Anda di halaman 1dari 21

RESUME

BRONCHOPNEUMONIA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Dosen :

Nama :

Karina Putri Juaningsih

NIM :

AKX18013

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN UMUM

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2020
KONSEP DASAR TEORI

A. Pengertian Bronkopneumonia
Menurut Muscary (2005), pneumonia merupakan inflamasi akut
pada parenkim paru yang mengganggu pertukaran udara. Diantara 100
anak, ada 2-4 anak yang menderita penyakit Pnemonia dan itu lebih sering
terjadi selama akhir musim dingin dan awal musim semi. Pneumonia
diklasifikasikan menurut agen etiologinya. Perpustakaan Nasional:
Katalog Dalam Terbitan (KDT) (1998) menyatakan, “pneumonia adalah
suatu proses inflamasi atau peradangan yang diklasifikasikan oleh area
yang terlihat yaitu bronkopneumonia dengan viral sebagai penyebabnya. ”
Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia
lobaris, pneumonia lobularis (bronchopneumonia) dan pneumonia
interstitialis (bronkiolitis).
Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya
disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area
terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas ke parenkim paru yang terdekat
(Nursalam, 2005).
Dapat disimpulkan bahwa Brokopneumonia adalah radang paru-paru
yang mengenai pada bronkus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak
infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing
sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan
oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja dan bisa mengakibatkan
kematian.
B. Epidemiologi Bronkopneumonia Disease
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-
anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi,
sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh
penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama
dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun
yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan
pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9
di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di
Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan
bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah
infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi
pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun
dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang
dewasa di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di Amerika
adalah 10 %.Di Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia
hanya ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan
memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan
pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka
pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika secara empiris.

C. Etiologi Bronkopneumonia
Timbulnya bronkopneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma,
jamur dan protozoa. Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi
makanan, cairan, muntah atau inhalasi kimia, merokok dan gas. Bakteri
penyebab bronkopneumonia meliputi :
1. Bakteri gram positif
a) Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan
meningkat pada penderita PPOM dan penggunaan alkohol).
b) Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering
menyebabkan infeksi nasokomial).
2. Bakteri gram negatif
a) Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak
dan menyebabkan gangguan jalan nafas kronis).
b) Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar,
trakeostomi, dan infeksi saluran kemih).
c) Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis).
3. Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan
kesadaran, gangguan menelan).
4. Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan
penyakit kronis).

D. Tanda dan Gejala Bronkopneumonia Disease


Ada beberapa tanda dan gejala anak yang menderita penyakit
bronkopneumonia, diantaranya dapat dikenali dengan tanda serta gejala
sebagai berikut:
1. Takipnea (nafas cepat)
2. Saat bernapas terdengar suara ronki
3. Batuk produktif
4. Menggigil dan demam
5. Sianosis area sirkumoral
6. Gerakan dada tidak simetris
7. Anoreksia
8. Malaise
9. Gelisah
10. Fatique
11. Frekuensi BAB bertambah / harinya

E. Patofisiologi Bronkopneumonia Disease


Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman
pathogen masuk ke cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut
berkembang biak di saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila
mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat,
maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di
saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi
mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya
gaya tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan
melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran
organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran
darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan
penurunan darah kapiler .

Gambar : Perbedaan bronkus normal dan bronkopneumonia


Sumber : (Reeves, 2001)

Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan


mengurangi kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih
lanjut, menurunkan compliance dan menimbulkan atelektasis serta kolaps
alveoli. Sebagai tambahan proses bronkopneumonia menyebabkan
gangguan ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan alveoli, menurunkan
tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena yang menuju atrium kiri
banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi hipoksemia
arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang
disebut endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai
hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat sehingga terjadi demam
dan menggigil, hal tersebut juga menyebabkan meningkatnya kecepatan
metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab
takhipnea dan takhikardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari
vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena
dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melalui
kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi.
Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan
peningkatakan tekanan pada paru sehingga dapat berakibat penurunan
kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan
berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya
tekanan tersebut menggunakan otot – otot bantu pernapasan (otot
interkosta) yang menimbulkan retreksi dada sehingga gerakan dada tidak
simetris.
Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di
definisikan lebih dari 60 hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat
adalah gejala yang sering di sebabkan oleh penumpukan karbon dioksida
dalam paru-paru. Setiap kali kemampuan untuk membuang karbon
dioksida (CO2) menurun terjadi penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah
asidosis pernapasan, yang merangsang pusat pernapasan di otak untuk
meningkatkan frekuensi napas dalam upaya menormalkan pH darah.
Kontras dengan bradipnea. Ronchi bunyi gaduh yang dalam, terdengar
selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan napas yang
menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi sumbatan akibat sekresi,
odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.
Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli.
Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea
dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah
antara lain: ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih di
bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi.
Secara mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng
sedang pada sputum.
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan
terjadi peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual,
muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh. Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama
beberapa hari suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-40℃ dan
disertai kejang karena demam yang tinggi sehingga anak menjadi sangat
gelisah.
Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit
bronkopneumonia ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah
sehingga menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh pun meningkat
(hipertermi). Adanya hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2 dalam
darah pun menurun dan terjadi hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang
semakin menurun, akan menyebabkan fatique sehingga mengganggu
aktivitas sehari-hari. Selain masuk menuju saluran nafas bawah, kuman
juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi. Adanya infeksi
tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak peristaltiknya
meningkat, karena hal tersebut membuat terjadinya malabsorpsi sehingga
menyebabkan frekuensi BAB bertambah per harinya.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas
bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak
sampai 39–40°C dan mungkin disertai kejang karena demam yag tinggi.
Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk
biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk
setelah beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian
menjadi produktif.

F. Komplikasi dan Prognosis Bronkopneumonia Disease


1. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami
bronkopneumonia terjadi akibat tidak dilakukan pengobatan secara
segera. Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada diantaranya
sebagai berikut:
1) Otitis media
Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak
segera diobati sehingga jumlah sputum menjadi berlebih dan akan
masuk ke dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya
udara ke telinga tengah.
2) Bronkiektase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul
fibrosis juga terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.
3) Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri
dalam paru – paru.
4) Empiema
Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya
mengalami infeksi akibat bakteri maupun virus sehingga rongga
pleuranya berisi nanah.
2. Prognosis
Prognosis dari penyakit bronkopneumonia yaitu dapat sembuh total,
mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada
anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang
terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan
infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan
melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi
esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh
negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja
sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi
dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh
faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.
G. Penatalaksanaan
Terapi dan Tindakan medis
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu
yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi
maka yang biasanya diberikan:
a. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70
mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran
glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL
10 mEq/500 ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas
darah arteri.
d. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.

H. Pencegahan Bronkopneumonia Disease


Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan cara:
1. Mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya bronkopneumonia
2. Menghindari kontak dengan penderita penyakit bronkopneumonia
3. Meningkatkan sistem imun terhadap berbagai penyakit saluran nafas
seperti:
a. pola hidup sehat dengan cara makan makanan yang bergizi dan
teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, serta rajin
berolahraga
b. melakukan vaksinasi seperti: Vaksinasi Pneumokokus, Vaksinasi
H. Influenza, Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak
utamanya anak dengan daya tahan tubuh yang rendah, vaksin
influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di
paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status
kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk
menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan
kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap
pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia
bacterial. Menurut Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan
leukosit meningkat mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih
tua dan terdapat albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi
menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi
paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu
memperbaiki keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara
yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen
penyebab seperti virus
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama klien, Umur, TTL, Jenis kelamin, Alamat, dst.
2. Keluhan utama
Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah sesak nafas.
Sesak nafas yang muncul akibat dari adanya eksudat yang
menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus.
3. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi.
Riwayat penyakit dahulu
Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah menderita
penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
Riwayat penyakit keluarga
Terdapat anggota keluarga menderita penyakit paru-paru atau
penyakit infeksi saluran pernafasan yang dapat menularkan kepada
anggotanya, keadaan ini dapat memberikan petunjuk kemungkinan
penyakit tersebut diuraikan.
4. Riwayat Kehamilan
Penyakit bronkopneumoni tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan
atau kelainan pada kehamilan/persalinan.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
Perkembangan
1. Anak merasa sedih karena tidak dapat berkumpul bersama teman
sebayanya
2. Anak memilik keinginan untuk sembuh
3. Anak merasa bosan karena tidak dapat terlalu banyak beraktivitas
Pertumbuhan
1. BB anak menurun ½ kg setelah 3 hari dirawat
2. TB anak 98 cm
3. Riwayat Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
Imunisasi yang diperlukan, diantaranya; BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan
Campak.
4. Riwayat psikososial spiritual
Riwayat psikososial merupakan respon anak terhadap penyakit dan
dampak dari hospitalisasi sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu
takut dan menangis bila didekati oleh orang yang tidak dikenal.
5. Pemeriksaan umum
Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah dan
gelisah, suhu tubuh 39-400C, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan
dangkal, BB sesuai dengan umur.
6. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia
menurut  Riyadi, 2009:
1. Kepala
a. bentuk kepala
b. warna rambut
c. distribusi rambut
d. ada lesi atau tidak
e. hygiene
f. ada hematoma atau tidak
2. Mata
a. sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)
b. kaji reflek cahaya
c. konjungtiva anemis atau tidak
d. pergerakan bola mata
3. Telinga
a. simetris atau tidak
b. kebersihan
c. tes pendengaran
4. Hidung
a. ada polip atau tidak
b. nyeri tekan
c. kebersihan
d. pernafasan cuping hidung
e. fungsi penciuman
5. Mulut
a. warna bibir
b. mukosa bibir lembab atau tidak
c. mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)
d. reflek mengisap
e. reflek menelan
6. Dada
a. Paru – paru
Inspeksi : Irama nafas  tidak teratur, pernapasan  dangkal,
penggunaan otot bantu napas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara paru ronchi
b. Jantung
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri
Perkusi : Suara jantung terdengar redup
Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup
7. Abdomen
a. Inspeksi : bentuk, lesi
b. Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri
lepas, turgor kulit <3 detik
c. Perkusi : Suara abdomen timpani
d. Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)
8. Ekstremitas
a. pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi)
b. kelelahan (malaise)
c. kelemahan
d. CRT <2 detik dan keluhan
9. Genetalia dan anus
a. kelengkap (laki-laki: penis, skrotum; perempuan: labia minora,
labia mayora, klitoris)
b. fungsi BAB
c. fungsi BAK

B. Diagnosa
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum
2. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d NOC : NIC :


a. Respiratory status : Ventilation Airway suction
peningkatan produksi sputum
b. Respiratory status : Airway a. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
patency suctioning
c. Aspiration Control b. Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
Kriteria Hasil : c. Informasikan pada klien dan keluarga
a. Mendemonstrasikan batuk efektif tentang suctioning
dan suara nafas yang bersih, d. Minta klien nafas dalam sebelum
tidak ada sianosis dan dyspneu suction dilakukan.
(mampu mengeluarkan sputum, e. Berikan O2 dengan menggunakan
mampu bernafas dengan mudah, nasal untuk memfasilitasi suksion
tidak ada pursed lips) nasotrakeal
b. Menunjukkan jalan nafas yang f. Gunakan alat yang steril sitiap
paten (klien tidak merasa melakukan tindakan
tercekik, irama nafas, frekuensi g. Anjurkan pasien untuk istirahat dan
pernafasan dalam rentang napas dalam setelah kateter dikeluarkan
normal, tidak ada suara nafas dari nasotrakeal
abnormal) h. Monitor status oksigen pasien
c. Mampu mengidentifikasikan dan i. Ajarkan keluarga bagaimana cara
mencegah factor yang dapat melakukan suksion
menghambat jalan nafas j. Hentikan suksion dan berikan oksigen
apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.

