Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di dunia.
Angka kejadian asma bervariasi di berbagai negara, tetapi terlihat kecenderungan
bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun belakangan ini obat-
obat asma banyak dikembangkan. Di negara maju angka kesakitan dan kematian
karena asma juga terlihat meningkat. Tanggal 4 Mei 2004 ditetapkan oleh Global
Initiative in Asthma (GINA) sebagai World Asthma Day (Hari Asma se-Dunia).
Menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO), 2 penyandang asma di dunia
mencapai 100-150 juta orang. Jumlah ini diduga terus bertambah sekitar 180 ribu
orang per tahun. Peningkatan penderita asma bronchial juga terjadi di Indonesia,
penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner
ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 2002
menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2005 menjadi dua
kali lipat lebih yaitu 5,2%. Sedangkan pada tahun 2008 penderita asma bronkial tidak
masuk dalam 10 besar. Meski asma dapat berakibat fatal, lebih sering lagi asma
menggangu, mempengaruhi kehadiran sekolah, pilihan pekerjaan, aktivitas fisik, dan
banyak aspek kehidupan lainnya ( Cissy, B. Kartasasmita, 2008 ).
Upaya yang paling penting dalam penyembuhan dengan perawatan yang tepat
merupakan tindakan yang utama dalam menghadapi pasien dengan asma bronkial
untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal dan di harapkan pasien dapat segera
sembuh kembali. Intervensi yang utama adalah mencegah ketidakefektifan jalan
nafas. Agar perawatan berjalan dengan lancar maka di perlukan kerjasama dengan
tim kesehatan yang lain, serta dengan melibatkan pasien dan keluarga. Berhubungan
dengan hal tersebut di atas, penulis tertarik memberikan asuhan keperawatan pada

1|Page
klien An. B dengan asma di ruang dahlia Rumah Sakit dengan metode masalah yang
sistematis melalui proses keperawatan.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian asma?
2. Apa saja etiologi terjadinya asma?
3. Apa yang dapat menyebabkan asma?
4. Bagaimana pengobatan penderita asma?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang tepat dan akurat.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi asma
b. Untuk mengetahui etiologi asma
d. Untuk mengetahui patofisiologi
e. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik
f. Untuk mengetahui pengobatan terapi
g. Untuk mengetahui komplikasi
D. Manfaat Penulisan
1. Menambah keragaman ilmu pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan
2. Memberikan referensi mengenai pembahasan yang menyeluruh meliputi
berbagai hal yang berkaitan dengan asma

2|Page
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi
Asma adalah suatu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan
bronkus yang berulang namun reversible, dan diantaranya episode penyempitan
bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal. Keadaan ini pada
orang-orang yang rentan terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai ransangan,
yang menandakan suatu hipere aktivitas bronkus yang khas. Penyakit asma adalah
penyakit yang terjadi akibat adanya penyempitan salran pernapasan sementara waktu
sehingga sulit bernapas. Asma terjadi ketika ada kepekaan yang meningkat terhadap
rangsangan dari lingkungan sebagai pemicunya. Diantaranya adalah dikarenakan
gangguan emosi, kelelahan jasmani, perubahan cuaca, temperatur, debu, asap, bau-
bauan yang merangsang, infeksi saluran nafas, faktor makanan dan reaksi alergi.
Penyakit asma bronchial di masyarakat sering disebut sebagai bengek, asma,
mengi, ampek, sasak angok, dan berbagai istilah local lainnya. Asma merupakan
suatu penyakit gangguan jalan napas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel,
yang ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai ransangan yang menyebabkan penyempitam jalan napas.
Orang yang menderita asma memiliki ketidak mampuan mendasar dalam mencapai
angka aliran udara normal selama bernafas (terutama pada ekspirasi). Ketidak
mampuan ini tercermin dengan rendahnya volume udara yang dihasilkan sewaktu
melakukan usaha ekspirasi paksa pada detik pertama. Karena banyak saluran udara
yang menyempit tidak dapat dialiri dan dikosongkan secara cepat, tidak terjadi aerasi
paru dan hilang ruang penyesusaian normal antara ventilasi dan aliran darah paru.

3|Page
B. Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari asma bronchial belom diketahui. Berbagai teori
seudah diajukan, akan tetapi yang paling dispakati adalah adannya gangguan
parasimpatis (hiperaktivitas saraf kolinergik), gangguan simpatis (blok pada reseptor
beta adrenergic dan hiperaktifitas reseptor alfa adrenergic).
Berdasarkan penyebabnya, asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (Alergik)
Ditandai dengan reaksi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan
asprin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya
suatu predisposisi genetic terhadap alergi. Pleh karena itu jika ada faktor-faktor
pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan
asma ekstrinsik.
2. Instrinsik (Non Alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksiterhadap pencetus yang
tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan
oleh adanya infeksi saluran pernapasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi
lebih berat dan sering sejalan dengan waktu dan dapat berkembang menjadi
bronchitis kronik dan emfisema, Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.
3. Asma Gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non alergik.
Berdasarkan Keparahan Penyakitnya :
a. Asma Intermiten
Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu, eksaserbasi ringan dalam beberapa
jam atau hari, gejala asma malam hari terjadi < 2 kali dalam 1 bulan, fungsi
paru normal dan asimtomatik di antara waktu serangan, Peak Expiratory Flow
(PEF) dan Forced Expiratory Value in 1 second (PEV1) > 80%

4|Page
b. Asma ringan
Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi < 1 kali dalam 1 hari
eksaserbasi menggagu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi> 2
kali dalam 1 bulan, PEF dan PEV1
c. Asma sedang (moderate)
Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur gejala
asma malam hari terjadi > 1 kali dalam 1 minggu, menggunakan inhalasi beta
2 agonis kerja cepat dalam keseharian, PEF dan PEV1 > 60% dan < 80%
d. Asma parah
Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, aktifitas fisik
terganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60%

Adanya beberapa hal yang merupakan faktor timbulnya serangan asma :


1. Faktor perdisposisi
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderitan dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma
bronchial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitifitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor Presipitasi
Alergen, allergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan. Misal: debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi
b. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Misal: makanan dan obat-obatan.
c. Kontakan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Misal: perhisasan, logam
dan jam tangan

5|Page
3. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musing, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
sebuk bunga dan debu
4. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping itu gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress,gangguan
emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stress belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati
5. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang berkerja di
laboratorium hewa, industry tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.
C. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam
jumlah besar dan antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisal paru yang berhubungan dengan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus
kecil.

6|Page
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibody yang telah terlekat pada sal mast dan
menyebabkan sell ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,diantaranya histamine,
zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik
eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan edema local pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mucus
yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga
menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma, diameter
bronkhiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena
peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekat bagian luar
bronkhiolus. Karena bronkhiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini
menyebabkan dypsnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi
sangat meningkat selama serangan asma meningkat akibat kesukaran mengeluarkan
udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
D. Tanda dan Gejala
Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase
inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspiras, dan diikuti bunnyi
mengi (wheezing), batuk yang disertai serangan napas yang kumat-kumat. Pada
beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan, sedang, atau berat dan sesak
napas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba-
tiba menjadi lebih berat. Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya
wheezing tergantung cepat atau lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila
dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan otot pernapan, wheezing akan terdengar
lebih lemah atau tidak terdengar sama sekali. Batuk harper selalu ada, bahkan
seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental dahak, maka
keluhan sesak akan semakin berat. Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih

7|Page
menyukai posisi duduk membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua
lutut. Posisi ini didapati juga pada pasien dengan chronic obstructive pulmonary
disease (COPD). Tanda lain yang menyertai sesak napas adalah pernapasan cuping
hidung yang sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi pernapasan terlihat
meningkat (takipneu), otot bantu pernapasan ikut aktif, dan penderita tampak gelisah.
Pada fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan penurunan PaO2 dan PaCO2
tetapi pH atau sedikit naik.Hipoventilasi yang terjadi kemudian akan memperberat
sesak napas, karena menyebabkan PaO2 dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah.
Selain itu, terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi sampai 110-130/menit,
karena peningkatan konsentrasi katekolamin dalam darah akibat respons hipoksemia.
E. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : penderita tampak sesak napas dan gelisah, penderita lebih
nyaman dalam posisi duduk
2. Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi
3. Paru-paru :
a. Inspeksi : dinding torak tampak mengambang, difragma terdorong ke
bawah.
b. Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang
c. Perkusi : hipersonor
d. Palpasi : vocal Fremitus kanan=kiri
 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati:
a. Kristal-kristal charpot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal
eosinopil.

8|Page
b. Spiral crushmann, yakni yang merupakan cast cell (sell cetakan) dari
cabang bronkus.
c. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
d. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
c. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm 3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
d. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
3. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen
yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang
menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat
adalah sebagai berikut:
a. Bila disetai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
akan semakin bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis local.
e. Bila terjadi pneumonia mediastimun, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen
pada paru-paru.

9|Page
4. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes
temple.
5. Elektrokardiografi
Gambaran Elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu :
a. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi
dan clockwise rotation.
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB
(Right bundle branch block).
c. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,
dan
d. VES atau terjadinya depresi segmen ST negative
6. Spirometri
Untuk menunjukan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergic.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukan diagnosis
asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan
spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting
untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukan obstruksi.
7. Uji provokasi bronkus untuk membantu diagnosis
Pengobatan profilaksis dianggap merupakan cara pengobatan yang paling
rasional, karena sasaran obat-obatan tersebut langsung pada faktor-faktor yang

10 | P a g e
menyebabkan bronkospasme, Pada umumnya pengobatan profilaksis
berlangsung dalam jangka panjang,dengan cara kerja obat sebagai berikut:
a. Menghambat pelepasan mediator
b. Menekan hiperaktivitas bronkus.
Hasil yang diharapkan dari pengobatan profilaksis adalah:
1) Bila mungkin bisa menghentikan obat simplomatik.
2) Menghentikan atau mengurangi pemakaian steroid
3) Mengurangi banyaknya jenis obat dan dosis yang dipakai
4) Mengurangi tingkat keparahan penyakit, mengurangi frekuensi
serangan dan meringankan beratnya serangan
Obat profilaksis yang biasanya digunakan adalah:
a) Steroid dalam bentul aerosol
b) Disodium Cromolyn
c) Ketotifen
d) Tranilast
F. Pengobatan Terapi
1. Farmakologi
a. Memberikan oksigen pernasal
b. Inhalasi nebulisasi
c. Aminophilin
d. Kortikosteroid
e. Bronkodilator
2. Non-Farmakologi
a. Fisioterapi dada dan batuk efektif
b. Latihan fisik yang ringan
c. Posisi tidur semi fowler
d. Minum air hangat 1500-2000 ml/hari
e. Usahakan mandi air hangat setiap hari
f. Hindari faktor pencetus asma

11 | P a g e
G. Komplikasi
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah :
1. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang
dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat
menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan
napas.
2. Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal
sebagai emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir di
mediastinum. Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini
dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yasng mengarah ke udara
keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam rongga dada.
3. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan
yang sangat dangkal.
4. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur dan
tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini juga dapat
menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata.
Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.
5. Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan
pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
6. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam
dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami

12 | P a g e
bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir (dahak).
Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya
mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau merasa sulit bernapas karena sebagian
saluran udara menjadi sempit oleh adanya lendir.

13 | P a g e
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus
An. B usia 42 bulan di rawat di RS Hidayah. Klien mengeluh sesak nafas 2 hari
SMRS, klien tidak batuk terdapat tarikan dinding dada ke dalam dan terdengar bunyi
whezzing. Klien tampak pucat dan tampak gelisah. Ibu klien mengatakan klien ada
terhadap udara dingin. Klien dan ibu klien tampak cemas. Ibu klien belum
mengetahui tentang penyakit asma.
Keadaan umum : Tampak sedang sakit
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital :
 Pernafasan : 38x/menit
 Nadi : 90x/menit
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Berat badan : 25kg – 30kg
 Tinggi badan : 159 cm
 Suhu : 37oC

14 | P a g e
15 | P a g e
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan


banyak sel dan Elemenya.Inflamasi kronik menyebabkan peningatan hiperesponsif
jalan nafas yang menimbulkan gejala epidosik berulang berupa sesak nafas,dada
terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari.Epidosik tersebut
berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas,bervariasi dan seringk Tiga
gejala umum asma adalah batuk, dispnea dan mengi.
Pada beberapa keadaan, batuk merupakan satu - satunya gejala. Serangan
asma sering kali terjadi pada malam hari Serangan asma biasanya bermula mendadak
dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan pernapasan lambat, mengi,
laborius. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi, yang
mendorong pasien selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi, yang
mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot - otot aksesories
pernapasan. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan dispnea. Batuk pada awalnya
susah dan kering tetapi segera menjadi lebih kuat. Sputum, yang terdiri atas sedikit
mukus mengandungmasa gelatinosa bulat, kecil yang dibatukkan dengan susah
payah. Tanda selanjutnya termasuk sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat dan
gejala gejala retensi karbondioksida termasuk berkeringat, takikardia dan tekanan
nadi.
B. Saran
1. Saran bagi perawat atau tenaga kesehatan
Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma
Bronkhial harus mengetahui penyebab dari penyakit Asma Bronkhial yang diderita

16 | P a g e
pasien. Dalam hal ini perawat juga harus bekerja sama dengan tenaga kesehatan
lainya dalam melakukan pengobatan bagi pasien
2. Saran bagi Rumah sakit
Rumah sakit sebaiknya menyediakan atau memberikan fasilitas kesehatan yang
memadai seperti kebersihan dan kenyamanan bagi pasien khususnya disini pasien
dengan Asma Bronkhial yang alergi dengan debu. Alat-alat kesehatan juga harus
diperhatikan seperti alat nebulizer yang sangat dibutuhkan untuk pasien Asma
Bronkhial.
3. Saran bagi pasien dan keluarga
Bagi pasien hendaknya menghindari faktor penyebab yang dapat menimbulkan
serangan Asma, selalu menjaga kebersihan baik itu kebersihan diri maupun
kebersihan lingkungan. Bagi keluarga hendaknya mengetahui tentang penyakit
Asma Bronkhial serta mengetahui penyebab yang memungkinkan terjadinya
serangan Asma yang berulang, keluarga juga harus siap siaga dalam menjaga dan
merawat pasien dengan Asma Bronkhial.

17 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Wijayaningsih, Kartika S. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta. CV Trans


Info Media

Suprapto, Sentot & Hasdianah. 2014. Patologi dan Patofisiologi Penyakit.


Yogyakarta. Nuha Medika

Mansjoer, Arif dkk. (2008). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Cissy B. Kartasasmita. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama:
IDAI. Badan Penerbit IDAI

18 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai