihak lain melalui
suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) Rahasia Dagang untuk
menikmati manfaat ekonomi dari suatu Desain Industri yang diberi perlindungan dalam jangka
waktu tertentu dan syarat tertentu.
2.2.3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan
hak) untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang
diberi perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu.
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang Paten kepada pihak lain berdasarkan
perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu paten yang diberi
perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu.
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik Merek terdaftar kepada pihak lain melalui suatu
perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk menggunakan merek
tersebut, baik untuk seluruh atau sebagian jenis barang dan/atau jasa yang didaftarkan dalam
jangka waktu tertentu dan syarat tertentu.
Sesuai dengan ketentuan dalam paket Undang-Undang tentang HKI, maka suatu
perjanjian lisensi wajib dicatatkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang
kemudian dimuat dalam Daftar Umum dengan membayar biaya yang besarnya ditetapkan
dengan Keputusan Menteri. Namun, jika perjanjian lisensi tidak dicatatkan, maka perjanjian
lisensi tidak mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga, yang dengan sendirinya tidak
termasuk kategori pengecualian sebagaimana dimaksud dalam pedoman ini.
Perjanjian lisensi dapat dibuat secara khusus, misalnya tidak bersifat eksklusif. Apabila
dimaksudkan demikian, maka hal tersebut harus secara tegas dinyatakan dalam perjanjian lisensi.
Jika tidak, maka perjanjian lisensi dianggap tidak memakai syarat non eksklusif. Oleh karenanya
pemegang hak atau pemberi lisensi pada dasarnya masih boleh melaksanakan sendiri apa yang
dilisensikannya atau memberi lisensi yang sama kepada pihak ketiga yang lain.
Perjanjian lisensi Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) merupakan perjanjian dimana hal
yang diperjanjikan dalam perjanjiannya merupakan pemberian izin oleh Pemberi Lisensi kepada
Penerima Lisensi untuk memanfaatkan atau menggunakan suatu kekayaan intelektual yang
dipunyai Pemberi Lisensi berdasarkan syarat-syarat tertentu dan dalam jangka waktu tertentu
yang biasanya disertai dengan imbalan berupa royalti. Pemberian lisensi dalam perjanjian
tersebut terbatas pada Hak Ekonomi dari HaKI saja (tidak mencakup Hak Moral dari HaKI).
Sebagai contoh, dalam hak-hak yang dipunyai oleh seorang Pemegang Hak Cipta
mencakup hak untuk mengumumkan ciptaan (melakukan pembacaan, penyiaraan, pameran,
penjualan, pengedaran dan penyebaran terhadap Ciptaan) dan hak untuk memperbanyak ciptaan
(melakukan penambahan jumlah, pengalihwujudan/perubahan terhadap ciptaan). Maka dalam
perjanjian lisensi HaKI, sebagian atau seluruh dari hak mengumumkan dan memperbanyak
ciptaan itulah yang didapat dan dinikmati oleh Penerima Lisensi.
Perjanjian lisensi ini biasanya dibuat karena memiliki beberapa manfaat, seperti :
Lisensi Eksklusif => Pemberi Lisensi hanya memberikan lisensi HaKI kepada satu pihak
dalam suatu daerah dan jangka waktu yang ditentukan.
Lisensi Non – Eksklusif => Pemberi Lisensi memberikan lisensi HaKI kepada beberapa
pihak dalam suatu daerah dan jangka waktu yang ditentukan.
Lisensi Penuh => Pemberi Lisensi memberikan lisensi kepada Penerima lisensi untuk
memanfaatkan atau menggunakan seluruh hak dari HaKI yang dimiliki oleh Pemberi
Lisensi.
Lisensi Sebagian => Pemberi Lisensi memberikan lisensi kepada Penerima lisensi untuk
hanya memanfaatkan atau menggunakan sebagian hak dari HaKI yang dimiliki oleh
Pemberi Lisensi.
Lisensi Bebas => Pemberian lisensi dilakukan tanpa adanya pembayaran royalti oleh
Penerima Lisensi
Lisensi Royalti => Pemberian lisensi dilakukan dengan adanya pembayaran royalti oleh
Penerima lisensi
Lisensi Paksa => Lisensi yang diberikan tidak secara sukarela oleh pemilik atau
pemegang HaKI yang dilisensikan secara paksa tersebut, melainkan diberikan oleh suatu
badan nasional yang berwenang.
1. Lisensi Non-Eksklusif
2. Semua hak terlisensikan/dapat digunakan oleh Penerima Lisensi
3. Jangka Waktunya proporsional dengan perjanjiannya (Biasanya 1 tahun)
4. Perjanjian dapat diperpanjang
Bagian isi dalam perjanjian lisensi HaKI sebaiknya memuat ketentuan dibawah ini agar
meminimalisir terjadinya sengketa ataupun ketidak jelasan dalam perjanjian tersebut :
Penjelasan mengenai jenis HaKI serta hak-hak apa saja yang dilisensikan
Siapa pemilik HaKI serta hak-hak dari pemilik HKI tersebut
Siapa pemegang HaKI serta hak-hak dari pemegang HKI tersebut
Siapa yang bertanggung jawab untuk mendaftarkan dan melindungi HKI tersebut
Jangka waktu lisensi
Apakah lisensi dapat diperpanjang, dan apa saja syaratnya
Tindakan atau kejadian yang dapat melanggar perjanjian lisensi
Tindakan atau kejadian yang secara otomatis dapat mengakhiri kontrak
Peringatan
Keadaan Darurat
Prosedur Penyelesaian Sengketa
Hukum yang mengatur masalah perjanjian ini
9 Tugas Hukum Perikatan “Lisensi”
Amandemen klausul
Upaya hukum yang dapat dilakukan salah satu pihak apabila merasa dirugikan dengan
adanya perjanjian lisensi merek diantaranya dengan penyelesaian sengketa Alternatif yang diatur
dalam Pasal 84 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang menyebutkan para
pihak dapat menyelesaikan sengketa melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.
Selain dalam Undang-Undang Merek penyelesaian sengketa alternatif lebih khusus diatur dalam
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
Alternatif. Penyelesaian Sengketa dalam ruang lingkup hukum keperdataan khususnya
Perjanjian Lisensi Merek dapat diselesaikan secara non litigasi yaitu penyelesaian sengketa
alternatif diluar sistem dan hukum acara yang berlaku pada badan peradilan. Alternatif
penyelesaian sengketa dapat diselesaikan dengan konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi,
atau penilaian ahli serta melalui arbitrase. Kemudian dapat secara litigasi diselesaikan
melalui badan pengadilan dengan mempergunakan hukum acara perdata yang berlaku di
Indonesia
Sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 dapat diajukan
kepada Pengadilan Niaga maupun Pengadilan Negeri (diatur dalam pasal 90 UU Nomor 15
Tahun 2001).3 Sanksi yg diberikan kepada tergugat dapat berupa ganti rugi dalam sejumlah
uang, penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan menggunakan merek tersebut, serta
pidana dan denda yang diterapkan bersamaan, hal ini tergantung dari tingkat kesalahan dari
pelanggar itu sendiri.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Lisensi adalah izin untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu obyek yang dilindungi
HaKI untuk jangka waktu tertentu. Sebagai imbalan atas pemberian lisensi tersebut, penerima
lisensi wajib membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.
Mengingat hak ekonomis yang terkandung dalam setiap hak eksklusif adalah banyak macamnya,
maka perjanjian lisensi pun dapat memiliki banyak variasi. Ada perjanjian lisensi yang
memberikan izin kepada penerima lisensi untuk menikmati seluruh hak eksklusif yang ada, tetapi
ada pula perjanjian lisensi yang hanya memberikan izin untuk sebagian hak eksklusif
saja, misalnya lisensi untuk produksi saja, atau lisensi untuk penjualan saja.
Sumber Buku
Lindsey, Tim. Et al. Ed. Hak Kekayaan Intelektual. Bandung: Alumni, 2006.
Saidin, H. OK. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Cet. 4. Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2004.
Harjowidigdo, Rooseno. Mengenal Hak Cipta Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994.
Saidin, S.H., M. Hum. Aspek Hukum dan Kekayaan Intelektual. Rajagrafindo. Jakarta. 1997
Sumber Internet
http://hukum2industri.wordpress.com/2011/06/07/lisensi-dan-waralaba/
http://lailamaharani.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-persyaratan-perjanjian.html
http://blsfhui.org/main/?p=984
staff.blog.ui.ac.id/brian.amy