Anda di halaman 1dari 15

TUGAS ESSAY MINGGU KE-3

Blok 6.1

Kholisa Nadrotunnaim

117170037

Blok 6.1

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

CIREBON

2020
Gangguan Napas Pada Bayi Baru Lahir

dr. Ineu nopita SpA., Mkes

Rabu, 22 April 2020 15.00 – 17.00WIB

1. Gangguan pernafasan atau sesak nafas pada bayi baru lahir merupakan
keadaan yang dapat mengancam jiwa
2. Gejala utama:
a. Takipneu, dengan RR > 60x permenit
b. Retraksi sternal atau intercostal
c. Pernafasan cuping hidung
d. Grunting atau merintih
e. Sianosis (sentral atau perifer) pada suhu kamar
3. Manifestasi klinis: warna kulit kemerahan, pucat atau bercak putih, penurunan
tekanan darah, gangguan CRT
4. Etiologic gangguan pernafasan
a. Non-kardiopulmonal
 Hipo/hipertermia
 Hipoglikemi
 Polisitemia: eritrositosis
 Asidosis metabolik
 Intoksikasi obat
 Gangguan CNS: Perdarahan, asfiksia
 Penyakit neuromuscular
b. Kardiopulmonal
 Left sided outflow obstruction: cacat jantung kongenital dimana
aliran darah dari ventrikel kiri masuk ke aorta ascending
 Lesi sianotik
 Transient tacypnea of the newborn (TTN): takipneu sementara
pada bayi baru lahir yang disebabkan karena retensi cairan paru
janin akibat gangguan mekanisme pembersihan
 Meconium aspiration syndrome
 Pneumonia
 Hyaline membrane disease
5. Penegakan diagnosis
a. Riwayat faktor resiko pada ibu seperti hipertensi, asma, anemia, usia ibu
b. Usia kehamilan
c. Cairan ketuban: warna, bau, volume
d. Riwayat inpartu: partus lama
e. Faktor resiko pada bayi: lilitan tali pusat, berat badan lahir rendah
f. Manifestasi klinis yang didapatkan pada bayi
g. Pemeriksaan X-Ray
h. Evaluasi labolatorium: gas darah, darah rutin
6. Penilaian gawat napas dengan downs score

Keterangan:
 skor < 4. tidak ada gawat napas
 skor 4-7 gawat napas
 skor >7 ancaman gagal napas (perlu dilakukan pemeriksaan
analisis gas darah
7. penyakit membrane hialin (HMD) / respiratory distress syndrome (RDS)
a. respirasi distress sindrom penyakit yang sering ditemukan pada bayi
lahir kurang bulan (<34 minggu) dengan berat badan bayi sekitar 501-
1500 gram akibat Defisiensi surfaktan.
b. Defisiensi yang terjadi pada bayi kurang bulan dapat menyebabkan
terjadinya kolaps pada alveoli yang dapat menyebabkan atelektasi
pada paru sehingga muncul gangguan nafas pada bayi
c. Penegakan diagnosis
 Faktor resiko pada ibu: diabetes, toxaemia, hipotensi, perdarahan
antepartum, hipotiroidism
 Faktor resiko pada bayi: berat badan rendah, kurang bulan,
asfiksia, bayi kembar
 Manifestasi klinis: sianosis, dispneu, hiperneu, grunting,
kardiomegali, retraksi ICS, epigastrium, suprasternal, bradikardi
(berat).
 Pemeriksaan fisik: terjadi 24 jam postpartum, tanda klinis
gangguan pernafasan, menetap atau progresif 48 0 96 jam
pertama.
 Pemeriksaan penunjang: foto rontgen thorax: didapatkan
gambaran ground glass appearance, pelebaran bronkus, costa
mendatar, diafragma lebih tinggi, Dan labolatorium:
meningkatnya asam laktat dan asam organic >45 mg/dl, pH <7,2,
PaO2 menurun, PaCO2 meninggi.
 Penatalaksanaan: jalan nafas tetap terbuka, terapi oksigen,
antibiotic, cairan infus IV, tetap berikan ASI.
8. Meconium aspiration syndrome
a. Keadaan gawat nafas yang disebabkan oleh aspirasi meconium yang
terjadi dalam kandungan atau selama persalinan.
b. Sering terjadi pada bayi lebih bulan >40 minggu
c. Dapat ditemukan tanda tanda gawat nafas, barrel chest dan suara nafas
kasar langsung setelah kelahiran
d. Pemeriksaan fisik: takipneu, pernafasan cuping hidung, grunting,
retraksi, ronkhi, kulit berwarna mekonial, sianosis
e. Photo thorax: peningkatan diameter anteroposterior, hiperinflasi,
atelectasis, pneumothorak, diafragma mendatar
f. Penatalaksanaan: kosongkan isi lambung, cari kemungkinan kerusakan
organ lain akibat dari asfiksia, hisap lender berkala, bronchial
washing, antibiotic broad sprectrum, penggunaan CPAP
9. Transient Tacypneu of the newborn (TTN)
a. Merupakan gawat nafas yang sering terjadi karena ketidakefektifan
pembersihan cairan amnion dari paru saat kelahiran
b. Faktor resiko: persalinan SC, macrosomia, partus lama, nilai apgar
skor rendah.
c. Pada foto thorak ditemukan perihilar ringan streaking, kardiomegali
ringan, peningkatan volume paru, efusi pleura.
Dr. Bambang Suharto, Sp.A

Selasa, 21 April 2020 15.00 – 17.00 WIB

1. Sindrom Malabsorbsi
a. Gangguan absorpsi saluran pencernaan bahan makanan seperti
karbohidrat, lemak, protein, vitamin. Malabsorpsi yang sering terjadi
adalah malabsorpsi laktosa, lemak.
b. Malabsorbsi karbohidrat, akibat dari defisiensi enzim lactase dalam
brush border usus halus biasanya terjadi pada bayi premature.
c. Enzim lactase merupakan enzim yang memecah laktosa menjadi glukosa
dan galaktosa
d. Patofisiologi: defisiensi enzim disakaride (faktor digesti), atau gangguan
absorpsi serta transportasi monosakarida dalam usus halus.
e. Manifestasi klinis
 Mencret yang sering berulang, watery, jumlahnya banyak, berbau
asam.
 Kolik abdomen
 Flatus
 Gangguan pertumbuhan
f. Labolatorium
 pH tinja <6 (normal 7-8)
 clini test tab – normal: gula tinja (-), (+):0,5%, (++): 0,75%, (+++):
1%, (++++):2%,
 lactose loading test
 barium meal lactose
 biopsy mukosa usus halus
g. penatalaksanaan
 rendah laktosa
 Free lactose milk formula
h. Malabsopbsi Lemak
 Gangguan absorbs lemak (LCT): terjadi diare dan berlemak
(steatorea) akibat malabsorbsi lemak
 Penyebabnya: enzim lipase yang kurang atau tidak ada, mukosa
usus halus atrofi atau rusak, gangguan sistem limfe saluran cerna
 Malabsorbsi lemak dapat terjadi pada bayi dengan fibrosis
pancreas, hepatitis neonatorum, atresia biliaris, reseksi usus,
infark mesenterium.
 Penegakan diagnosis: adanya lemak ditinja, lembek, tidak
berbentuk.
 Penatalaksanaan: diberikan MCT dengan pemberian susu
portagen, margarine union, mead Johnson MCT oil.

2. Alergi Susu Sapi


a. Susu sapi mengandung protein Kasein dan Whey yang dapat
menyebabkan alergi yang diperantarai oleh IgE atau non-IgE. Kejadian
alergi dapat menurun seiring dengan bertambahnya usia
b. Seorang anak dapat dikatakan alergi susu sapi jika gejala kronik,
berulang dengan paparan sejenis, riwayat alergi yang sama dalam
keluarga, menghilangnya gejala setelah eliminasi susu sapi,
c. Manifestasi klinis
 Sering: diare, konstipasi, regurgitasi, muntah, ruam, bengkak pada
bibir dan klopak mata dan eksim
 Berat: anafilaksis
d. penatalaksanaan
 penghindaran protein susu sapi dan produknya: ASI (ibu
menghindari protein susu sapi dan produknya), Formula (formula
asam amino, formula kedelai/soya), produk olahan (perhatikan
komposisi produk dengan lihat tabel)
 obat – obatan sesuai indikasi
 susu formula kedelai/soya: tidak mempunyai protein susu sapi,
rasa lebih enak, penambahan berat badan, tinggi badan, kadar
protein dan mineralisasi tulang normal.
e. Pencegahan
 Asi eksklusif, formula kedelai, formula asam amino

3. Kern Icterus
a. Icterus merupakan keadaan klinis dimana terjadi perubahan warna pada
kulit, mukosa membrane akibat peningkatan kadar bilirubin
b. Icterus dibagi menjadi:
 Icterus fisiologis: muncul pada hari ke-2 dan ke-3 kelahiran, kadar
bilirubin indirek tidak melewati 10mg% pada BCB dan 12,5% pada
BKB, kecepatan peningkatan bilirubin <5mg%/hari, menghilang dalam
10 hari pertama
 Hyperbilirubinemia: kadar bilirubin meningkat > 2 standar deviasi dari
kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau > persentil 90
 Bilirubin ensefalopati: manifestasi klinis akibat efek toksis bilirubin
pada SSP
 Kern icterus: sindroma neurologic yang disebabkan tertimbunnya
bilirubin indirek dalam sel otak
c. Faktor yang berperan dalam kerusakan sel neuron:
 Kadar bilirubin bebas >20mg/dl
 pH darah
 sawar darah otak
 kerentanan sel neuron
d. manifestasi klinis:
 reflek moro jelek, malas menetek, letargi, vomitus, high pitched cry
 febris, mata deviasi ke atas, tonus otot menurun
 gejala berlanjut: atenosis, tuli parsial, retardasi mental, paralisisi bola
mata ke atas
 labolatorium: kadar bilirubin (BCB > 20 mg/dl, hipoalbumin, pH
darah asidosis)
e. tatalaksana
 transfuse tukar
 sinar biru, dapat diteruskan pada bilirubin 25 – 29 mg/dl
 fenobarbital dan metalloprotoporphyrin
Gangguan Sistem Endokrin Pada Neonatus

dr. defa R Nissa’, SpA, MKes

Rabu, 22 April 2020 13.00 – 15.00 WIB

1. Hipoglikemi Pada Neonates


a. kadar glukosa < 40-45 mg/dl
b. penyebab dan mekanisme hipoglikemia:
 berkurangnya simpanan glukosa dan menurunnya produksi glukosa,
rentan terjadi pada bayi premature, asfiksia prenatal, hipotermia
 meningkatnya pemakaian glukosa: pada keadaan polisitemia
 sepsis
 penyakit jantung kongenital
c. penegakan diagnosis
 seringkali tidak bergejala
 tidak tenang, gerakan tidak beraturan
 sianosis
 kejang atau tremor
 letargi
 asupan yang buruk
d. penatalaksanaan
 memantau kadar glukosa darah: pada saat lahir, 30 menit setelah lahir
 pencegahan hipoglikemi: mencegah hipotermi, pemberian makan
enteral
 terapi IV dengan glukosa 10% 2cc/kg selama 5 meni. dengan
pemantauan kadar gula darah, lakukan rumatan dengan kecepatan 6-
8mg/kg/menit.
 Ketika pemberian makan telah dapat ditoleransi, pemberian dextrose
dapat diturunkan secara bertahap, dengan pemantauan glukosa darah
e. Hipoglikemi refraktori: kebutuhan glukosa > 12 mg/kg/menit
 Glucagon 200ug IV
 Diazoxide 10 mg/kg/hari setiap 8 jam

2. Hipotiroid Kongenital
Kelenjar tiroid bayi tidak dapat memproduksi hormone tiroid dalam jumlah yang
adekuat
a. Gejala klinis: lidah tebal, kulit pucat, tonus otot menurun, konstipasi, tidak
mau makan, kuning yang berkepanjangan, lemas.
b. Penatalaksanaan:
Levotiroksin sintetis (T4), waktu paruh berkisar 6-7 hari
c. Efek samping
Palpitasi, takikardi, hipertensi, demam, muntah, diare, kelemahan otot, temor,
intoleransi panas.
Psikiatri ibu
Dr. Rini Rianti, Sp. Kj
Selasa, 21 April 2020 13.00 15.00 WIB
A. Hubungan psikologis ibu dan anak
Hubungan psikologi ibu dan anak salahsatunya adalah pola asuh, atau correct
parenting: pola prilaku yang diberikan orang tua terhadap anaknya secara
konsisten sebagai suatu usaha untuk mendidik, mengembangkan anggota
bayi.
Ketika ibu mengalami gangguan psikologis setelah melahirkan dapat dikatan
sebagai postpartum mental illness yang biasanya dirasakan pada saat
kehamilan atau setelah melahirkan dengan timbulnya perasaan kecemasan
Teori Sigmund freud:
- id: instincs: konsep kesenangan untuk memenuhi kebutuhan
- ego: reality, merupakan komponen kepribadian untuk menangani keinginan
dalam dunia nyata, ego juga merupakan mcara mencehag ketegangan antara
keinginan dan realita
- superego: morality, merupakan hati nurani untuk menilai keadaan kenyataan
atau ego, sehingga dapat diterima di kenyataam. Superego juga merupakan
pedoman kejadian ego atau reality agar dapat diterima dalam masyarakat.
Tingkatan psikososial menurut freud
 Fase oral: 0- 1 tahun, sumber kepuasaan anak berasal dari mulut
 Fase anal: 1-3 tahun, sumber kesenangan anak di arah anus
 Fase phallic: 3-6 tahun, daerah kesenangan pada daerah kemaluan
 Fase latent: 5-12 tahun, kesenangan anak harus dialihkan pada
kemampuan intelektual seperti sekolah
 Fase genital: terjadi pada masa pubertas dimana mulai timbulnya
kecintaan terhadap heteroseksual
a. Baby blues
Salah satu gangguan mental yang paling sering dialami oleh ibu,
karena perubahan hormone yang signifikan sehingga terjadi depresi
yang dialami mulai hari ke-3 sampai 2 minggu.
Tanda dan gejalanya: menangis, gelisah, cemas, mudah marah, sulit
berkonsentrasi
Faktor resiko: fluktuasi hormonal, kehilangan volume sirkulasi, stress,
kurangnya support keluarga, kurangnya kepercayaan, masalah dalam
persalinan, merasakan kehilangan.
b. Depresi postpartum
Komplikasi persalinan yang muncul 2 minggu setelah persalian dan
dapat terjadi 6 – 12 bulan. Gejala klinis yang muncul sama dengan
keadaan depresi pada orang umumnya dengan peningkatan nangis,
mood swing, sedih, kesepian, ketakutan melukai bayinya. Prilaku
yang berubah yaitu tidak minat terhadap bayi sendiri, mengurus diri
sendiri, konsentrasi yang buruk. Gejala yang dirasakan secara fisik
yaitu kelelahan, pusing, lemas, nyeri dada, jantung berdebar.
Penyebab depresi postpartum karena perubahan hormonal secara
signifikan, perubahan bentuk tubuh. Perbedaannya dengan baby blues
adalah gejala yang dirasakan lebih ke emosional dan menyadari
perubahan psikologis yang tidak normal.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan yaitu konseling, dukungan
social, langkah yang dapat diambil oleh ibu adalah olahraga,
mengkonsumsi makanan yang sehat, dan mencoba menimbulkan
kembali minat minat yang telah hilang.
c. Postpartum psikosis
Merupakan gangguan psikologis yang jarang terjadi pada ibu
melahirkan namun memiliki gejala yang lebih berat daripada
gangguan psikologi postpartum lainnya. Biasanya gejala muncul
kurang dari 72 jam setelah melahirkan.
Perubahan suasana hati ibu cepat berubah diikuti dengan halusinansi
dan delusi dapat juga muncul perasaan schizoaffective. Keadaan
postpartum psikosis ini merupakan keadaan kegawatdaruratan karena
dapat menimbulkan keinginan bunuh diri atau membunuh bayinya
sehingga harus segera diterapi
d. Antenatal depresi
Depresi muncul pada ibu pada saat kehamilan atau setelah
melahirkan. Depresi yang dirasakan oleh ibu pada saat kehamilan
cenderung mengalami masalah pada saat persalinan, hambatan
pertumbuhan janin, bayi premature.
Daftar pustaka

1. Jha K, Makker K. Transient Tachypnea of the Newborn. [Updated 2020 Feb


3]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537354/.
2. Vilcant V, Hai O. Left Ventricular Outflow Tract Obstruction. [Updated 2020
Feb 12]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470446/.
3. Cunningham, K. J. Leveno, S. L. Bloom, J. C. Hauth, L. Gilstrap, & K. D.
Wenstrom(Penyunt.), Williams Obstetrics (24th Edition ed.). New York: The
McGraw-HillCompanies. 2014.
4. Marchdante, Karen J. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi ke-6.
Singapur: Elsevier; 2018.
5. Kibler N, Wells P. Beyond the Baby Blues. Cross-Cultural
Perspective on Perinatal Mental Health. National cross-cultural
counseling and education conference for research, action, and change.
2019.
6. Veerle Bergink, Natalie Rasgon, and Katherine L. Wisner. Postpartum
Psychosis: Madness, Mania, and Melancholia in Motherhood. Vol. 173:12;
American Journal of Psychiatry 2016; 1179-1188.

Anda mungkin juga menyukai