Oleh :
DOSEN PEMBIMBING :
Rahmat Kurniawan, SE, MA, Ak, CA, CPA, BKP
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai contoh 2:
PT Naga membuat perjanjian utang bank yang akan mulai ditarik bulan Januari 2014
dengan fasilitas maksimal Rp 24.000.000.000,00 dengan bunga sebesar 11%. Dana
ditarik secara bertahap dengan rincian sebagai berikut:
Keterangan Nominal
Januari 2014 Rp 4.000.000.000,00
Maret 2014 Rp 10.000.000.000,00
Agustus 2014 Rp 10.000.000.000,00
Jumlah Rp 24.000.000.000,00
Pada tahun 2014, Perusahaan juga memiliki deposito dengan jumlah dan jadwal
penempatan sebagai berikut:
Keterangan Nominal
Januari 2014 Rp 3.000.000.000,00
April 2014 Rp 3.000.000.000,00
Juli 2014 Rp 3.000.000.000,00
Jumlah Rp 9.000.000.000,00
Maka biaya bunga pinjaman yang diperkenankan secara perpajakan dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Ketiga (Menghitung Jumlah Biaya Bunga Pinjaman yang Diperkenankan Secara Pajak):
Biaya Bunga Pinjaman = Prosentase Bunga x (Jumlah Rata-Rata Utang Bank - Jumlah Rata-Rata Deposito)
= 11% x (Rp 16.500.000.000,00 - Rp 6.750.000.000,00)
= 11% x Rp 9.750.000.000,00
= Rp 1.072.500.000,00
6. Biaya Entertaiment
Dalam berbagai perusahaan adakalanya ada biaya entertainment. Biaya
entertainment merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjamu maupun representasi,
hiburaan dan fasilitas lainnya. Tidak semua biaya entertaiment dapat mengurai
penghasilan bruto.karena ada perbedaan yang sangat tipis antara pemberian fee dengan
perjamuan yang pada dasarnya sama sama tujuannya yaitu memperlancar jalannya
proyek agar tidak ada hambatan hambatan di kemudian hari.
Biaya entertainment menurut penjelasan SE-27/PJ 22/1986 TANGGAL 14
JUNI 1986 secara umum harus mempunyai kriteria sebagai berikut :
8. Biaya Sumbangan
Dalam mewujudkan pembangunan ekonomi suatu negara yang berkelanjutan,
seluruh masyarakat diharuskan berperan dalam meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dan kesejahteraan sosial. Salah satu pihak yang berperan aktif dalam
pembangunan ekonomi ialah sektor bisnis atau kegiatan usaha yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia. Selain menjadi faktor penting dalam
pembangunan ekonomi, setiap kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan di Indonesia juga harus memperhatikan lingkungan bagi masyarakat
setempat sesuai dengan nilai, norma, dan budaya mayarakat setempat. Sehingga secara
tidak langsung perusahaan perlu memberikan tanggung jawab sosial kepada
masyarakat setempat agar dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang
lebih baik.
Dalam pasal 74 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas ditegaskan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan menjadi kewajiban
perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan Sumber
Daya Alam. Namun, dalam pemenuhan kewajiban perpajakan oleh suatu perusahaan
terkait dengan biaya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau yang lebih sering disebut
Corporate Social Responsibilities (CSR) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah
Nomor PP 93 Tahun 2010. Sebelum membahas lebih lanjut terkait dengan biaya
sumbangan dari aspek perpajakan, salah satu cara dilakukan oleh banyak negara untuk
menarik perusahaan dalam mengadakan CSR adalah dengan memberikan insentif
pajak, seperti :
1) Tax Exemption
Merupakan pengecualian dana program CSR dari objek pajak untuk individu
atau organisasi yang menerima/mengelola dana tersebut (pada umumnya organisasi
nirlaba). Tax exemption diberikan untuk kepentingan keadilan atau mempromosikan
jenis aktivitas ekonomi tertentu dalam masyarakat terutama aktivitas yang bermanfaat
bagi masyarakat dan membantu tugas pemerintah.
