Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini penggunaan berbagai macam organisme baik hewan maupun tumbuhan banyak digunakan
oleh para ahli untuk penyembuhan berbagai macam penyakit. Penggunaan organisme tersebut secara
langsung ataupun tidak langsung mampu memberikan dampak penyembuhan yang signifikan terhadap
kondisi tubuh. Di era modern ini, dibutuhkan adanya penemuan-penemuan baru untuk menunjang
kesehatan manusia baik dari bahan-bahan alami maupun yang sengaja dibuat oleh manusia.

Penggunaan teknologi yang serba canggih dan modern, cukup memaksa manusia untuk mengikuti
perkembangannya. Tidak terkecuali dalam dunia medis dan obat-obatan. Namun, penggunaan obat
herbal yaitu bahan-bahan atau organisme yang ada di sekeliling kita tidak menutup kemungkinan untuk
dijadikan jalan alternatif sebagai obat penyembuhan berbagai macam penyakit.

Salah satu jenis organisme yang digunakan adalah cacing tanah yang dikenal dengan nama ilmiah
Lumbricus rubellus. Menurut kacamata manusia, cacing tanah termasuk hewan yang menjijikkan. Tetapi,
di balik itu cacing tanah menyimpan khasiat yang sangat besar bagi tubuh manusia yang belum banyak
kita mengetahuinya.

Cacing tanah dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit thypus yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella thyposa dan penyakit-penyakit lainnya seperti penyakit tekanan darah rendah, tekanan
darah tinggi, kencing manis, reumatik dan penyakit kronis lainnya.

Maka dari itu penulis mengangkat judul “Cacing Tanah sebagai Obat Thypus” yang bertujuan untuk
menjelaskan kepada masyarakat bahwa cacing tanah

mempunyai manfaat yang sangat besar untuk menyembuhkan penyakit tersebut serta agar masyarakat
lebih mengetahui akan manfaat dari daging cacing tanah (Lumbricus rubellus).

1.2 Rumusan Masalah

Dalam melakukan penelitian ini, penulis telah menemukan berbagai masalah mengenai pemanfaatan
cacing tanah sebagai obat thypus. Adapun permasalahan yang penulis temukan sebagai berikut:

1. Apa saja manfaat cacing tanah (Lumbricus rubellus)?

2. Bagaimana kandungan nutrisi cacing tanah (Lumbricus rubellus)?

3. Apakah zat yang terdapat dalam daging cacing tanah sehingga dapat menyembuhkan penyakit
thypus?
4. Bagaimana cara pengolahan cacing tanah sehingga dapat menjadi obat yang siap dikonsumsi bagi
penderita penyakit thypus?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1. Guna memenuhi tugas semester mata pelajaran bahasa Indonesia tahun pelajaran 2012/2013.

2. Meningkatkan dan menambah wawasan pengetahuan pembaca mengenai manfaat yang


terkandung dalam daging cacing tanah (Lumbricus rubellus).

3. Meneliti bagaimana proses pengolahan cacing tanah (Lumbricus rubellus) sebagai obat thypus.

4. Mengetahui kandungan nutrisi dan zat dalam daging cacing tanah yang berguna bagi kesehatan
manusia.

5. Sebagai salah satu obat alternatif yang dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit thypus.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan yang dapat kita ambil dari kegiatan penulisan karya tulis ini antara lain:

1. Untuk mengetahui manfaat cacing tanah bagi penyembuhan penyakit thypus.

2. Untuk mengetahui tentang cacing tanah, serta peranannya.

3. Untuk mengetahui zat dalam daging cacing tanah (Lumbricus rubellus) dalam proses penyembuhan
penyakit thypus.

4. Masyarakat dapat mengetahui akan adanya obat herbal alami atau obat tradisional yang
terkandung dalam daging cacing tanah (Lumbricus rubellus).

1.5 Metode Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ini penulis menggunakan metode kepustakaan (literatur).

Metode literatur adalah teknik pengumpulan data dengan cara penulis membaca, menganalisa,
mengolah dan menulis buku-buku sebagai sumber referensi. Dengan demikian penulis mampu untuk
menganalisa manfaat cacing tanah tersebut dengan baik dan sistematis.
1.6 Sistematika Penulisan

Dalam karya tulis ini terdapat sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penulisan, sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Terdiri dari : klasifikasi cacing tanah secara ilmiah, pengertian cacing, struktur tubuh cacing tanah,
reproduksi cacing tanah, penyakit thypus.

BAB III PEMBAHASAN

Terdiri dari : manfaat cacing tanah, kandungan nutrisi cacing tanah, zat yang terkandung dalam cacing
tanah sebagai obat thypus serta bagaimana cara pengolahan cacing tanah.

BAB IV PENUTUP

Terdiri dari : kesimpulan dan saran.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Animalia

Filum : Annelida

Kelas : Clitellata

Ordo : Haplotaxida

Upaordo : Lumbricina

Families : Acanthodrilidae

Criodrilidae

Eudrilidae

Glossoscolecidae

Lumbricidae

Megascolecidae
2.2 Pengertian Cacing (Vermes)

Dalam kehidupan sehari-hari, cacing diartikan sebagai hewan kecil, bertubuh memanjang, lunak, tidak
berangka, dan tidak mempunyai kaki. Setiap tubuh cacing dapat dibedakan atas ujung depan (anterior),
ujung belakang (posterior), permukaan punggung (dorsal), dan permukaan perut (ventral). Tubuh cacing
bersifat simetris bilateral, artinya pada tubuh terdapat satu bidang simetris yang terletak di pusat
memanjang, membagi tubuh menjadi bagian kanan dan kiri yang sama besar dan sama bentuknya.

Cacing atau vermes diklasifikasikan dalam filum annelida. Annelida (Yunani, annelus: cincin), dapat
diartikan sebagai cacing yang tubuhnya bersegmen-segmen menyerupai cincin atau gelang.

Perbedaan utama antara annelida dan filum cacing lainnya adalah tubuhnya yang bersegmen-segmen.
Setiap segmen menyerupai cincin atau ruas-ruas yang disebut somit. Segmentasi ini terjadi tidak hanya
pada struktur luarnya, tetapi sampai ke struktur alat dalamnya.

Ciri-ciri Annelida:

a. Tubuh bilateral simetris dan memiliki segmentasi tubuh yang jelas.

b. Telah memiliki rongga tubuh yang sesungguhnya dan di dalamnya terdapat alat-alat dalam.

c. Permukaan tubuh tertutup lapisan kutikula yang lembab.

d. Alat tambahan (anggota tubuh) berupa rambut kecil menyerupai batang.

e. Alat pencernaan makanan telah berkembang sempurna.

f. Alat ekskresi berupa nefridium.

g. Memiliki alat peredaran darah tertutup.

h. Pernapasan dilakukan oleh seluruh permukaan tubuh.

i. Sistem saraf berupa sepasang ganglion otak yang dihubungkan dengan tali saraf longitudinal.

j. Bersifat hermafrodit.

Dinding tubuh Annelida terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan ektoderm, mesoderm dan endoderm.

Rongga tubuh Annelida terjadi karena adanya lipatan mesoderm pada masa diferensiasi embrio. Lipatan
mesoderm menyebabkan ada bagian mesoderm yang melekat pada endoderm disebut lapisan
splanknik. Lapisan ini membentuk dinding otot dan saluran pencernaan. Sedangkan bagian yang
menempel pada ektoderm disebut lapisan somatik yang merupakan bagian dari dinding tubuh.

Annelida merupakan organisme triploblastik selomata, artinya organisme yang dinding tubuh embrionya
berlapis tiga dan telah mempunyai rongga tubuh sesungguhnya.

Klasifikasi Annelida
Annelida terbagi dalam tiga kelas, yaitu:

1. Oligochaeta atau cacing berbulu sedikit, contohnya cacing tanah.

2. Polychaeta atau cacing berbulu banyak, contohnya cacing wawo, dan

3. Hirudinea atau golongan lintah dan pacet.

Dengan demikian, cacing tanah termasuk ke dalam kelas Oligochaeta.

2.3 Struktur Tubuh Cacing Tanah

Bentuk tubuh cacing tanah bulat panjang, dengan segmen tubuh berjumlah 15 sampai 200 buah. Setiap
segmen (somit) mempunyai alat ekskresi, otot-otot dan pembuluh sendiri. Susunan tubuh semacam ini
dikenal dengan nama metameri.

Pada somit ke-32 sampai 37 dari Lumbricus dan somit ke-10 sampai 11 dari Pheretima terdapat
penebalan kulit dan lebih cerah, disebut Klitelum atau Sadel. Klitelum berfungsi untuk mengekskresikan
materi-materi pembentuk kokon yang berisi telur.

2.4 Reproduksi Cacing Tanah

Cacing tanah berkembang biak secara kawin dan bersifat hermafrodit. Namun demikian, tidak dapat
terjadi pembuahan sendiri.

Dua cacing yang kawin saling menempelkan tubuhnya dengan ujung kepala berlawanan. Mula-mula, alat
kelamin jantan mengeluarkan sperma dan diterima oleh klitelum cacing pasangannya. Setelah itu,
segera dibentuk kokon. Selanjutnya, di sebelah luar kokon terbentuk tabung lendir. Sementara itu,
sperma pada klitelum bergerak ke alat reproduksi betina dan disimpan dalam seminal reseptakel. Pada
saat ovum dikeluarkan dari ovarium dan melewati seminal reseptakel, ovum akan dibuahi. Ovum yang
telah dibuahi masuk ke dalam kokon. Setelah itu, telur bersama kokon akan lepas dari tubuh cacing.
Telur menetas di dalam kokon dan keluar sebagai individu baru.

2.5 Thypus

Penyakit types atau thypus disebabkan oleh bakteri Salmonella thyposa. Penyakit types atau thypus
dikarenakan infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada aliran darah.

Gejala awal dari penyakit ini adalah demam tinggi dan tidak turun, warna lidah penderita keabu-abuan,
perut bagian bawah terasa sakit, nafsu makan berkurang karena lidah selalu merasakan pahit.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Manfaat Lumbricus rubellus

Daging cacing tanah (Lumbricus rubellus) merupakan salah satu organisme hidup yang dapat digunakan
sebagai alternatif pengobatan bagi kehidupan manusia. Banyak khasiat daging cacing tanah bagi
kesehatan manusia. Lumbricus rubellus dapat menjadi obat yang manjur untuk menyembuhkan
berbagai penyakit. Di antaranya ialah penyakit tekanan darah rendah, tekanan darah tinggi, kecing
manis, penyakit thypus, reumatik, disentri, maagh, muntaber, asma dan penyakit kronis lainnya.

Berbagai hasil penelitian pun telah menguak multimanfaat cacing tanah. Hewan ini mengandung
barbagai enzim penghasil antibiotik dan asam arhidonat yang berkhasiat menurunkan demam. Sejak
tahun 1990 di Amerika Serikat cacing ini dimanfaatkan sebagai penghambat pertumbuhan kanker. Di
Jepang dan Australia, cacing tanah dijadikan sebagai bahan baku kosmetika. Penelitian laboratorium
mikrobiologi fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Unpad Bandung tahun 1996 menunjukkan
bahwa ekstrak cacing rubellus mampu menghambat pertumbuhan bakteri pathogen penyakit thypus
dan diare.

Menurut Bambang Sudiarto, peneliti dari Lembaga Ekologi Universitas Padjajaran Bandung, cacing
adalah sumber protein sangat tinggi, sekitar 76 %. Itu berarti lebih tinggi dibanding yang hanya 65 %,
dan kacang kedelai yang hanya 45 %. Cacing tanah juga mengandung 15 jenis asam amino esensial
dengan kadar yang sangat tinggi. Zat ini biasa digunakan untuk menyempitkan atau melebarkan
pembuluh darah.

Cacing rubellus mempunyai beberapa kandungan yang bermanfaat bagi manusia jika dimakan,
penyembuhan dengan memanfaatkan daging cacing dilakukan pada saat kita sehat. Penyembuhan itu
harus melalui proses jauh sebelum sakit itu tiba, mereka yang sering menderita thypus, demam, batuk,
flu dan lain-lain perlu banyak mengkonsumsi cacing agar memiliki ketahanan.

Memang tak ada informasi yang jelas, kapan cacing dianggap berkhasiat. Tapi, Lumbricus punya manfaat
medis. Sudah diteliti para ilmuwan Amerika. Dari sanalah ditemukan bahwa Lumbricus punya
kemampuan mengubah omega-6 menjadi omega-3. Omega-3 ini dapat mencegah terjadinya pengerasan
pembuluh darah yang diakibatkan oleh lemak. Dalam penelitian itu juga dilakukan percobaan dengan
mengisolasi bahan kimia yang ada pada tubuh Lumbricus rubellus. Kemudian menumbuhkannhya ke sel
tubuh manusia. Ternyata bahan kimia itu dapat mengurangi gangguan di pembuluh arteri yang dapat
mengakibatkan serangan jantung.

3.2 Kandungan Nutrisi Lumbricus rubellus

Daging Lumbricus rubellus memiliki beberapa kandungan nutrisi, di antaranya mengandung kadar
protein sangat tinggi, yaitu sekitar 76 %. Kadar ini lebih tinggi dibandingkan dengan daging mamalia 65
% atau ikan 50 %. Begitu juga dengan asam-asam amino esensialnya. Selain itu bahan tersebut diketahui
pula mengandunng alfa tokoferol atau vitamin f yang berfungsi sebagai antioksidan.

Selain itu menurut Laverach (1963) kandungan nutrisi daging Lumbricus rubellus terdiri dari 16 %
protein, 17 % karbohidrat, 45 % lemak dan abu 1,5 %. Sedangkan kadar bahan keringnya 16,38 %,
kandungan protein 53,5-71,5 % dimiliki Lumoricus terrestris dengan kadar bahan antara 15-20 %.
Hewan-hewan ini juga mengandung protein asam amino berkadar tinggi yang sangat diperlukan untuk
kekebalan tubuh melawan berbagai macam penyakit.

3.3 Zat Penyembuh Penyakit Thypus

Demam merupakan gejala awal berbagai penyakit manusia. Penyebab demam bisa berbagai macam,
tetapi umumnya gejala peningkatan suhu tubuh harus segera diatasi karena dapat mengakibatkan efek
lain yang lebih berbahaya.

Demam dapat terjadi karena peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Jika sel tubuh terluka oleh
rangsangan pirogen seperti bakteri, virus, atau parasit, membran sel yang tersusun oleh fosfolipid akan
rusak.

Salah satu komponen asam lemak fosfolipid, yaitu asam arakidonat, akan terputus dari ikatan molekul
fosfolipid dibantu oleh enzim fosfolipase. Asam arakidonat akan membentuk prostaglandin dengan
bantuan enzim siklooksigenase. Prostaglandin inilah yang merangsang hipotalamus untuk meningkatkan
suhu tubuh. Gejala demam dapat diatasi dengan obat yang mengandung zat antipiretik. Ketika gejala
demam muncul, umumnya orang akan menggunakan parasetamol untuk mencegah kenaikan suhu
tubuh lebih lanjut.
Parasetamol memang obat antipiretik umum. Harganya terjangkau dan mudah didapat. Hanya saja, obat
ini juga cukup banyak efek sampingnya. Selain itu, parasetamol hanya mengurangi gejala demam saja
tanpa membunuh akar penyebab demam tersebut.

Pemanfaatan cacing tanah untuk antipiretik lebih aman karena tidak menimbulkan efek toksik bagi
manusia sehingga aman dikonsumsi. Satu-satunya efek toksik cacing tanah adalah cacing tanah dapat
mengakumulasi logam berat yang ada pada tanah dalam tubuhnya. Cacing tanah dapat menoleransi
logam berat dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Namun, hal ini dapat diatasi dengan vermikultur, yaitu
membuat media tumbuh yang baik bagi cacing tanah. Penampakan tubuh cacing tanah yang tercemar
pun mudah dibedakan dengan yang normal.

Pengujian ekstrak cacing untuk melihat aktivitasnya sebagai antipiretik dilakukan menggunakan hewan
coba tikus putih yang didemamkan dengan penyuntikan vaksin campak. Suhu normal tikus putih sama
dengan manusia, yaitu berkisar antara 35,9 hingga 37,5 derajat celcius. Tikus putih yang sudah demam
diobati dengan ekstrak cacing tanah dan parasetamol sebagai kontrol. Setelah didemamkan, suhu tubuh
tikus putih diukur dan diamati pergerakan suhunya. Kelompok tikus putih yang tidak diberi pengobatan,
meningkat suhunya sebesar 0,8 derajat celcius. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan suhu tikus putih
yang didemamkan dapat ditahan oleh ekstrak cacing tanah karena di dalamnya terdapat zat antipiretik.

3.3.1 Senyawa Golongan Alkaloid

Dari serangkaian pengujian kimia, diketahui bahwa senyawa aktif sebagai antipiretik dari ekstrak
cacing tanah adalah golongan senyawa alkaloid. Pengujian memang belum dapat menentukan nama
senyawanya secara tepat. Golongan senyawa alkaloid mempunyai ciri mengandung atom nitrogen
(bandingkan dengan struktur parasetamol yang juga memiliki atom nitrogen) dan bersifat basa (pH lebih
dari 7).

Contoh alkaloid yang paling terkenal adalah nikotin dari tembakau. Seperti senyawa aktif lainnya, jika
dikonsumsi berlebihan, dapat menjadi racun juga. Golongan alkaloid memang sudah banyak ditemukan
dari ekstrak tumbuhan maupun hewan dan sebagian besar di antaranya memiliki efek farmakologi.

3.4 Cara Pengolahan Cacing Tanah

Ada beberapa cara atau proses dalam mengolah daging Lumbricus rubellus, di antaranya adalah:

A. Proses Sangan (menggoreng tanpa minyak)

Tata caranya sebagai berikut:

1. Ambil cacing tanah yang besar 3 atau 5 biji, cuci dengan air.

2. Ambil penggorengan (saya sarankan dari tanah liat agar tidak lengket), goring atau sangan cacing
tanah tersebut di atas penggorengan hingga gosong.

3. Setelah cacing tanah menjadi gosong, angkat dan tiriskan.


4. Ambil cacing tanah yang gosong tadi untuk dimakan bersama pisang.

5. Konsumsi lima kali sehari untuk kesembuhan lebih cepat.

B. Proses pengolahan kapsul cacing tanah yang dilakukan dengan sistem higroscopy, yaitu kandungan
air cacing tanah diserap dengan menggunakan kain kasa.

C. Rebusan Cacing Tanah

Tata caranya sebagai berikut:

1. Cari cacing tanah merah yang bentuknya kecil-kecil.

2. Besihkan dan pastikan sudah tidak ada unsur tanah atau kotoran lain, sekedar untuk menjaga
hiegenisnya saja.

3. Tuangkan air kira-kira tiga gelas untuk ukuran diminum tiga kali sehari.

4. Masukkan cacing dan rebus hingga mendidih.

5. Saring dan ambil airnya saja.

6. Dinginkan sebentar atau minumkan hangat-hangat.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Daging cacing tanah (lumbricus rubellus) adalah salah satu organisme yang dapat dijadikan sebagai obat
herbal alternatif dalam upaya penyembuhan berbagai penyakit khususnya penyakit thypus. Terbukti
dengan adanya berbagai riset yang dilakukan oleh para ahli tentang uji khasiat daging cacing tanah dan
telah disimpukan bahwa dalam tubuh cacing tanah mengandung zat antipiretik yang berguna bagi
proses penyembuhan penyakit thypus serta tidak menimbulkan efek samping sehingga aman untuk
dikonsumsi.

Daging cacing tanah mengandung berbagai nutrisi yaitu terdiri dari senyawa protein, karbohidrat,
lemak dan abu yang sangat diperlukan untuk kekebalan tubuh dalam melawan berbagai macam
penyakit.

Pengolahan cacing tanah cukup mudah, sehingga bisa dilakukan sendiri sesuai dengan petunjuk yang
ada. Adapun cara pengolahannya, yaitu dengan proses sangan (menggoreng tanpa minyak),
menggunakan sistem hicroscopy (proses pengolahan dalam bentuk kapsul) dan air rebusan cacing
tanah. Sehingga bisa dikatakan cacing tanah mempunyai struktur tubuh yang kecil tetapi memiliki
manfaat yang kompleks.

4.2 Saran

Di zaman sekarang banyak orang cenderung mengkonsumsi obat dokter dalam upaya penyembuhan
berbagai penyakit serta mengesampingkan hal-hal kecil yang justru dapat dimanfaatkan sebagai obat.
Sebagai penulis, saya berharap masyarakat bisa lebih mengkaji manfaat-manfaat dari organisme di
sekelilingnya yang cenderung lebih murah dan efisien serta dapat menghidupkan kembali obat-obat
tradisional yang ada di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai