Anda di halaman 1dari 12

AUDIT SIKLUS AKUISISI DAN PEMBAYARAN:

PENGUJIAN PENGENDALIAN, SUBTANTIS TRANSAKSI DAN UTANG


DAGANG.

KELOMPOK V :

DISTRI KARUNIA PUTRI (02320170173)


SILVIRA (02320170177)
NUR JANNA (02320170178)
NURUL AZIZAH (02320170180)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020 - 2021
AUDIT SIKLUS AKUISISI DAN PEMBAYARAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN, SUBTANTIS
TRANSAKSI DAN UTANG DAGANG

Keseluruhan dalam audit siklus akuisisi dan pembayaran adalah untuk mengevaluasi apakah akun
dipengaruhi oleh akuisisi barang dan jasa dan pengeluaran kas untuk akuisisi tersebut telah disajikan
dengan wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pembayaran untuk barang dan jasa
merupakan aktivitas penting bagi seluruh entitas.Aktivitas tersebut secara langsung mengurangi saldo
akun utang, terutama utang dagang. Dokumen yang berhubungan dengan proses pengeluaran kas yang
harus diperiksa auditor terdiri atas, cek, berkas transaksi pengeluaran kas, daftar pengeluaran kas, dan
lain-lain.

Dalam audit tertentu, akun yang paling banyak menghabiskan waktu untuk diverifikasi dengan pengujian
subtantif atas perincian saldo adalah piutang dagang, persediaan, asset tetap, utang dagang, dan akun
beban. Pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi untuk siklis akuisisi dan
pembayaran dibagi menjadi dua wilayah besar, yaitu: Pengujian akuisisi, meliputi tiga dari empat fungsi
bisnis yang di bahas diawal bab ini, pemrosesan pesanan pembelian, penerimaan barang dan jasa, dan
pengakuan utang. Pengujian pembayaran, yang meliputi fungsi ke empat yaitu pemrosesan dan
pencatatan pengeluaran kas.

I. AKUN DAN KLASIFIKASI TRANSAKSI DALAM SIKLUS AKUISISI DAN


PEMBAYARAN

Tujuan keseluruhan dalam audit siklus akuisisi dan pembayaran adalah untuk mengevaluasi
apakah akun dipengaruhi oleh akuisisi barang dan jasa dan pengeluaran kas untuk akuisisi tersebut telah
disajikan dengan wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Terdapat 3 klasifikasi transaksi dalam siklus ini, yaitu:

1. Akuisisi barang dan jasa

2. Pengeluaran kas

3. Retur pembelian dan cadangan serta potongan pembelian

Terdapat 10 akun yang termasuk dalam siklus akuisisi dan pembayaran dalam akun T pada
gambar dibawah ini.Akun pengendalian untuk tiga kategori biaya yang paling banyak digunakan oleh
perusahaan.Untuk setiap akun pengendalian, juga diberikan contoh untuk akun beban anak perusahaannya
perlu digarisbawahi bahwa akun dalam jumlah besar dipengaruh oleh siklus ini. Oleh karenanya tidak
mengherankan jika proses audit untuk siklus akuisisi dan pembayran memakan waktu yang lebih lama
daripada siklus lainnya.
Pada gambar dibawah, menunjukkan bahwa setiap transaksi akan didebet atau dikredit ke utang
dagang. Oleh karena banyak perusahaan banyak melakukan akuisisi melalui kas kecil maka gambar ini
sebenarnya sangat sederhana. Diasumsikan bahwa akuisisi yang dibayar tunai diproses dengan cara yang
sama dengan yang menggunakan utang dagang.

Gambar akun dalam siklus akuisisi dan pembayaran.

II. Fungsi Bisnis Dalam Siklus Serta Dokumen Dan Catatan Terkait

Siklus akuisisi dan pembayaran melibatkan keputusan dan proses yang diperlukan untuk memperoleh
barang serta jasa guna mengoperasikan suatu bisnis. Siklus tersebut umumnya dimulai dengan pembuatan
permintaan pembelian oleh karyawan yang berwenang yang memerlukan barang dan jasa, dan berakhir
dengan pembayaran utang usaha.

