Disusun Oleh :
Rida Magfira Rohma
201610410311202
Farmasi-E
Kelompok 5
PENDAHULUAN
1.1. Judul
1.2. Tujuan
Rumus: C27H46O
Nama IUPAC: (3β)-cholest-5-en-3-ol
Massa molar: 386,65 g/mol
Rumus molekul: C27H46O
Kelarutan dalam air: 1.8 mg/L (30 °C)
Titik nyala: 209.3 ±12.4 °C
Larut dalam: Etanol,Aseton, Metanol, Kloroform, Eter, Benzena,
Heksana, Isopropil miristat
Steroid lain yang umum dijumpai dalam jaringan hewan dan memainkan
peran biologis yang penting, seperti asam kolat, estradiol, dan progesteron (Hart
2003). Secara biologis, kolesterol merupakan prekursor penting dalam proses
pembentukan asam empedu, provitamin D3 dan beberapa hormon steroid.
Penentuan kolesterol secara akurat menjadi penting karena berhubungan erat
dengan terjadinya penyakit jantung koroner. Penentuan kadar kolesterol dalam
pangan sangat dipengaruhi oleh metode yang digunakan dalam menganalisisnya,
baik pada saat ekstraksi maupun saat penentuan kuantitatifnya.
Dalam kromatografi cair komposisi pelarut atau fase gerak adalah satu
variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat keragaman yang luas dari
fase gerak yang digunakan dalam semua mode KCKT, tetapi ada beberapa
sifat-sifat yang diinginkan yang mana umumnya harus dipenuhi oleh semua
fase gerak. Fase gerak harus :
Murni; tidak ada pencemar/kontaminan
Tidak bereaksi dengan pengemas
Sesuai dengan detektor
Melarutkan cuplikan
Mempunyai viskositas rendah
Mudah rekoveri cuplikan, bila diinginkan
Tersedia diperdagangan dengan harga yang pantas
Umumnya, pelarut-pelarut dibuang setelah digunakan karena prosedur
pemurnian kembali membosankan dan mahal. Dari semua persyaratan di atas,
4 persyaratan pertama adalah yang paling penting. Gelembung udara
(degassing) yang ada harus dihilangkan dari pelarut, karena udara yang
terlarut keluar melewati detektor dapat menghasilkan banyak noise sehingga
data tidak dapat digunakan.
a. ETIL ASETAT
Senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini
merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini
berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering
disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat.
Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut.memiliki Mass
Molar 88,12 g/mol. Memiliki densitas 0,897 g/cm3 dan titil lebur -83,60C
serta titik didih 77,10C (Anonim,2012).
Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut. Etil asetat
adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak
beracun, dantidakhigroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan
hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan hydrogen karena tidak
adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom
elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen. Etil asetat dapat
melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada
suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun
demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau
asam (Anonim,2013).
b. N- HEKSAN
Heksana termasuk dalam alkana hidrokarbon dengan rumus kimia
CH3(CH2)4CH3. Isomer-isomer heksan sebagian besar tidak rekatif,
biasanya digunakan sebagai pelarut pada reaksi organik seperti untuk
mengekstrak minyak karena sangat bersifat non-polar (Elya dkk., 2000).
Heksan dihasilkan dari prosespenyulingan minyak mentah yang memiliki
titik beku -95oC dan titik didih 69oC (Elya dkk., 2000).
Prinsip ekstraksi adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan
dengan pelarut organic yang mudah menguap. Proses ekstraksi biasanya
dilakukan dalam wadah (ketel) yang disebut ”extractor”. Ekstraksi dengan
pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri
yang mudah rusak oleh pemanasan dengan uap dan air, terutama untuk
mengekstrak minyak dari tumbuhan seperti bunga mawar, kemiri dan
mikroalga. Pelarut yang biasanya digunakan dalam ekstraksi yaitu:
petroleum eter, benzena, n-heksandan alkohol (Guenther, 1987) (Sofatul
Monawaroh,2010). Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana
dengan rumus kimia C6H14 . Awalan heks- merujuk pada enam karbon
atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana,
yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom
karbon tersebut. Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak
berwarna yang tidak larut dalam air (Sofatul Monawaroh,2010).
Kekentalan : 0.294 cP
c. KLOROFORM
Kloroform merupakan zat cair yang mudah menguap, berbau sedap,
tidak berwarna, larut dalam air, tetapi tidak larut dalam alkohol atau eter,
kloroform digunakan sebagai obat bius (anastesi) tetapi bersifat toksik yaitu
berbahaya terhadap sistem kardiovaskuler dan ginjal (Parning,2006 hal 58).
Kloroform dibuat dari alkohol dengan kapur klor (beaching powder,
Ca(OCl)Cl, kalsium Calsium Chloro Hypoclorit) melalui tiga tingkatan reaksi
yaitu : (Anonim,2017 Hal 12)
1. Oksidasi oleh halogen
2. Klorinasi dari hasil oksidasi
3. Hidlorilisa alkalis dari senyawa yang baru terbentuk
Kloroform atau triklorometana mempunyai rumus molekul CHCl 3.
Dimana pada tekanan dan temperatur normal merupakan cairan bening
dan berbau karakteristik. Kloroform lebih dikenal karena kegunaanya
sebagai bahan pembius, walaupun pada kenyataannya kloroform lebih banyak
digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri (Dani,2013
Hal 4)
Pelarut digunakan sangat luas dalam industrui di rumah tangga.
Kekhawatiran sekarang disebutkan mengenai efeknya terhadap tubuh. Dua
golongan pelarut yang amat menarik dalam pengkajian metabolisme obat
adalah dari derivat-derivat Benzen (Benzen, Toluen dan Xilen) dan
Hidrokarbon-hidrokarbon terklorinasi contohnya yaitu kloroform. ( G.Gordon
Gibson, 1991 Hal 178).
Terkadang sifat pelarut memiliki ciri-ciri yang kita kehendaki dan Sifat-
sifat kloroform yang sebagai pelarut memiliki graviti spesifik 1,498, takat
didih 61,3 0C dan keteelarutan dalam air 10 g1-1 (Mohd,1998 Hal 50).
Kloroform dapat disintesis dengan cara mencampuran etil alkohol
atau etanol dengan kalsium hipoklorit. Kalsium hipoklorit merupakan
donor unsur klor. Selain kalsium hipoklorit, penyumbang unsur klor yang
dapat dipakai adalah pemutih pakaian. Pemutih pakaian memiliki senyawa
aktif yaitu asam hipoklorit. Etil alkohol dipanaskan dan dicampurkan
dengan kalsium hipoklorit. Untuk mendapatkan kloroform dari reaksi
pencampuran ini, terdapat tiga reaksi yang terjadi:
Reaksi oksidasi
CH3-CH2OH (etil alkohol) + Cl2 ---> CH3-CHO (asetaldehida) + HCl
(asam klorida)
Reaksi klorinasi
CH3-CH2OH (asetaldehida) + 3Cl2 ---> CCl3-CHO (trikloroasetaldehida) +
3HCl (asam klorida)
Reaksi hidrolisis
2CCl3-CHO (trikloroasetaldehida) + Ca(OH)2 (kalsium hidroksida) --->
2CH3Cl (kloroform) + (HCOOH)2Ca (kalsium format).
Reaksi klorinasi
CH3COCH3 (aseton) + 3Cl2 ---> CCl3COCH3 (trikloroaseton) + 3HCl
(asam klorida)
Reaksi hidrolisis
CCl3COCH3 (trikloroaseton) + Ca(OH)2 ---> 2CH3Cl (kloroform) +
(CH3COO)2Ca (kalsium asetat)
Selain ketiga hal di atas, terdapat pula reaksi klorinasi metana yang
membutuhkan suhu 400 °C. Reaksi tersebut terjadi sebagai berikut:
d. METANOL
Metanol merupakan cairan polar yang dapat bercampur dengan air,
alkohol – alcohol lain seperti, ester, keton, eter, dan sebagian besar pelarut
organik. Metanol sedikit larut dalam lemak dan minyak. Titik didih
metanol berada pada 64,7oC dengan panas pembentukan (cairan) 39,03
kJ/mol pada suhu 25 oC. Metanol mempunyai panas fusi 103 J/g dan panas
pembakaran pada 25oC sebesar 22,662 J/g. Tegangan permukaan metanol
adalah 22,1 dyne/cm sedangkan panas jenis uapnya pada 25oC. sebesar
1,370 J/(gK) dan panas jenis cairannya pada suhu yang sama adalah 2,533
J/(gK) (Winarso,1998).
Metanol dapat dibuat dari proses penyulingan kayu, gasifikasi batu
bara muda dan sintesis gas alam. Sintesis metanol dari gas alam saat ini
tekhnologinya di pakai pada pembuatan metanol skala industri di mana di
Indonesia sendiri baru ada 2 pabrik yang mengolahnya yaitu kilang
metanol Bunyu di Tarakan, Kaltim dengan kapasitas produksi 1000
MT/day dan kilang metanol Kaltim Metanol Industri di Bontang juga di
Kaltim dengan kapasitas produksi 2000 MT/day (KMI,1997).
Penggunaan metanol sebagai bahan bakar mulai mendapat
perhatian ketika krisis minyak bumi terjadi di tahun 1970-an karena ia
mudah tersedia dan murah. Masalah timbul pada pengembangan awalnya
untuk campuran metanol-bensin. Untuk menghasilkan harga yang lebih
murah, beberapa produsen cenderung mencampur metanol lebih banyak.
Produsen lainnya menggunakan teknik pencampuran dan penanganan
yang tidak tepat. Akibatnya, hal ini menurunkan mutu bahan bakar yang
dihasilkan. Akan tetapi, metanol masih menarik untuk digunakan sebagai
bahan bakar bersih. Mobil-mobil dengan bahan bakar fleksibel yang
dikeluarkan oleh General Motors, Ford dan Chrysler dapat beroperasi
dengan setiap kombinasi etanol, metanol dan bensin. (Sheldiez, 2007).
Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan membentuk
karbon dioksida dan air adalah sebagai berikut:
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustakam tetapi lebih
sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya
sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik
karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur
sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal (Gholib,
2007).
2. Konstanta Dielektrik
Konstanta dielektrik merupakan perbandingan energi listrik yang
tersimpan pada bahan tersebut jika diberi sebuah potensial, relatif terhadap
vakum (ruang hampa). Konstanta dielektrik dapat dijadikan pengukur
relatif dari kepolaran suatu pelarut. Polaritas suatu senyawa juga
dihubungkan dengan konstanta dielektriknya ( E) dimana jika nilai E
meningkat, maka kepolaran dari suatu senyawa juga meningkat. Besarnya
konstanta dielektrik, menurut Moore, dapat diatur dengan menambahkan
bahan pelarut lain. Tetapan dielektrik suatu campuran bahan pelarut
merupakan hasil penjumlahan tetapan dielektrik masing-masing sesudah
dikalikan dengan % volume setiap komponen pelarut.
panaskan 100
derajat celcius
Disemprot dg
sampai timbul
penampak Noda
noda berwarna
anisaldehid as.
Sulfat
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rohman dan Ibnu Gholib Gandjar, 2007, Metode Kromatografi Untuk
Analisis Makanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi: Lipida. Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum, 63.
Botham, K.M., Mayes, P.A., 2009. Harper’s Illustrated Biochemistry: Cholesterol
Synthesis, Transpor & Excretion. USA: McGraw Hill, 239-248
Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Cetakan Pertama. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Ed 2: Fisiologi Jantung.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,256-293.
Underwood, AL dan JR. Day R.A. 1988. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga.