Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan fisiologis yang digunakan untuk alat
transportasi zat nutrisi, elektrolit dan sisa metabolisme, sebagai komponen pembentuk sel, plasma,
darah, dan komponen tubuh yang lainnya sebagai pengatur suhu tubuh dan seluler. (Maryunani &
Anik. 2015). Kebutuhan Dasar Manusia. Bogor: In Media)

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit
adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika
berada dalam larutan (Abdul H, 2008).

2. Mekanisme Fisiologis Kebutuhan Cairan


Pengaturan kebutuhan cairan dapat dilakukan melalui system endokrin (ADH, aldosteron,
glukokortikoid), prostaglandin, dan mekanisme rasa haus. (Saputra, Lyndon. (2013). Catatan
Ringkasan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher)

ADH (antidiuretic hormone) Mekanisme haus diatur dalam rangka


berperan dalam menigkatkan Glukokortikoid pemenuhan kebutuhan cairan
reabsorbsi air dalam tahap hormon yang
pembentukan urine disekresikan oleh Rasa haus merupakan faktor pendorong
korteks adrenal pemasukan air dari luar
Aldosteron hormone yang meningkatkan
disekresi oleh kelenjar adrenal reabsorbsi natrium
Mekanisme rasa haus diawali dengan
bekerja di tubulus ginjal dan volume darah
osmolaritas cairan ekstrasel
meningkatkan absorbsi natrium meningkat & retensi
retensi natrium retensi air natrium
Merangsang ginjal melepaskan renin
yang menimbulkan produksi
Prostaglansin asam lemak alami yang terdapat pada ginjal angiotensin II sehingga merangsang
berperan mengatur sirkulasi ginjal dan reabsorbsi natrium hipotalamus untuk rasa haus

2.1. Komposisi Cairan Utama


Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
1. Cairan Intraseluler (CIS)
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh (Abdul H,
2008).
Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (total body water (TBW). CIS
merupakan media tempat terjadinya aktivitas kimia sel (Taylor, 1989). Pada orang
dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau ⅔ dari TBW, contoh: pria dewasa
70kg CIS 25 liter. Sedangkan pada bayi 50% cairan tubuhnya adalah cairan
intraseluler.
2. Cairan Ekstraseluler (CES)
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan menyusun sekitar 30%
dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun sekitar 20% berat tubuh
(Price & Wilson, 1986). CES terdiri dari tiga kelompok yaitu (Abdul H, 2008) :
a. Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskuler.
b. Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
c. Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua
arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan yaitu: anion dan kation.

kation anion

* K+ ( kalium ) * Cl ( clorida )

* Na + ( Natrium ) * Hco3 ( bicarbonat )

* Ca + ( Calcium ) * Po4 ( posfat )

* Mg + ( Magnesium ) * So4 ( sulfat )

2.3 Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :


a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan
proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal outputurine sekitar
1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada
orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila
aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai
upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme difusi.
Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah
berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat
maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum
tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
2.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada system Cairan dan Elektrolit
1. Gangguan Cairan
a. Hipovolemi
Terjadi karena kekurangan pemasukan air atau pengeluaran berlebihan.
Penyebab: Muntah, diare berlebihan, Perdarahan, Demam

b. Hipervolemi
Terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam proporsi isotonik sindrom
ruang ke tiga berefek kekurangan vulume cairan ekstrasel. Disebabkan karena
infeksi trauma.
c. Dehidrasi
Terjadi jika ada kehilangan cairan tanpa di sertai kehilangan elektrolit yang
proporsional faktor resiko terjadinya dehidrasi.
Penyebab: Penurunan sekresi ADH, Penurunan fungsi neurologis, macam
dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya:
 Dehidrasi berat:
- Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L.
- Serum natrium 159-166 mEq/ML.
- Turgor kulit buruk.
- Nadi dan pernafasan meningkat.
- Kehilangan cairan mencapai >10% berat badan.
 Dehidrasi sedang
- Kehilangan cairan 2-4 atau antara 5-10% berat badan
- Serum natrium 152-158 mEq/L.
- Mata cekung
 Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehilangan cairan mencapai 5% berat
badan atau 1,5-2L.

d. Edema
Akumulasi cairan abnormal di jaringan infertital atau rongga tubuh.
Penyebab:
- Peningkatan tekanan hidostatik.
- Penurunan tekanan asmotik plasma.
- Sumbatan imfalik.
- Refensi urine.
- Kerusakan pembuluh darah kapiler.

2. Gangguan Elektrolit
a. Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang di
tandai dengan mual,muntah dan diare.
b. Hipernatremia
Merupakan suatu keadaan di mana kadar natrium dalam plasma tinggi yang di
tandai dengan mukosa kering. Oliguria/anuria, turgor kulir buruk dan permukaan
kulit membengkak, kulit kemerahan,lidah kering dan kemerahan ,suhu badan
naik.
c. Hipokalemia
Suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Di tandai dengan lemahnya
denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan, muntah-muntah,perutnya
kembung, denyut jantungnya tidak beraturan.
d. Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi . di tandai
dengan adanya mual,hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia kelemahan, jumlah
urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan iritabilitas.
e. Hipokalsemia
Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah ditandai dengan
adanya kram otot, kram perut, kejang, bingung, kesemutan pada jaridan sekitar
mulut.
f. Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihab kadar kalsium dalam darah di tandai dengan
adanya nyeri pada tulang,relaksasi otot, batu ginjal,mual-mual, koma, dan kadar
kalsium dalam plasma lebih dari 4,3mEq/L.
g. Hipomagnesia
Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah  ditandai dengan adanya
iritabilitas,tremor,kram pada kaki dan tangan, lakikardi, hipertensi,kadar
magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
h. Hipermagnesia
Merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah ditandai dengan
adanya koma,gangguan pernafasan,dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
( Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011).

3. Rencana Asuhan
3.1. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit yang perlu diperhatikan
meliputi:
1.1 Asupan cairan dan makanan
1.2 Pengeluaran cairan, misalnya melalui urine dan feses
1.3 Penyakit atau cedera yang dapat menyebabkan ganggun keseimbangan cairan dan elektrolit
1.4 Pengobatan tertentu yang sedang dijalani
1.5 Status kehilangan atau kelebihan cairan
1.6 Perubahan berat badan
1.7 Status perkembangan dan faktor biologis
2. Pemeriksaan Fisik : Data Fokus
2.1 Sistem integument, meliputi turgor kulit, pitting edema ( derajat 1 kedalaman 1-3 mm
kembali 3 detik, derajat 2 kedalaman 3-5 mm kembali 5 detik, derajat 3 kedalaman 5-7 mm
kembali 7 detik, derajat 4 kedalaman > 7 mm kembali 7 detik ), tetani, fungsi otot, dan
sensasi rasa
2.2 Sistem kardiovaskuler, meliputi distensi vena jugularis, tekanan darah, dan bunyi jantung
2.3 Sistem penglihatan, meliputi kondisi mata dan cairan mata
2.4 Sistem neurologi, meliputi reflex, tingkat kesadaran, dan gangguan sensorik serta motoric
2.5 Sistem gastrointestinal, meliputi keadaaan mukosa mulut, mulut, lidah, dan bising usus
(Saputra, Lyndon. (2013). Catatan Ringkasan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara
Publisher)

4. Pemeriksaan penunjang

No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Manfaat


Natrium : 135-145 mEq/L
Kalium : 3,5-5,3 mEq/L Memantau keseimbangan cairan didalam tubuh/fungsi
1 Serum elektrolit
Klorida : 95-105 mEq/L fiologis yg stabil
Ion bikarbonat : 22-26 mEq/L
Laki-laki 40 – 54%
2 Hematokrit (Ht) Wanita 37 – 47% Mengukur jumlah sel darah merah
Anak-anak 34 – 47%
Pria: 4.5 – 5.9 (4.5 – 5.5) (juta/ul)
3 Eritrosit Mengetahui adanya kelainan sel darah merah
Wanita: 4 – 5 (juta/ul)
Pria : 13.5 – 17.5 (13 – 16) (g/dl) Indeks kapasitas pembawa oksigen darah (indikator
4 Hemoglobin (Hb)
Wanita : 12 – 15 (g/dl) anemia)
pH : 7,35-7,45
Analisis Gas darah Po2 : 80 -100 mmHg Untuk pengukuran yang tepat dari kadar oksigen dan
5
arteri (AGD) Pco2 : 35-45 mmHg karbon dioksida dalam tubuh
O2 : 94-100%

5. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan
a. Definisi : Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler. Ini mengacu
pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium
b. Batasan Karakteristik : Penurunan tekanan darah, penurunan tekanan nadi, penurunan
volume nadi, penurunan turgor kulit, penurunan turgor lidah, penurunan haluaran urin,
penurunan pengisian vena, membrane mukosa kering, kulit kering, peningkatan
hematocrit, peningkatan suhu tubuh, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan konsetrasi
urine, penurunan berat badan tiba-tiba, haus, kelemahan, perubahan status mental
c. Faktor Yang Berhubungan : kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme regulasi
2. Diagnosa 2 : Kelebihan volume cairan
a. Definisi : Peningkatan retensi cairan isotonik
b. Batasan Karakteristik : Bunyi napas adventisius, gangguan elektrolit, anasarca, ansietas,
azotemia, perubahan tekanan darah, perubahan status mental, perubahan status mental,
perubahan pola pernapasan, penurunan hematokrit, penurunan hemoglobin, dispnea,
edema, peningkatan tekanan vena sentral, asupan melebihi haluaran, distensi vena
jugularis, oliguria, ortopnea, efusi pleura, reflex hepatojugular positif, perubahan tekanan
arteri pulmonal, kongesti pulmonal, gelisah, perubahan berat jenis urine, bunyi jantung S3,
penambahan berat badan dalam waktu sangat singkat
c. Faktor Yang Berhubungan : Gangguan mekanisme regulasi, kelebihan asupan cairan,
kelebihan asupan natrium
6. Perencanaan
1. Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan
a) Tujuan dan Kriteria hasil (outcome criteria): Fluid balance; Hydration; Nutritional Status :
Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil : Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,
HT normal; Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal; Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan
b) Intervensi keperawatan dan rasional:
1) Fluid management Rasional:
 Timbang popok/pembalut jika diperlukan  Mengetahui jumlah cairan yang keluar
 Pertahankan catatan intake dan output yang akurat  Monitoring jumlah cairan yang masuk dan
 Monitor status hidrasi ( kelembaban membran keluar dengan baik
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ),  Perubahan status hidrasi, membran mukosa,
jika diperlukan turgor kulit menggambarkan berat ringannya
 Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi kekurangan cairan.
cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )  Perubahan jumlah partikel terlarut dalam
 Monitor vital sign urine
 Perubahan tanda vital dapat menggambarkan
 Monitor masukan makanan / cairan dan hitung keadaan umum klien
intake kalori harian  Memberikan pedoman untuk menggantikan
 Kolaborasi pemberian cairan IV cairan.
 Monitor status nutrisi  Jika memerlukan cairan tambahan
 Berikan cairan  Perubahan status nutrisi bisa menjadi
 Berikan cairan IV pada suhu ruangan masalah
 Dorong masukan oral  Meningkatkan jumlah cairan tubuh
 Berikan penggantian nesogatrik sesuai output  Menyesuaikan dengan kondisi tubuh
 Dorong keluarga untuk membantu pasien makan  Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi
 Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )  Menghindari terjadinya output belebihan
 Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih  Membantu supaya cepat sembuh
muncul meburuk
 Atur kemungkinan tranfusi  Menghindari kebosanan makanan tertentu
 Menghindari terjadinya syok
 Persiapan untuk tranfusi
 Jika terjadi tanda-tanda kekurangan cairan
akut
 Tindakan yang baik dan benar sesuai
prosedur

2. Diagnosa 2 : Kelebihan volume cairan


a. Tujuan dan Kriteria hasil (outcome criteria): Electrolit and acid base balance; Fluid balance;
Hydration
Kriteria Hasil: Terbebas dari edema, efusi, anaskara; Bunyi nafas bersih, tidak ada
dyspneu/ortopneu; Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+);
Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam
batas normal; Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan; Menjelaskan indikator
kelebihan cairan

b. Intervensi keperawatan dan rasional:


1) Fluid management Rasional:
 Timbang popok/pembalut jika diperlukan  Mengetahui jumlah cairan yang keluar
 Pertahankan catatan intake dan output yang  Monitoring jumlah cairan yang masuk dan
akurat keluar
 Pasang urin kateter jika diperlukan  Mengurangi kelebihan volume cairan
didalam tubuh
 Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi  Perubahan jumlah partikel terlarut dalam
cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin) urine
 Monitor status hemodinamik termasuk CVP,  Peningkatan tekanan darah biasanya
MAP, PAP, dan PCWP berhubungan dengan kelebihan volume
 Monitor vital sign cairan
 Perubahan tanda vital dapat
 Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan menggambarkan keadaan umum klien
(cracles, CVP , edema, distensi vena leher,  Retensi cairan bisa mengakibatkan salah
asites) satunya edema
 Kaji lokasi dan luas edema
 Monitor masukan makanan / cairan dan hitung  Mengetahui bagian yang mengalami edema
intake kalori harian  Kelebihan bisa berakibat buruk pada
 Monitor status nutrisi kondisi klien
 Berikan diuretik sesuai interuksi  Jika terjadinya kelebihan/kekurangan
nutrisi
 Batasi masukan cairan pada keadaan  Diuretik berfungsi untuk meningkatkan
hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130 ekskresi cairan
mEq/l  Mencegah terjadinya hivopolemi
 Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul memburuk
2) Fluid Monitoring  Penanganan secara cepat dan menghindari
 Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan terjadi kegagalan organ tertentu
dan eliminasi
 Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak  Mengetahui cairan yang masuk maupun
seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, keluar
kelainan renal, gagal jantung, diaporesis,  Penyebab terjadinya kelebihan cairan
disfungsi hati, dll ) didalm tubuh
 Monitor berat badan

 Monitor serum dan elektrolit urine  Meningkat karena bertambahnya jumlah


 Monitor serum dan osmilalitas urine cairan
 Monitor BP, HR, dan RR  Mengetahui penyebab kelebihan cairan
 Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan tubh
irama jantung  Mengetahui partikel terlarut di dalam urine
 Monitor parameter hemodinamik invasive  Perubahan menggambarkan keadaan umum
 Karena adanya GJK ataupun karena obat-
 Catat secara akurat intake dan output obat antihipertensi
 Monitor adanya distensi leher, rinchi, oedem  Jika terjadinya perubahan pada sistem
perifer dan penambahan BB peredaran darah tubuh
 Monitor tanda dan gejala dari odema  Pantau jika ada kelebihan cairan
 Beri obat yang dapat meningkatkan output urin  Akibat terjadinya retensi cairan

 Mengetahui jika ada edema


 Diuretik bisa meningkatkan ekskresi cairan
G. Daftar Pustaka
Ed. Herman T.H and Komitsuru. S. (2011). Nanda Internasional Nursing Diagnosis,. Definition
and Clasification 2012-2014.Jakarta: EGC

Guyton, Artur C. (2008). Fisiologi Tubuh Manusia Edisi Ke-6 Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara
Publisher

Maryunani, Anik. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia. Bogor: In Media

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan. Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

Saputra, Lyndon. (2013). Catatan Ringkasan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa
Aksara Publisher

Banjarmasin, April 2020

Ners Muda,

(Okta viana ulandari )

Anda mungkin juga menyukai