Anda di halaman 1dari 20

SEMINAR MANAJEMEN PAJAK

Manajemen Pajak Atas Biaya Dan Beban Pokok Penjualan

Oleh :

Rara Permata Rendra 1710531040


Sari Molisa 1710532058

DOSEN PEMBIMBING :
Rahmat Kurniawan, SE, MA, Ak, CA, CPA, BKP

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

Secara Akuntansi, pengeluaran terkait dengan perolehan aset tetap di bagi


menjadi dua yaitu capital expenditure dan revenue expenditure.Capital expenditure
merupakan pengeluaran yang bertujuan untuk memeperoleh suatu aset atau untuk
menambah nilai ekonomi aset tersebut dimasa yang akan datang. Perlakuan akuntansi
adalah dengan mengapitalisasikan besar biaya yang dikeluarkan sebagai aset. Revenue
expenditure merupakan pengeluaran yang dikeluarkan dengan tujuan untuk
memperoleh penghasilan pada periode di mana pengeluaran dan beben tersebut terjadi,
masa manfaatnya hanya satu periode saja. Perlakuan akuntansinya adalah dengan
mencatat biaya yang dikeluarkan sebagi beban.
Biaya promosi adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperkenalkan
atau menganjurkan pemakaian produk baik secara langsung ataupun tidak untuk
mempertahankan atau meningkatkan penjualan. Namun demikian ada ketentuan khusus
dalam perpajakan agar biaya promosi dapat dikurangkan dari peredaran bruto.Biaya
promosi yang dapat dikurangkan meliputi biaya periklanan pada media, biaya pameran
produk, biaya pengenalan produk, biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi
produk. Sedangkan pemberian dalam bentuk uang atau sumbangan tidak dapat
dikategorikan sebagai biaya promosi demikian juga biaya untuk mendapatkan, menagih
dan memlihara penghasilan yang bukan objek pajak atau pajak final juga tidak dapat
dimasukkan sebagai biaya promosi.
BAB II
PEMBAHASAN

5. Biaya Bunga Pinjaman


Setiap entitas yang akan melakukan pengembangan usaha akan selalu
memikirkan bagaimana cara mendapatkan sumber pendanaannya. Salah satu sumber
pendanaan yang dapat digunakan entitas dengan melalui utang bank. Nah, mari kita liat
utang bank ini dari sisi perpajakan. Utang bank akan memiliki proses yang berbeda
pada sisi perpajakan akan muncul jika entitas tersebut memiliki deposito. Pembahasan
kali ini didasarkan pada Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE -
46/PJ.4/1995.
Pada entitas yang memiliki utang bank akan memiliki kewajiban untuk
membayar bunga pinjaman. Biaya bunga ini dapat dijadikan sebagai biaya pengurang
objek pajak penghasilan. Namun, jika entitas memiliki deposito yang sumber
pendanaannya dari hutang bank. Hal ini akan membuat perlakukan khusus atas biaya
bunga pinjaman bank yang diperkenankan secara pajak.
Alasan diberlakukannya peraturan ini, dikarenakan deposito sendiri sudah
dikenakan pajak final sehingga bukan merupakan objek pajak penghasilan. Pada sisi
lain, jika biaya bunga dari utang bank yang menjadi sumber pendanaan investasi
deposito dapat digunakan sebagai pengurang objek pajak, makan menurut pajak akan
terjadi pengurangan objek pajak penghasilan secara tidak wajar.
Menurut ketentuan perpajakan terdapat beberapa kategori yang akan terjadi pada
biaya bunga pinjaman dalam perhitungan pajak penghasilan entitas. Kategori ini hanya
digunakan dalam perhitungan pajak penghasilan dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Biaya Bunga Pinjaman Bank Diperbolehkan dengan Jumlah Tertentu
Biaya bunga pinjaman diperbolehkan secara perpajakan dengan jumlah
tertentu dengan syarat jumlah rata-rata utang bank lebih besar dibandingkan
dengan jumlah rata-rata deposito yang dimiliki. Oleh karena itu biaya bunga
atas pinjaman yang boleh dibebankan sebagai biaya adalah bunga yang
dibayar atau terutang atas rata-rata pinjaman yang melebihi jumlah rata-rata
dana yang ditempatkan sebagai deposito berjangka atau tabungan lainnya.
contoh 1:
PT Tora menerima pinjaman bank pada bulan Januari 2014 sebesar Rp
24.000.000.000,00 dengan biaya bunga pinjaman sebesar 11% per tahun. Pada waktu
yang sama perusahaan menempatkan dananya pada investasi deposito sebesar Rp
9.000.000.000,00. Jadi berapakah biaya bunga pinjaman yang diperkenankan menurut
perpajakan?

Pertama (Menghitung Jumlah Rata-Rata Utang Bank Setahun):


Jumlah Rata-Rata Utang Bank = Total Pinjaman : Masa Pinjaman
= Rp 24.000.000.000,00 : 12 Bulan
= Rp 2.000.000.000,00

Kedua (Menghitung Jumlah Rata-Rata Deposito Setahun):


Jumlah Rata-Rata Deposito = Total Deposito : Masa Deposito
= Rp 9.000.000.000,00 : 12 Bulan
= Rp 750.000.000,00

Ketiga (Menghitung Jumlah Biaya Bunga Pinjaman yang Diperkenankan Secara


Pajak):
Biaya = Prosentase Bunga x (Jumlah Rata-Rata Utang Bank - Jumlah Rata-Rata Deposito)
Bunga
Pinjaman
= 11% x (Rp 2.000.000.000,00 - Rp 750.000.000,00)
= 11% x Rp 1.250.000.000,00
= Rp 137.500.000,00

Sebagai contoh 2:
PT Naga membuat perjanjian utang bank yang akan mulai ditarik bulan Januari 2014
dengan fasilitas maksimal Rp 24.000.000.000,00 dengan bunga sebesar 11%. Dana
ditarik secara bertahap dengan rincian sebagai berikut:
Keterangan Nominal
Januari 2014 Rp 4.000.000.000,00
Maret 2014 Rp 10.000.000.000,00
Agustus 2014 Rp 10.000.000.000,00
Jumlah Rp 24.000.000.000,00

Pada tahun 2014, Perusahaan juga memiliki deposito dengan jumlah dan jadwal
penempatan sebagai berikut:
Keterangan Nominal
Januari 2014 Rp 3.000.000.000,00
April 2014 Rp 3.000.000.000,00
Juli 2014 Rp 3.000.000.000,00
Jumlah Rp 9.000.000.000,00

Maka biaya bunga pinjaman yang diperkenankan secara perpajakan dapat dijelaskan
sebagai berikut:

Pertama (Menghitung Jumlah Rata-Rata Utang Bank Setahun):


Jangka
Bulan Jumlah Utang Bank Dasar Perhitungan
Waktu
Januari - Februari Rp 4.000.000.000,00 2 Bulan Rp 8.000.000.000,00
2014
Maret - Juli 2014 Rp 14.000.000.000,00 5 Bulan Rp 70.000.000.000,00
Agustus - Desember Rp 24.000.000.000,00 5 Bulan Rp 120.000.000.000,00
2014
Jumlah Rp 198.000.000.000,00

Jumlah Rata-Rata Utang Bank = Total Dasar Perhitungan : Masa Pinjaman


= Rp 198.000.000.000,00 : 12 Bulan
= Rp 16.500.000.000,00

Kedua (Menghitung Jumlah Rata-Rata Deposito Setahun):


Jangka
Bulan Jumlah Deposito Dasar Perhitungan
Waktu
Januari - Februari Rp 3.000.000.000,00 3 Bulan Rp 9.000.000.000,00
2014
Maret - Juli 2014 Rp 6.000.000.000,00 3 Bulan Rp 18.000.000.000,00
Agustus - Desember Rp 9.000.000.000,00 6 Bulan Rp 54.000.000.000,00
2014
Jumlah Rp 81.000.000.000,00

Jumlah Rata-Rata Utang Bank = Total Dasar Perhitungan : Masa Deposito


= Rp 81.000.000.000,00 : 12 Bulan
= Rp 6.750.000.000,00

Ketiga (Menghitung Jumlah Biaya Bunga Pinjaman yang Diperkenankan Secara Pajak):
Biaya Bunga Pinjaman = Prosentase Bunga x (Jumlah Rata-Rata Utang Bank - Jumlah Rata-Rata Deposito)
= 11% x (Rp 16.500.000.000,00 - Rp 6.750.000.000,00)
= 11% x Rp 9.750.000.000,00
= Rp 1.072.500.000,00

2) Biaya Bunga Pinjaman Bank Tidak Diperbolehkan sama Sekali


Biaya bunga pinjaman bank tidak diperbolehkan sebagai beban pengurang
penghasilan kena pajak jika jumlah rata-rata utang bank kurang dari atau
sama dengan jumlah rata-rata penempatan deposito yang dimiliki.

3) Biaya Bunga Pinjaman Bank Diperbolehkan


Biaya bunga pinjaman bank dapat diperkenankan secara perpajakan dengan
kondisi sebagai berikut:
a. Dana pinjaman tersebut disimpan atau ditempatkan dalam bentuk
rekening giro yang atas jasanya dikenakan Pajak Penghasilan yang
bersifat final
b. Adanya keharusan bagi Wajib Pajak untuk menempatkan dana dalam
jumlah tertentu pada suatu bank dalam bentuk deposito berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sepanjang jumlah
deposito dan tabungan tersebut semata-mata untuk memenuhi
keharusan tersebut: misalnya cadangan biaya reklamasi yang harus
ditempatkan dalam bentuk deposito atau tabungan di Bank
Pemerintah.
c. Dapat dibuktikan bahwa penempatan deposito atau tabungan tersebut
dananya berasal dari tambahan modal dan sisa laba setelah kena
pajak.

6. Biaya Entertaiment
Dalam berbagai perusahaan adakalanya ada biaya entertainment. Biaya
entertainment merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjamu maupun representasi,
hiburaan dan fasilitas lainnya. Tidak semua biaya entertaiment dapat mengurai
penghasilan bruto.karena ada perbedaan yang sangat tipis antara pemberian fee dengan
perjamuan yang pada dasarnya sama sama tujuannya yaitu memperlancar jalannya
proyek agar tidak ada hambatan hambatan di kemudian hari.
Biaya entertainment menurut penjelasan SE-27/PJ 22/1986 TANGGAL 14
JUNI 1986 secara umum harus mempunyai kriteria sebagai berikut :

1. Diberikan dalam bentuk perjamuan maupun representasi lainya selain dalam


bentuk uang.
2. Diberikan atas nama perusahaan bukan atas nama pegawai.
3. Wajib pajak harus dapat membuktikan, bahwa biaya-biaya tersebut telah benar-
benar dikeluarkan (formal) dan benar ada hubungannya dengan kegiatan
perusahaan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
perusahaan (materiil).
4. Supaya dapat mengurangi peredaran bruto perlu dibuatkan daftar nominatif yang
dilampirkan pada SPT tahunan.Daftar nominatif sedikitnya harus memuat :
a. Nomor urut.
b. Tanggal “entertainment” dan sejenisnya yang telah diberikan.
c. Nama tempat “entertainment” dan sejenisnya yang telah diberikan.
d. Alamat “entertainment” dan sejenisnya yang telah diberikan.
e. Jenis “entertainment” dan sejenisnya yang telah diberikan.
f. Jumlah (Rp) “entertainment” dan sejenisnya yang telah diberikan.
Biaya entertainment dapat dipergunakan sebagai pengurang penghasilan bruto sebelum
dikenakan pajak dengan dilengkapi daftar nomonatif. Untuk menghindari beban pajak
yang tidak seharusnya, perusahaan dapat membuat daftar nomonatif dan
melampirkannya dalam SPT tahunan PPh Badan serta menyiapkan bukti pendukung
pengeluaran entertainment tersebut. Dengan demikian, Wajib Pajak akan memperoleh
penghematan pajak dari biaya entertainment yang boleh dikurangkan

7. Persyaratan persyaratan beban promosi sesuai peraturan perpajakan


Biaya promosi adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperkenalkan
atau menganjurkan pemakaian produk baik secara langsung ataupun tidak untuk
mempertahankan atau meningkatkan penjualan. Namun demikian ada ketentuan khusus
dalam perpajakan agar biaya promosi dapat dikurangkan dari peredaran bruto.
Biaya promosi yang dapat dikurangkan meliputi biaya periklanan pada media, biaya
pameran produk, biaya pengenalan produk, biaya sponsorship yang berkaitan dengan
promosi produk. Sedangkan pemberian dalam bentuk uang atau sumbangan tidak dapat
dikategorikan sebagai biaya promosi demikian juga biaya untuk mendapatkan, menagih
dan memlihara penghasilan yang bukan objek pajak atau pajak final juga tidak dapat
dimasukkan sebagai biaya promosi.
Persyaratan yang harus dipenuhi agar biaya promosi dapat dikurangkan dari
peredaran usaha harus diberikan daftar nominatif sesuai ketentuan. Daftar nominatif ini
dilampirkan pada saat pelaporan SPT tahunan PPH badan. Dan dalam hal pemberian
sample produk pembebanan biaya promosi sebesar harga pokok produk sample tersebut
dan sepanjang belum dibebankan.

8. Biaya Sumbangan
Dalam mewujudkan pembangunan ekonomi suatu negara yang berkelanjutan,
seluruh masyarakat diharuskan berperan dalam meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dan kesejahteraan sosial. Salah satu pihak yang berperan aktif dalam
pembangunan ekonomi ialah sektor bisnis atau kegiatan usaha yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia. Selain menjadi faktor penting dalam
pembangunan ekonomi, setiap kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan di Indonesia juga harus memperhatikan lingkungan bagi masyarakat
setempat sesuai dengan nilai, norma, dan budaya mayarakat setempat. Sehingga secara
tidak langsung perusahaan perlu memberikan tanggung jawab sosial kepada
masyarakat setempat agar dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang
lebih baik.
Dalam pasal 74 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas ditegaskan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan menjadi kewajiban
perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan Sumber
Daya Alam. Namun, dalam pemenuhan kewajiban perpajakan oleh suatu perusahaan
terkait dengan biaya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau yang lebih sering disebut
Corporate Social Responsibilities (CSR) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah
Nomor PP 93 Tahun 2010. Sebelum membahas lebih lanjut terkait dengan biaya
sumbangan dari aspek perpajakan, salah satu cara dilakukan oleh banyak negara untuk
menarik perusahaan dalam mengadakan CSR adalah dengan memberikan insentif
pajak, seperti :
1) Tax Exemption
Merupakan pengecualian dana program CSR dari objek pajak untuk individu
atau organisasi yang menerima/mengelola dana tersebut (pada umumnya organisasi
nirlaba). Tax exemption diberikan untuk kepentingan keadilan atau mempromosikan
jenis aktivitas ekonomi tertentu dalam masyarakat terutama aktivitas yang bermanfaat
bagi masyarakat dan membantu tugas pemerintah.
2) Tax Deduction/ Tax Allowance/Tax Relief
Merupakan insentif diperbolehkannya dana CSR sebagai pengurang
Penghasilan Kena Pajak atau tax base. Kebijakan ini akan mengakibatkan Penghasilan
Kena Pajak menjadi lebih kecil bagi perusahaan yang melakukan aktivitas CSR,
sehingga besaran pajaknya akan menjadi lebih kecil.
3) Tax Credit.
Merupakan insentif diperbolehkannya dana CSR sebagai pengurang pajak
terutang yang akan mengurangi jumlah beban pajak secara riil bagi organisasi yang
melaksanakannya.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, intensif pajak yang diberikan
oleh Direktur Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak di Indonesia berupa Tax Deduction,
dimana biaya sumbangan atau CSR tersebut dapat dibebankan sebagai biaya
(Deductibel Expense) dalam melakukan penghitungan Penghasilan Kena Pajak.
Sumbangan yang dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto harus sesuai
dengan ketentuan yang sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah. Berikut ini
pembahasan terkait dengan biaya sumbangan yang dapat dibebankan sebagai biaya atau
pengurang penghasilan bruto bagi Wajib Pajak.
Biaya Sumbangan yang dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto

Dalam pasal 6 ayat (1) huruf i, j, k, l, dan m Undang-undang Nomor 36 Tahun


2008 tentang Pajak Penghasilan, biaya sumbangan dan/atau biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto meliputi;
• Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional
• Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan
• Biaya pembangunan infrastruktur sosial
• Sumbangan fasilitas pendidikan
• Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga

Berikut ini penjelasan terkait jenis-jenis biaya sumbangan dan/atau biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto dalam Peraturan Pemerintah Nomor PP 93 Tahun
2010:
a. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional
Dalam rangka pemberian sumbangan untuk korban bencana nasional kepada
pihak lain, Wajib Pajak harus menyampaikan secara langsung melalui badan
penanggulangan bencana atau disampaikan secara tidak langsung melalui lembaga atau
pihak yang telah mendapat izin dari instansi/lembaga yang berwenang untuk
pengumpulan dana penanggulangan bencana;
Dalam PP 93 tahun 2010, yang dimaksud dengan "bencana nasional" adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis, yang ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat.
Sedangkan yang dimaksud dengan "badan penanggulangan bencana" adalah
badan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menampung, menyalurkan, dan/atau
mengelola sumbangan yang berkaitan dengan bencana nasional sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana.
b. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan
Sumbangan untuk penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh Wajib
Pajak Badan kepada pihak lain harus dilakukan di wilayah Republik Indonesia dan
Wajib Pajak harus menyampaikan sumbangan tersebut melalui lembaga penelitian dan
pengembangan;
Dalam PP 93 tahun 2010, yang dimaksud dengan "penelitian" adalah kegiatan
yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh
informasi, data dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian
kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk penelitian di bidang Seni dan Budaya.
Sedangkan yang dimaksud dengan "pengembangan" adalah kegiatan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu
pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat,
dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan
teknologi.
Yang dimaksud dengan "lembaga penelitian dan pengembangan" adalah
lembaga yang didirikan dengan tujuan melakukan kegiatan penelitian dan
pengembangan di Indonesia termasuk perguruan tinggi terakreditasi.

c. Sumbangan fasilitas pendidikan


Dalam pemberian sumbangan fasilitas berupa pendidikan harus disampaikan
melalui lembaga pendidikan, yang dimaksud dengan "fasilitas pendidikan" adalah
prasarana dan sarana yang dipergunakan untuk kegiatan pendidikan termasuk
pendidikan kepramukaan, olahraga, dan program pendidikan di bidang seni dan budaya
nasional.
Sedangkan yang dimaksud dengan "lembaga pendidikan" adalah lembaga yang
bergerak di bidang pendidikan, termasuk pendidikan olah raga, seni dan/atau budaya,
baik pendidikan dasar dan menengah yang terdaftar pada dinas pendidikan maupun
perguruan tinggi terakreditasi.
d. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga
Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga merupakan sumbangan untuk
membina, mengembangkan dan mengoordinasikan suatu atau gabungan organisasi
cabang/jenis olahraga prestasi yang disampaikan melalui lembaga pembinaan olah
raga; dan yang dimaksud dengan "lembaga pembinaan olahraga" adalah organisasi
olahraga yang membina, mengembangkan dan mengoordinasikan suatu atau gabungan
organisasi cabang/jenis olahraga prestasi.
Sedangkan yang dimaksud dengan "olahraga prestasi" adalah olahraga yang
membina dan mengembangkan atlit secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan
melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi keolahragaan.

e. Biaya pembangunan infrastruktur sosial


Biaya pembangunan infrastruktur sosial merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan umum dan
bersifat nirlaba. Pengeluaran untuk sumbangan dan/atau biaya yang dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto dalam satu tahun oleh Wajib Pajak dibatasi sampai jumlah
maksimum tertentu.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa untuk biaya pembangunan
infrastruktur sosial dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pada saat tahun pajak
infrastruktur sosial tersebut dapat dimanfaatkan. Dalam hal pembangunan infrastruktur
sosial dibiayai oleh lebih dari 1 (satu) Wajib Pajak, biaya pembangunan infrastruktur
sosial yang dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto adalah biaya yang
sebenarnya dikeluarkan oleh masing-masing Wajib Pajak. Nilai biaya pembangunan
infrastruktur sosial dapat ditentukan berdasarkan jumlah yang sesungguhnya
dikeluarkan untuk membangun sarana dan/atau prasarana.

Syarat Biaya Sumbangan yang dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto


Sumbangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
1) Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak sebelumnya;
2) pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan rugi pada Tahun
Pajak sumbangan diberikan;
3) didukung oleh bukti yang sah; dan
4) lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak, kecuali badan yang dikecualikan sebagai subjek pajak sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan.

Contoh Kasus:
PT Gunung Raya pada tahun 2014 mempunyai penghasilan neto fiskal sebesar
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Pada tahun 2015 Wajib Pajak memberikan
sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga melalui lembaga pembinaan olahraga
sebesar Rp.40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah). Pada tahun 2015 Wajib Pajak
mempunyai penghasilan neto fiskal sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
Wajib Pajak tidak diperkenankan mengurangkan sumbangan tersebut dari penghasilan
bruto tahun 2015 karena akan menyebabkan rugi sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah).

Batas Besarnya Nilai Sumbangan yang dapat dikurangkan dari Penghasilan


Bruto
Selain syarat diatas yang harus dipenuhi, syarat lainnya terkait dengan besarnya
nilai sumbangan dan/atau biaya pembangunan infrastruktur sosial yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto yaitu ;

Contoh Kasus:
Penghasilan neto fiskal Wajib Pajak 2014 adalah Rp60.000.000.000,00 (enam puluh
milyar rupiah) maka jumlah sumbangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
untuk tahun 2015 yaitu maksimal 5% (lima persen) atau sebesar Rp3.000.000.000,00
(tiga milyar rupiah).
Apabila Wajib Pajak memberikan sumbangan pada tahun 2015 sebesar
Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) maka yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto hanya sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah). Atas selisih
sebesar Rp2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) tersebut harus dilakukan koreksi
fiskal positif dalam melakukan penghitungan penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak.

Bentuk Sumbangan yang dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto


Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor PP 93 tahun 2010, yang dimaksud
dengan "sumbangan" adalah pemberian bantuan yang dilaksanakan Wajib Pajak, yang
meliputi :
1. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional
2. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan
3. Sumbangan fasilitas pendidikan
4. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga
5. Biaya pembangunan infrastruktur sosial

Yang dimaksud dengan "barang" dapat berupa barang yang diproduksi atau diperoleh
oleh Wajib Pajak pemberi sumbangan. Sedangkan yang dimaksud dengan "sarana
dan/atau prasarana" antara lain rumah ibadah, sanggar seni budaya, dan poliklinik.
Sumbangan pada nomor 1, 2, 3 dan 4 dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pada
tahun pajak sumbangan tersebut diserahkan. Namun, untuk biaya pembangunan
infrastruktur sosial dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pada saat tahun pajak
infrastruktur sosial tersebut dapat dimanfaatkan.

Nilai sumbangan dalam bentuk barang harus ditentukan berdasarkan:


1) nilai perolehan, apabila barang yang disumbangkan belum disusutkan;
2) nilai buku fiskal, apabila barang yang disumbangkan sudah disusutkan; atau
3) harga pokok penjualan, apabila barang yang disumbangkan merupakan barang
produksi sendiri.
Bukti Penerimaan Sumbangan

Bukti penerimaan sumbangan dan/atau biaya wajib dilampirkan oleh Wajib


Pajak pemberi sumbangan pada Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Tahun Pajak dengan menggunakan formulir penerimaan sumbangan sesuai contoh
format sebagaimana tercantum pada Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan Nomor
PMK 76/PMK.03/2011 :

Berikut ini format Tanda Bukti Penerimaan Sumbangan dan/atau Biaya yang
harus dilampirkan oleh Wajib Pajak sebagai pemberi sumbangan;
Selain bukti penerimaan sumbangan bagi Wajib Pajak pemberi sumbangan, pihak yang
menerima sumbangan juga wajib menyampaikan laporan penerimaan dan penyaluran
sumbangan kepada Direktur Jenderal Pajak, untuk ;
• Badan penanggulangan bencana harus menyampaikan laporan penerimaan dan
penyaluran sumbangan kepada Direktur Jenderal Pajak setiap triwulan
• Badan dan/atau lembaga penerima sumbangan selain badan penanggulangan bencana

wajib menyampaikan laporan penerimaan sumbangan kepada Direktur Jenderal Pajak


paling lambat pada akhir Tahun Pajak diterimanya sumbangan dan/atau biaya.

9. Berbagai Pengujian Yang Dilakukan Oleh Fiskus Untuk Menguji Kebenaran


Biaya Usaha Dan Beban Pokok Penjualan Yang Dilaporkan

1) Pengujian Keabsahan Dokumen


Pengujian keabsahan dokumen adalah pengujian yang dilakukan untuk meyakini
keabsahan suatu dokumen yang akan digunakan dalam pemeriksaan. Prosedur
Pemeriksaan yang dapat ditempuh:
a. teliti keabsahan dokumen, misalnya pembubuhan tanda tangan pihak yang
berwenang, cap/stempel, dan tanggal dokumen
b. lakukan klarifikasi kepada pihak yang terkait;
c. minta surat pernyataan Wajib Pajak; dan sebagainya

2) Pengujian Keterkaitan
Pengujian keterkaitan adalah pengujian yang dilakukan untuk meyakini suatu
transaksi berdasarkan pengujian atas mutasi pos-pos lain yang terkait atau
berhubungan dengan transaksi tersebut. Hasil pengujian keterkaitan tidak serta-
merta merupakan koreksi atas pos yang diperiksa, misalnya:
a. apabila terdapat selisih dari hasil penghitungan dengan pengujian keterkaitan atas
penghasilan bruto, tidak serta merta dapat disimpulkan sebagai
penjualan/peredaran usaha. Sehingga perlu dipastikan berdasarkan bukti yang
diperoleh apakah selisih tersebut merupakan penjualan/peredaran usaha,
penghasilan bruto luar usaha, atau tambahan kemampuan ekonomis lainnya
sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 UU PPh.
b. apabila terdapat selisih dari pengujian keterkaitan atas penyerahan kena pajak,
tidak serta merta dapat disimpulkan sebagai penyerahan kena pajak. Sehingga
perlu dipastikan berdasarkan bukti yang diperoleh apakah selisih tersebut
merupakan penyerahan kena pajak atau tidak kena pajak.

Pengujian Keterkaitan dibagi menjadi 4 (empat), yaitu :

a. Pengujian Arus Barang


Pengujian arus barang dilakukan untuk meyakini kebenaran unit barang
yang keluar dari gudang/digunakan/dijual ataupun yang masuk ke gudang, baik
berupa bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, maupun barang jadi.
Pemeriksa Pajak harus memastikan bahwa unit tersebut telah memperhitungkan
pemakaian sendiri, barang rusak (spoiled goods), sampel, pemberian cuma-
cuma, retur pembelian, barang dalam pengiriman (FOB Destination)/perjalanan
(intransit).
b. Pengujian Arus Uang
Pengujian arus uang meliputi transaksi kas, bank, dan setara kas lainnya.
Pengujian ini dilakukan untuk menguji aliran uang suatu transaksi dan/atau
mendapatkan jumlah penerimaan uang dalam suatu kurun waktu dalam rangka
mendukung pengujian kebenaran penghasilan bruto yang dilaporkan Wajib
Pajak berdasarkan kas (cash basis).
c. Pengujian Arus Piutang
Pengujian arus piutang dilakukan utnuk mendapatkan jumlah pelunasan
piutang usaha dalam suatu kurun waktu dalam rangka mendukung pengujian
kebenaran penghasilan bruto yang dilaporkan Wajib Pajak secara akrual
d. Pengujian Arus Utang
Pengujian arus utang tergantung kepada pos yang akan diyakini
kebenarannya. Untuk meyakini pembelian barang secara kredit dilakukan
pengujian arus utang usaha. Sedangkan untuk meyakini penerimaan pinjaman
dilakukan pengujian arus utang bank/afiliasi/pemegang saham.

3) Pengujian Kebenaran Fisik


Pengujian kebenaran fisik adalah pengujian yang dilakukan untuk meyakini
keberadaan, kuantitas, dan kondisi aktiva yang dilaporkan Wajib Pajak.
4) Pengujian Kebenaran Penghitungan Matematis
Pengujian kebenaran penghitungan matematis adalah pengujian yang dilakukan
untuk meyakini kebenaran penghitungan matematis, seperti penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian atas objek yang diperiksa.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari penjelasan diatas mengenai biaya bunga pinjaman terdapat beberapa kategori yang
akan terjadi pada biaya bunga pinjaman dalam perhitungan pajak penghasilan entitas yaitu
biaya bunga pinjaman bank diperbolehkan dengan jumlah tertentu, biaya bunga pinjaman bank
tidak diperbolehkan sama sekali dan biaya bunga pinjaman bank diperbolehkan. Biaya
entertainment dapat dipergunakan sebagai pengurang penghasilan bruto sebelum dikenakan
pajak dengan dilengkapi daftar nomonatif. Dengan demikian, Wajib Pajak akan memperoleh
penghematan pajak dari biaya entertainment yang boleh dikurangkan. Biaya promosi yang
dapat dikurangkan meliputi biaya periklanan pada media, biaya pameran produk, biaya
pengenalan produk, biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk.
Biaya sumbangan dalam mewujudkan pembangunan ekonomi suatu negara yang
berkelanjutan, seluruh masyarakat diharuskan berperan dalam meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dan kesejahteraan sosial. Salah satu pihak yang berperan aktif dalam
pembangunan ekonomi ialah sektor bisnis atau kegiatan usaha yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

http://duniaakuntan10.blogspot.com/2015/01/biaya-bunga-pinjaman-bank-
perpajakan.html
https://ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=80
https://www.academia.edu/31641595/Management_Perpajakan

Anda mungkin juga menyukai