Anda di halaman 1dari 39

YAYASAN PENDIDIKAN DARUL MUJAHIDIN NW MATARAM

UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA GARIS BILANGAN


TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN
OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT
KELAS VII MTs NW RENSING TAHUN PELAJARAN 2020-2021

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:
BAIQ MIFTAHUL AINI
NIM 16.8.2.002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

MATARAM

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan pada hakikatnya tidak bisa dipisahkan dengan manusia

karena dengan pendidikan, manusia bisa berdaya guna dan mandiri. Dengan

adanya pendidikan juga berperan penting dalam pembangunan dalam suatu

negara. Maka tidak salah jika pendidikan selalu menjadi salah satu aspek

penting dan selalu menjadi sorotan dalam pemerintah.

Berdasarkan UU RI No. 20 Thn. 2003 tentang Pendidikan Nasional,

khususnya Bab II pasal 3 menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang

dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif

dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar (Rudi Susilana, 2007:1).

Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk

menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisir, dan menciptakan sistem

lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan


belajar-mengajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal

(Sugihartono, 2007: 81).

Berdasarkan pengertian di atas, pembelajaran semestinya harus

dilakukan dengan semaksimal mungkin. Baik itu dengan metode atau media

yang diadakan guru untuk membantu proses belajar mengajar yang efektif,

efisien dan menyenangkan bagi siswa.

Mutu pendidikan Indonesia secara umum belum beranjak jauh untuk

mencapai standar mutu yang diharapkan. Salah satunya kualitas dalam mata

pelajaran matematika, masih rendah. Hasil penelitian tim Programme of

International Student Assessment (PISA) 2012 capaian literasi matematika

siswa Indonesia terpuruk menjadi peringkat 64 dari 65 negara.

Demikian hasil Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS)

yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan

International Association for the Evaluation of Educational Achievement

Study Center Boston College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara.

Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386

dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari

penilaian tahun 2007.lihat perbaikan sebelumnya

Mempelajari matematika sesungguhnya dimaksudkan untuk

menumbuhkembangkan kemampuan bernalar, yaitu kemampuan berpikir

secara sistematis, logis dan kritis dalam mengomunikasikan gagasan atau

memecahkan masalah.
Mata pelajaran Matematika merupakan pelajaran yang bisa

membiasakan siswa untuk berfikir. Sumiati (2007:50) mengungkapkan bahwa

pelajaran Matematika dipandang sebagai pelajaran yang ampuh untuk

mencapai disiplin mental dimana siswa dibiasakan untuk berfikir yang bisa

mengaplikasikannya dalam memecahkan masalah kehidupan kesehariannya.

Matematika juga merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata

pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika

merupakan salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (Rostina, 2013: 2).

Pelajaran matematika seringkali dirasakan sulit oleh siswa sehingga

cenderung tidak disenangi anak. Bahkan tidak jarang anak yang memandang

pelajaran matematika sebagai momok yang menakutkan. Meskipun ada

sebagian siswa yang menyenanginya atau bahkan justeru ‘jagoan” di bidang

matematika, tetapi selalu ada saja siswa yang menganggap matematika itu

ibarat “monster” yang menakutkan. (Muhammad Asrori, 2007: 241)

Jika keadaan seperti ini terus menerus dibiarkan terjadi saat proses

belajar mengajar berlangsung maka hal tersebut akan menghambat proses

belajar mengajar. Selain itu, guru juga sebagai pendidik bisa mengalami

kesulitan saat penyampaian materi karena hal tersebut. Yang diharapkan siswa

dapat menerima materi dengan senang hati dan guru akan dengan mudah bisa

menyelesaikan materi dengan yang ditargetkan.

Dikarenakan hal tersebut, guru akan melakukan berbagai cara untuk

menarik perhatian dan minat belajar siswa. Untuk itulah hadir penggunaan alat
peraga dalam pelajaran matematika supaya pembelajaran di dalam kelas

berjalan dengan menyenangkan.

Penggunaan alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting

sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif.

Setiap proses belajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain

tujuan, bahan, metode, dan alat serta evaluasi. Unsur metode dan alat

merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi

sebagai cara atau tehnik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai

kepada tujuan. Dalam pencapaian tujuan tersebut, peranan alat bantu atau alat

peraga sangat penting sebab dengan adanya ini bahan dengan mudah dapat

dipahami oleh siswa.

Matematika banyak memiliki materi yang berhubungan, dengan kata

lain ada beberapa materi yang bersifat dasar seperti penjumlahan yang

digunakan juga pada operasi perkalian dan pengurangan juga dipakai di

operasi pembagian. Peneliti memilih materi operasi penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat dikarenakan adanya pengalaman saat peneliti

melakukan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Peneliti

menemukan siswa kelas XI mengalami kesulitan dalam operasi penjumlahan

dan pengurangan bilangan bulat dalam menyelesaikan operasi turunan.

