Disusun Oleh:
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan sehingga makalah yang berjudul “PIL ORAL KOMBINASI (POK)”
dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi yang diberikan oleh Ibu Dwi Estuning
Rahayu,S.Pd,S.Kep.Ns,M.Sc
Penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Cover….........................................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Kontrasepsi ialah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu
dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi
merupakan salah satu variabel yang memperngaruhi fertilitas.
(Prawirohardjo,Sarwono.1994:905).
Sampai saat ini belum belum ada cara kontrasepsi 100% ideal. Ciri-ciri
suatu kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna, aman, murah, estetik, mudah
di dapat, tidak memerlukan motivasi terus menerus, dan efek samping minimal.
Efek sampingan dapat pula dan sebaiknya dinilai dengan cara life table. Dalam
hal efek sampingan yang jarang, maka cara ini memerlukan jumlah percontoh
yang besar untuk mendapatkan kesimpulan yang sahih. Jika ini tidak mungkin,
dapat digunakan cara kasus terhadap kontrol, walaupun dengan cara ini hanya
dapat diperoleh gambaran relatif suatu keadaan efek sampingan pada golongan
akseptor dibandingkan dengan non-askseptor.
(Prawirohardjo,Sarwono.1994:906).
Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum/tidak berencana punya anak (lagi)
dan tidak memakai kontrasepsi, tanpa mereka sadari, mereka masuk kedalam
kelompok beresiko tinggi dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memakai kontrasepsi. Oleh
karena itu, untuk mencegah kehamilan dapat dilakukan dengan pemakaian
kontrasepsi, apabila kontrasepsi tersebut digunakan segera setelah pada pasca
persalinan maka termasuk dalam kontrasepsi “Pil Kombinasi”.
(Prawirohardjo,Sarwono.1994:919).
1.2.RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apakah pengertian Pil Oral Kombinasi ?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis Pil Oral Kombinasi?
1.2.3 Bagaimana cara kerja Pil Oral Kombinasi?
1.2.4 Apa saja kelebihan dan keterbatasan Pil Oral Kombinasi?
1.2.5 Apa saja indikasi dan kontraindikasi Pil Oral Kombinasi?
4
1.2.6 Bagaimana Pertimbangan Memilih Pil Oral Kombinasi?
1.2.7 Bagaimana Efek samping Pil Oral Kombinasi?
1.2.8 Bagaimana cara menggunakan Pil Oral Kombinasi?
1.2.9 Bagaimaana Konseling Pil Oral Kombinasi kepada Akseptor?
1.3.TUJUAN
1.3.1 Untuk Mengetahui pengertian Pil Oral Kombinasi
1.3.2 Untuk Mengetahui jenis-jenis Pil Oral Kombinasi
1.3.3 Untuk Mengetahui cara kerja Pil Oral Kombinasi
1.3.4 Untuk Mengetahui kelebihan dan keterbatasan Pil Oral Kombinasi
1.3.5 Untuk Mengetahui indikasi dan kontraindikasi Pil Oral Kombinasi
1.3.6 Untuk Mengetahui Pertimbangan Memilih Pil Oral Kombinasi
1.3.7 Untuk Mengetahui Efek samping Pil Oral Kombinasi
1.3.8 Untuk Mengetahui cara menggunakan Pil Oral Kombinasi
1.3.9 Untuk Mengetahui Konseling Pil Oral Kombinasi kepada Akseptor
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pil Oral Kombinasi
Dalam satu pil terdapat baik estrogen maupun progestin sinstetik. Pil
diminum setiap hari selama 3 minggu, diikuti dengan satu minggu tanpa pil atau
plasebo, pada saat mana suatu perdarahan surut akan terjadi. Estogennya adalah
etinil estradiol atau mestranol, dalam dosis 0,05: 0,08 atau 0,01 mg/tablet.
Progestinya bervariasi: yang merupakan androgen, yang merupakan progesteron,
atau mempunyai pengaruh estrogen instrinsik.
(Prawirohardjo,Sarwono.1999:917)
Dasar dari Pil oral adalah meniru proses-proses alamiah. Pil oral akan
menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh ovarium. Pil-oral
akan menekan hormon ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga
menekan releasing-factors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi.
(Hartanto, Hanafi.2004:104)
6
Menopause
POK dosis estrogen 30-50 mcg dengan pemakaian yang benar tetapi
mengalami kegagalan
Akseptor yang memerlukan Rifampisin atau Phenytoin (dilamtin).
b. POK dengan Dosis Estrogen <30 mcg
Dosis terendah, kurang disukai, terjadi spotting, pil lupa diminum risiko
besar ovulasi .
c. POK dengan Dosis Estrogen 30-50 mcg
Ethinyl estradiol yang dipakai pada POK <50 mcg
Catatan:
POK dosis rendah dapat menyebabkan spotting dan amenore, sehingga calon
akseptor harus diberitahu. (Hartanto,Hanafi.2004:112)
2. Monofasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
esterogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif
3. Bifasik:
Dibuat dengan tujuan meniru pola hormonal siklus haid. Dosis sehari-hari
berubah selama siklus. Dosis harian lebih rendah pada awal dari siklus,
kemudian dosis bertambah tinggi pada bagian berikut dari siklus untuk
menolong mencegah perdarahan-bercak (spotting) dan perdarahan-
menyerupai-haid (breakthrough bleeding). pil yang tersedia dalam kemasan
21 tablet mengandung hormon aktif esterogen/progestin (E/P) dengan 2 dosis
yang berbeda , dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Pil Oral Biphasic: Berisi: 35 mcg EE + 0.05 mg norethindrone untuk hari 1-10,
35 mcg EE + 1.0 mg norethindrone untuk hari 11-21 dari tiap siklus.
4. Trifasik: Dibuat dengan tujusn meniru pola hormonal siklus haid. Dosis sehari-
hari berubah selama siklus. Dosis harian lebih rendah pada awal dari siklus,
kemudian dosis bertambah tinggi pada bagian berikut dari siklus untuk
menolong mencegah perdarahan-bercak (spotting) dan perdarahan-
menyerupai-haid (breakthrough bleeding). pil yang tersedia dalam kemasan 21
7
tablet mengandung hormon aktif esterogen/progestin (E/P) dengan 3 dosis
yang berbeda , dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Pil Oral Triphasic:
a. Berisi: 30 mcg EE + 0.05 mg levonorgestrel untuk hari 1-6
b. 40 mcg EE +0.075 mg levonorgestrel untuk hari 7-11
c. 30 mcg EE + 0.125 mg levonargestrel untuk han 12-22
(Affandi,Biran.2014:MK-31).
2.3 Cara Kerja Pil Oral Kombinasi
Menekan ovulasi
Mencegah implantasi
Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma
Pergerakan tuba terganggu sehingga transportsi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula.
(Affandi,Biran.2014:MK-31).
2.4 Kentungan dan Keterbatasan Pil Oral Kombinasi
2.4.1 Keuntungan Pil Oral Kombinasi
1. Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir menyerupai efektifitas
tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000
perempuan dalam tahun pertama penggunaan).
2. Risiko terhaap kesehatan sangat kecil
3. Tidak mengganggu hubungan seksual
4. Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid menjadi berkurang
(mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid
5. Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan
6. Dapat digunakan dari usia remaja sampai menopause
7. Mudah dihentikan setiap saat
8. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pill dihentikan
9. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
8
10. Membantu mencegah :
Kehamilan ektropik
Kanker ovarium
Kanker endometrium
Kista ovarium
Penyakit radang panggul
Kelainan jinak pada payudara
Disminore
Akne
(Affandi,Biran.2014:MK-31-MK-32).
9
2.5 Indikasi dan Kontraindikasi Pil Kombinasi
2.5.1 Indikasi Pil Oral Kombinasi
Pada prinsipnya hampir semua ibu boleh menggunakan pil kombinasi,
seperti :
Usia produktif
Telah memiliki anakataupun yang belum memiliki anak
Gemuk atau kurus
Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi
Setelah melahirkan dan tidak menyusui
Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI ekslusif,
sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok
bagi ibu tersebut
Pasca keguguran
Anemia karena haid berlebihan
Nyeri haid hebat
Riwayat kehamilan ektopik
Kelainan payudara jinak
Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah,
mata dan saraf
Menderita tuberkolosis (kecuali yang sedang menggunakan
rifampisin)
Varises vena
(Affandi,Biran.2014:MK-32-MK-33).
2.5.2 Kontraindikasi Pil Oral Kombinasi
Hamil atau dicurigai hamil
Menyusui ekslusif
Perdarahan vaginam yang tidak diketahui penyebabnya
Hepatitis
Perokok dengan usia >35 tahun
Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110
mmHg
10
Riwayat pnggunaan faktor pembekuan darah atau kencing manis
>20 tahun
Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
Migarin dan gejal neurologik fokal (epilepsi/riwayat epilepsi)
Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari
(Affandi,Biran.2014:MK-33).
Indikasikontra mutlak pemakaian pil kombinasi ialah terdapatnya
tromboflebitis atau riwayat tromboflebitis, kelainan serebro vaskular, fungsi
hati tidak atau kurang baik, adanya keganasan pada kelenjar payudara dan alat
reproduksi, adanya kehamilan, dan varises berat.
(Prawirohardjo,Sarwono.1999:917).
11
estrogenik dan yang progestational, dapat berperan untuk terjadinya efek
yang tidak menguntungkan seperti : Sakit kepala,Hipertensi, Miokard
infark, Displasia serviks.
5. Efek estrogenik, progestational dan androgenik dari Pil-oral mempunyai
pengaruh pada organ-organ dan jaringan-jaringan tubuh tertantu (kulit,
uterus, ovarium, otak, payudara, arteri vena dan lain-lain), dan Pil-oral yang
diberikan dapat menyebabkan rangsangan yang lebih atau kurang pada
organ tersebut, dibandingkan hormon-hormon endogen yang dihasilkan
sebelum pemberian Pil-oral.
6. Potensi dari estregen dan progestin di dalam Pil-oral tidak dapat dibubungan
dengan dosis dalam Pil-oral atas dasar miligram demi-miligram.
7. Merokok menambah risiko timbulnya komplikasi Pil-oral yang serius,
terutama penyakit kardio-vasakuler
8. Bila seorang akseptor memakai Pil-oral yang berisi 35 mcg estrogen ntau
kurang, dan cocok dengan Pil-oral tersebut serta tidak ada komplikasi
maupun tanda-tanda bahaya, maka biasanya akseptor dapat meneruskan Pil-
oral tersebut
9. Pil-oral terbukti memiliki keuntungan non-kontraseptif yang besar,
misalnya Pil-oral dapat dipergunakan untuk mengobati perdarahan
disfungsional uterus, dismenore, endometriosis, penyakit payudara jinak,
acne, kista ovarium disfungsional, atau sebagai terapi-pengganti.
Pil oral juga terbukti mencegah anemia, karsinoma ovarium dan karinoma
endometrium, myoma uteri dan PID. Bila mempertimbangkan keuntungan
non kontraseptif tersebut pada seorang wanita yang mempunyai suatu
persoalan medis yang serius, yang mungkin dapat menjadi lebih parah oleh
karena minum Pil-oral, maka risiko dan keuntungan dari Pil-oral harus
dipertimbangkan pemakaiannya dari sudut pandangan lain dibandingkan
pemakaiannya untuk wanita sehat yang hanya mencari metode KB yang
dapat dipercaya.
10. Kebanyakan efek non-kontraseptif yang menguntungkan dari POK
tampaknya terjadi pada preparat dengan dosis rendah (<50 mcg)
(Hartanto,Hanafi.2004:109-110)
12
2.7 Efek samping Pil Oral Kombinasi
Dapat dibagi dalam 2 kelompok:
1. Gejala-gejala “pseudo-pregnancy”:
a. Disebabkan oleh estrogen yang berlebihan:
muntah
pusing/sakit kepala
payudara membesar dan terasa lebih nyeri.
oedema atau retensi cairan tubuh
berat badan yang bertambah.
b. Disebabkan progestin yang berlebihan:
nafsu makan yang bertambah besar.
rasa lelah.
depresi.
juga terjadi penambahan berat badan.
2. Gejala-gejala yang berhubungan langsung dengan siklus haid
a. Umumnya Pil-oral mempunyai efek menguntungkan peda aspek haid
seperti:
siklus menjadi lebih teratur
lamanya haid menjadi lebih singkat.
jumlah darah haid berkurang
berkurangnya gejala sakit perut.
hilangnya atau berkurangnya ketegangan pra-haid
Dari kejadian sehari-hari, efek samping merupakan faktor utama dari
penghentian pemakaian Pil-oral, baik dalam bulan pertama maupun sesudahnya
Risiko yang berbubungan dengan kontrasepsi oral umum lebih besar pada wanita
berusia > 35 tahun dan terutama wanita 35 tahun yang merokok. Sedangkan risiko
untuk wanita usia lebih muda adalah kecil sekali.
(Hartanto,Hanafi.2004:127).
13
2.8 Cara Menggunakan Pil Oral Kombinasi
Pil pertama dari bungkus pertama diminum pada hari kelima siklus haid.
Dapat juga dimulai pada suatu hari yang diinginkan, misalnya hari minggu, agar
mudah diingat.
Pada pasca persalinan pil mulai dimakan sesudah bayi berumur 30-40 hari,
sedang pada pasca keguguran 1-2 minggu sesudah kejadian.
Sejumlah 21-22 tablet dimakan terus menerus, kemudian istirahat selama 1
minggu.Pada pil kombinasi yang terdiri atas 28 tablet (21 tablet pil kombinasi
dan 7 tablet plasebo) pil diminum terus menerus. Tablet yang diminum pertama
kali waktu haid ialah tablet plasebo.
Pada 2 minggu pertama pemakaian pil bungkus pertama sebaiknya jangan
bersanggama, atau memakai cara kontrasepsi lain. Karena ovulasi pada siklus
haid itu mungkin belum dapat dicegah.
Usahakan agar pil diminum pada waktu yang kurang lebih sama, misalnya
sesudah makan malam, agar supaya mudah diingat, dan juga agar kadar obat
dalam tubuh kurang lebih tetap.
Setiap pagi dilakukan kontrol apakah pil kemarin sudah diminum. Jika lupa
1 pil, minumlah segera ketika ingat. Pil berikutnya diminum seperti biasa. Jika
lupa 2 pil berturut-turut, minumlah 2 pil segera ketika ingat, dan 2 pil lagi pada
waktu yang biasa hari berikutnya. Pada keadaan ini mungkin akan terjadi
spotting. Selama sisa daur haid harus dipakai cara kontrasepsi yang lain. Jika
lupa 3 pil atau lebih, kemungkinan kegagalan (hamil) menjadi besar. Pemakaian
pil dihentikan selama satu minggu, kemudian mulai bungkus baru.
Perdarahan surut terjadi pada hari ke 3 - 4 sesudah pil kombinasi habis. Jika
tidak terjadi perdarahan, pil pertama bungkus berikutnya dapat dimulai,
seminggu setelah pil kombinasi habis. Jika perdarahan tidak terjadi lagi bulan
berikutnya, pemeriksaan terhadap kemungkinan kehamilan harus dilakukan,
dan pemakaian pil dihentikan dahulu.
Sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan sitologi vagina
(Papanicolan mear) dan pemeriksaan payudara setahun sekali.
(Prawirohardjo,Sarwono, 1999:917-918)
14
2.9 Konseling Pil Oral Kombinasi
Pada permulaan penggunaan pil kadang-kadang timbul mual, pening atau
sakit kepala, nyeri payudara, serta perdarahan bercak (spotting) yang bisa hilang
sendiri. Kelainan seperti ini muncul terutama pada 3 bulan pertama penggunaan
pil, dan makin lama penggunaannya kelainan tersebut akan hilang dengan
sendirinya. Cobalah minum pil pada saat hendak tidur atau pada saat makan
malam. Bila tetap saja muncul keluhan, silakan berkonsultasi kembali ke dokter.
Beberapa jenis obat dapat mengurangi efektivitas pil, seperti rifampisin,
fenitoin (Dilantin), barbiturat, griseofulvin, trisiklik antidepresan, ampisilin,
dan penisilin, tetrasiklin. Klien yang memakai obat-obatan di atas untuk jangka
panjang sebaiknya menggunakan pil kombinasi dengan dosis etinilestradiol 50
ug atau dianjurkan menggunakan metode kontrasepsi yang lain.
(Biran,Affandi.2014:MK-34)
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dasar dari Pil-oral adalah meniru proses-proses alamiah. Pil. oral
akan menggantikan produksi normal éstrogen dan progesteron oleh
ovarium. Pil-oral akan menekan hormon ovarium selama siklus haid yang
normal, sehingga juga menekan releasing-factors di otak dan akhirnya
mencegah ovulasi.
Cara kerja Pil Oral Kombinasi yakni :Menekan ovulasi, Mencegah
implantasi, Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma,
Pergerakan tuba terganggu sehingga transportsi telur dengan sendirinya
akan terganggu pula.
Dari kejadian sehari-hari, efek samping merupakan faktor utama
dari penghentian pemakaian Pil-oral, baik dalam bulan pertama maupun
sesudahnya Risiko yang berbubungan dengan kontrasepsi oral umum lebih
besar pada wanita berusia > 35 tahun dan terutama wanita 35 tahun yang
merokok. Sedangkan risiko untuk wanita usia lebih muda adalah kecil
sekali.
3.2 SARAN
Sebagai seorang bidan sudah seharusnya paham mengenai metode
kontrasepsi Pil Oral Kombinasi. Sehingga dapat memberikan informasi
kepada klien di sela – sela konseling penggunaan kontrasepsi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Biran,Affandi.2014.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta:PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo,Sarwono.1994.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Hartanto, Hanafi. 2004. KB Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
17