Anda di halaman 1dari 3

Menghitung, menyetor, dan melaporkan PPh Final

1 Sewa tanah dan/atau bangunan.


 10% x Jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau bangunan
 Disetor oleh pemotong maksimal tanggal 10 bulan berikutnya, jika disetor sendiri maksimal
tanggal 15 bulan berikutnya.
2 Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
 2,5% x Jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
 Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana dikenakan= 1% x jumlah bruto nilai
pengalihan
 Disetor sendiri oleh penerima penghasilan sebelum akta ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang.
 Untuk lelang, disetor oleh Pejabat Lelang atas nama pemilik harta
3 Jasa Konstruksi
 Pelaksanaan Konstruksi:
2%: kualifikasi usaha kecil;
4%: tidak memiliki kualifikasi;
3%: kualifikasi selain kecil (menengah & besar)
Perencanaan/Pengawasan Konstruksi:
4%: memiliki kualifikasi usaha;
6%: tidak memiliki kualifikasi usaha. Disetor oleh pemotong: paling lambat disetor tanggal
10 bulan berikutnya.
 Disetor sendiri (tidak dipotong): disetor paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.
 Pelaporan SPT Masa maks tanggal 20 bulan berikutnya.
4 Penjualan saham di Bursa Efek
 selain IPO= 0,1% x Jumlah bruto nilai transaksi penjualan
 IPO= ((0,5 % x nilai saham) +(0,1 % x jumlah bruto nilai transaksi penjualan)) Pemotong
Pajak setor paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
 Pemotong Pajak adalah:
selain IPO: perantara pedagang efek
IPO: Emiten
 Pelaporan untuk:
Selain IPO: maksimal tanggal 25 bulan berikutnya setelah saham diperdagangkan
IPO: maksimal tanggal 20 setelah bulan penyetoran
5 Penghasilan Bunga/ Diskonto Obligasi
 Untuk Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap:
15% x Jumlah bruto bunga/diskonto
 Untuk Wajib Pajak Luar Negeri selain Bentuk Usaha Tetap:
20% x Jumlah bruto bunga/diskonto atau sesuai tarif P3B
 Untuk Wajib Pajak reksadana yg terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan:
5% x Jumlah bruto (tahun 2014-2020)
15% x Jumlah bruto (tahun 2021- dan seterusnya)
 Pemotong Pajak setor paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
 Pelaporan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
6 Surat Perbendaharaan Negara (SPN)= SUN berjangka waktu paling lama 12 bulan.
 20% x diskonto SPN
(yg dikecualikan dari pemotongan: bank yg didirikan di Indonesia atau cabang bank Luar
Negeri di Indonesia, Dana Pensiun, Reksadana yg terdaftar di BAPEPAM-LK)
 Pemotong Pajak setor paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
 Pelaporan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
7 Deviden yang dibagikan kepada OP
 10% x Jumlah bruto deviden
 Pemotong Pajak setor paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
 Pelaporan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
8 Bunga Simpanan Koperasi yang dibayarkan kepada anggota koperasi orang pribadi
 0% atas bunga simpanan koperasi sampai dengan Rp 240.000
 10% x Jumlah bruto (utk bunga simpanan diatas Rp 240.000 sebulan.)
 Pemotong Pajak setor paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
 Pelaporan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
9 Pendapatan bunga deposito dan tabungan serta Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
 Untuk Wajib Pajak Dalam Negeri & Bentuk Usaha Tetap:
20% x jumlah bruto bunga
 Untuk Wajib Pajak Luar Negeri:
20% x jumlah bruto bunga atau sesuai P3B
 dikecualikan dari pemotongan:
jumlah tidak melebihi Rp 7,5 juta
jika penerima: bank yg didirikan di Indonesia atau cabang bank Luar Negeri di Indonesia.
jika penerima: Dana Pensiun yg telah disahkan Menteri Keuangan.
bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dlm rangka pemilikan Rumah
Sederhana, dan sebagainya.
 Pemotong Pajak setor paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
 Pelaporan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
10 Hadiah Undian
 25% x jumlah bruto nilai hadiah
 Pemotong Pajak setor paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
 Pelaporan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
11 Penjualan saham milik Modal Ventura
 0,1% x jumlah bruto nilai transaksi
Jika saham diperjualbelikan di Bursa Efek, maka berlaku ketentuan tentang penjualan saham
di Bursa Efek.
 Disetor paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
 Pelaporan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.

Memamhami bagaimana perhitungan penghasilan pajak terhutang


Menurut UU No 36 Tahun 2008, terdapat persentase khusus untuk menghitung tarif pajak
penghasilan, tergantung dari jumlah Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh. Rumus tarif untuk wajib
pajak orang pribadi adalah:

 5% dari penghasilan kena pajak untuk penghasilan hingga Rp50.000.000/tahun.


 15% dari penghasilan kena pajak untuk penghasilan di atas Rp50.000.000 hingga
Rp250.000.000/tahun.
 25% dari penghasilan kena pajak untuk penghasilan di atas Rp250.000.000 hingga
Rp500.000.000/tahun.
 30% dari penghasilan kena pajak untuk penghasilan di atas Rp500.000.000/tahun.
Perhitungan di atas ini hanya berlaku untuk wajib pajak yang sudah memiliki NPWP. Wajib pajak
tanpa NPWP harus membayar tarif 20% lebih tinggi dari yang wajib dibayarkan pemilik NPWP.

Cara Menentukan Jumlah Penghasilan Kena Pajak

Dalam dunia perpajakan, ada istilah Penghasilan Kena Pajak dan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP). Sebelum menghitung pajak penghasilan (termasuk pajak terutang), pastikan mengetahui
jumlah penghasilan kena pajak Anda, terutama karena jumlahnya bisa berbeda untuk setiap orang.

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 16 Tahun 2016 menetapkan angka Rp54.000.000 sebagai
jumlah PTKP selama setahun untuk wajib pajak orang pribadi. Jika individu tersebut sudah menikah,
ada tambahan senilai Rp4.500.000. Nilai yang sama akan terus ditambahkan untuk setiap anak yang
lahir dari pernikahan individu tersebut.

Untuk menentukan pajak yang harus Anda bayar, temukan selisih antara penghasilan kena pajak dan
PTKP dalam setahun. Setiap individu akan mendapat hasil yang berbeda karena adanya variasi,
seperti jumlah pendapatan, potongan pada gaji, status pernikahan atau keluarga, dan lain sebagainya.

Kesimpulan

Pajak penghasilan terutang bukan sebuah sanksi, melainkan bukti dari tanggung jawab setiap wajib
pajak. Tidak seperti utang pajak, pajak terutang tidak membebani wajib pajak dengan bunga, denda,
atau kenaikan tarif akibat kelalaian.

Wajib Pajak juga secara aktif menghitung pajak terutang sendiri, tidak tergantung pada surat
pemberitahuan atau peringatan.

Untuk memudahkan proses penghitungan, pembayaran hingga pelaporan pajak, Anda bisa
menggunakan aplikasi OnlinePajak. Aplikasi pajak ini dapat digunakan secara gratis cukup dengan
sekali mendaftar.

Anda mungkin juga menyukai