1. Memproses Pesanan Pembelian

Permintaan akan barang dan jasa oleh personil klien merupakan titik awal bagi siklus ini. Dokumen
yang umum digunakan meliputi:

a. Permintaan pembelian (purchase requisition),

Permintaan pembelian digunakan untuk meminta barang dan jasa oleh karyawan yang
berwenang.

b. Pesanan pembelian (purchase order),

Pesanan pembelian adalah dokumen yang digunakan untuk memesan barang dan jasa dari vendor.

c. Faktur vendor (vendor invoice),

Faktur vendor adalah dokumen yang diterima dari vendor dan menunjukkan jumlah yang terutang
atas suatu akuisisi

d. Memo debet (debit memo),

Memo debet merupakan dokumen yang diterima dari vendor dan menunjukkan pengurangan
jumlah yang terutang kepada vendor akibat retur barang atau pengurangan yang diberikan.

e. Voucher,

Voucher sering digunakan oleh organisasi dalam menetapkan cara yang formal untuk mencatat
dan mengendalikan akuisisi, terutama dengan memungkinkan setiap transaksi akuisisi diberi
nomer urut.

f. File transaksi akuisisi,


File transaksi akuisisi adalah file yang dibuat computer yang meliputi semua transaksi akuisisi
yang diproses oleh system akuntansi selama satu periode.

g. Jurnal akuisisi atau listing,

Listing atau laporan ini dibuat dari file transaksi akuisisi dan umumnya meliputi nama vendor,
tanggal, jumlah, dan klasifikasi akun atau klasifikasi setiap transaksi, seperti perbaikan dan
pemeliharaan, persediaan atau utilitas.

h. File induk utang usaha (accounts payable master file),

Mencatat transaksi akuisisi, pengeluaran kas, serta retur dan pengurangan akuisisi untuk setiap
vendor. File induk ini diperbaharui dari file transaksi akuisisi, retur dan pengurangan, serta
pengeluaran kas yang terkomputerisasi.

i. Neraca saldo utang usaha (accounts payable trial balance),

Mencantumkan jumlah yang terutang kepada setiap vendor atau dari setiap faktur atau voucher
pada suatu titik waktu. Neraca tersebut dibuat langsung dari file induk utang usaha

j. Laporan vendor (vendor’s statement).

Dokumen yang disiapkan setiap bulan oleh vendor dan menunjukkan saldo awal, akuisisi, retur
dan pengurangan, pembayaran kepada vendor dan menunjukkan saldo awal, akuisisi, retur, dan
pengurangan, pembayaran kepada vendor, dan saldo akhir.

2. Memproses dan Mencatat Pengeluaran Kas

Pembayaran atas pembelian barang dan jasa merupakan aktivitas yang signifikan bagi semua entitas.
Aktivitas tersebut secara langsung akan mengurangi saldo akun kewajiban, terutama utang usaha.
Dokumen yang terkait dengan proses pengeluaran kas yang diperiksa auditor termasuk:

a. Cek,

Dokumen ini umumnya digunakan untuk membayar akuisisi ketika pembayaran sudah jatuh
tempo.

b. File transaksi pengeluaran kas (cash disbursement transaction file),

File yang dibuat dengan computer yang mencantumkan semua transaksi pengeluaran kas yang
diproses oleh system akuntansi selama suatu periode.

c. Jurnal atau listing pengeluaran kas (cash disbursement Journal or Listing).

Listing atau laporan yang dibuat dari file transaksi pengeluaran kas yang mencantumkan semua
transaksi selama setiap periode waktu.
3. Akuisisi Telah Dicatat Secara Akurat (keakuratan)

Luas pengujian yang terinci atas akun neraca dan beban tergantung pada evaluasi auditor mengenai
keefektifan pengendalian internal, keakuratan transaksi akuisisi yang dicatat.Pengujian yang terinci atas
persediaan dapat dikurangi secara signifikan apabila auditor yakin bahwa catatan perpetual memang
akurat dan biasanya diuji sebagai bagian dari pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas
transaksi akuisisi.

4. Akuisisi Telah Diklasifikasikan dengan Benar (klasifikasi)

Pengujian yang terinci dapat dikurangi jika auditor yakin bahwa pengendalian internal sudah
memadai untuk memberikan kepastian yang layak menyangkut klasifikasi yang benar dalam jurnal
akuisisi. Karena relative mengabiskan waktu bagi auditor untuk mendokumentasikan pengujian atas
akuisisi aktiva tetap demi tujuan keakuratan dan klasifikasi.

III. PENGARUH E-COMMERCE DALAM SIKLUS AKUISISI &PEMBAYARAN

Perusahaan menggunakan internet dari opsi e-commerce lainnya untuk merampingkan prosesakuisisi
barang dan jasa juga sering memungkinkanpengiriman produk barang dan jasa dengan lebihcepat karena
waktu yang terkait dengan melakukanpesanan secara online dapat dihemat. Dan beberapaperusahaan
menggunakan Ekstranet , yangmerupakan jaringan kerja pribadi yang dibangun atasdasar teknologi
internet, yang memungkinkanpemasok dan pelanggan bisnis mengkomunikasikanserta melakukan bisnis
secara langsung dalam settingyang aman

IV. METODOLOGO DESAIN PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Pengujian substantif merupakan langkah ketiga dari tahap pelaksanaan pemeriksaan. Pengujian
substantive meliputi prosedur- prosedur audit yang diracang untuk mendeteksi monetary errors atau salah
saji yang secara langsung berprngaruh terhadap kewajaran saldo – saldo laporan keuangn.

Jenis pengjian substantive :

a. Pengujian atas transkasi

b. Prosedur analitis

c. Pengujian terperinci atas saldo


a) Pengujian atas transaksi

Penguian atas transaksi (substantive test of transaction) meliputi prosedur – prosedur audit ntuk
pengujian kecermatan pencatatan transaksi. Tujuan dilakukannya pengujian atas transaksi adalah untuk
menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah terotorisasi dengan pantas, dicatat, dan diikhtisarkan
dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku pembantu dangan benar.

Untuk menentukan apakah semua transaksi telah memenuhi tujuan audit untuk transaksi:

 Esixtence

 Completeness

 Accuracy

 Classification

 Timing

 Posting and summarizing

Jika auditor percaya bahwa transaksi di catat dengan benar dalam jurnal dan diposting dengan
benar, maka auditor akan percaya bahwa total buku besar adalah benar.

Pengujian detail transaksi ini dilakukan untuk menentukan :

a. Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi

b. Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi dalam jurnal

c. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi dalam buku besar dan buku pembantu.

Metodologi Perancangan Program Audit untuk Pengujian atas Transaksi.

Program audit pengujian atas transaksi, biasanya mencakup :

 Bagaimana penjelasan yang mendokumentasikan pemahaman yang diperoleh mengenai struktur


pengendalian intern.

 Gambaran prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian
intern.

 Rencana tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan


Baik prosedur yang di jalankan maupu risiko pengendalian yang direncanakan akan mempengaruhi
program audit pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi.

Metodologi untuk merancang pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive atas
transaksi:

 Prosedur audit

 besar sempel

 pos / unsure yang dipilh

 saat pelaksanaan

Prosedur audit pengujian atas transaksi akan mencakup baik pengujian atas pengendalian maupun
pengujian substantive atas transaksi dan bervariasi tergantung kepada rencana risiko pengendalian yang di
tetapkan.

Jika pengendalian efektif dan risiko pengendalian yang direncanakan rendah, penekanaan akan
banyak diberikan kepada pengujian atas pengendalian. Beberapa pengujian substantive atas transaksi juga
akan ditekankan.

Jika risiko pengendalian ditetapkan, maka hanya pengujian substantive atas transaksi yang akan
digunakan. Prosedur yang dilakukan dalam memperoleh pemahaman pengendalian intern akan
mempengaruhi pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi.

 Prosedur Audit yang dilakukan dalam Pengujian Detai Transaksi:

 Tracing : pilih satu sempel sales invoice dan telusur ke sales journal

 Vouching: pilih satu sempel transaksi yang di catat dalam sales journaldan telusur ke sales
invoices.

 Reperforming :periksa kercermatan perkaliandan penjumlahan pada sales invoice.

 Inquiring : tanyakan pada klien apakah ada transaksi- transaksi related parties.

Pada pegujian detail transaksi, auditor mengarahkan pengujianya untuk memperoleh temuan
mengenai ada tidaknya kesalahan yang bersifat moneter. Auditor tidak mengarahkan pengujian detail
transaksi untuk memperoleh temuan tentang penyimpangan kebijakan dan prosedurpengendalian.

Pengujian ini umunya leihanyak menyita waktu dibandingkan prosedur analitis, oleh karenanya
pengujian ini lebih banyak membutuhkan biaya dari pada prosedur anatilis.
b. Prosedur Analitis

prosedur analitis yang sering dilakuakan auditor adalah perhitungan rasio untuk membandingkan
dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan. tujuan penggunaan prosedur analitis adalah:

a. Memahami bidang usaha klien

b. Menetapkan kemampuan kelangdungan hidup entitas

c. Indikasi timbulnya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan

d. Menggurangi pengujian audit yang lebih rinci

Efektifitas dan efisiensi prosedur analitis dalam mendeteksi kemungkinan terjadi salah saji
material, tergantung pada factor:

1. Sifat asersi

2. Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan

3. Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangakan harapan

4. Ketepatan harapan

Prosedur analaitias dilakukan pada tiga tahap audit yang berbeda, yaitu :

a. Tahap perencanaan untuk membantu auditor menentukan bahan bukti lain yang di perlukan untuk
memenuhi resiko audit yang di inginkan (disyaratkan)

b. Selama pelaksanaan audit bersama- sama dengan pengujian atas transaksi dan pengujian terinci
atas saldo (bebas pilih)

c. Mendekati penyelesaian akhir audit sebagai pengujian kelayakan akhir (disyaratkan)

c. pengujian terinci atas saldo

pengujian terinci atas saldo memusatkan pada saldo akhit buku besar baik untuk akun neraca
maupun labarugi, tetapi penekanan utama adalah pada neraca.

Pengujian detail saldo akun yang direncaakan harus cukup memadai untuk memenuhi setiap
tujuan spesifik audit dengan memuaskan. Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi tahap –
tahap sebagai berikut :

1. Menetapkan materialitas dan resiko audit ynag dapat di terima dan resiko bawaan suatu akun.

Setelah estimasi awal mengenai materialitas untuk audit secara keseluruhan dan mengalokasikan
totalnyake saldo akun telah di putuskan auditor, salah saji yang dapat di toleransi di tentukan untuk
masing- masng saldo yang signifikan. Salah saji yang ditoleransi makin rendah akan menyebabkan
pengujian terinci atas saldo makin besar. Resiko audit yang dapat diterima biasanya diputuskan untuk
audit secara keseluruhan, daripada berdasarkan siklus. Pengecualian adalah kalau auditor yakin bahwa
salah saji pada perkiraan tertentu seperti piutang lebih berpengaruh negative terhadap pemakai daripada
salah saji yang sama dari perkiraan lain. Resiko bawaan ditetapkan dengan mengidentifikasi semua aspek
historis, linkungan atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan besar terjadi salah saji dalam
tahun berjalan.

2. Menetapkan resiko pengendalian untuk suatu siklus akuntansi

Pengendalian yang efektif akan mengurangi resiko pengendalian dan dengan demikian mengurangi
barang bukti yang diperlukan untuk pengujian substantive atas transaksi dan pengujian terinci atas saldo.
Pengendalian yang tidak memadai meningkatkan bahan bukti substantive yang dibutuhkan.

3. Merancang pengujian pengendalian, transaksi dan prosuder analisis untuk suatu siklus akuntansi.

Pengujian dirancang dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh hasil yang diperkirakan
ini akan mempengaruhi rancangan pengujian terinci atas saldo.

4. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit.

Pengujian terinci atas saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, besar sempel, pos garing
miring unsure yang dipilih dan saat pengujian. Prosedur-prosedur harus dipilih dan dirancang bagi
masing-masing perkiraan dan masing-masing tujuan audit dalam setiap perkiraan.

V. METODOLOGI DESAAIN PENGUJIAN PERINCIAN SALDO UTANG USAHA.

Karena semua transaksi dalam siklus akuisisi dan pembayaran umumnya mengalir melalui utang
usaha, akun ini penting bagi audit atas siklus akuisisi dan pembayaran. Utang usaha adalah kewajiban
yang belum dibayar atas barang dan jasa yang diterima dalam peristiwa bisnis yang biasa.

Utang usaha harus dibedakan dari kewajiban akrual dan kewajiban berbunga. Kewajiban akan
dianggap utang usaha hanya jika total kewajiban itu diketahui dan terhutang pada tanggal neraca. Jika
kewajiban mencakup pembayaran bunga, hal tersebut harus dicatat sebagai wesel bayar, utang kontrak,
utang hipotik, atau utang obligasi.

Jika pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi terkait menunjukkan bahwa
pengendalian telah beroperasi secara efektif, dan jika hasil prosedur analitis memuaskan, auditor mungkin
akan mengurangi pengujian atas rincian saldo utang usaha. Akan tetapi, karena utang usaha cenderung
material bagi sebagaian besar perusahaan, auditor hampir selalu melaksanakan sejumlah pengujian atas
rincian saldo.
1) Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Utang Usaha (Tahap I)

Focus yang diberikan banyak perusahaan pada perbaikan aktivitas manajemen mata rantai suplainya
telah menimbulkan banyak perubahan dalam rancangan system yang digunakan untuk mengawali serta
mencatat aktifitas akuisisi dan pembayaran. Usaha untuk merampingkan proses pembelian barang dan
jasa telah mengubah semua aspek siklus akuntansi dan pembayaran bagi banyak perusahaan. Pengaturan
system tersebut dapat menjadi kompleks. Auditor harus memahami sifat perubahan system tersebut utuk
mengidentifikasi apakah risiko bisnis klien dan pengendalian manajemen yang terkait mempengaruhi
kemungkinan salah saji yang material dalam utang usaha.

2) Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)

Seperti halnya Piutang usaha, utang usaha seringkali saldonya berjumlah besar dan terdiri dari
sejumlah besar saldo vendor serta relative mahal untuk mengaudit akun tersebut. Karena alasan itu
auditor umumnya menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi yang relative tinggi untuk utang usaha.
Auditor sering menilai risiko inheren sebagai sedang atau tinggi. Mereka peduli dengan tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo pisah batas dan kelengkapan karena berpotensi menimbulkan kurang saji saldo
akun.

3) Menilai Risiko Pengendalian dan Merancang serta Melaksanakan Pengujian pengendalian dan
pengujian Substantif atas Transaksi (tahap I dan II)

Setelah menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan risiko inheren , auditor menilai risiko
pengendalian berdasarkan pemahaman terhadap pengendalian internal. Pengujian sustantif bergantung
pada keefektifan relative pengendalian internal yang berhubungan dengan utang usaha. Setelah menilai
risiko pengendalian, auditor merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian
substrantif atas transaksi akuisisis dan pengeluaran kas.

4) Merancang dan Melaksanakan Prosedur analitis (tahap III)

Tujuan audit atas utang usaha secara keseluruhan adalah untuk menentukan apakah saldo utang usaha
telah dinyatakan secara wajar dan diungkapkan secaraa layak. Nilai realisasi tidak dapat diterapkan pada
kewajiban. Penekanan yang penting dalam audit atas kewajiban dan aktiva. ketika memverifikasi aktiva
auditor menekankan lebih saji melalui verifikasi dengan konfirmasi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
dokumen pendukung.auditor tidak boleh mengabaikan kemungkinan aktiva mengalami kurang saji tetapi
lebih memperhatikan lebih saji. Karena lebih saji ekuitas pemilik dapat terjadi baik dari lebih saji aktiva
atau kurang saji kewajiban, merupakan hal yang alami bagi akuntan public untuk menekankan kedua
salah saji tersebut.

Penggunaan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo sama dengan yang diterapkan untuk
memverifikasi piutang usaha, karena tujuan itu juga dapat diterapkan pada kewajiban dengan tiga
modifikasi kecil:
1. Tujuan nilai realisasi tidak dapat diterapkan pada kewajiban. Nilai realisasi hanya dapat diterapkan
pada aktiva.

2. Aspek hak dalam tujuan hak dan kewajiban tidak dapat diterpkan pada kewajiban. Untuk aktiva
auditor menggunakan hak klien atas penggunaan dan pelepasan aktiva. untuk kewajiban auditor
memperhatikan kewajiban klien atas pembayaran kewajiban.

3. Untuk kewajiban, penekanan diberikan pada pencarian kurang saji dan bukan lebih saji.

Pengujian Kewajiban Setelah Periode

Karena menekankan pada kurang saji dalam akun kewajiban, pengujian kewajiban setelah
periode (out-of-period liabilities test) merupakan hal yang penting bagi utang usaha. Luas pengujian
untuk mengungkapkan utang usaha yang belum tercatat, sering disebut pencarian utang usaha yang belum
tercatat, sangat tergantung pada penilaian risiko pengendalian dan materialitas saldo akun yang potensial.
Prosedur audit yang sama digunakan untuk mengungkapkan utang yang belum tercatat dapat diterpkan
pada tujuan keakuratan.

Memeriksa dokumentasi yang mendasari pengeluaran kas selanjutnya, auditor memeriksa


dokumen pendukung menyangkut pengeluaran kas setelah tanggal neraca guna menentukan apakah
pengeluaran kas dilakukan untuk kewajiban periode berjalan. Jika memang untuk kewajiban periode
berjalan, auditor harus menelusurinya ke neraca saldo utang usaha untuk memastikan bahwa pembayaran
tersebut telah dilakukan.

Memeriksa dokumentasi yang mendasari untuk tagihan yang belum dibayar beberapa minggu
setelah akhir tahun, auditor melaksanakan prosedur ini dengan cara yang sama seperti sebelumnya dan
untuk tujuan yang sama.prosedur ini berbeda karena dilakukan untuk kewajiban yang belum dibayar
mendekati akhir pekerjaan lapangan audit bukan untuk kewajiban yang telah dibayar.

Menelusuri laporan penerimaan yang dikeluarkan sebelum akhir taun ke vaktur vendor terkait,
semua barang dagang yang diterima sebelum akhir taun periode akuntansi harus dicantumkan sebagai
utang usaha.

Menelusuri laporan vendor yang menunjukan saldo yang jatuh tempo ke neraca saldo utang
usaha, jika klien menyimpan file laporan vendor, auditor dapat menelusuri setiap laporan yang memiliki
saldo yang jatuh tempo pada tanggal neraca ke listing untuk memastikan bahwa hal itu telah dicantumkan
sebagai utang usaha.

Mengirim konfirmasi ke vendor dengan siapa klien melakukan bisnis, walaupun penggunaan
konfirmasi untuk utang usaha kurang begitu umum ketimbang untuk piutang usaha, auditor kadang-
kadang menggunakannya untuk menguji vendor yang dihapus dari daftar utang usaha, transaksi yang
dihilangkan dan saldo akun yang salah saji.

Pengujian pisah batas (cutoff tests) utang usaha dilakukan untuk menentukan apakah transaksi
yang dicatat bebrapa hari sebelum dan setelah tanggal neraca dicantumkan pada periode yang benar.
Lima pengujian audit kewajiban setelah periode yang baru saja kita bahas semuanya ,merupakan
pengujian pisah batas untuk akuisisi tapi menekankan pada kurang saji.

Hubungan pisah batas dengan observasi fisik persediaan, dalam ,menentukan apakah pisah batas
utang usaha sudah benar, sangatlah penting jika pengujian pisah batas dikoordinasikan dengan observasi
fisik persediaan.

Perbedaa dalam perjalanan, menyangkut utang usaha, auditor harus membedakan antara akuisisi
persediaan atas dasar FOB destination dan atas dasar FOB origin. Untuk FOB destination, hak akan
berpindah ke pembeli ketika persediaan diterima, sehingga hanya persediaan yang diterima pada atau
sebelum tanggal neraca yang harus dimasukan dalam persediaan dan utang usaha pada akhir tahun. Jika
akuisisi dilakukan atas dasar FOB origin,perusahaan harus mencatat persediaan dan utang yang terkait
pada periode berjalan jika pengiriman dilakukan pada atau setelah tanggal neraca.

Perbedaan antara faktur vendor dan laporan vendor, auditor harus membedakan antara faktur
vendor dengan laporan keuangan ketika memverivikasi jumlah yang terutang kepada vendor. Auditor
akan memperoleh bukti yang sangat handal mengenai setiap transaksi ketika mereka memeriksa faktur
faktur vendor dan dokumen pendukung terkait setiap laporan penerimaan dan pesanan pembelian.

Perbedaan antara laporan vendor dan konfirmasi perbedaan yang paling penting terletak pada
sumber informasinya. Laporan vendor disiapkan oleh vendor (pihak ketiga yang independen) tetapi
berada ditangan klien pada saat auditor memeriksanya. Hal ini memberikan klien kesempatan untuk
mengubah laporan vendor untuk menyimpan laporantertentu dari auditor.

Anda mungkin juga menyukai