Airway Management
a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila perlu
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
d. Pasang mayo bila perlu
e. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
f. Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
g. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
h. Lakukan suction pada mayo
i. Berikan bronkodilator bila perlu
j. Berikan pelembab udara Kassa basah
NaCl Lembab
k. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
l. Monitor respirasi dan status O2

2 Pola nafas tidak efektif b.d NOC : NIC :


hiperventilasi a. Respiratory status : Ventilation Airway Management
b. Respiratory status : Airway a. Buka jalan nafas, guanakan teknik
patency chin lift atau jaw thrust bila perlu
c. Vital sign Status b. Posisikan pasien untuk
Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
a. Mendemonstrasika c. Identifikasi pasien perlunya
n batuk efektif dan suara nafas pemasangan alat jalan nafas buatan
yang bersih, tidak ada sianosis d. Pasang mayo bila perlu
dan dyspneu (mampu e. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
mengeluarkan sputum, mampu f. Keluarkan sekret dengan batuk atau
bernafas dengan mudah, tidak suction
ada pursed lips) g. Auskultasi suara nafas, catat adanya
b. Menunjukkan suara tambahan
jalan nafas yang paten (klien h. Lakukan suction pada mayo
tidak merasa tercekik, irama i. Berikan bronkodilator bila perlu
nafas, frekuensi pernafasan j. Berikan pelembab udara Kassa basah
dalam rentang normal, tidak ada NaCl Lembab
suara nafas abnormal) k. Atur intake untuk cairan
c. Tanda Tanda vital mengoptimalkan keseimbangan.
dalam rentang normal (tekanan l. Monitor respirasi dan status O2
darah, nadi, pernafasan)
Terapi Oksigen
a. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
b. Pertahankan jalan nafas yang paten
c. Atur peralatan oksigenasi
d. Monitor aliran oksigen
e. Pertahankan posisi pasien
f. Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
g. Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring


a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c. Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
d. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
e. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
f. Monitor kualitas dari nadi
g. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
h. Monitor suara paru
i. Monitor pola pernapasan abnormal
j. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
k. Monitor sianosis perifer
l. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
m. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign

3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : NIC :


dari kebutuhan tubuh b.d Nutritional Status : food and Fluid Nutrition Management
Intake a. Kaji adanya alergi makanan
ketidakmampuan pemasukan atau
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
mencerna makanan atau Kriteria Hasil : menentukan jumlah kalori dan nutrisi
a. Adanya yang dibutuhkan pasien.
mengabsorpsi zat-zat gizi
peningkatan berat badan sesuai c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
berhubungan dengan faktor biologis, dengan tujuan intake Fe
b. Berat badan ideal d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
psikologis atau ekonomi
sesuai dengan tinggi badan protein dan vitamin C
c. Mampu e. Berikan substansi gula
mengidentifikasi kebutuhan f. Yakinkan diet yang dimakan
nutrisi mengandung tinggi serat untuk mencegah
d. Tidak ada tanda konstipasi
tanda malnutrisi g. Berikan makanan yang terpilih
e. Tidak terjadi ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
penurunan berat badan yang h. Ajarkan pasien bagaimana membuat
berarti catatan makanan harian.
i. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
j. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
k. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas normal
b. Monitor adanya penurunan berat
badan
c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
d. Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
e. Monitor lingkungan selama makan
f. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
g. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
j. Monitor mual dan muntah
k. Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
l. Monitor makanan kesukaan
m. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
n. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
o. Monitor kalori dan intake nuntrisi
p. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
q. Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC
Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC
Grace, Pierce A dan Borley, Neil R. At a Glance Ilmu Bedah. Terjemahan oleh
Vidhia Umami. 2006. Jakarta: Erlangga
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Muscari, Mary E. Panduan belajar: keperawatan pediatrik, Ed 3. Terjemahan
oleh Alfrina Hany. 2005. Jakarta: EGC
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Standar Perawatan
Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Terjemahan oleh
Susan Martin Tucker, et al. 1998. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I.
Jakarta : EGC
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis
NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC, ed 9. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai