3 x 380/220
L1
L2
L3
JIKA DIK ;
Rp = 10 Ω
220
Maka If =
Rp+ Rs+ Rl +0
220
=
10+2+0.33
= 17,84 A
If 17,84
¿
= 6 = 2,97
VRS = If x Rp
= 17,84 x 10
= 178,4 Volt
Waktu triip menurut IEC = 0,05 detik
JIKA DIK ;
Rp = 25 Ω
220
Maka If =
Rp+ Rs+ Rl +0
220
=
25+2+0.33
= 8,049 A
If 8,049
¿
= 6
= 1,34
VRS = If x Rp
= 8,049 x 25
= 201,225 Volt
Waktu triip menurut IEC = 0,05 detik
JIKA DIK ;
Rp = 50 Ω
220
Maka If =
Rp+ Rs+ Rl +0
220
=
50+2+0.33
= 4,204 A
If 4,204
¿
= 6
= 0,7006
VRS = If x Rp
= 4,204 x 50
= 210,2 Volt
Waktu triip menurut IEC = 0,05 detik
`Grafik trip menurut PLN ( Special tripping characteristic fo PLN )
80
70
60
50
40
30
20
10
10 20 30 40 50 60
Kesimpulan :
Besarnya tahanan pentanahan pada peralatan ( Rp) berpengaruh pda lamanya waktu yang
dibutuhkan MCB untuk trip. Semakin besar tahanan pentanahan peralatan (Rp) maka waktu yang
dibutuhkan MCB untuk trip semakin lama. Tahan yang sangat besar ( berlebih ) mengakibatkan MCB
tidak trip.
Pada ketentuan trip mcb PLN, tidak sesuai dengan ketentuan trip maksimum (waktu maximum trip
mcb) IEC, dikaenakan besarnya tahanan pentahanan pada peralatan ( Rp ).
Untuk mencegah terjadinya tegangan kejut listrik yang berbahaya bagi manusia bila
peralatan terjadi kebocoran listrik
Untuk memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya maupun lamanya dalam
keadaan gangguan tanpa menimbulkan kebakaran atau ledakan pada suatu bangunan atau
isi lainnya
TANAH RAWA 30
5 50 120
1 75 140
0,5 90 160
L2
L3
RN RN
RN
Pentanahan dibagi agar arus yang mengalir pada beban ( teg sentuh) akan menjadi
lebih kecil.
Biasanya digunakan di daerah perumahan
Tidak bisa digabungkan dengan pembumian PP sistem, karena jika terjadi sesuatu
kerusakan pada PP sitem, arus nya akan masuk ke pentanahan sistem PNP. Yang
akan terjadi beban akan terganggu atau mengalami kerusakan.
Sistem kerja lebih cepat karena tidak menggunakan phasa PE.
Pentanahan dilakukan dengan menggunakan phasa Netral.
RN . (R1 + R2) R1 RN
IF R2 IF AMPER
RP = OHM
RN + R1 + R2 = R1 + R2 + RN E
T.M
RS = Rp + RL OHM VS = R2 . IF R2 VOLT
Misal :
RL
I1
Loop 1 : E = I R + (I -I )R + (I -I )R
ph 1 L 1 2 N1 1 3 N2
RN2 RN1
Re I3 = I (R +R +R ) - I (R ) - I R
1 L N1 N2
Reb
2 N1 3 N2
I2 Rea
Loop 2 : 0 = (I -I )R + I R + (I -I )R
2 1 N1 2 ea 2 3 eb
= -I R
1 N1
+ I (R +R +R ) -I R
2 N1 ea eb 3 eb
BUMI
Loop 3 : 0 = (I -I )R + I R + (I -I )R
3 1 N2 3 e 3 2 eb
= -I R - I R + I (R +R +R )
1 N2 2 eb 3 N2 eb e
INVERS
A = -R A = R +R +R A =-R
21 N1 22 N1 ea eb 23 eb
A = -R A = -R A = R +R +R
31 N2 32 eb 33 N2 eb e
E1 = E
dan
E2 =0
E3 = 0
L2
L3
F F F
Pada sitem ini tidak ada pentanahan di titik bintang trafo,sedangkan semua bahan peralatan atau
instalasi termasuk bahan konduktif bangunan yang terjangkau tangan, pipa air, dan sebagainya
dihubungkan satu sama lain dan dihubungkan dengan tanah seperti gambar diatas. Karena
sistemnya tidak ditanahkan maka bila terjadi kegagalan isolasi pada peralatan, arus gangguannya
akan sangan kecil yaitu hanya terdiri dari arus isolasi, arus kapasitansi dan arus alat ukur
tegangan/detektor tegangan. Oleh karena itu persyaratan pentanahannya akan sangat ringan yaitu
maksimum 50 Ω.
Sistem ini hanya boleh dipakai pada instalasi terbatas misalnya dalam pabrik yang mempunyai
sumber listrik sendiri atau trafo sendiri dengan kumparan terpisah, atau sumber listrik sendiri atau
trafo sendiri dengan kumparan terpisah, atau sumber listrik darurat yang dapat dipindah-pindah
untuk melayani peralatan yang dipindah-pindah. Karena kecilnya arus gangguan maka alat
pengaman arus lebih tidak ada yang bekerja, tapi karena kecilnya tegangan sentuh, sistem
dimungkinkan kerja terus dalam keadaan tegangan terganggu 1 phasa kebdan peralatan, karena
tidak alat pemangan secara otomatis maka pencarian gangguannya menjadi sukar. Bila terjadi
kegagalan isolasi yang kedua pada peralatan lain barulah terjadi arus gangguan ( arus arus hubung
singkat yang besar dan alat pengaman arus lebih bekerja memutus rangkaian). Penting sekali untuk
diperhatikan keharusan dihubungkannya bada peralatan itu satu sama lain, bukan pentanahan yang
terpisah.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan
1. Kejadian kawat netral yang putus yang dapat membahayakan konsumen adalah
a. Kawat netral putus pada sambungan rumah, atau saluran masuk pelayanan untuk
konsumen 1 phasa ( seblum PHB konsumen) khusunya untuk konsumen diatas 900
VA
b. Kasus netral, kawat netral putus pada JTR sebelum konsumen terakhir, khusu untuk
konsumen 1 phasa
2. Namun demikian SPLN,PUIL,IEC, tidak mempersyaratkan nilai tahanan pentanahan
konsumen berdasrakan kawat netral putus. Dalam puil ( puil 2000) ada persyaratan bahwa
hantaran netral yang juga berfungsi sebagai hantaran pengaman ( intilah dalam puil
hantaran 0, istilah dalam IEC,PLN ‘’konduktor’’ ) tidak boleh kurang dari 10mm 2
3. Karena adanya kemungkinan bahaya-bahaya tersebut dalam kesimpulan no 1 diatas maka
kontinuitas hantaran netral dan sambungan-sambungannya perlu diusahakan dan dijaga
agar kemungkinan putus sekecil mungkin.
4. Mengingat bahaya tersebut maka ada baiknya untuk di anjurkan khusunya bagi konsumen-
konsumen yang besar untuk memasang elektro 2 pentanahan dengan tahanan yang lebih
endah. Makin besar daya konsumen maka sebaiknnya makin rendah tahanan
pentanahannya.