Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN MENINGITIS

Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Klinik mata kuliah

Keperawatan Kritis

Dosen Pembimbing : Dr Luluk Widarti, S.Kep, Ns, M.Kes

Disusun Oleh :

ZALSHA ADELIA EKA P

P27820417037

TINGKAT : III-A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

SURABAYA PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SIDOARJO

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN MENINGITIS

A. Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi
otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
jamur (Smeltzer & Bare, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya
ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok,
Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat (Muttaqin, 2008).

B. Etiologi
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan
dengan wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan
dengan sistem persarafan

2
C. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang
terjadi pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.
Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
(Smeltzer & Bare, 2008).

C. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti
dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis
bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis
media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur
bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang
melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid
menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini
penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi
radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan
trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami
gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi.
Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis.
Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis

3
bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri
dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier
oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum
terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal,
kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada
sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan
endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus
(Price, 2006).
D. Manifestasi klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif,
dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna.
c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi
lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah
pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita
yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),
pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat
kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.

4
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba
muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata (Muttaqin, 2008).
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur
positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur
biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi
bakteri )
5. Elektrolit darah : Abnormal .
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah
pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat
ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra
kranial.

F. Komplikasi
1. Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang

5
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder
.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Biodata klien
b) Riwayat kesehatan yang lalu
(1) Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
(2) Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
(3) Pernahkah operasi daerah kepala ?
c) Riwayat kesehatan sekarang
(1) Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia,
kelumpuhan, gerakan involunter.
(2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK.
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi
berat, taikardi, disritmia.
(3) Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
(4) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia,
muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
(5) Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
(6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang
terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia,

6
fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi
sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi,
kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang
umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig
positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun
dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
(7) Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah,
menangis.
(8) Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja
pernafasan.

2. Diagnosa keperawatan
a) Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan
diseminata hematogen dari patogen
b) Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan
sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
c) Risisko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal,
kelemahan umum, vertigo.
d) Nyeri (akut) sehubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam
sirkulasi.
e) Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan
neuromuskular, penurunan kekuatan
f) Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.
3. Intervensi keperawatan
a) Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan
diseminata hematogen dari patogen.
Mandiri
 Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan
 Pertahan kan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.

7
 Pantau suhu secara teratur
 Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus
menerus
 Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan
nfas dalam
 Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau )
Kolaborasi
 Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol,
gentamisin.

b) Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan


sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
Mandiri
 Tirah baring dengan posisi kepala datar.
 Pantau status neurologis.
 Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang
 Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan
dan haluaran.
 Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.
Kolaborasi.
 Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
 Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
 Pantau BGA.
 Berikan obat : steoid, clorpomasin, asetaminofen

c) Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal,


kelemahan umum vertigo.
Mandiri
 Pantau adanya kejang
 Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang
jalan nafas buatan

8
 Tirah baring selama fase akut kolaborasi berikan obat : venitoin,
diaepam, venobarbital.

d) Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.


Mandiri.
 Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata,
berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan
rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher.
 Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi)
 Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.
 Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul
Kolaborasi
 Berikan anal getik, asetaminofen, codein

e) Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan


neuromuskuler.
 Kaji derajat imobilisasi pasien.
 Bantu latihan rentang gerak.
 Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.
 Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udsra
atau air perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional.
 Berikan program latihan dan penggunaan alat mobiluisasi.

f) Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis


 Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan,
sensorik dan proses pikir.
 Kaji kesadara sensorik : sentuhan, panas, dingin.
 Observasi respons perilaku.
 Hilangkan suara bising yang berlebihan.

9
 Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik.
 Beri kessempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas.
 Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi,wicara dan kognitif.

g) Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.


 Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.
 Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan
prosedur.
 Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
 Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan beri dukungan serta
petunjuk sumber penyokong.
H. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi
endogen atau keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan
mampu tidur/istirahat dengan tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan
kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan
keakuratan pengetahuan tentang situasi.

10
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PADA Sdr.A
DENGAN DIAGNOSA MENINGITIS
DI RUANG ICU RSUD SIDOARJO

G. PENGKAJIAN
1. Identitas
B. Identitas klien
Nama : Sdr. A
Umur : 23 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Agama : Kristen
Alamat : Buduran
Tgl / Jam masuk : 18 April 2020, Jam : 22.30 WIB
Tgl / Jam Pengkajian : 19 April 2020, Jam: 08.00 WIB
Diagnosa Medis : Meningitis
C. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny.W
Umur : 56 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Alamat : Buduran Sidoarjo
Hubungan Dengan Pasien : Bibi

2. Keluhan Utama
Penurunan tingkat kesadaran
3. Riwayat Penyakit
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri kepala sejak 1 bulan yang lalu, terasa di
seluruh kepala, seperti tertekan, pasien demam, mual, muntah.

11
Pasien lalu dirawat di RSU Mawardi Krian pada tanggal 25 maret
2020, selama 5 hari dan di diagnosa saat itu mangalami penyakit
typhoid. setelah pulang selama 2 hari, pasien masih mengeluh sakit
kepala, dan demam. Kemudian pasien dibawa ke RSU Mawardi
Krian pada tanggal 2 April 2020. Selama perawatan klien masih
demam terus menerus selama 3 minggu perawatan. Karena tidak
ada perubahan pasien kemudian dirujuk ke RSUD Sidoarjo pada
tanggal 19 April 2020. Kondisi pasien ketika masuk RSUD
Sidoarjo lemah, klien masih mengeluh nyeri kepala, demam,
kesadaran Compos Mentis, terdapat kaku kuduk, tanda lasique (+),
tanda Kernig (+), Tanda bruzinski I-II (+), pasien dirawat di ruang
Tulip lantai 2 , setelah perawatan selama 1 minggu, di ruang Tulip
Lantai 2 Pasien mengalami penurunan kesadaran, kemudian pasien
dirawat di ruang ICU pada tanggal 20 April 2020. Keadaan pasien
saat ini lemah, kesadaran Sopor Coma GCS: 4 E1V1M2. Pasien
terpasang ventilator mekanik.
Tanda Vital : TD : 135/84 mmHg, HR : 120 x/menit, RR: 25 x/mnt
T: 38,5°C, SPO2 : 100%.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga mengatakan sejak kecil pasien sering dirawat di Rumah
Sakit karena demam, tidak ada riwayat kejang. Pasien tidak
memiliki riwayat trauma kepala, hipertensi, DM, penyakit menular
seperti TBC, dan hepatitis.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan dalam anggota keluarga tidak ada yang
menderita penyakit yang sama seperti pasien, tidak mempunyai
riwayat penyakit keturunan seperti DM, hipertensi dan asma.

12
Genogram

23 th

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien Sdr. A (23 th)
: Tinggal 1 rumah
4. Pola Aktifitas Sehari Hari
a. Kebutuhan Nutrisi
Pasien makan dan minum melalui Sonde
b. Eliminasi
Pasien BAK selama 1500 cc berwarna kuning dan bau khas
c. Istirahat
Pasien tidak sadar
d. Aktifitas Fisik
Pasien selama di ICU dibantu penuh dengan perawat tidak bisa
melakukan aktivitas fisik secara mandiri
e. Personal Higiene
Pasien diseka dan ganti baju dibantu oleh perawat ICU
 Pemeriksaan Fisik

Kepala Bentuk mesochepal, rambut hitam, tidak


terdapat trauma kepala, tidak ada oedema, dan
tidak ada lesi pada kepala.

13
Mata Bentuk simetris kanan kiri, Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, ukuran pupil 4
mm kanan kiri, reaksi terhadap cahaya (+/+),
pupil isokor.

Telinga Bentuk simetris kanan kiri, telinga bersih tidak


ada bekas luka, tidak terdapat serumen.

Hidung Bentuk simetris kanan kiri, tidak terdapat


polip, tidak ada cuping hidung dan terdapat
penumpukan sekret, klien terpasang NGT.

Mulut Bentuk simetris, tidak ada lesi pada mulut,


mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, lidah
kotor, klien terpasang ET dan Ventilator.

Leher Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak


ada bekas luka, tidak terdapat peningkatan
JVP. Terdapat kaku kuduk.

Dada Inspeksi: pergerakan dada simetris kanan kiri,


tampak retraksi dinding dada, tidak ada bekas
luka, terdapat sputum.
Klien terpasang ventilator mekanik dengan
Palasi: vokal fremitus kanan kiri teraba sama,
tidak ada nyeri tekan, pengembangan dada
kanan kiri sama.
Perkusi: sonor.
Auskultasi: terdapat suara napas tambahan
ronkhi.

Jantung Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak


Palpasi: Ictus cordis tak kuat angkat, ictus
cordis teraba dari ICS 4 & 5 mid klavikula
sinistra. Nadi: 120 x/menit.
Perkusi: Pekak, tidak terdapat kadiomegali
Auskultasi: suara jantung I & II reguler, tidak
terdapat bising jantung,
Abdomen Inspeksi: Bentuk simetris, tidak ada benjolan,
tidak ada lesi/ bekas luka, tidak ada distensi
pada abdomen.
Auskultasi: Peristaltik usus terdengar
12X/menit.
Perkusi: tympani pada kuadran II, III, dan
IV, redup pada kuadran I kanan atas.
Palpasi: tidak ada asites, lien dan hepar tidak
teraba, tidak ada nyeri tekan.

14
Genitourinaria Pasien terpasang dower cateter, alat kelamin
pasien tampak bersih.

Muskuloskeletal Tidak terkaji karena Pasien mengalami


penurunan kesadaran

Neurologis Keadaan Umum: Lemah, tingkat kesadaran


Sopor Coma dengan total GCS: 4 (E1V1M2),
terdapat kaku kuduk, tanda laseque (+), tanda
brudzinski I-II positif

Kulit Kulit teraba panas, tidak ada oedema,


integritas kulit baik, tidak ada lesi, akral teraba
panas, kulit tampak kemerahan.

Ekstremitas Tidak ada edema pada ektremitas atas maupun


ekstremitas bawah, terpasang infus pada
tangan kiri dan terhubung dengan infus pump
dan syringe pump.

5. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 19 April 2020
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium darah 128 Mmol/L 136-145
Kalium darah 3.7 Mmol/L 3.3 – 5.1
Calsium ion 1.15 Mmol/L 1.17-1.29
Analisa Gas Darah
PH 7.450 7.350-7450
BE 2.2 Mmol/L -2 - +3
PCO2 40.0 mmHg 27.0-41.0
PO2 139.0 mmHg 83.0-108.0
Hematokrit 43 % 37-50
HCO3 27.2 Mmol/L 21.0-28.0
Total CO2 28.6 Mmol/L 19.0-24.0
O2 Saturasi 99.0 % 94.0-98.0
Pemeriksaan Laboratorium imunoserologi tanggal 20 April 2020
IMUNO
SEROLOGI
Anti-Toxoplasma Positif IU/ml Negatif
IgG Indeks : 174

15
Anti-Toxoplasma Negatif Negatif
IgM
Anti-Toxoplasma High avidity Negatif
IgG Avidity # Indeks 0,541
Anti-CMV IgG Positif AU/ml Negatif
Kons: 21
Anti-CMV IgM Negatif Negatif
Anti-CMV IgG High Avidity
avidity #
Anti-HSV1 IgG # Negatif Negatif
Anti-HSV1 IgM # Neagtif Negatif
Tanggal 21 April 2020
Sekresi
Makroskopis
Warna Yellow
Kejernihan Slight
Cloudy
Kimia Urin
Berat jenis 1.023 1.015-1.025
PH 7.5 4.5-8.0
Leukosit Negatif /uL Negatif
Nitrit Negatif Negatif
protein Negatif mg/dl Negatif
Glukosa Normal mg/dl Normal
Keton Negatif mg/dl Negatif
Urobilinogen Normal mg/dl Normal
Bilirubin Negatif mg/dl Negatif
Eritrosit 25 /uL Negatif
Mikroskopis
Epitel
Epitel Squamous 1-2 /LPB Negatif
Epitel Transisional - /LPB Negatif
Epitel bulat - /LPB Negatif
Silinder
Hyline 0 /LPK Negatif
Granulated - /LPK Negatif
Lekosit - /LPK Negatif
Bakteri 28.5 /uL 0.0-2150
Kristal 2.9 /uL 0.0-0.0
Tanggal 22 April 2020
Analisa Gas Darah
PH 7.408 7.350-7450

16
BE -4.7 Mmol/L -2 - +3
PCO2 30.6 mmHg 27.0-41.0
PO2 171.2 mmHg 83.0-108.0
Hematokrit 43 % 37-50
HCO3 20.6 Mmol/L 21.0-28.0
Total CO2 16.8 Mmol/L 19.0-24.0
O2 Saturasi 99.5 % 94.0-98.0
Laboratorium tanggal 22 April 2020
Hematologi rutin
Hemoglobin 14.0 g/dl 13.5-17.5
Hematokrit 40 % 33-45
Lekosit 12.1 Ribu/ul 4.5-11.0
Trombosit 329 Ribu/ul 150-450
Eritrosit 4.66 Juta/ul 4.50-5.90
Kimia klinik
SGOT 49 u/l <35
SGPT 62 u/l <45
Albumin 3.2 g/dl 3.5-5.2
Keatinin 0.4 Mg/dl 0.9-1.3
Ureum 21 Mg/dl <50
Elektrolit
Natrium Darah 128 Mmol/L 136-145
Kalium Darah 3.2 Mmol/L 3.3-5.3
Chlorida Darah 97 Mmol/L 98-106

Hasil pemeriksaan Rontgen Thorak tanggal 22 April 2020


Cor : CTR tidak valid dinilai
Pulmo : tampak perselubungan dengan air bronchogram (+) di
paracardial kanan, corakan bronkovaskuler normal
Sinus costophrenicus kanan kiri tajam
Hemidiapraghma kanan kiri normal
Trakhea di tengah
Sistema tulang baik
Kesimpulan : Pneumonia
6. Terapi
Diet RS: Sonde TKTP 1700 KKal
Terapi Farmakologi:

17
Nama Obat Rute Dosis
Cairan Parenteral
RL IV 60 cc/jam
Asering IV 60 cc/ jam
Kabiven IV 60 cc/ jam
Terapi injeksi
Mannitol IV 100 cc/8 jam
Metronidazol IV 500 mg/8 jam
Ciprofloxacin IV 200 mg/12 jam
Ceftazidim IV 1 gr/12 jam
Omeprazole IV 40 mg/24 jam
Kalnex IV 500 mg/8 jam
Metylprednisolon IV 62.5 mg/8 jam
Citicolin IV 250 mg/8 jam
Cymeven IV 250 mg/12 jam
Bisolvon IV 1 ap/8 jam
Terapi oral
Sucralfat Oral 3x1
Sistenol Oral 4x1
Imunoz Oral 1x1
Ambroxol Oral 3x1
Gloucon Oral 3x½

18
Analisa Data

No. Data Fokus Problem Etiologi

1. DS : - Perubahan Inflamasi jaringan


perfusi serebral
DO : jaringan
serebral Simple Pathway :
F. Keadaan Umum: Lemah,
G. tingkat kesadaran Sopor Reaksi peradangan
Coma dengan total GCS: 4 jaringan serebral
(E1V1M2),
H. terdapat kaku kuduk, reflek Trombus daerah korteks
laseque > 60°, reflek Infeksi/septikimia
brudzinski I-II positif. jaringan otak
I. Tanda vital :
TD : 135/84 mmHg, Perubahan fisiologis
HR : 120 x/menit, intrakranial
RR: 25 x/mnt,
Peningkatan
T: 38,5°C,
permeabilitas darah
SPO2 : 100%
serebral
Gambaran EKG sinus
takikardi Perubahan perfusi
jaringan serebral

2. DS : - Risiko Ketidakadekuatan
infeksi pertahanan sekunder
DO : (infeksi meningokokus)
J. Lekosit : 12.1 Simple Pathway :
K. Tanda vital :
TD : 135/84 mmHg, Bakteri masuk ke
HR : 120 x/menit, meningen
RR: 25 x/mnt,
T: 38,5°C Infeksi/septikimia
jaringan serebral

Peningkatan komponen
darah di serebral

Bakteri masuk ke aliran


balik vena ke jantung

Penurunan daya tahan

19
tubuh

Risiko infeksi

Sepsis

3 DS : - Defisit Kelemahan fisik umum


perawatan
DO : diri Simple Pathway:

Reaksi peradangan
Kemampuan Skor
jaringan serebral
Perawatan
Diri Infeksi/septikimia
Makan/Minu 4
jaringan otak
m
Toileting 4 Perubahan fisiologis
Berpakaian 4
intrakranial
Mandi 4
Mobilisasi di 4 Peningkatan
tempat tidur permeabilitas darah
Ambulasi 4
serebral
ROM
Penurunan tingkat
Kesimpulan : klien dibantu total
kesadaran
dalam pemenuhan ADL (Total
Care) Kelemahan fisik umum
L. Kesadaran klien sopor coma Defisit ADL
M. GCS : 4, E1M2V1
N. Klien terpasang ET dan
ventilator mekanik

Diagnosa Keperawatan Prioritas

A. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d inflamasi jaringan serebral

B. Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan sekunder (infeksi


meningokokus
C. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik umum

Intervensi

20
No NOC NIC
.
Dx

1. Setelah dilakukan tindakan Monitor tanda-tanda peningkatan


keperawatan selama 3x24 jam intrakranial selama perjalanan penyakit
perfusi jaringan serebral (bradikardi/takikardi, TD meningkat,
meningkat dengan kriteria hasil penurunan kesadaran, napas aritmik,
: refleks pupil menurun)
O. Tingkat kesadaran R/ Mendeteksi tanda-tanda syok, sebagai
meningkat, nilai GCS intervensi pencegahan dini.
meningkat
P. Menunjukkan tidak Monitor tanda-tanda vital dan neurologis
adanya tanda setiap jam
peningkatan TIK
R/ perubahan-perubahan ini dapat
Q. Tanda vital dalam batas
mengindikasikan perubahan intrakranial
normal
N : 60-100 x/menit Tinggikan sedikit kepala dengan hati-hati,
RR : 16-24 x/menit cegah gerakan tiba-tiba sesuai indikasi,
T : 36.5-37.5°C dan hindari fleksi leher.
R. Menunjukkan
konsentrasi dan R/ Membantu mengurangi tekanan
orientasi intrakranial
S. Pupil seimbang dan
reaktif Pantau masukan dan haluaran. Catat
T. Bebas dari aktivitas karakteristik urin, turgor kulit, dan
kejang keadaan membran mukosa.
R/ Hipertermi meningkatkan IWL
sehingga meningkatkan risiko dehidrasi.
Terutama jika tingkat kesadaran menurun.

Anjurkan keluarga untuk berbicara dengan


pasien
R/ mendengarkan suara yang
menyenangkan dari orang
terdekat/keluarga menimbulkan pengaruh
relaksasi pada beberapa pasien dan
memungkinkan untuk menurunkan TIK

Kolaborasi pemerikasaan gas darah Arteri


R/ terjadinya asidosis dapat menghambat
masuknya oksigen dan meningkatkan
iskemia serebral

21
Kolaborasi pemberian cairan parenteral
sesuai indikasi dengan penggunaan infus
pump
R/ meminimalkan fluktuasi dalam aliran
vaskuler

Berikan terapi sesuai indikasi


U. Steroid (dexametason, metilprednisol)
R/ dapat menurunkan permeabilitas
kapiler, dan menurunkan risiko
terjadinya “fenomena rebound” ketika
menggunakan mannitol
V. Klorpomasin (thorazine)
R/ untuk mengatasi kelainan postur
tubuh atau menggigil yang dapat
meningkatkan TIK
W. Asetaminofen (tylenol)
R/ Menurunkan metabolisme
seluler/menurunkan konsumsi oksigen
dan risiko kejang.

22
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
keperawatan selama 3x24 jam sistemik dan lokal
klien tidak mengalami infeksi R/ timbulnya tanda klinis infeksi
dengan kriteria hasil : merupakan indikasi perkembangan dari
meningokosemia akut atau terjadi
X. Klien bebas dari tanda penyebaran patogen secara
dan gejala infeksi hematogen/sepsis
Y. Menunjukkan 2. Monitor adanya disritmia dan
kemampuan untuk demam yang terus menerus
mencegah timbulnya R/ infeksi sekunder seperti
infeksi miokarditis/perikarditis dapat
Z. Jumlah leukosit dalam berkembang dan memerlukan
batas normal intervensi lanjut
(4.5-11.0 ribu/ul) 3. Berikan tindakan isolasi sebagai
tindakan pencegahan
R/ menurunkan risiko penyebaran
terhadap orang lain
4. Berikan informasi kepada keluarga
untuk melakukan hand hygiene
sebelum dan setelah kontak dengan
pasien
R/ meningkatkan pengetahuan keluarga
dan mencegah terjadinya infeksi pada
klien.
5. Kolaborasi pemberian terapi
antibiotik sesuai indikasi.
R/ antibiotik yang dipilih bergantung
pada tipe infeksi dan sensitivitas
individu.

3. Setelah dilakukan tindakan 9. Kaji kemampuan klien untuk


keperawatan selama 3x24 jam melakukan perawatan diri
kebutuhan ADL klien R/ membantu dalam
terpenuhi dengan kriteria hasil: mengantisipasi/merencanakan
pemenuhan kebutuhan ADLs secara
6. Klien bersih dan individual
terbebas dari bau 10. Berikan bantuan dalam perawatan
7. Menyatakan ADLs sesuai kebutuhan
kenyamanan setelah R/ Memberikan kenyamanan kepada
dilakukan perawatan pasien
ADLs

23
8. Dapat melakukan ADLs 11. Identifikasai kebiasaan defekasi
dengan bantuan sebelumnya. Tingkatkan asupan cairan
dan nutrisi tinggi serat
R/ membantu mencegah konstipasi
12. Pertahankan komunikasi terapeutik
sebelum melakukan perawatan ADLs
terhadap klien
R/ menimbulkan pengaruh relaksasi
pada beberapa pasien koma dan
memungkinkan untuk menurunkan
TIK.
13. Ajarkan keluarga tentang cara
pemberian makan melalui NGT dan
menganjurkan untuk megubah posisi
klien setiap 2 jam
R/ meningkatkan pengetahuan keluarga
dan mencegah terjadinya dekubitus.
14. Kolaborasi pemberian obat laksatif
suppositoria atau pelunak feses
R/ untuk merangsang fungsi defekasi
teratur.

24
Implementasi

Tanggal No. Implementasi Respon TTD


/jam dx

19-4- 1.2 I. Memberikan terapi S:- Zals


2020 sesuai program : O: ha
Mannitol 50 cc A. Obat masuk melalui
08.00 Metronidazol 500 mg IV
Ciprofloxacim 200 mg B. Tidak ada alergi
Ceftazidim 1 gr C. Tidak ada odema
Omeprazole 40 mg D. Tidak ada plebitis
Kalnex 500 mg
Metylprednisolon 62.5 mg
Citicolin 250 mg
Cymeven 250 mg
Bisolvon 1 ap
09.00 3 Memberikan perawatan S:- Zals
total care kepada pasien : O: ha
E. Memandikan G. Klien tampak bersih
pasien H. Tidak ada bau
F. Melakukan oral badan
hygiene I. Klien sudah BAB
J. BAK : 1300 cc
09.30 3 Memberikan sonde TKTP S : - Zals
melalui NGT O: ha
K. Sonde masuk 350
cc
L. Mukosa bibir kering

12.00 1.2 Memonitor TTV dan S : - Zals


status respirasi O: ha
M. Tanda vital :
TD : 115/64 mmHg,
HR : 117 x/menit,
RR: 22 x/mnt,
T: 38,5°C
N. Klien terpasang ET
dan ventilator
mekanik dengan
mode SIMV-PC,
FIO2: 50%, RR
setting ventilator:
12, Pressure
Inspiration: 15,

25
Volume tidal: 265,
RR: 22 x/mnt.
13.00 1,2 Meninggikan kepala 15° S : - Zals
dan menilai status O : ha
kesadaran O. Kesadaran sopor
coma
P. GCS : 4 E1M2V1
Q. Ukuran Pupil : 4
mm
13.30 1 Memonitor balance cairan S:- Zals
O: ha
R. Input :
Infus : 1440 cc
Sonde : 600 cc
Obat : + 500 cc
S. Output :
Urin : 1800 cc
IWL 24 jam : 15 x
BB
15 x 60 = 900
Balance : 2540-2700
= -160 cc
20-04- 1.2 J. Memberikan terapi S : - Zals
2020 sesuai program : O: ha
Mannitol 50 cc T. Obat masuk melalui
08.00 Metronidazol 500 mg IV
Ciprofloxacim 200 mg U. Tidak ada alergi
Ceftazidim 1 gr V. Tidak ada odema
Omeprazole 40 mg W. Tidak ada plebitis
Kalnex 500 mg
Metylprednisolon 62.5 mg
Citicolin 250 mg
Cymeven 250 mg
Bisolvon 1 ap
09.00 3 Memberikan perawatan S : - Zals
total care kepada pasien : O: ha
X. Memandikan Z. Klien tampak bersih
pasien AA. Tidak ada bau
Y. Melakukan oral badan
hygiene BB.Klien sudah BAB
CC.BAK : 1300 cc
09.30 3 Memberikan sonde TKTP S : - Zals
melalui NGT O: ha
DD. Sonde masuk

26
400 cc
EE. Mukosa bibir kering
10.00 1.2 Memonitor TTV dan S : - Zals
status respirasi O: ha
FF. Tanda vital :
TD : 100/62 mmHg,
HR : 125 x/menit,
RR: 20 x/mnt,
T: 38,8°C
GG. Klien terpasang
ET dan ventilator
mekanik dengan
mode SIMV-PC,
FIO2: 50%, RR
setting ventilator:
12, Pressure
Inspiration: 15,
Volume tidal: 410,
RR: 20 x/mnt.

12.30 2 Memberikan kompres S : - Zals


hangat pada aksila, leher, O : ha
dan lipatan paha HH. Suhu : 38,8
II. Akral teraba panas
JJ. Ekstremitas teraba
dingin
KK. Kulit tampak
kemerahan
LL. Klien tidak
menggigil
13.00 2 Meninggikan kepala 15° S : - Zals
dan menilai status O : ha
kesadaran MM. Kesadaran sopor
coma
NN. GCS : 4
E1M2V1
OO. Ukuran Pupil : 4
mm

27
13.30 2 Memonitor balance cairan S:- Zals
O: ha
PP. Input :
Infus : 1440 cc
Sonde : 600 cc
Obat : + 500 cc
QQ. Output :
Urin : 1700 cc
IWL 24 jam : 15 x
BB
15 x 60 = 900
Balance : 2540-2600
= -60 cc

21-04-20 3 Memberikan sonde TKTP S : - Zals


melalui NGT O: ha
21.00 RR.Sonde masuk 400
cc
SS. Mukosa bibir kering
22.00 1.2 Memonitor TTV dan S : - Zals
status respirasi O: ha
TT. Tanda vital :
TD : 92/52 mmHg,
HR : 130 x/menit,
RR: 18 x/mnt,
T: 38.3°C
UU. Klien terpasang
ET dan ventilator
mekanik dengan
mode SIMV-PC,
FIO2: 50%, RR
setting ventilator:
12, Pressure
Inspiration: 15,
Volume tidal: 250,
RR: 18 x/mnt.
24.00 1,2 K. Memberikan terapi S : - Zals
sesuai program : O: ha
Mannitol 50 cc VV. Obat masuk

28
Metronidazol 500 mg melalui IV
Kalnex 500 mg WW. Tidak ada alergi
Metylprednisolon 62.5 mg XX. Tidak ada
Citicolin 250 mg odema
Bisolvon 1 ap YY. Tidak ada
plebitis
02.00 1,2 Memonitor TTV dan S : - Zals
status respirasi O: ha
ZZ. Tanda vital :
TD : 97/56 mmHg,
HR : 121 x/menit,
RR: 20 x/mnt,
T: 38,3°C
AAA. Klien terpasang
ET dan ventilator
mekanik dengan
mode SIMV-PC,
FIO2: 50%, RR
setting ventilator:
12, Pressure
Inspiration: 15,
Volume tidal: 325,
RR: 20 x/mnt.
05.00 1,2 Meninggikan kepala 15° S : - Zals
dan menilai status O : ha
kesadaran BBB. Kesadaran sopor
coma
CCC. GCS : 4
E1M2V1
DDD. Ukuran Pupil : 4
mm
05.30 1 Memonitor balance cairan S:- Zals
O: ha
EEE. Input :
Infus : 1440 cc
Sonde : 600 cc
Obat : + 500 cc
FFF. Output :
Urin : 1700 cc
IWL 24 jam : 15 x
BB
15 x 60 = 900
Balance : 2540-2600
= -60 cc

29
Evaluasi

Tanggal No. Evaluasi Ttd


/ Jam
Dx

19-04- 1 S:- Zalsha


2020
O:
13.30
GGG. Keadaan Umum: Lemah,
HHH. Tingkat kesadaran Sopor Coma dengan total
GCS: 4 (E1V1M2),
III. Tanda vital :
TD : 115/64 mmHg, HR : 117 x/menit, RR: 22
x/mnt, T: 38,5°C
JJJ. pupil isokor, ukuran pupil: 4 mm
KKK. Input cairan total : 2540
LLL. Output cairan total : 2700
A : Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
MMM. Monitor tanda vital dan status
neurologis
NNN. Pantau input dan output cairan
OOO. Monitor tanda dan gejala
peningkatan TIK
PPP. Berikan terapi sesuai program :
Mannitol 50 cc/8 jam IV
Omeprazole 40 mg/24 jam IV
Kalnex 500 mg/8 Jam IV
Metylprednisolon 62.5 mg/8 jam IV
Citicolin 250 mg/8 Jam IV
Cymeven 250 mg/12 jam IV
Bisolvon 1 ap/8 jam IV
13.40 2 S:- Zalsha
O:
AA. Lekosit : 12.1
BB. Tanda vital :
TD : 135/84 mmHg,
HR : 120 x/menit,

30
RR: 25 x/mnt,
T: 38,5°C
A : masalah risiko infeksi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
CC. Monitor tanda vital
DD. Monitor tanda dan gejala infeksi
EE.Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
FF. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi
Metronidazol 500 mg/8 jam IV
Ciprofloxacim 200 mg/12 jam IV
Ceftazidim 1 gr/12 jam IV

14.00 3 S:- Zalsha


O:
GG. Klien tampak bersih
HH. Mulut klien bersih
II. Klien makan diet sonde 200 cc
JJ. Klien sudah BAB
KK. BAK 1800 cc
LL.Kesadaran klien Sopor coma
MM. GCS : 4, E1V1M2
A : masalah defisit perawatan diri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
NN. Bantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs
OO. Lakukan perawatan oral hygiene
PP. Monitor status defekasi
QQ. Kolaborasi pemberian obat laksatif
ketika terjadi konstipasi

20-04- 3 S:- Zalsha


2020
O:
13.40
QQQ. Keadaan Umum: Lemah,
RRR. Tingkat kesadaran Sopor Coma dengan total
GCS: 4 (E1V1M2),
SSS. Tanda vital :
TD : 97/56 mmHg, HR : 121 x/menit, RR: 22
x/mnt,

31
T: 38,8°C
TTT. pupil isokor, ukuran pupil: 4 mm
UUU. Input :
Infus : 1440 cc
Sonde : 600 cc
Obat : + 500 cc
VVV. Output :
Urin : 1700 cc
IWL 24 jam : 15 x BB
15 x 60 = 900
WWW.Balance : 2540-2600 = -60 cc
A : Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
XXX. Monitor tanda vital dan status
neurologis
YYY. Pantau input dan output cairan
ZZZ. Monitor tanda dan gejala
peningkatan TIK
AAAA. Berikan terapi sesuai program :
Mannitol 50 cc/8 jam IV
Omeprazole 40 mg/24 jam IV
Kalnex 500 mg/8 Jam IV
Metylprednisolon 62.5 mg/8 jam IV
Citicolin 250 mg/8 Jam IV
Cymeven 250 mg/12 jam IV
Bisolvon 1 ap/8 jam IV
13.50 2 S:- Zalsha
O:
BBBB. Tanda vital :
TD : 97/56 mmHg, HR : 121 x/menit, RR: 22
x/mnt,
T: 38,8°C
CCCC. Hasil EKG sinus takikardi
DDDD. Kesadaran sopor coma, GCS : 4,
E1M2V1
A : masalah risiko infeksi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
RR. Monitor tanda vital

32
SS. Monitor tanda dan gejala infeksi
TT.Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
UU. Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi
Metronidazol 500 mg/8 jam IV
Ciprofloxacim 200 mg/12 jam IV
Ceftazidim 1 gr/12 jam IV

14.00 3 S:- Zalsha


O:
VV. Klien tampak bersih
WW. Mulut klien bersih
XX. Klien sudah BAB
YY. BAK 1700 cc
ZZ.Kesadaran klien Sopor coma
AAA. GCS : 4, E1V1M2
BBB. Klien dibantu dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs
A : masalah defisit perawatan diri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
CCC. Bantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs
DDD. Lakukan perawatan oral hygiene
EEE. Monitor status defekasi
FFF. Kolaborasi pemberian obat laksatif
ketika terjadi konstipasi

21-04-20 1 S:- Zalsha


06.20
O:
EEEE. Keadaan Umum: Lemah,
FFFF. Tingkat kesadaran Sopor Coma dengan total
GCS: 4 (E1V1M2),
GGGG.Tanda vital :
TD : 97/56 mmHg, HR : 121 x/menit, RR: 20
x/mnt,
T: 38,3°C
HHHH. pupil isokor, ukuran pupil: 4 mm
IIII. Input :
Infus : 1440 cc
Sonde : 600 cc
Obat : + 500 cc

33
JJJJ. Output :
Urin : 1700 cc
IWL 24 jam : 15 x BB
15 x 60 = 900
KKKK. Balance : 2540-2600 = -60 cc
A : Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
LLLL. Monitor tanda vital dan status
neurologis
MMMM. Pantau input dan output cairan
NNNN. Monitor tanda dan gejala
peningkatan TIK
OOOO. Berikan terapi sesuai program :
Mannitol 50 cc/8 jam IV
Omeprazole 40 mg/24 jam IV
Kalnex 500 mg/8 Jam IV
Metylprednisolon 62.5 mg/8 jam IV
Citicolin 250 mg/8 Jam IV
Cymeven 250 mg/12 jam IV
Bisolvon 1 ap/8 jam IV
06.40 2 S:- Zalsha
O:
PPPP. Tanda vital :
TD : 97/56 mmHg, HR : 121 x/menit, RR: 20
x/mnt,
T: 38,3°C
QQQQ. Hasil EKG sinus takikardi
RRRR. Kesadaran sopor coma, GCS : 4, E1M2V1
A : masalah risiko infeksi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
GGG. Monitor tanda vital
HHH. Monitor tanda dan gejala infeksi
III. Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
JJJ.Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi
Metronidazol 500 mg/8 jam IV
Ciprofloxacim 200 mg/12 jam IV
Ceftazidim 1 gr/12 jam IV

34
07.00 3 S:- Zalsha
O:
KKK. Klien tampak bersih
LLL. Mulut klien bersih
MMM. Klien sudah BAB
NNN. BAK 1700 cc
OOO. Kesadaran klien Sopor coma
PPP. GCS : 4, E1V1M2
QQQ. Klien dibantu dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs
A : masalah defisit perawatan diri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
RRR. Bantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs
SSS. Lakukan perawatan oral hygiene
TTT. Monitor status defekasi
UUU. Kolaborasi pemberian obat laksatif
ketika terjadi konstipasi

35
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I
Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Penganta Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Yogyakarta : Med Action
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi
bahasa Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2006. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease
Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC.

36

Anda mungkin juga menyukai