Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 4

• CITRA CHINTYA PRATIWI (023 2017 0171)

• SILVIRA (023 2017 0177)

• RESKY OKTAVIA (023 2017 0187)

• WANDA HAMIDA (023 2017 0189)

• NUR AWALIYAH RAMADHANI (023 2017 0194)

soal

1. Ada 4 alasan perusahaan untuk going internasional :

- Growth opportunities (peluang pertumbuhan)

- Less dependence on domestic economy (berkurangnya ketergantungan pada ekonomi


domestic)

- Customer demand (permintaan pelanggan)

- Lower costs (biaya rendah)

Berikan contoh perusahaan dengan masing-masing alasan di atas !

Jawaban :

A. growth opotunities (peluang pertumbuhan)

Contoh perusahaan :

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (“ICBP” atau “Perseroan”) merupakan produsen makanan
dalam kemasan yang mapan dan terkemuka dengan berbagai pilihan produk makanan sehari-
hari bagi konsumen di segala usia. Banyak di antara merek produknya merupakan merek
terkemuka yang telah melekat di hati masyarakat Indonesia, serta memperoleh kepercayaan
dan loyalitas jutaan konsumen di Indonesia selama bertahun-tahun.Indomie juga sudah
menembus pasar luar negeri seperti Asia, Australia, AS, Eropa, hingga Afrika.Dalam merambah
pasar internasional, Indofood membuka fasilitas produksi mie instan di berbagai negara, seperti
di Jeddah, Saudi Arabia, dan Nigeria. Selain itu, Indofood juga memasarkan Indomie dengan
menggunakan cara lisensi seperti kepada Pinehill Arabia Food Limited (Saudi Arabia) dan De
United Food Industries Limited (Nigeria), yang keduanya memperoleh hak untuk menggunakan
merek Indomie di negaranya masing-masing. Bahkan, di Nigeria, yang merupakan pasar mie
instan terbesar ke-13 di dunia, Indomie sudah seperti makanan pokok dan dianggap sebagai
makanan asli Nigeria sendiri. Di tahun 1989, INDF masuk ke bisnis food seasonings yang
menghasilkan kecap dan bumbu, dan 2 tahun kemudian juga membuat saus tomat dan sambal.
Di tahun yang sama, INDF mengakuisisi PT Sari Pangan Nusantara, produsen makanan balita
merek SUN. Selain membuat produk sendiri, di tahun 1990 INDF menjalin joint venture dengan
Pepsico Foods yang punya merek Frito-Lay dan membuat snack berbahan baku kentang, dengan
merek-merek seperti Chitato, Cheetos dan Chikita, snack foods berbahan baku ketela yang
jumlahnya memang melimpah di Indonesia.

Nata de coco

Perusahaan yang didirikan pada tahun 1999 ini sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia.
Dengan produk andalan yaitu nata de coco yang terbuat dari kelapa asli Indonesia. Perusahaan
ini pada awalnya memiliki nama PT Niramas Utama, namun melihat ekspansi global dalam
sektor nata de coco begitu diterima oleh Jepang, kemudian lahirlah merk Inaco yang merupakan
singkatan dari Indonesia Nata De Coco. Perusahaan ini menyadari bahwa kelemahan produk
Indonesia adalah kualitasnya yang kurang dan juga standar produksi perusahaan dibawah rata-
rata. Oleh karenanya kedua hal tersebut yang menjadi fokus dari Inaco. Segmen menengah
keatas kemudian menjadi sasarannya agar sesuai dengan upaya peningkatan kualitas dan
standar produksi. Kini Inaco sudah menjadi produk global yang bisa diterima oleh dunia, karena
kualitas produk dan inovasi yang terus dilakukan.

B. Less dependence on domestic economy (berkurangnya ketergantungan pada ekonomi


domestic)

Contoh perusahaan :

Go-Jek

Semua sudah tahu si pasukan hijau ini. Go-Jek merupakan perusahaan jasa yang mengandalkan
Sharing Economy. Go-Jek juga merupakan perusahaan startup dimana memanfaatkan teknologi
serta aplikasi untuk mendapatkan konsumen lebih banyak. Dalam sistem Sharing Economy, Go-
Jek memanfaatkan para pelanggan yang ingin membutuhkan alat transportasi yang cepat
sampai tujuan dan aman serta tidak terjebak macet. Dari sisi driver Go-Jek, mereka akan
memanfaatkan sepeda motor yang ada untuk menghasilkan banyak pendapatan.
Dari sini Go-Jek terus berkembang ke pusat-pusat kota lain di Indonesia. Jadi, tidak hanya di
Jakarta melainkan di beberapa kota besar lainnya termasuk Jogjakarta. Inilah konsep Sharing
Economy yang ada di Go-Jek dimana membuat konsumen lebih efisien terhadap waktu dan
ongkos. Driver Go-Jek juga merasa diuntungkan karena manajemen yang diberikan oleh Go-Jek
dengan sepeda motor yang ada mereka bisa mendapatkan banyak pemasukan.

AirnB
Perusahaan in sudah tersebar di 191 negara dan memiliki list lebih dari 1.500.000 list yang
diambil dari 34.000 kota di 191 negara tersebut. AirnB menggunakan sistem Sharing Economy
dimana anggota di dalamnya bisa menyewakan tempat tinggal atau ruangan yang tidak terpakai
untuk disewakan. Bagi mereka yang sedang bepergian ke luar kota atau sedang dalam
perjalanan dan ingin menghemat banyak biaya, tentu lebih memilih tempat di AirnB daripada di
hotel. Ada banyak kelebihan lain seperti mendapatkan teman atau relasi baru.

Mereka yang menyediakan jasa atau tempat di AirnB ini juga terus berbenah sehingga dari
tadinya bisnis penginapan hanya dikuasai oleh hotel, motel, guest house, dan lain sebagainya,
kini bisa dirasakan oleh semua orang yang memiliki ruangan atau tempat tinggal yang tidak
dipakai. Tentunya, disinilah konsep Sharing Economy dari AirnB. Sharing Economy ini memang
lebih pada perusahaan berbasis aplikasi atau startup karena memang memanfaatkan teknologi
untuk bisa beroperasi. Hal ini dikarenakan teknologi dan internet sudah tidak bisa dipisahkan
dari kehidupan manusia sehari-hari. Disini pula pentingnya untuk memanfaatkan sistem Sharing
Economy dalam bisnis Anda.

Tentu, jika yang Anda maksud adalah mendirikan perusahaan dengan konsep Sharing Economy,
Anda akan membutuhkan modal besar dan bisa saja ada yang menawarkan kredit multiguna
kepada Anda. Tapi, untuk memanfaatkan Sharing Economy, Anda tidak membutuhkan banyak
modal hanya modal dari yang sudah Anda miliki seperti di AirnB Anda memanfaatkan Sharing
Economy dengan menyewakan tempat tinggal atau ruangan tak terpakai.

C. Customer demand (permintaan pelanggan)

Contoh perusahaan :

Garudafood

Perusahaan ini lebih berfokus pada produksi stik coklatnya, hingga banyak diterima oleh negara
lain. Jika di Indonesia produk andalannya adalah Chocolatos, maka di India produknya diberi
merk Gone Mad. Produk ini pun begitu diterima oleh pasar India. Proses pengembangan ini
GarudaFood dilakukan dengan menggandeng Polyflex Pvt. Ltd untuk mendukung proses
ekspansinya. Selain India, GarudaFood juga bekerjasama dengan perusahaan OEMnya di
TIongkok. Perusahaan ini pada tahun 2008 kemudian mengakuisisi pabrik gula-gula Fuhua
Jinjiang Yonghe untuk memperkuat posisinya di pasar Tiongkok.

D’eyeko

Terbentuknya perusahaan ini didasari oleh realitas di Purbalingga, yang mana kota produsen
bulu mata terbesar di dunia itu lebih dikuasai oleh perusahaan asing. Sehingga tahun 2008
dibentuklah perusahaan PT Bintang Mas Triyasa untuk berkompetisi dalam memproduksi bulu
mata palsu dengan merk D’Eyeko. Permintaan bulu mata palsu yang terus meningkat di dunia,
mendorong perusahaan ini untuk fokus langsung pada pasar global. Perusahaan ini cukup
diuntungkan dengan banyaknya perusahaan Korea yang melakukan produksi di Purbalingga,
sehingga tidak sulit untuk mendapatkan pamor di sektor tersebut. Pasarnya pun cukup luas, dari
ASEAN, Arab Saudi, hingga Amerika Latin.

D. Lower costs (biaya rendah)

Contoh perusahaan :

PT Citilink Indonesia

PT Citilink Indonesia yang merupakan anak usaha PT Garuda Indonesia yang disiapkan bersaing
dengan maskapai penerbangan lain di kelas penerbangan murah atau low cost carrier. Pangsa
pasar penerbangan murah di Indonesia memang cukup potensial sejalan dengan meningkatnya
kelompok masyarakat kelas menengah yang mulai melirik moda transportasi udara sebagai
pilihan untuk berpergian. Untuk dapat menekan biaya dan bersaing dengan maskapai
penerbangan lain, PT Citilink Indonesia menerapkan strategi berikut : tidak ada pelayanan gratis
(untuk pelayanan seperti asuransi, pembelian tiket, pemilihan tempat duduk, serta fasilitas
bagasi Citilink membebankan biaya tambahan yang bervariasi per penumpang); jaringan atau
rute penerbangan jarak pendek (Citilink memilih rute penerbangan jarak pendek yang
mempunyai durasi penerbangan tidak lebih dari 3 jam agar dapat menghemat biaya); fasilitas
yang standar (salah satu strategi menghemat biaya operasional penerbangan adalah fasilitas
yang sederhana); sistem operasional sederhana (Citilink berencana akan menggunakan pesawat
baling baling atau propheler dalam menjalankan usahanya, hal ini dilakukan karena Citilink
hanya melayani rute penerbangan jarak pendek); penghematan distribusi dan strategi promosi
(promosi dilakukan dengan penjualan tiket murah yang bisa menarik perhatian calon
penumpang, Citilink juga bekerjasama dengan perbankan dalam penyediaan layanan tiket agar
Citilink tidak perlu mengeluarkan biaya distribusi penjualan tiket).
Air Asia

Air Asia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri penerbangan yang telah
menerapkan strategi penerapan harga murah (low cost carier / LCC) dibandingkan dengan
kompetitornya. Strategi ini dipilih karena sesuai dengan target pasar yang dipilih oleh Air Asia
yaitu konsumen penerbangan yang sangat awareterhadap harga dan hanya membutuhkan
manfaat utama dari produk dan pelayanan industri penerbangan yaitu transportasi yang
memindahkan konsumen dari satu tempat ke tempat lain. Masuknya Air Asia ke segmen pasar
ini didasari oleh pertimbangan bahwa masih banyaknya penduduk Asia khususnya Asia Tenggara
yang membutuhkan transportasi yang cepat melalui udara baik antar negara maupun antar
daerah tetapi terkendala oleh besarnya biaya penerbangan yang saat itu ada. Potensi segmen ini
bertambah semakin besar seiring dengan terjadinya switchingkonsumen penerbangan premium
atau biasa yang menginginkan harga yang lebih rendah. Swtichingini banyak dipengaruhi oleh
turunnya daya beli konsumen penerbangan secara keseluruhan sebagai akibat krisis yang
melanda Asia. Berikut ini adalah strategi AirAsia dalam menekan biaya sehingga harga tiket Air
Asia dapat dibuat serendah mungkin: 1. AirAsia meniadakan makanan dan minuman di dalam
pesawat. Penumpang yang membutuhkan makanan dan minuman tetap dapat memesannya di
dalam pesawat. 2. Rute perjalanan Air Asia pada umumnya butuh waktu antara 3 –3,5 jam. Hal
ini membuat Air Asia dapat menggunakan awak kabin yang sama untuk penerbangan balik dari
tujuan kedatangan kembali ke tujuan pemberangkatan sambil membawa penumpang baru
dengan demikian biaya gaji awak kabin dapat dikurangi. 3. Tidak ada biaya yang diperlukan
untuk akomodasi awak kabin di tujuan kedatangan karena mereka kembali ke rumah pada hari
yang sama, setelah 8-10 jam. Waktu tersebut sama dengan waktu normal orang kantoran biasa
bekerja. 4. Pelanggan didorong untuk membeli tiket lewat internet sehingga Air Asia dapat
menghemat biaya yang harus dikeluarkan untuk menyewa tempat penjualan tiket beserta
stafnya. Penghematan lainnya adalah tidak ada tiket yang dicetak. Pelanggan cukup mencetak
sendiri kode penerbangan beserta rinciannya.

Anda mungkin juga menyukai