2) Tax Deduction/ Tax Allowance/Tax Relief
Merupakan insentif diperbolehkannya dana CSR sebagai pengurang
Penghasilan Kena Pajak atau tax base. Kebijakan ini akan mengakibatkan Penghasilan
Kena Pajak menjadi lebih kecil bagi perusahaan yang melakukan aktivitas CSR,
sehingga besaran pajaknya akan menjadi lebih kecil.
3) Tax Credit.
Merupakan insentif diperbolehkannya dana CSR sebagai pengurang pajak
terutang yang akan mengurangi jumlah beban pajak secara riil bagi organisasi yang
melaksanakannya.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, intensif pajak yang diberikan
oleh Direktur Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak di Indonesia berupa Tax Deduction,
dimana biaya sumbangan atau CSR tersebut dapat dibebankan sebagai biaya
(Deductibel Expense) dalam melakukan penghitungan Penghasilan Kena Pajak.
Sumbangan yang dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto harus sesuai
dengan ketentuan yang sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah. Berikut ini
pembahasan terkait dengan biaya sumbangan yang dapat dibebankan sebagai biaya atau
pengurang penghasilan bruto bagi Wajib Pajak.
Biaya Sumbangan yang dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto
Berikut ini penjelasan terkait jenis-jenis biaya sumbangan dan/atau biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto dalam Peraturan Pemerintah Nomor PP 93 Tahun
2010:
a. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional
Dalam rangka pemberian sumbangan untuk korban bencana nasional kepada
pihak lain, Wajib Pajak harus menyampaikan secara langsung melalui badan
penanggulangan bencana atau disampaikan secara tidak langsung melalui lembaga atau
pihak yang telah mendapat izin dari instansi/lembaga yang berwenang untuk
pengumpulan dana penanggulangan bencana;
Dalam PP 93 tahun 2010, yang dimaksud dengan "bencana nasional" adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis, yang ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat.
Sedangkan yang dimaksud dengan "badan penanggulangan bencana" adalah
badan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menampung, menyalurkan, dan/atau
mengelola sumbangan yang berkaitan dengan bencana nasional sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana.
b. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan
Sumbangan untuk penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh Wajib
Pajak Badan kepada pihak lain harus dilakukan di wilayah Republik Indonesia dan
Wajib Pajak harus menyampaikan sumbangan tersebut melalui lembaga penelitian dan
pengembangan;
Dalam PP 93 tahun 2010, yang dimaksud dengan "penelitian" adalah kegiatan
yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh
informasi, data dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian
kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk penelitian di bidang Seni dan Budaya.
Sedangkan yang dimaksud dengan "pengembangan" adalah kegiatan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu
pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat,
dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan
teknologi.
Yang dimaksud dengan "lembaga penelitian dan pengembangan" adalah
lembaga yang didirikan dengan tujuan melakukan kegiatan penelitian dan
pengembangan di Indonesia termasuk perguruan tinggi terakreditasi.
Contoh Kasus:
PT Gunung Raya pada tahun 2014 mempunyai penghasilan neto fiskal sebesar
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Pada tahun 2015 Wajib Pajak memberikan
sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga melalui lembaga pembinaan olahraga
sebesar Rp.40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah). Pada tahun 2015 Wajib Pajak
mempunyai penghasilan neto fiskal sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
Wajib Pajak tidak diperkenankan mengurangkan sumbangan tersebut dari penghasilan
bruto tahun 2015 karena akan menyebabkan rugi sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah).
Contoh Kasus:
Penghasilan neto fiskal Wajib Pajak 2014 adalah Rp60.000.000.000,00 (enam puluh
milyar rupiah) maka jumlah sumbangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
untuk tahun 2015 yaitu maksimal 5% (lima persen) atau sebesar Rp3.000.000.000,00
(tiga milyar rupiah).
Apabila Wajib Pajak memberikan sumbangan pada tahun 2015 sebesar
Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) maka yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto hanya sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah). Atas selisih
sebesar Rp2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) tersebut harus dilakukan koreksi
fiskal positif dalam melakukan penghitungan penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak.
Yang dimaksud dengan "barang" dapat berupa barang yang diproduksi atau diperoleh
oleh Wajib Pajak pemberi sumbangan. Sedangkan yang dimaksud dengan "sarana
dan/atau prasarana" antara lain rumah ibadah, sanggar seni budaya, dan poliklinik.
Sumbangan pada nomor 1, 2, 3 dan 4 dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pada
tahun pajak sumbangan tersebut diserahkan. Namun, untuk biaya pembangunan
infrastruktur sosial dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pada saat tahun pajak
infrastruktur sosial tersebut dapat dimanfaatkan.
Berikut ini format Tanda Bukti Penerimaan Sumbangan dan/atau Biaya yang
harus dilampirkan oleh Wajib Pajak sebagai pemberi sumbangan;
Selain bukti penerimaan sumbangan bagi Wajib Pajak pemberi sumbangan, pihak yang
menerima sumbangan juga wajib menyampaikan laporan penerimaan dan penyaluran
sumbangan kepada Direktur Jenderal Pajak, untuk ;
• Badan penanggulangan bencana harus menyampaikan laporan penerimaan dan
penyaluran sumbangan kepada Direktur Jenderal Pajak setiap triwulan
• Badan dan/atau lembaga penerima sumbangan selain badan penanggulangan bencana
2) Pengujian Keterkaitan
Pengujian keterkaitan adalah pengujian yang dilakukan untuk meyakini suatu
transaksi berdasarkan pengujian atas mutasi pos-pos lain yang terkait atau
berhubungan dengan transaksi tersebut. Hasil pengujian keterkaitan tidak serta-
merta merupakan koreksi atas pos yang diperiksa, misalnya:
a. apabila terdapat selisih dari hasil penghitungan dengan pengujian keterkaitan atas
penghasilan bruto, tidak serta merta dapat disimpulkan sebagai
penjualan/peredaran usaha. Sehingga perlu dipastikan berdasarkan bukti yang
diperoleh apakah selisih tersebut merupakan penjualan/peredaran usaha,
penghasilan bruto luar usaha, atau tambahan kemampuan ekonomis lainnya
sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 UU PPh.
b. apabila terdapat selisih dari pengujian keterkaitan atas penyerahan kena pajak,
tidak serta merta dapat disimpulkan sebagai penyerahan kena pajak. Sehingga
perlu dipastikan berdasarkan bukti yang diperoleh apakah selisih tersebut
merupakan penyerahan kena pajak atau tidak kena pajak.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas mengenai biaya bunga pinjaman terdapat beberapa kategori yang
akan terjadi pada biaya bunga pinjaman dalam perhitungan pajak penghasilan entitas yaitu
biaya bunga pinjaman bank diperbolehkan dengan jumlah tertentu, biaya bunga pinjaman bank
tidak diperbolehkan sama sekali dan biaya bunga pinjaman bank diperbolehkan. Biaya
entertainment dapat dipergunakan sebagai pengurang penghasilan bruto sebelum dikenakan
pajak dengan dilengkapi daftar nomonatif. Dengan demikian, Wajib Pajak akan memperoleh
penghematan pajak dari biaya entertainment yang boleh dikurangkan. Biaya promosi yang
dapat dikurangkan meliputi biaya periklanan pada media, biaya pameran produk, biaya
pengenalan produk, biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk.
Biaya sumbangan dalam mewujudkan pembangunan ekonomi suatu negara yang
berkelanjutan, seluruh masyarakat diharuskan berperan dalam meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dan kesejahteraan sosial. Salah satu pihak yang berperan aktif dalam
pembangunan ekonomi ialah sektor bisnis atau kegiatan usaha yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://duniaakuntan10.blogspot.com/2015/01/biaya-bunga-pinjaman-bank-
perpajakan.html
https://ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=80
https://www.academia.edu/31641595/Management_Perpajakan