Anda di halaman 1dari 10

Beberapa pertanyaan ch.

27 Levenspiel

Jawab.

1. K3 pada dasarnya ditentukan menggunakan data tanpa inhibitor


2. Kesimpulan slope nya sama atau tidak lebih baik secara kuantitatif dengan memberikan angka
persentase atau dengan R2. Perbedaan yang kurang dari 5% umumnya dianggap tidak signifikan.
3. Tanpa menghitung nilai N sebenarnya persamaan sudah bisa dibuat. N diperlukan jika ingin
mengekspresikan persamaan dalam bentuk tertentu yang lebih komprehensif.
Jawab.

Persamaan Michaelis Menten dan Briggs Haldane sebenarnya didasarkan pada persamaan yang sama
yaitu pers. 3 ch. 27 yaitu persamaan yang dihasilkan dari eksperimen. Terjadi perbedaan karena
pendekatan yang berbeda untuk membuktikan persamaan empiris tersebut.

Jawaban sda

Ya sama dengan jawaban sebelumnya


Jawab.

1. Sda
2. Sda
3. Seperti halnya N, tanpa menghitung nilai L sebenarnya persamaan sudah bisa dibuat. L dan N
diperlukan jika ingin mengekspresikan persamaan dalam bentuk tertentu yang lebih komprehensif.
Jawab.

CM dan k3 dicari dari data tanpa inhibitor. Kemudian baru dengan data inhibitor, nilai N dan L di dapat
dengan memasukkan nilai CM dan k3 yang sama yang sudah diperoleh sebelumnya dari data tanpa
inhibitor.
Jawab.

Pers. Michaelis Menten itu bisa dipandang sebagai zero order, bisa 1st order, bisa juga orde antara 0 dan
1, tergantung besar konsentrasi substratnya. Persamaannya sendiri tetap tidak berubah.

Jawab.

1. Perhatikan bahwa asumsi rate pembentukan intermediate mendekati nol hanya berlaku untuk
asumsi pseudo-steady state atau Briggs Haldane. Untuk M Menten asumsinya adalah equillibrium.
2. Asumsi pseudo steady state ini bisa dipakai karena ada fakta empiris bahwa senyawa intermediate
hampir tidak bisa diukur konsentrasinya, atau amat sangat kecil, atau dengan kata lain secepat dia
terbentuk secepat itu pula dia terkonversi lanjut menjadi produk lain atau produk akhir (meskipun
ada beberapa kasus yang sangat jarang dimana senyawa intermediate itu bisa dibuktikan
keberadaannya atau bisa diukur konsentrasinya).
3. Asumsi2 apapun itu, baik asumsi equilibrium (Michaelis Menten) atau asumsi pseudo steady state,
itu adalah upaya peneliti untuk menjelaskan data empiris (hasil eksperimen) yaitu pers. 3 ch. 27.
Upaya untuk menjelaskan persamaan empiris itu dilakukan dengan mem propose atau mengajukan
suatu mekanisme reaksi. Nah saat mempropose mekanisme reaksi inilah digunakan asumsi2.
Asumsi2 harus tetap berdasarkan fakta dilapangan, tidak bisa sembarang asumsi.
4. Persamaan reaksi dengan katalis ada beberapa, a.l
a. Katalis enzim. Pers. Michaelis -Menten, pers. 3 ch. 27

b. Sel hidup. Pers. Monod p. 624


c. Katalis padat non biologis. Umumnya mengikuti pers. Langmuir Isotherm:

𝐶𝐴
𝜃=
𝐾 + 𝐶𝐴
Dimana  adalah fraksi permukaan katalis yang tertutup molekul, K adalah konstanta
kesetimbangan adsorpsi – desorpsi

Perhatikan bahwa semua persamaan itu, meskipun tidak berhubungan satu sama lain, memiliki
bentuk yang mirip, yaitu adanya konsentrasi substrat / reaktan pada pembilang dan penyebut,
serta adanya konstanta pada penyebut dengan unit yang sama dengan unit konsentrasi.
Kemiripan ini bisa terjadi karena adanya peristiwa equilibrium yang terjadi dalam proses katalitik
tersebut. Dalam reaksi enzimatik, Michaelis -Menten membuktikan dengan mekanisme reaksi
yang berdasarkan peristiwa equilibrium. Tetapi Briggs Haldane membuktikannya tidak
berdasarkan peristiwa equilibrium tetapi berdasarkan proses pseudo steady state.
5. Pada reaksi esterifikasi dan transesterifikasi pembuatan biodiesel dari minyak dengan katalis asam
atau basa, pers reaksinya sering dibuktikan tidak menunjukkan adanya peristiwa equilibrium.
6. Jadi apakah asumsi equilibrium atau pseudo-steady state bisa dipakai? Jawabannya kembali kepada
hasil pers yang dihasilkan secara empiris, bagaimana bentuknya.

Jawab.

1. Sda
2. High CB0 (konsentasi inhibitor yang tinggi) dipakai untuk lebih meyakinkan jika konsentrasi inhibitor
yang dipakai terlalu rendah sehingga kurvanya berimpit sehingga sulit disimpulkan.

Jawab.

1. Sda
2. Jawab 27.9. Berdasarkan pers. Michaelis Menten,
a. rate berbanding lurus dengan konsentrasi enzim, sehingga kons. enzim harus dipertahankan
setinggi2nya.
b. Pada kons. Substrat rendah rate orde 1 dan oder mengecil sampai nol dengan kenaikan
konsentrasi substrat. Jadi agar rate tinggi, kons substrat perlu dibuat sekecil mungkin.
Dengan demikian konfigurasi reactor sbb:
(a) Reactor dibebani dengan kons. Substrat yang tinggi sejak awal (tidak bagus). Kons E tinggi sejak
awal (bagus)
(b) Kons E tinggi sejak awal (bagus). Kons substrate dibagi2 sehingga cenderung dibuat kecil
sepanjang reactor (bagus)
(c) Sama dengan (a) tapi lebih jelek karena reactor plug flow yang direcycle akan turun
performancenya
(d) Kons substrat tinggi sejak awal (tidak bagus) dan kons enzim dibagi2 sehingga kecil (tidak bagus)
(e) Sama dengan (a) tetapi lebih jelek karena mixed flow secara umum lebih rendah
performancenya dibanding plug flow
(f) Kons substrat dibagi2 sehingga cenderung kecil (bagus), kons E dibuat besar (bagus)

Kesimpulan.

(b) memberikan konfigurasi terbaik. (f) bersaing dengan (b) karena meskipun mixed flow tetapi
disusun seri sehingga mendekati plug flow.

Jawab
1. L dan N tidak perlu dibandingkan. Ini dicari dengan tujuan untuk mengekspresikan persamaan
menjadi lebih komprehensif, yaitu menyerupai pers asli Michaelis Menten, tetapi memiliki
perbedaan.
2. Inhibitor pada dasarnya tidak menguntungkan karena menurunkan rate, yaitu:
a. dengan memperbesar CM (competitive)
b. dengan menurunkan k3 atau rmax (non competitive)

Jawab

sda
Jawab

Ya pada literatur lain nilai k3 dan CEo disatukan menjadi nilai rmax

Jawab

1. sda
2. sda
Jawab

a. Perhatikan bahwa Fig. 27.5 diturunkan dari Fig. 27.4. Saat awal reaksi, yaitu saat CA tinggi, maka
orde nol. Jika CA rendah maka berubah orde 1.
b. sda

Jawab

Sda

Anda mungkin juga menyukai