GANGGUAN TIROID
Tirotoksikosis paling sering disebabkan oleh penyakit Graves, yang merupakan kelainan
autoimun di mana antibodi perangsang tiroid (TSAb) yang diarahkan melawan reseptor thyrotropin
menimbulkan respons biologis yang sama dengan hormon perangsang tiroid (TSH).
Hipotiroidisme paling sering disebabkan oleh gangguan autoimun yang dikenal sebagai Hashimoto
(Dipiro edisi 10).
Berdasarkan bentuk:
1. Difus: Pembesaran kelenjar merata, bagian kanan dan kiri kalenjer sama-sama membesar dan disebut
strauma
2. Nodul: terdapat benjolan seperti bola, bias tunggal/banyak, bias padat/berisi cairan (kista), dapat
berupa tumor jinak/ganas
Berdasarkan kelainan fungsi:
1. Hipertiroid: Tirotoksisitas, kelebihan hormon tiroid
2. Hipotiroid: kekurangan atau berhentinya hormon tiroid
3. Eutiroid: bentuk kelenjar tidak normal, tapi fungsi normal
Gejala: polifagi (banyak makan), poliuria (banyak buang air kecil), dan polidipsi
(banyak minum).
Diabetes digolongkan menjadi dua tipe utama, yaitu tipe I dan tipe II.
Keterangan: Pada tipe I, pasien lebih cenderung memiliki berat badan rendah dan mengalami
ketoasidosis, sedangkan pada tipe II cenderung obesitas.
ACUTE PAIN
Definisi: Istilah 'nyeri akut' mengacu pada rasa sakit yang telah ada kurang dari tiga bulan
Patofiologi: interaksi kompleks antara jaringan saraf dan imun dalam sistem saraf perifer dan pusat
(SSP) sebagai respons terhadap rangsangan sensorik aferen yang menghasilkan conscious experience
yang kita kenal sebagai nyeri.
Assestment nyeri:
Gejala
Dapat digambarkan sebagai tajam, kusam, seperti kejutan, kesemutan, menembak, memancar,
berfluktuasi intensitas, dan bervariasi di lokasi (ini terjadi dalam hubungan yang tepat waktu dengan
yang jelas
rangsangan berbahaya)
Tanda-tanda
Hipertensi, takikardia, diaforesis, midriasis, dan pucat, tetapi tanda-tanda ini tidak bersifat diagnostik
■ Dalam beberapa kasus tidak ada tanda-tanda yang jelas
■ Kondisi komorbiditas biasanya tidak ada
■ Hasil pengobatan umumnya dapat diprediksi
Tes laboratorium
■ Nyeri selalu subyektif
■ Ada tes laboratorium khusus untuk rasa sakit
■ Nyeri paling baik didiagnosis berdasarkan deskripsi pasien dan
sejarah
Algoritma
Terapi
NONFARMAKOLOGI
FARMAKOLOGI
Analgesik non opioid Acetaminophen, NSAID
Analgesik opioid Mophin (first line)
Adjuvant analgesia Bila pelu, biasanya pada kronis pain
NONFARMAKOLOGI
• penggunaan terapi nonfarmakologis (kalau bisa) menjadi terapi lini pertama, baik tunggal
atau dalam kombinasi dengan analgesik yang sesuai.
• Aplikasi panas atau dingin, pijatan, relaksasi, akupunktur, dan olahraga.
• Transcutaneous electrical nerve stimulation(TENS), terapi nonfarmakologis yang umum
digunakan, dapat mengurangi rasa sakit dengan meningkatkan jalur decending inhibitory secara
alami di dalam SSP.
FARMAKOLOGI
1. Analgesik non opioid
a. Acetaminophen terapi lini pertama pada beberapa keadaan penyakit yang berhubungan
dengan nyeri, seperti osteoartritis
b. NSAID manajemen nyeri tulang yang berhubungan dengan kanker dan untuk pengobatan
jangka pendek dalam manajemen low back pain kronis
pilihan tergantung ketersediaan, biaya, farmakokinetik, karakteristik farmakologis,
dan profil efek samping.
Beralih dari satu ke obat lain (minimal 1 bulan)
NSAID topikal efektivitas yang sama seperti NSAID oral dengan keamanan dan
tolerabilitas dalam terapi artritis sendi kecil atau superfisial
2. Analgesik opioid
Mophin Banyak klinisi menganggap morfin sebagai agen lini pertama pengobatan nyeri
sedang hingga berat
Overdosis opioid
“Opioid overdose triad” 3 gejala (WHO):
• Pin point Pupils
• Koma
• Depresi Pernafasan.
• Antidotum: NALOXONE (Dosis awal 0,4 mg-2 mg diberikan secara intravena)
KEHAMILAN
• Paling aman acetaminophen
• Untuk meminimalkan risiko janin dosis efektif terendah, terutama pada akhir kehamilan, dan
pilih analgesik hanya setelah peninjauan yang cermat terhadap riwayat medis atau pengobatan.
• Opioid juga harus digunakan dengan hati-hati, terutama dalam dosis yang lebih tinggi pada akhir
kehamilan
DOSIS
GOUT
Definisi: Merupakan penyakit pada sendi yang disebabkan karena deposisi atau penumpukan krista
asam urat pada ruang sendi, menyebabkan reaksi inflamasi yang menghasilkan rasa sakit yang hebat,
erythema (kulit kemerahan) dan pembengkakan sendi.
Presentasi klinis:
Umumnya ditandai timbulnya nyeri, pembengkakan, dan inflamasi akut pada sendi
metatarsophalangeal ("podagra"), dan kemudian, dalam urutan frekuensi, punggung kaki, pergelangan
kaki, tumit, lutut, pergelangan tangan, jari, dan siku. Hingga 90% pasien dengan gout akan mengalami
podagra
Tes laboratorium
Peningkatan kadar asam urat serum; leukositosis.
Terapi
Tujuan dalam pengobatan asam urat adalah untuk menghentikan serangan akut, mencegah
serangan artritis gout berulang, dan mencegah komplikasi yang terkait dengan deposisi kronis kristal
urat dalam jaringan
NONFARMAKOLOGI
• Imobilisasi.
• Aplikasi es adalah yang paling efektif.
• tetapi aplikasi panas dapat memperburuk
FARMAKOLOGI
Gout akut • NSAID (indomethacin paling fave~)
• Colchicine
• Kortikosteroid
Jangka panjang • Allopurinol
(hiperurisemia) • Probenesid
Agen lain: losartan (dengan hipertensi), sulfinpirazone dan
Fenofibrat (Gout dengan dislipidemia)
Algoritma terapi
1. Serangan akut
a. NSAID
c. Kotikosteroid
KEHAMILAN
Gout akut jarang terjadi pada wanita hamil. Lebih umum hiperurisemi
Allopurinol (Gout During Pregnancy and Lactation, 2012; Gout in pregnancy: a case report and review
of the literature,2015)
SAKIT KEPALA/NYERI KEPALA
Menurut kriteria HIS (International Headache Society) yang diadopsi oleh PERDOSSI, nyeri kepala
dibedakan menjadi: nyeri kepala primer dan sekunder
1. Nyeri kepala primer: apabila tidak ditemukan adanya kerusakan struktural maupun metabolik
yang mendasari nyeri kepala. Contoh: nyeri kepala migren, nyeri kepala tipe tegang atau TTH
(Tension Type Headache), nyeri kepala klaster dan sefalgia trigeminal-otonomik yang lain
2. Nyeri kepala sekunder: apabila nyeri kepala didasari oleh adanya kerusakan struktural atau
sistemik. Contoh: nyeri kepala karena adanya gangguan struktural seperti HIV, kanker,
meningitis, tumor metastasis, dan gangguan intra kranial
MIGREN TTH KLASTER
Lokasi Unilateral Bilateral unilateral
MIGRAIN
Nyeri kronis adalah nyeri yang terus-menerus terjadi selama 3 bulan atau lebih.
Penyebab : cedera, infeksi, radang sendi, obesitas, kerusakan pada saraf, kelainan bentuk tulang
belakang
Pengobatan :
1. Analgesik :
Nama obat Mekanisme Dosis Efek samping Kontraindikasi
Parasetamol Menghambat Dewasa dan geriatri : Oral, Penggunaan jangka Hipersensitivitas
sintesis rektal: 325-650 mg tiap 4-6 panjang dan dosis
prostaglandin jam atau 1000 mg 3-4 berlebihan atau
dalam sistem x/hari; jangan melebihi 4 overdosis dapat
saraf pusat g/hari menyebabkan
dan secara kerusakan hati, lihat
periferal Pediatri : usia <12 tahun: pengobatan pada
menghambat 10-15 mg/kg/ dosis setiap 4- keadaan darurat
pembentukan 6 jam sesuai kebutuhan; karena keracunan.
impuls nyeri; jangan melebihi 5 dosis (2,6
g) dalam 24 jam
Ibuprofen Menghambat Dewasa dan geriatric : Oral: Pusing, sakit kepala,
enzim 200-400 mg/ dosis setiap 4- dispepsia, diare,
cyclooxygena 6 jam mual, muntah
se-1 dan 2
(COX-1 dan Pediatri : Oral: 4-10
2) secara mg/kg/dosis setiap 6-8 jam
Aspirin reversibel, Dewasa dan geriatric : Oral: Iritasi saluran cerna
yang 325-650 mg setiap 4-6 jam
menghasilkan hingga 4 g / hari
penurunan
pembentukan Pediatri : Oral, rektal: 10-15
prekursor mg / kg / dosis setiap 4-6
prostaglandin jam, hingga total 4 g / hari
;
Kodein Mengikat Dewasa dan geriatric : oral : Mual, muntah, Hipersensitivitas
reseptor opiat 30 mg setiap 4-6 jam sesuai konstipasi, dan rasa , kehamilan
di SSP, kebutuhan mengantuk. Dosis
menyebabkan yang lebih besar
penghambata Pediatri : dosis > 1,5 mg / menimbulkan
n jalur nyeri kg berat badan tidak depresi napas dan
yang dianjurkan hipotensi
Morfin meningkat, Oral : 5-20 mg tiap 4 jam;
mengubah dosis dapat ditingkatkan
persepsi dan sesuai dengan kebutuhan
Oksikodon respons Dewasa dan geriatric : Oral:
terhadap 0,6-1,5 mL / dosis setiap 3-4
nyeri jam
Rheumatoid arthritis adalah gangguan inflamasi kronis dan progresif pada sendi.
Catatan : Pemberian loading dose pada leflunomide sudah tidak dianjurkan lagi
(Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014)
a. Methotrexat
Dewasa : Oral: 7,5 mg seminggu sekali atau 2,5 mg setiap 12 jam selama 3 dosis /
minggu, tidak melebihi 20 mg / minggu
Pediatri : Oral, I.M.:10 mg / m2 sekali seminggu, kemudian 5-15 mg / m2 / minggu
sebagai dosis tunggal atau sebagai 3 dosis terbagi yang diberikan 12 jam terpisah
Geriatri : Oral: Awal: 5-7,5 mg / minggu, tidak melebihi 20 mg / minggu
KI : Hipersensitif terhadap metotreksat; gangguan ginjal/hati yang parah;, penyakit hati
alkoholik, AIDS, diskrasia darah yang sudah ada sebelumnya; kehamilan; menyusui
(DIH ed.17)
b. Sulfasalazine
Dewasa dan geriatri : Oral (tablet salut enterik): Awal: 0,5-1 g / hari; naikkan dosis
mingguan menjadi 2 g / hari dalam 2 dosis terbagi; maksimum: 3 g / hari (jika respons
terhadap 2 g / hari tidak memadai setelah 12 minggu perawatan) (DIH ed.17).
Pediatri : usia >2 tahun, serangan akut 40-60 mg/kg bb sehari, pemeliharaan 20-30
mg/kg bb/hari (pionas.pom.go.id).
KI : Hipersensitivitas terhadap salisilat dan sulfonamida; anak usia < 2 tahun
(pionas.pom.go.id).
c. Klorokuin basa
Dewasa dan geriatri : Oral: 250 mg (150 mg basa) sekali sehari; kurangi dosis setelah
respons maksimal; umumnya membutuhkan 3-6 minggu. Catatan: Tidak dianggap
sebagai agen lini pertama (DIH ed.17).
Pediatri : 3 mg/kg/hari. Hentikan penggunaan jika selama 6 bulan tidak terjadi
perubahan (honestdocs.id)
KI : Hipersensitivitas terhadap klorokuin (DIH ed. 17)
d. Siklosporin
Dewasa : Oral: awal: 2,5 mg / kg / hari, dibagi dua kali sehari; dapat ditingkatkan 0,5-
0,75 mg / kg / hari jika respon yang tidak cukup terlihat setelah 8 minggu pengobatan;
peningkatan dosis tambahan dapat dilakukan lagi pada 12 minggu (dosis maksimum: 4
mg / kg / hari). Hentikan jika tidak ada manfaat yang terlihat setelah 16 minggu terapi
(DIH ed.17)
Usia <18 tahun tidak dianjurkan (pionas.pom.go.id).
KI : pada fungsi ginjal yang abnormal, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi yang
tidak terkendali, dan malignansi (pionas.pom.go.id).
III. Kortikosteroid
Berikan kortikosteroid dalam jangka waktu sesingkat mungkin dan dosis serendah mungkin
yang dapat mencapai efek klinis.
Dosis rendah kortiksteroid setara prednison < 7,5 mg sehari dan dosis sedang 7,5 mg – 30
mg sehari.
Mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan
membalikkan peningkatan permeabilitas kapiler
Efek samping yang dapat ditimbulkannya seperti hipertensi, retensi cairan, hiperglikemi,
osteoporosis, katarak dan kemungkinan terjadinya aterosklerosis dini
(Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014).