Peneliti pernah mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa tersebut

perihal kesulitan mereka. Mereka menjawab bahwa matematika tidak

menyenangkan untuk dipelajari. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan

kesulitan siswa dilandaskan karena kurangnya minat belajar siswa. Mereka


merasa matematika itu pelajaran yang tidak menyenangkan sehingga

menyebabkan mereka tidak memperhatikan penjelasan guru saat menjelaskan.

Menurut peneliti bagaimana bisa menaiki jenjang materi yang lebih tinggi

sedangkan materi dasar belum dipahami. Materi operasi penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat diajarkan saat kelas VII, oleh karena itu peneliti

memutuskan untuk meneliti di kelas VII. Peneliti melakukan wawancara

kepada guru di MTs NW Rensing 1.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada seorang guru

sebagai narasumber yang mengampu mata pelajaran matematika kelas VII dan

VIII. Beliau menjelaskan bahwa pembelajaran semester satu tahun ajaran

2019-2020 pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

tidak menggunakan alat peraga. Adapun respon siswa saat pembelajaran masih

terbilang minim, beberapa siswa ada yang tidur/mengantuk, siswa yang

mengobrol, siswa yang melamun, dan siswa yang bermain dengan teman

sebangkunya. Keadaan seperti ini terjadi karena mereka merasa pembelajaran

matematika itu membosankan dan minat belajar matematika siswa tidak ada.

Sehingga seorang pendidik harus mendesain pembelajaran tersebut

dengan menggunakan alat peraga agar siswa mampu memahami materi yang

diajarkan dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Untuk

membantu siswa agar tidak mengalami kejenuhan dalam mempelajari mata

pelajaran matematika, dengan menggunakan alat peraga matematika akan

membantu dan memotivasi siswa untuk pelajaran matematika. Dan hal inilah

yang mendorong peneliti untuk mencoba penelitian di MTs NW Rensing 1.


Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka peneliti hendak meneliti

tentang “Efektivitas Penggunaan Alat Peraga Garis Bilangan Terhadap

Minat Belajar Siswa Pada Materi Operasi Penjumlahan dan

Pengurangan Bilangan Bulat Kelas VII Mts NW Rensing 1”.

1.2 Batasan Masalah

Demi menghindari kesalahan persepsi dan terjadi perluasan masalah,

maka perlu adanya ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas, agar

pembatasannya sesuai dan tidak menyimpang dalam penelitan ini masalah

dibatasi pada:

1. Masalah yang diteliti dibatasi pada keefektifan penggunaan alat peraga

kartu bilangan dalam pembelajaran matematika. Efektif atau tidaknya

dilihat dari perbedaan minat anak terhadap pelajaran matematika.

2. Siswa yang dimaksud adalah siswa Madrasah Tsanawiyah NW Rensing 1

kelas VII.

3. Minat belajar yang dimaksud adalah rasa suka dan perhatian seseorang

terhadap sesuatu baik seseorang, benda ataupun kegiatan yang membuat

seseorang tersebut merasa terikat dan memberikan perhatian penuh

terhadap objek yang disukainya tanpa ada yang menyuruh.

4. Alat peraga yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk menunjang

pemahaman siswa pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat, yaitu alat peraga garis bilangan.


1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat

diungkapkan rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah penggunaan alat

peraga garis bilangan efektif untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam

pembelajaran matematika pokok bahasan operasi penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas VII MTs NW Rensing 1?”.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan alat

peraga kertas berpetak terhadap minat belajar siswa pada pokok bahasan

operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat kelas VII MTs NW

Rensing 1 tahun pelajaran 2020/2021.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Untuk Siswa

1) Penggunaan alat peraga diharapkan dapat menumbuhkan minat belajar

siswa pada pelajaran matematika pada khususnya.

2) Siswa akan lebih menikmati proses belajar dengan penggunaan alat

peraga dengan lebih santai (tidak tegang) dan menyenangkan.

1.5.2 Untuk Guru Bidang Studi

1) Menjadi refrensi bagi guru matematika untuk menerapkan penggunaan

alat peraga dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.


2) Meningkatkan kreatifitas guru dalam mengajar dengan penggunaan alat

peraga sehingga proses belajar mengajar berjalan tidak monoton dan

lebih menyenangkan.

1.5.3 Untuk Sekolah

1) Sebagai refrensi bagi sekolah untuk menerapkan penggunaan alat

peraga dalam meningkatkan minat belajar siswa.

2) Sebagai informasi bahwa dengan menggunakan alat peraga dalam

proses pembelajaran matematika pada pokok bahasan perbandingan

kemungkinan lebih efektif daripada pembelajaran tanpa penggunaan

alat peraga.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan digunakan untuk mempermudah dalam pembacaan,

secara umum proposal penelitian ini dibuat dalam 3 bab, yaitu terdiri:

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Batasan Masalah
1.4 Tujuan Penelitian
1.5 Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Relevan
2.2 Landasan Teori
2.3 Kerangka Berfikir
2.4 Perumusan Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
3.2 Populasi dan Sampel
3.3 Variabel Penelitian
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.5 Analisis Data

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasi penelitian yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya

adalah:

2.1.1 Efektivitas penggunaan alat peraga sebagai media pembelajaran

Matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta pada pokok

bahasan bangun ruang sisi lengkung (Isnurwati, 2006).

Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan

kualitas pembelajaran siswa SMP Negeri 1 Yogyakarta setelah

diterapkan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Siswa lebih

aktif dan partisifatif dengan menggunakan alat peraga dari pada

pembelajaran tanpa menggunakan alat peraga.

Persamaan pada penelitian ini adalah menggunakan alat peraga

pada variabel bebasnya. Sedangkan perbedaannya adalah pada tahap

pelaksanaannya menggunakan pre-test dan post-test.


2.1.2 Pengaruh penggunaan alat peraga terhadap minat belajar siswa dalam

mata pelajaran Matematika MI Taufiqul Athfal Ciseeng Bogor, O

(Ropiudin, 2008).

Pada penelitian ini dikatakan bahwa minat belajar siswa yang

pembelajarannya menggunakan alat peraga lebih baik secara signifikan

daripada minat belajar siswa yang pembelajarannya tanpa

menggunakan alat peraga.

Persamaan pada penelitian ini adalah menggunakan alat peraga,

tahap pelaksanaannya menggunakan angket dan tujuannya untuk

mengetahui minat belajar siswa pada pelajaran matematika. Sedangkan

perbedaannya penelitian ini menggunakan kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

2.1.3 Penggunaan alat peraga untuk meningatkan hasil belajar dan keaktifan

siswa pada materi peluang (Nining Setyowati, 2016).

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan

menggunakan alat peraga, hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

Adapun persamaan pada penelitian ini adalah menggunakan alat peraga

dan tehnik yang digunakan adalah angket , sedangkan perbedaaannya

adalah pada tujuannya untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

siswa dan keaktifan siswa.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Pengertian Efektivitas

Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa

jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana

makin besar persentase target yang dicapai makin tinggi

efektivitasnya ( Hidayat, 2011). Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), efektivitas ialah daya guna, keaktifan serta

adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan antara seseorang yang

melaksanakan tugas dan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa efektivitas dapat dilihat dari perbedaan minat anak terhadap

mata pelajaran matematika.

2.2.2 Alat Peraga Matematika

1. Pengertian Alat Peraga

Adapun pengertian alat peraga dari beberapa pendapat para

ahli, yaitu sebagai berikut:

Alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk


menyatakan pesan merangsang fikiran, perasaan dan perhatian
dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar
(Rostina, 2013).
Sedangkan menurut Ruseffendi (dalam Rostina, 2013: 7), alat
peraga adalah alat yang menerangkan atau mewujudkan
konsep matematika.
Menurut Pramudjono (1995), alat peraga adalah benda konkret
yang dibuat,dihimpun atau disusun secara sengaja digunakan
untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep
matematika.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alat

peraga adalah alat bantu komunikasi guru pada siswa dalam

menjelaskan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan yang

telah direncanakan.

Untuk menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas, guru

seringkali menemukan kesulitan dalam memberikan materi

pembelajaran. Khususnya bagi guru matematika dalam

pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih menunjukkan

kekurangan dan keterbatasan. Terutama dalam memberikan

gambaran konkret dari materi yang disampaikan, sehingga hal

tersebut berakibat langsung kepada rendah dan tidak meratanya

kualitas hasil yang dicapai oleh para siswa.

Oleh karena itu penggunaan alat peraga atau media

pembelajaran sangat berperan penting sebagai alat bantu dalam

proses belajar mengajar sehingga lebih efisien. Dengan

menggunakan alat peraga atau media pembelajaran yang tepat,

akan memberikan hasil yang optimal bagi pemahaman siswa

terhadap materi yang sedang dipelajari.

Pengertian alat peraga atau media dalam proses belajar

mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis,

atau elektronis untuk menangkap,memproses, dan menyusun

kembali informasi visual dan verbal. Batasan lain AECT

(Association Of Education and Communication Technology, 1997)


memberikan batasan tentang media atau alat peraga sebagai segala

bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan

atau informasi. Pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran,

dimana keberadaan alat peraga tersebut dimaksudkan supaya pesan

dapaat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa.

Menurut Sudjana (1990:104) dalam buku Media dan Alat

Peraga dalam Pembelajaran Matematika, ada beberapa prinsip

yang harus diperhatikan dalam penggunaan alat peraga atau media,

diantaranya:

a. Menentukan jenis media dengan tepat; artinya, sebaiknya guru

memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan

tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan.

b. Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat;

artinya, perlu diperhitungkan apakah penggunaan media atau

alat peraga sesuai dengan tingkat kematangan / kemampuan

anak didik.

c. Menyajikan media dengan tepat; artinya, tehnik dan metode

penggunaan media atau alat peraga dalam pengajaran harus

disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu dan sarana

yang ada.

d. Menempatkan atau memperlihatkan media atau alat peraga

pada waktu, tempat dan situasi yang tepat. Artinya, kapan dan

dalam situasi mana pada waktu mengajar media digunakan.


Tentu tidak setiap saat atau selama proses belajar mengajar

terus menerus menjelaskan sesuai dengan media pembelajaran.

Dengan memperhatikan penggunaan alat peraga tersebut, maka

tujuan pendidikan yang diharapkan akan berjalan lancar sesuai

dengan apa yang diharapkan. Disamping itu, pemilihan

penggunaan alat dan metode yang baik juga bisa menjadikan siswa

tidak cepat jenuh dengan pelajaran yang disampaikan.

Setiap media pembelajaran memiliki karakterisitik dan

keampuhan masing-masing, maka diharapkan kepada pendidik

agar mampu menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhan pada

saat melakukan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan

agar jangan sampai penggunaan alat peraga atau media

pembelajaran menjadi penghalang proses belajar mengajar yang

dilakukan guru dalam kelas. Untuk itulah beberapa prinsip

pemilihan alat peraga perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.

Adapun kriteria menggunakan alat peraga bergantung pada:

a. Tujuan Pemilihan

Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan

maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Apakah pemilihan

alat peraga itu untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk

informasi yang bersifat umum, ataukah untuk sekedar hiburan

saja mengisi waktu kosong, lebih spesifik lagi, apakah untuk

pengajaran kelompok atau pengajaran individual dll.


b. Alternatif Pilihan

Guru bisa menentukan pilihan alat peraga mana yang

digunakan apabila terdapat berbagai alat peraga yang dapat

dibandingkan.

c. Kriteria Pemilihan

Dalam hal ini, dalam menentukan alat peraga yang akan

digunakan harus dipertimbangkan bahwa alat peraga tersebut

harus bisa memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang

diinginkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

pemilihan alat peraga, diantaranya:

 Dukungan terhadap isi bahan pelajaran.

 Alat peraga yang diperlukan mudah diperoleh.

 Keterampilan guru dalam mengggunakan alat peraga

tersebut.

 Tersedia waktu untuk menggunakan alat peraga tersebut.

 Mudah dipahami oleh siswa.

Dalam buku Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran

Matematika, Rusefendi (1998) mengemukakan bahwa ada

beberapa persyaratan alat peraga antara lain:

a. Tahan lama.

b. Bentuk dan warnanya menarik.

c. Sederhana dan mudah dikelola.

d. Ukurannya sesuai.
e. Dapat menyajikan konsep matematika baik dalam bentuk real,

gambar, atau diagram.

f. Sesuai dengan konsep matematika.

g. Dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya.

h. Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep

berfikir abstrak bagi siswa.

i. Menjadikan siswa belajar aktif dan mandiri dengan

memanipulasi alat peraga.

j. Bila mungkin alat peraga tersebut bisa berfaedah lipat

(banyak).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

membuat alat peraga harus dapat memenuhi persyaratan di atas.

Dengan memenuhi persyaratan di atas, maka tujuan dan hasil

pembelajaran dapat tercapai sesuai yang diharapkan.

2. Fungsi Alat Peraga

Ada enam fungsi pokok media pembelajaran atau alat peraga

dalam proses mengajar menurut Sudjana dan Rivai (1998: 99-100).

a. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar

yang efektif.

b. Media pengajaran merupakan bagian yang integral dari

keseluruhan situasi mengajar. Ini merupakan salah satu unsur

yang harus dikembangkan oleh guru.


c. Dalam pemakaian alat peraga harus melihat tujuan dan bahan

pelajaran.

d. Bukan sebagai alat hiburan, akan tetapi alat ini dijadikan untuk

melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik

perhatian peserta didik.

e. Diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar serta

dapat membantu siswa dalam menangkap pengertian yang

disampaikan oleh guru.

f. Penggunaan alat peraga ini diutamakan untuk meningkatkan

mutu belajar mengajar.

Sedangkan menurut Kemp dan Dayton (1985: 28) dalam

Rostina (2013: 9), ada tiga fungsi utama media pembelajaran atau

alat peraga adalah untuk:

a. Memotivasi minat atau tindakan. Untuk memenuhi fungsi

motivasi, media pembelajaran atau alat peraga dapat

direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang

diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para

siswa.

b. Menyajikan informasi. Isi dan bentuk penyajian ini bersifat amat

umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan atau pengetahuan

latar belakang. Partisipasi yang diharapkan dari siswa hanya

terbatas pada persetujuan atau ketidaksetujuan mereka secara


mental atau terbatas pada perasaan tidak kurang senang, netral

atau senang.

c. Memberi instruksi, untuk tujuan instruksi dimana informasi

yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik

dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktvitas yang

nyata sehinga pembelajaran dapat terjadi.

3. Manfaat Alat Peraga/Media Pembelajaran

Manfaat alat peraga dalam pembelajaran matematika tidak

hanya karena keberadaannya sebagai alat yang digunakan seorang

guru, melainkan juga dapat menyampaikan atau

mengomunikasikan pesan kepada peserta didik. Pada umumnya,

manfaat alat peraga adalah untuk menumbuhkan minat belajar

siswa, menjadikan proses belajar menjadi lebih jelas dan menarik,

proses pembelajaran lebih interaktif karena guru dan siswa bisa

lebih aktif selama proses pembelajaran, mendorong siswa untuk

mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-

sumber ilmu pengetahuan.

Dalam buku Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran

Matematika, menurut Sudjana dan Rivai (1998: 2) mengemukakan

manfaat alat peraga antara lain:

a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.


b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat

lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai

dan mencapai tujuan pengajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,

sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,

apalagi kalau guru mengajar pada setiap pelajaran.

d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab

tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain

seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,

memamerkan dan lain-lain.

4. Alat Peraga Garis Bilangan

Menurut Baharim Syamsudin (2007:42), garis bilangan adalah

garis lurus yang ditandai dengan sejumlah titik jarak dari satu titik

ke titik yang lain sama panjang. Pada setiap titik tertulis satu

bilangan, bilangan-bilangan itu merupakan rangkaian bilangan

berurutan dari bilangan negatif terkecil di sebelah kiri nol sampai

dengan terbesar di sebelah kanan nol.

Dari pengertian di atas, dapat disimpukan bahwa garis

bilangan adalah garis lurus yang ditandai titik-titik yang berjarak

sama, di setiap titik tertulis bilangan yang berurutan dari yang

terkecil di samping kiri nol hingga terbesar di smaping kanan nol.


Gambar 1: Garis Bilangan Bulat

5. Penggunaan Garis Bilangan dalam Pembelajaran Hitung Bilangan

Bulat

Menurut Rostina (2013:72), sebuah garis bilangan dapat

digunakan untuk membantu penjumlahan pada bilangan bulat. Jika

suatu bilangan dijumlah dengan bilangan bulat positif, maka arah

panah ke kanan dan jika dijumlah dengan bilangan bulat negatif,

maka arah panah ke kiri.

Contoh:

a. Penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat

positif

2 + 3 = ....

2 3

Gambar 2: Penjumlahan bilangan bulat positif dengan


bilangan bulat positif

Dari titik 0, melangkah 2 satuan ke kanan sampai bilangan 2

Dari titik 2, melangkah 3 satuan ke kanan sampai bilangan 5

Garis bilangan tersebut menunjukkan, 2 + 3 = 5


b. Penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat
positif.

-3 + 5 = .
3 5

Gambar 3:Penjumlahan bilangan bulat negatif dengan


bilangan bulat positif

Dari titik 0, melangkah 3 satuan ke kiri sampai bilangan -3

Dari titik -3, melangkah 5 satuan ke kanan sampai bilangan 2

Garis bilangan tersebut menunjukkan, -3 + 5 = 2

c. Penjumlahan bilangan positif dengan bilangan negatif.

6 + (-5) = ....
5
6

Gambar 4: Penjumlahan bilangan bulat positif dengan


bilangan bulat negatif

Dari titik 0, melangkah 6 satuan ke kiri sampai bilangan 6

Dari titik 6, melangkah 5 satuan ke kiri sampai bilangan 1

Garis bilangan tersebut menunjukkan, 6 + (-5) = 1.

d. Penjumlahan bilangan negatif dan bilangan negatif.

-2 + (-3) = ....
3 2

Gambar 5: Penjumlahan bilangan negatif dan bilangan


negatif

Dari titik 0, melangkah 2 satuan ke kiri sampai pada bilangan

-2. Dari titik -2, melangkah 3 satuan ke kiri sampai pada

bilangan -5. Garis bilangan tersebut menunjukkan, -2 + (-3) =

-5.

e. Pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat

4 – 7 = .....
7
4

positif

Gambar 6: Pengurangan bilangan bulat positif dengan


bilangan bulat positif

Dari titik 0, melangkah 4 satuan ke kanan sampai pada

bilangan 4. Dari titik 4, melangkah 7 satuan ke kiri sampai

pada bilangan -3. Garis bilangan tersebut menunjukkan, 4 – 7 =

-3

f. Pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat


positif.
-2 – 3 = ....
3 2

Gambar 7: Pengurangan bilangan bulat negatif dengan


bilangan bulat positif

Dari titik 0, melangkah 2 satuan ke kiri sampai pada bilangan


-2. Dari titik -2, melangkah 3 satuan ke kiri sampai pada

bilangan -5. Garis bilangan tersebut menunjukkan, -2 – 3 = -5

g. Pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat

negatif.

2 – (-2) = ....
2 -2

Gambar 8: Pengurangan bilangan bulat positif dengan


bilangan bulat negatif

Dari titik 0, melangkah 2 satuan ke kanan sampai pada

bilangan 2. Dari titik 2, melangkah 2 satuan ke kanan sampai

pada bilangan 4. Garis bilangan tersebut menunjukkan, 2 – (-2)

=4

h. Pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat

negatif.

-1 – (-3) = .....

-1 -3

Gambar 9: Pengurangan bilangan negatif dengan bilangan


negatif
Dari titik 0, melangkah 1 satuan ke kiri sampai pada bilangan

-1. Dari titik -1, melangkah 3 satuan ke kanan sampai pada

bilangan 2. Garis bilangan tersebut menunjukkan, -1 – (-3) = 2

i. Hitungan campuran dengan garis bilangan

3 + (-4) – 5 = .... -4
-(5)
3

Gambar 10: Hitungan campuran dengan garis bilangan

Dari titik 0, melangkah 3 satuan ke kanan sampai pada

bilangan 3. Dari titik 3, melangkah 4 satuan ke kiri sampai

pada bilangan -1. Dari titik -1, melangkah 5 satuan ke kiri

sampai pada -6. Jadi, 3 + (-4) - 5 = -6.


6. Langkah-langkah Penggunaan Alat Peraga Garis Bilangan

Gambar 11: Alat peraga garis bilangan

a. Dalam penjumlahan ditunjukkan dengan melangkah ke sebelah

kanan atau maju. Langkah pada garis bilangan dengan arah

panah ke kanan.

b. Pengurangan ditunjukkan dengan melangkah ke sebelah kiri

atau mundur. Langkah pada garis bilangan dengan arah panah

ke kiri.

2.2.3 Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Menurut Ropiuddin (2008: 23), pengertian minat belajar

berasal dari dua kata, yaitu “minat” dan “belajar”. Dari segi bahasa
minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.

Sedangkan menurut Getzel (1996: 98) dalam buku Penilaian Hasil

Belajar, minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui

pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek

khusus, aktivitas pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan

perhatian atau pencapaian. Hal penting dalam minat adalah

intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif

yang memiliki identitas tinggi.

Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit

untuk mencapai keberhasilan studi secara optimal. Seseorang yang

berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai

hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu, penting sekali

sebagai guru harus mampu membangkitkan minat semua siswa

pada mata pelajaran yang diampu guru.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

minat adalah rasa suka dan perhatian seseorang terhadap sesuatu

baik seseorang, benda ataupun kegiatan yang membuat seseorang

tersebut merasa terikat dan memberikan perhatian penuh terhadap

objek yang disukainya tanpa ada yang menyuruh. Dan jika minat

siswa terhadap pembelajaran matematika dapat tercapai, jika siswa

merasa adanya kebutuhan terhadap pelajaran matematika, dengan

adanya kebutuhan ini siswa akan menaruh minat untuk

mempelajari dengan memberikan pemusatan lebih banyak dari


siswa yang tidak memiliki minat. Dengan adanya minat maka

siswa tidak akan cepat merasa lelah dan bosan.

2. Faktor yang mempengaruhi Minat

Jika dilihat pengertian minat dari uraian di atas, dimana berarti

kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu yang

menimbulkan keinginan untuk memperhatikan dan mengingat

sesuatu terus menerus. Banyak yang dapat kita kemukakan

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat karena

berhubungan dengan perasaan seseorang atau siswa dalam hal

belajar terutama pada pelajaran matematika, diantaranya:

a. Daya nalar siswa yang cerdas, sehingga tidak kesulitan untuk

memahami pelajaran bagi siswa yang daya nalarnya sangat baik.

b. Guru atau pengajar yang baik dalam mengkomunikasikan dan

menyampaikan materi.

c. Guru mampu mengajak siswa untuk kooperatif baik di dalam

kelas maupun di luar kelas.

d. Sarana yang cukup terkait alat peraga yang bisa digunakan oleh

siswa.

e. Motivasi atau support dari orang tua atau orang terdekat untuk

mendukung prestasi siswa.

f. Dan sebagainya, banyak faktor-faktor yang bisa mempengaruhi

minat siswa dalam mata pelajaran terkait terutama mata

pelajaran matematika.
2.2.4 Bilangan Bulat

Abdurrahman (2017:6) menyatakan bahwa, bilangan bulat

dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu bilangan bulat negatif, nol, dan

bilangan bulat positif. Pada garis bilangan, bilangan bulat positif

terletak di kanan bilangan nol. Sedangkan bilangan bulat negatif

terletak di kiri nol.

2.3 Kerangka Berfikir

Terlaksananya proses kegiatan belajar mengajar adalah apabila terjadi

proses transfer ilmu pengetahuan. Transfer ilmu pengetahuan merupakan

kegiatan yang bersifat kompleks dan menyeluruh. Keberhasilan siswa dalam

belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, selain faktor eksternal dari luar juga

ada faktor internal seperti aspek psikologis.

Salah satu faktor penyebabnya adalah proses kegiatan belajar mengajar

yang tidak disertai dengan media pembelajaran yang akan membantu guru

dalam penyampaian materi dan menjadikan kegiatan belajar mengajar menjadi

lebih menyenangkan. Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, diperlukannya

suatu usaha-usaha yang dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata

pelajaran matematika. Salah satunya adalah digunakannya alat peraga untuk

bisa membantu guru dalam penyampaian materi dan membantu siswa dalam

memahami suatu materi pelajaran yang konsepnya masih abstrak.

Dengan adanya alat peraga, minat belajar siswa akan meningkat terhadap

pelajaran matematika. Salah satu alat peraga dalam pembelajaran matematika


adalah alat peraga garis bilangan. Alat peraga ini membantu siswa untuk lebih

cepat memahami materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

Alat peraga garis bilangan ini, diharapkan bisa meningkatkan minat belajar

siswa, yang dimana siswa akan diajak untuk berfikir kreatif dan memecahkan

masalah dengan bimbingan dari guru sehingga proses kegiatan belajar

mengajar bisa menyenangkan.

2.4 Perumusan Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data-data (Sugiyono, 2013:96).

Jadi, hipotesis merupakan jawaban sementara dalam penelitian.

H0 : penggunaan alat peraga garis bilangan tidak efektif terhadap minat

belajar siswa pada pokok bahasan operasi penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat kelas VII MTs NW Rensing 1 Tahun Ajaran 2020-2021.

Ha : penggunaan alat peraga garis bilangan efektif terhadap minat belajar

siswa pada pokok bahasan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan

bulat kelas VII MTs NW Rensing 1 Tahun Ajaran 2020-2021.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis

menggunakan statistik. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

termasuk penelitian eksperimen bentuk Pre-Experimental Designs jenis One

Shot Case Study, karena penelitian ini menggunakan seluruh objek dalam

kelompok yang diberi perlakuan atau treatment dan selanjutnya diobservasi

hasilnya (Sugiyono, 2014:74). Dimana peneliti mengadakan eksperimen agar

timbul gejala-gejala yang diinginkan sesuai dengan tujuan penelitian. Pada

penelitian ini mengambil satu akibat sebagai variabel terikat dan satu penyebab

sebagai satu variable bebasnya.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian


3.2.1 Populasi Penelitian
Menurut Toha Anggoro, populasi adalah himpunan yang lengkap

dari satuan-satuan atau individu yang karakteristiknya ingin kita

ketahui. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, apabila

seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi

(Arikunto, 2010: 130).

Jadi bisa disimpulkan bahwa populasi itu adalah semua elemen

atau unsur-unsur yang ada dalam wilayah penelitian baik berupa orang,

benda, peristiwa, ataupun nilai yang ada sebagai sarana untuk

mendapatkan dan mengumpulkan data. Adapun populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa MTs NW Rensing 1 Tahun Pelajaran

2020/2021.

3.2.2 Sampel Penelitian


Sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data

disebut sampel (Sukardi, 2003:54). Pendapat lain mengatakan bahwa,

“Sampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan

keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dengan

kata lain, sampel adalah himpunan bagian dari populasi” (Toha,

2009:4.3). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang

mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Adapun

yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII MTs NW

Rensing 1.
3.3 Variabel Penelitian
Menurut (Sugiyono, 2014: 38), variable penelitian adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Adapun dua jenis variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini, yaitu:

3.3.1 Variabel Bebas (Independent)

Variabel Bebas (Independent) adalah variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat) (Sugiyono, 2014: 39). Berdasarkan pengertian di atas,

yang menjadi variabel bebasnya adalah penggunaan alat peraga garis

bilangan.

3.3.2 Variabel Terikat (Dependent)

Variabel Terikat (Dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014:

39). Jadi, yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat

belajar.

(X) (Y)

Alat Peraga Matematika Minat Belajar

Gambar:

Hubungan Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat


3.4 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang dipakai peneliti dalam penelitian

ini yakni:

a. Kuisioner (angket)

Menurut (Sugiyono, 2014:142), kuisioner (angket) adalah tehnik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Ini adalah perangkat inti untuk mengetahui minat belajar siswa. Langkah-

langkah penyusunan angket sebagai berikut:

1. Menjabarkan variabel kisi-kisi angket;

2. Menyusun table kisi-kisi angket; dan

3. Menyusun butir-butir pertanyaan angket berdasarkan indikator.

b. Format Dokumentasi

Format dokumentasi merupakan tehnik yang peneliti gunakan dengan cara

mengumpulkan dokumentasi. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data

bahan-bahan tertulis yanh diperlukan dalam penelitian. Data yang

diperlukan antara lain, data jumlah siswa, nama-nama siswa.

3.5 Analisis Data

3.5.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti

berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang dilakukan adalah

uji liliefors. Langkah-langkahnya sebagai berikut:


a. Hipotesis

H0 : data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

H1 : data sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.

b. Taraf signifikasi

α = 0.05

c. Tentukan nilai Z dari tiap-tiap data, dengan rumus:

x1− x
Z=
S

Keterangan: S = Simpangan baku data tunggal

x1 = data tunggal

X = rata-rata data tunggal

d. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z disebut

dengan f (Z).

e. Hitung frekuensi komulatif dari masing-masing nilai Z disebut

dengan S(Z).

Tentukan nilai L0 dengan rumus F(Z) – F(Z) kemudian tentukan

nilai mutlaknya. Ambil yang paling besar dan bandingkan dengan Lt

dari table liliefors.

f. Adapun kriteria pengujiannya adalah

Tolak H0 jika L0 > Lt

Terima H0 jika L0 ≤ Lt

Kesimpulan : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

normal jika Ho diterima.


3.5.2 Uji Homogenitas

Uji Homogenitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dua

kelompok siswa (eksperimen dan control) dalam penelitian ini berasal

dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang

digunakan adalah uji homogenitas dua varian atau dua fisther, yaitu:

S1 n ∑ x 2−(∑ x ) 2

2

F= dimana S2 =
S22
n( n−1)

Keterangan:

F = homogenitas

S1 = varian terbesar
2

S2 = varian terkecil
2

Adapun kriteria untuk uji homogenitas ini adalah:

H0 diterima Fh ≤ Ft, dimana H0 : data memiliki varians homogen.

H0 ditolak Fh ≥ Ft, dimana H0 : data memiliki varians tidak homogen.

3.5.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan adalah apabila datanya berdistribusi normal

(parametrik), maka menggunakan uji-t. Merupakan tekhnik analisis dan

statistik yang digunakan untuk membandingkan antara variabel X dan


variabel Y dengan menggunakan uji hipotesis rumus uji t (t-test) pada

taraf signifikan 5% (0,05), yaitu:

x 1−x 2
2 2
thitung = ( n1 −1 ) S 1+ ( n2−1 ) S 2 1 1
√ ( n1+ n2−2 ) ( +
n 1 n2 )
Keterangan:

Ttabel = t(α n1 = n2-2)

x1 : Rata-rata minat belajar siswa yang menggunakan media alat peraga

matematika

x2 : Rata-rata minat belajar siswa yang menggunakan media

konvensional

n1 : Jumlah populasi pada kelompok eksperimen

n2 : Jumlah populasi pada kelompok control

S21 : Varians kelompok eksperimen

S22 : Varians kelompok kontrol

Dengan kriteria pengujiannya sebagai berikut :

H0 : µ1 ≤ µ2

H1 : µ1 > µ2
Keterangan :

µ1 = Nilai rata-rata minat belajar siswa kelas eksperimen

µ2 = Nilai rata-rata minat belajar siswa kelas kontrol

Terima H1, jika thitung < ttabel

Tolak H2 , jika thitung ≥ ttabel

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Rineka. Yogyakarta: Cipta.


Asrori, M. (2007). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana
Prima.
Hidayat. (2011). Dasar-dasar Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Isnurwati. (2006). Efektivitas Penggunaan Alat Peraga Sebagai Media
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1
Yogyakarta. Skripsi.Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah Universitas
Sunan Kalijaga .
Shamsudin, B. (2007). Kamus Matematika Bergambar Untuk SD.
Jakarta: Grasindo.
Sugihartono. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pres.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Sumiati, D. (2007). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Sundayana, R. (2013). Media dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran
Matematika. Garut: Alfabeta.
Susilana, R. (2007). Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Anda mungkin juga menyukai