Harga transfer harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan sebagai
berikut:
● Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan timbale
balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
● Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita maksudnya sistem harus dirancang
sedemikian rupa sehingga keputusan yang meningkatkan laba unit usaha juga akan meningkatkan
laba perusahaan.
Harga transfer sering memicu masalah terutama pada penentuan harga sepakatannya, karena
melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit penjual, dan harga transfer juga mempengaruhi
pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi akan merugikan unit pembeli sedangkan harga
transfer yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual, maka penentuan harga transfer menjadi
hal yang sangat penting.
Harga transfer pada nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi
dimana setidaknya salah satu dari kedua pihak yang terlibat adalah pusat laba. Harga semacam itu
biasanya melibatkan suatu elemen laba karena suatu perusahaan yang independen tidak akan
mentransfer barang dan jasa keperusahaan independen lain sebesar biaya produksi atau lebih
rendah dari itu. Oleh karena itu, unsure mekanik untuk mengalokasikan biaya dalam sistem
akuntansi biaya akan dikeluarkan, karena biaya-biaya semacam ini tidak memasukkan elemen laba.
Istilah harga yang digunakan memiliki arti yang sama dengan yang digunakan berkaitan dengan
transaksi antar perusahaan independen.
PRINSIP DASAR
Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer serupa dengan harga yang akan digunakan
seandainya produk tersebut dijual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Melaksanakan
prinsip ini merupakan hal yang sulit karena adanya fakta bahwa terdapat banyak pertentangan
dalam literature mengenai bagaimana harga jual ke pihak luar yang ditentukan. Literatur ekonomi
klasik menyatakan bahwwa harga jual sebaiknya sama dengan biaya marginal.
Ketika suatu pusat laba disuatu perusahaan membeli produk dari, dan ke, satu sama lain,
maka dua keputusan yang harus diambil untuk setiap produk adalah;
1. Apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk tersebut atau membelinya dari pemasok
luar? Hal ini merupakan keputusan sourcing.
2. Jika diproduksi secara internal, pada tingkat harga berapakah produk tersebut akan ditransfer antar
pusat laba? Hal ini merupakan keputusan harga transfer.
SITUASI IDEAL
Idealnya, para manajer harus memperhatikankinerja jangka panjang dari pusat tanggung
jawab mereka, sama seperti kinerja jangka pendeknya. Staf yang terlibat dalam negosiasi dan
arbitrase harga transfer juga harus kompeten.
Para manajer harus menjadikan profitabilitas, sebagaimana diukur dalam laporan laba-rugi
mereka, sebagai cita-cita yang penting dan pertimbangan yang signifikan dalam penilaian kinerja
mereka dan harus memandang bahwa harga transfer tersebut adil.
● Harga Pasar
Harga transfer yang ideal adalah berdasarkan harga pasar normal dan mapan dari produk
identik yang sedang ditransfer maksudnya, harga pasar mencerminkan kondisi yang sama (kuantitas,
waktu pengiriman, dan kualitas) dengan produk yang dikenakan harga transfer. Sebagai contoh,
tidak aka nada beban piutang tak tertagih (bad debt expense), biaya iklan dan penjualan akan lebih
kecil ketika produk tersebut ditransfer dari satu unit bisnis ke unit bisnis yang lain yang ada didalam
perusahaan. Penentuan harga transfer dengan harga pasar harus memenuhi beberapa kondisi, yaitu:
v Manajer dibantu oleh staf-staf yang kompeten.
v Manajer harus memandang bahwa harga transfer tersebut adil.
v Harga pasar yang ditetapkan sebagai harga transfer seharusnya masih bisa dihemat karena a
danya piutang tak tertagih dan biaya iklan.
v Manajer harus mengetahui semua informasi yang relevan tentang pendapatan dan biaya serta
masing-masing alternatifnya.
v Manajer memiliki kebebasan untuk menentukan akan menjual atau membeli dari atau ke dalam
dan keluar perusahaan.
Alternatif dalam memperoleh sumber daya haruslah ada, dan para manajer sebaiknya
diizinkan untuk memilih alternative yang paling baik untuk mereka. Manajer pembelian harus bebas
untuk membeli dari pihak luar, dan manajer penjualan harus bebas untuk menjual kepihak luar.
Metode tersebut merupakan metode yang optimal jika pusat laba penjual dapat menjual seluruh
produknya baik kedalam maupun keluar perusahaan dan jika pusat laba pembelian juga mendapat
bahan bakunya baik dari dalam maupun luar perusahaan.
Harga pasar tersebut mencerminkan biaya kesempatan bagi penjual akibat menjual
produknya kedalam perusahaan. Hal ini disebabkan karena jika produk tersebut tidak dijual kedalam
perusahaan, maka produk tersebut akan dijual keluar perusahaan. Dengan demikian, dari sudut
pandang perusahaan biaya yang relevan untuk produk tersebut adalah harga pasarnya karena ini
merupakan jumlah kas yang dikorbankan akibat menjual kepihak dalam perusahaan.
● Informasi Penuh
Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada, serta biaya dan pendapata yang
relevan dari masing-masing alternatif tersebut.
● Negosiasi
Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancar untuk melakukan negosiasi “kontrak”
alternative usaha. Jika kondisi tersebut terpenuhi, maka sistem harga transfer berdasarkan harga
pasar dapat menghasilkan keselarasan cita-cita, dan tidak membutuhkan administrasi pasar.
Dalam berbagai perusahaan, pasar bagi pusat laba penjual atau pembeli dapat saja sangat terbatas.
Ada beberapa alasan akan hal ini :
Pertama, keberadaan kapasitas internal dapat membatasi pengembangan penjualan eksternal.
Kedua, jika perusahaan merupakan produsen tunggal dari produk yang terdeferensiasi, tidak ada
sumber daya dari luar.
Ketiga, jika suatu perusahaan telah melakukan investasi yang besar, maka ia cenderung tidak akan
menggunakan sumber daya dari luar kecuali harga jual di luar mendekati biaya variable perusahaan,
dimana hal ini jarang sekali terjadi.
Bagaimana suatu perusahaan dapat mengetahui tingkat harga kompetitif jika ia tidak membeli atau
menjual produknya ke pasar bebas ? Inilah beberapa caranya :
1) Jika terdapat terbitan harga pasar, maka itu dapat digunakan untuk menentukan harga transfer.
Meskipun demikian, terbitan tersebut harus merupakan harga yang benar-benar dibayarkan di pasar
bebas, dan kondisi yang ada di pasar bebas harus konsisten dengan yang ada dalam perusahaan.
2) Harga pasar mungkin ditentukan berdasarkan penawaran (bid). Hal ini biasanya dilakukan hanya
jika penawar terendah masih memiliki peluang untuk terjun ke pasar.
3) Jika pusat laba produksi menjual produk yang mirip di pasar bebas, maka ia mungkin akan
menggandakan harga kompetitif berdasarkan harga luar.
4) Jika pusat laba pembelian membeli produk yang sejenis dari pasar bebas, maka ia dapat
menggandakan harga kompetitif untu produk ekslusifnya.
Meskipun ada hambatan dalam memperoleh sumbes daya harga pasar tetap merupakan
harga transfer yang baik. Jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka gunakanlah itu.
Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan harga kompetitif, pilihan lainnya
adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan biaya (cost-based transfer price).
Dasar biaya.
Basis yang umum adalah biaya standar. Biaya actual tidak boleh digunakan karena factor inefisiensi
produksi akan terlewatkan bagi pusat laba pembelian. Jika biaya standar yang digunakan, maka
dibutuhkan suatu insentif untuk menetapkan standar yang ketat dan meningkatkan standar
tersebut.
Markup laba.
Dalam menghitung markup laba, juga terdapat dua keputusan :
1) Apa basis markup laba tersebut,
Basis yang paling mudah digunakan adalah persentase biaya.
Basis yang secara konsep lebih baik adalah persentase investasi, tetapi
menghitung investasi untuk diaplikasikan kepada setiap produk yang dihasilkan
dapat menyebabkan permasalahan teknis.
2) Tingkat laba yang diperbolehkan.
Problem yang kedua dalam penyisihan laba adalah besarnya jumlah laba. Persepsi manajemen
senior atas kinerja keuangan dari suatu pusat laba akan dipengaruhi oleh laba yang ditunjukkannya.
Konsekuensi, kemungkinan penyisihan laba harus dapat memperkirakan tingkat pengembalian (rate
of return) yang akan dihasilkan seandainya unit usaha tersebut merupakan perusahaan independent
yang menjual produknya kepada konsumen luar.
Solusi konseptual adalah dengan membuat penyisihan laba yang berdasarkan investasi yang
dibutuhkan untuk memenuhi volume yang diminta oleh pusat laba pembelian. Nilai investasi
tersebut dihitung pada level “standar”, dengan asset dan persediaan pada tingkat biaya penggantian
(replacement cost).
Pembagian laba
Jika system penentuan harga dua langkah tidak feasible, sistem pembagian laba (profir
sharing) dapat digunakan untuk memastikan kesamaan antara kepentingan unit usaha dan
perusahaan.
Sistem tersebut beroperasi dengan cara sebagai berikut :
1) Produk tersebut ditransfer ke unit pemasaran pada biaya variable standar.
2) Setelah produk tersebut terjual, unit-unit usaha membagi kontribusi yang dihasilkan, dimana
perhitungannya adalah harga penjualan dikurangi biaya variable produksi dan pemasaran.
Melaksanakan system pembagian laba semacam ini akan menimbulkan beberapa masalah teknis :
1) mungkin saja terdapat argument-argumen mengenai cara pembagian kontribusi diantara dua
pusat laba, dan manajemen senior akan turun tangan untuk menangani masalah ini.Hal ini
membuang biaya, waktu dan bekerja secara berlawanan dengan alas an dasar dari desntralisasi,
yaitu otonomi para manajer unit usaha.
2) Membagi rata laba diantara pusat laba tidak memberikan informasi yang tepat mengenai
profitabilitas masing-masing pusat laba.
3) Karena kontribusi yang ada tidak akan dialoksikan sampai penjualan selesai dilakukan, maka
kontribusi unit produksi tergantung pada kemampuan unit pemasaran untuk menjual seharga harga
penjualan aktual. Unit produksi mungkin merasa diperlakukan dengan tidak adail dalam situasi ini
Pada bagian ini akan di jelaskan beberapa masalah yang berkaitan dengan pembebenan unit usaha
atas jasa-jasa yang disediakan oleh unit staf korporat. Biaya dari unit staff jasa pusat untuk mana
usaha tidak memiliki kendali, jika seluruh biaya dibebankan . Maka itu semua biaya tersebut akan di
alokasikan dan alokasi tidak memasukkan komponen laba. Alokasi juga bukan merupakan harga
transfer.
1. Untuk jasa yang harus diterima oleh uit penerima dimana unit penerima dapat mengendalikan
jumlah yang digunakan paling tidak secara parsial.
2. Untuk jasa pusat yang dapat diputuskan oleh unit usaha apakah akan digunakan atau tidak.
Teori kedua menyarankan harga yang sama dengan biaya variable standar ditambah porsi yang
cukup memadai atas biaya tetap standar – yaitu biaya penuh (full cost).
Teori ketiga menyarankan suatu harga yang sama dengan harga pasar, atau biaya penuh standar
(standard full cost) ditambah dengan margin labanya.
Negosiasi
Pada sebagian besar perusahaan, unit-unit usaha menegosiasikan harga transfer satu sama lain;
maksudnya, harga transfer yang tidak ditentukan oleh kelompok staf sentral.
Alasan yang paling penting untuk hal ini adalah kepercayaan bahwa dengan membuat suatu harga
jual dan menentukan harga pembelian yang paling cocok merupakan salah satu fungsi utama dari
manajemen lini.
Alasan lain bagi unit usaha untuk menegosiasikan harga mereka adalah bahwa mereka biasanya
memiliki informasi yang paling tepat mengenai pasar-pasar dan biaya-biaya yang ada, sehingga
mereka merupakan pihak yang paling mungkin untuk memberikan harga yang pantas.
Contoh : Unit usaha A memiliki peluang untuk memasok.produk tertentu dalam jumlah besar ke
perusahaan luar dengan harga $100 per unit. Bahan baku untuk produk ini di pasok oleh unit usaha
B. harga transfer normal dari unit B untuk bahan baku tersebut adalah $35 per unit dimana $10 nya
merupakan biaya variabel. Biaya pemrosesan (tidak termasuk bahan baku) ditambah laba normalnya
adalah $85 dimana $50 nya merupakan biaya variabel. Dengan demikian biaya total ditambah laba
normal adalah $120 sehingga pada jumlah ini, harga jual sebesar $100 tidaklah tepat. Menolak
kontrak merupakan kerugian bagi perusahaan secara keseluruhan karena kedua unit tersebut harus
menegosiasikan harga yang lebih rendah untuk bahan baku sehingga keduanya menghasilkan laba.
Jika suatau perusahaan (di luar masalah dua unit usaha dalam satu perusahaan tunggal) mengajukan
penawaran untuk menjual bahan baku ke perusahaan lain yang memiliki prospek yang sama untuk
kepentingan bersama. Faktanya adalah 1 harga transfer yang terlibat pada contoh pertama tidak
mempengaruhi kewajaran perilaku para manajer.
Klasifikasi Produk
Luas dan formalitas dari sourcing dan peraturan penentuan harga transfer tergantung pada
banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan ketersediaan pasar dan harga pasar. Makin besar
jumlah transfer dan ketersediaan harga pasar, makin formal dan spesifik peratutran yang ada.
Beberapa perusahaan membagi produknya kedalam dua kelas :
• Kelas I meliputi seluruh produk untuk mana manajemen senior ingin mengendalikan perolehan
sumber daya. Produk ini biasanya merupakan produk-produk yang bervolume besar; produk-produk
yang tidak memiliki sumber dari luar; dan produk-produk yang produksinya tetap ingin dikendalikan
oleh pihak manajemen demi alasan kualitas atau alas an tertentu.
• Kelas II meliputi seluruh produk lainya. Secara umum, ini merupakan produk-produk yang dapat
diproduksi di luar perusahaan tanpa adanya gangguan terhadap operasi yang sedang berjalan,
produk-produk yang volumenya relative kecil, diproduksi dengan peralatan umum (general-purpose
equipment). Produk- produk kelas II ditranfer pada harga pasar.
Perolehan sumber daya untuk produk Kelas I dapat diubah hanya dengan izin dari manajemen pusat.
Perolehan sumber daya untuk produk Kelas II ditentukan oleh unit-unit usaha yang terlibat. Unit-unit
pembelian dan penjualan dapat dengan bebas bertransaksi dengan pihak dalam maupun luar
perusahaan.
Dengan perjanjian semacam ini, pihak manajemen dapat berkonsentrasi pada perolehan sumber
daya dan penetapan harga atas sejumlah kecil produk-produk bervolume besar. Peraturan untuk
harga transfer (transfer pricing) akan dibuat dengan menggunakan berbagai metode yang telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya.