MINGGU KE-5
CIREBON
2020
KEDARURATAN PADA ANAK part 1
BAMBANG SUHARTO dr. Sp. A., MH.Kes
Senin, 8 juni 2020 08.00 – 10.00 WIB
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada kedaruratan anak adalah:
teknik pendekatan yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak
observasi awal (paediatrics assessment triangle)
tanda- tanda vital (ABCDE)
keputusan tindak lanjut sesuai dengan kegawatannya
pemeriksaan lanjutan setelah kondisi vital stabil
A. teknik pendekatan
a. perhatiakan respon keluarga (latar belakang pendidikan dan budaya)
b. reaksi orang tua dengan anak sakit atau cedera:
Reaksi Penampilan
Tidak percaya Tampak terlalu tenang/ kurang memberi
perhatian
Merasa bersalah (karena tidak Mempermasalahkan apa yang telah terjadi/
tahu awalnya/ tidak dapat apa yang harus dilakukan agar keadaan ini
mencegah kecelakaan) tidak terjadi sehingga kondisi anak dan
tindakan yang harus dilakukan tidak
diperhatikan
marah Dapat dilimpahkan kepada penolong,
mengganggu tindakan medis juga menolak
transportasi
Disertai gangguan fisik Taki kardi, mual, pusing, nyeri dada, keringat
dingin, mulut kering, hiperventilasi
c. karakteristik bayi:
umur < 2 bulan: tidak bisa membedakan orang tua, pengasuh atau orang
lain, Banyak tidur, Kontak mata dengan pemeriksa→ blm ada, Suara
lembut, penanganan lembut, ditimang-timang→ rasa nyaman.
2 – 6 bulan: Lebih aktif, Dapat kontak mata dengan pemeriksa,
mengenal pengasuhnya, Reflek isap baik, dapat menangis kuat, aktif.,
Mengikuti obyek lain yg menarik, Menggerakan kepala kearah suara yg
kuat.
6 – 12 bulan: Belajar bersuara, duduk, Memindahkan mainan dari satu
tangan ke tangan lainnya, Memasukan benda ke mulut, Dapat
merangkak pada umur 1 tahun, berdiri, berjalan dengan dipegang
Umur 7-8 bulan→ Cemas bila dipisahkan dari orang tuanya/
pengasuhnya.
Umur 10 bulan → takut kpd orang yg tdk dikenal.
d. Karakteristik anatomi dan fisiologi bayi:
c. Sirkulasi kulit
C. Metode “ABCDE” → dilakukan dengan pemeriksaan anak
a. Air way: look, listen, feel
b. Breathing:
d. Circulation
Virus HIV-1 ditemukan pertama kali tahun 1983 sebagai penyebab sindrom
defisiensi imun. Sindrom defisiensi imun ini memiliki rentang gejala luas. Virus HIV
secara morfologi, berbentuk bulat, inti berbentuk silinder dan eksentrik, terdiri dari
membran fosfolipid, protein di inti, glikoprotein yg menonjol di bagian selubung.
Protein inti terdiri dari genom RNA dan enzim reverse trancriptase yang mengubah
RNA menjadi DNA pada waktu replikasi virus.
Penularan terbanyak terjadi pada masa kehamilan akhir atau masa
intrapartum. Dengan pemeriksaan PCR DNA HIV hampir sepertiga bayi yang tertular
HIV dapat diidentifikasi pada usia 48 jam setelah lahir, dan bayi tersebut diperkirakan
tertular in utero.
Perjalanan penyakit infeksi HIV pada anak, manifestasi klinis dengan dewasa
berbeda, progresivitas ke arah manifestasi klinis pada anak terjadi lebih cepat. Gejala
klinis infeksi HIV dewasa rata-rata timbul 4,4 tahun setelah infeksi primer dan
berkembang menjadi AIDS setelah 9,8-15 tahun. Pada infeksi perinatal gejala klinis
mulai terlihat pada usia 4-5 bulan dan menjadi AIDS pada usia 4-5 tahun. Gejala awal
tanpa gejala atau ringan. Selanjutnya dapat karena infeksi oportunistik (kandidiasis,
diare, tuberkulosis, parasit, pneumonia, sepsis), malnutrisi berat, gagal tumbuh,
gangguan perkembangan. Pemeriksaan laboratorium usia <18 bulan dengan
virological test (PCR RNA.DNA HIV). Sedangkan usia >18 bulan dengan HIV
antibody. Diagnosis HIV pada anak > 18 bulan yaitu memakai cara yang sama
dengan uji HIV dewasa. Namun perhatian khusus untuk anak yang masih mendapat
ASI, uji HIV baru dapat diinterpretasi dengan baik bila ASI sudah dihentikan selama
>6 minggu.
Kriteria klinis menurut WHO terdapat 4 stadium:
1. Stadium 1 asimptomatik, limfadenopati generalisata persisten.
2. Stadium 2 hepatosplenomegali persisten yang tidak dapat dijelaskan, erupsi
pruritik papular, infeksi virus wart luas, angular cheilitis, moluskum
kontagiosum luas, ulserasi oral berulang, pembesaran kelenjar parotis persisten,
eritema ginggival lineal, herpes zoster, infeksi saluran nafas atas kronik atau
berulang, infeksi kuku oleh fungus.
3. Stadium 3 malnutrisi sedang, diare persisten >14 hari, demam persisten
>37,5oC dan > 1 bulan, kandidiosis oral persisten, oral hairy leukoplakia,
periodontitis atau ginggivitis ulseratif nekrotikans akut, TB kelenjar, TB paru,
pneumonia bakterial berat dan berulang, pneumonistis interstitial limfoid
simptomatik, penyakit paru berhubungan dengan HIV kronik termasuk
bronkiektasis, anemia <8g/dl, neutropenia <500/mm 3 atau trombositopenia
<50000/mm3.
4. Stadium 4 malnutrisi, wasting, stunting berat, pneumonia pneumosistis, infeksi
bakterial berta berulang (meningisitis, empiema, piomiositis, infeksi tulang dan
sendi), TB ekstrapulmonal, sarkoma kaposi, kandidiasis esofagus,
toksoplasmosis susunan saraf pusat, ensefalopati HIV, kriptokokosis
ekstrapulmonal, CMV, mikosis endemik diseminata, isosproriasis kronik,
infeksi mikobakteria non tuberkuloasis diseminata, kardiomiopati atau
nefropati, limfoma serebral.
Pemantauan anak terinfeksi HIV yang belum mendapat ARV umur >5 tahun
bertujuan untuk memantau tumbuh kembang dan memberi layanan rutin lainnya
termasuk imunisasi, mendeteksi dini kasus yang memerlukan ARV, menangani
penyakit terkait HIV atau sakit lain yang bersamaan, memastikan kepatuhan berobat
pasien khususnya profilaksis kotrimoksazol, memantau hasil pengobatan dan efek
samping, konseling. Prinsip tatalaksana toksisitas ARV tentukan beratnya toksisitas
yaitu evaluasi obat yang diminum bersamaan, pertimbangkan proses penyakit lain,
tatalaksana efek simpang berdasar pada beratnya reaksi, (derajat 1-4), tekankan
pentingnya minum obat pada reaksi ringan dan sedang, jika diperlukan hentikan ART
sampai pasien stabil.
KEGAWATDARURATAN PADA ANAK PART 2
(SYOK PADA ANAK DAN TATALAKSANANYA)
dr. Bambang, Sp.A
Selasa, 09 Juni 2020 13.00-15.00 WIB
Syok adalah sindrom klinis akut yang disebabkan oleh kegagalan fungsi
kardiovaskuler, ketidak mampuan sistem sirkulasi dalam menyediakan kecukupan O₂
dan nutriens untuk kebutuhan metabolisme jaringan. Fungsi sistem sirkulasi untuk
mempertahankan Cardiac Output (CO), alirkan darah yg adekuat untuk transport O₂
dan nutriens, metabolisme jaringan,dan transport balik untuk eliminasi di organ
pembuangan. Fungsi jantung untuk pompa dan CO cukup. CO adalah jumlah darah
yang dipompa per menit. Faktor-faktor yang berpengaruh pada stroke volume yaitu
volume pengisian ventrikel (preload), kontraktilitas otot jantung (kurva Starling),
resistensi saat jantung mompa darah ke sistemik (after load).
Klasifikasi dan penyebab syok yaitu pertama hipovolemik disebabkan oleh volume
intravaskuler menurun kasus tersering pada anak seperti diare, muntah, perdarahan,
kebocoran plasma. Kedua kardiogenik disebabkan oleh penurunan KOJ kasus
tersering pada PJB, kardiomiopati dan miokarditis. Ketiga distributif disebabkan oleh
vasodiltasi dan berkumpulnya di pembuluh darah perifer kasus tersering berupa
anafilaksis, neurogenik, sepsis, endokrinologik. Keempat obstruktif disebabkan oleh
hambatan pengisian dan pengeluaran jantung kasus tersering berupa tamponade
jantung, pnemotoraks. Kelima disosiatif disebabkan oleh gangguan pelepasan O₂ di
tingkat jaringan atau seluler contohnya keracunan CO, methemoglobinemia.
Manifestasi klinis terbagi menjadi 3 fase diantaranya fase 1 kompensasi yaitu mulai
saat terjadi hipovolemik (diare, muntah, perdarahan, peritonitis, peningkatan
permiabilitas vaskuler: sepsis, kapasitas vaskular meningkat, anfilaksis, overdosis
barbiturat, kerusakan korda spinalis). Tampak takikardi, takipnu ringan, gelisah, kulit
pucat dan dingin, capilary time > 2-4 detik. Fase 2 dekompensasi yaitu lanjutan fase 1
karena kebutuhan metabolisme jaringan tidak cukup menyebabkan iskemia seluler,
pelepasan vasoaktif dan mediator inflamasi sehingga mikrosisirkulasi terganggu.
Adanya penurunan kesadaran, fungsi ginjal dan kardiovaskuler. Lalu adanya perfusi
jaringan buruk, pelepasan mediator inflamasi, syok sepsis. Fase 3 irreversible manfes
yang timbul tekanan darah tidak teratur, nadi tidak teraba, kesadaran sopor-koma,
anuria, tanda-tanda kegagalan organ lainnya.
Penatalaksanaan 15 menit pertama yaitu bebaskan jalan nafas dan beri O₂ 100%,
infus i.v atau i.o (intra oseous), ambil darah untuk lab, bolus dengan cairan kritaloid
atau koloid isotonis 20 ml/kgBB, berikan secepatnya (< 10 mnt), bisa diulang sampai
perfusi baik. Bila terdengar ronki atau hepatomegali (10-15 menit), evaluasi tanda-
tanda klinis setiap selesai bolus, koreksi hipoglikemi dan hipokalsemi, bila 2-3 kali
bolus belum ada respon maka dilakukan ETT, evaluasi penyebab Syok. Syok
hipovolemik dengan evaluasi dan koreksi asidosis metabolik. Bila masih hipotensi
dan nadi tidak teraba dengan pemasangan kateter vena sentral atau CVP. Pilihan
utama yaitu cairan kristaloid isotonik. Kemudian nilai kembali CVP, evaluasi, koreksi
anemia dengan transfusi. Syok kardiogenik disebabkan oleh depresi KOJ contoh
pasca operasi jantung, dekom KJB, miokarditis, miokardiopati, disritmia jantung.
Syok obstruktif terjadi hambatan pengisian dan pengeluaran darah dari jantung yang
disebabkan oleh tamponade jantung, pnemotoraks tension dan emboli.
DISKUSI KASUS
(BULLYING, KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK, KEKERASAN FISIK
PADA ANAK)
dr. Bambang Wibisono dan dr. Ouve
Rabu, 10 Juni 2020 13.00-15.00 WIB
Bullying adalah suatu bentuk kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan teman
sebaya kepada seeorang (anak) yang lebih ‘rendah’ atau lebih lemah untuk
mendapatkan keuntungan atau kepuasan tertentu. dengan cara menyakiti secara fisik
maupun psikis. Jenis Bullying yaitu bullying secara verbal jenis yang paling mudah
dilakukan dan menjadi awal dari perilaku yang lainnya, bullying secara fisik Remaja
yang secara teratur melakukan hal ini, merupakan remaja yang paling bermasalah dan
cenderung akan beralih pada tindakan-tindakan criminal yang lebih lanjut, bullying
secara rasional pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian,
pengucilan, atau penghindaran, dan bullying secara elektronik ditujukan untuk
meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar, dan rekaman video
atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying
disebabkan oleh, tekanan terutama yang datang dari sekolah akibat kurikulum yang
padat dan teknik pengajaran yang terlalu kaku. sehingga sulit bagi remaja untuk
meyalurkan bakat nonakademisnya. penyalurannya dengan kejahilan-kejahilan dan
menyiksa, daan budaya feodalisme yang masih kental di masyarakat menjadi salah
satu penyebab bullying sebagai wujudnya adalah timbul budaya senioritas, yang
bawah harus nurut sama yang atas.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menanggulangi tindak kekerasan
melalui pendidikan karakter yaitu memperkuat pengendalian sosial, menggunakan
berbagai cara yang digunakan pendidik untuk menertibkan peserta didik yang
melakukan, penyimpangan dengan melakukan pengawasan dan penindakan,
mengembangkan budaya meminta dan memberi maaf, menerapkan prinsip-prinsip
anti kekerasan, memberikan pendidikan perdamaian kepada generasi muda,
meningkatkan dialog dan komunikasi intensif anatar siswa dalam sekolah,
menyediakan katarsis dan melakukan usaha pencegahan tindak kekerasan (bullying)
di sekolah. Asperk hukum yang menyatur mengenai bullying yaitu, UU No.32 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 13 dan pasal 16, dan Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak pasal 54,
pasal 76C, dan pasal 80. Dampak yang muncul akibat dari bullying terbagi menjadi
dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang yaitu. Dampaknya meliputi,
depresi, gangguan tidur, timbul rasa ingin bunuh diri, prestasi menurun, tidak mau
berbaur denggan orang lain, mempengaruhi mental dan fisik, fungsi kognitif rendah,
dan kualitas hidup rendah.
Kekerasan seksual pada anak adalah suatu tindakan kejahatan pada anak dimana anak
dibawah umur diajak untuk hubungan seksual dan tanpa persetujuan. Faktor
resikonya yaitu, keadaan dimana individu kurang berpendidikan, pendapatan rendah,
mental ilnes, dan korban kekerasan. Tanda anak mengalami kekerasan seksual yaitu
kesulitan berjalan atau duduk, darah pada pakaian dalam, kesakitan,
kegatalan,memar, bengkak di area kemaluan, peradangan saluran kencing. Aspek
hukum kekerasan seksual pada anak ini diatur, Pasal 287 KUHP, UU No. 35 Tahun
2014 tentang Perlindungan Pada Anak, dan UU thn 1979 no. 4 ayat (2) pasal 1.
Dampak yang muncul pada kekerasan anak ini yaitu, kehilangan kepercayaan diri,
depresi, trauma, merasa tidak berdaya, sulit bersosialisasi, dan terdapat gangguan
psikologis
Kekerasan fisik pada anak yaitu, kekerasan yang dilakukan secara sengaja pada anak
untuk meluapkan emosi atau sebagai hukuman untuk anak. Tanda anak mengalami
kekerasan fisik yaitu memar lama, jejak ikatan, indikator perilaku berbeda disekolah
dan tertutu. Aspek hukum yang mengaturnya yaitu, UU No.23 Tahun 2003 tentang
perlindungan anak pasal 80 dan pasal 13, dan UU No.35 Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Anak pasal 80. Dampak yang kemungkinan muncul yaitu anak luka
sampai mengalami cacat fisik, anak menutup diri, sulit percaya pada orang lain,
depresi, dan prestasinya menurun.
KESEHATAN JIWA DI LAYANAN PRIMER
dr. Junny Setyawati, M.KM
Rabu, 10 Juni 2020 13.00-15.00 WIB
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental yang sejahtera yang memungkinkan
hidup, harmonis, dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup
seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Ciri seseorang
sehat jiwa yaitu menyadari kemampuan dirinya, mampu menghadapi stress
kehidupan yang wajar, mampu bekerja dan memenuhi kebutuhan hidupnya, berperan
dalam lingkungan hidup, menerima apa yang ada pada dirinya, merasa nyaman
dengan orang lain.
Orang yang sehat jiwa menurut WHO ada 8 yaitu yaitu:
1. mampu menyesuaikan diri secara konstruktif terhadap kenyataan walaupun
kenyataan itu tidak baik.
2. Mendapatkan kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
3. Merasa lebih puas ketika memberi daripada menerima.
4. Merasa lebih bebas dari kecemasan dan ketegangan.
5. Mampu berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan
memuaskan.
6. Bisa menerima kekecewan untuk dipakainya sebagai pelajaran di kemudian hari.
7. Dapat mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstuktif,
8. mempunyai rasa kasih sayang yang besar.
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan pada individu dan
atau hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya.
Pemberian makan pada anak itu mulai pada usia 6 bulan, anak diberikan MPASI
(karbohidrat, protein utamakan sumber hewani, buah, sayur, dan lemak) dan ASI
pun tetap diberikan. Apabila ASI tidak cukup, tetap berikan ASI dan evaluasi
selama 1-2 minggu, lihat kenaikan berat badan sesuai target/tidak, apabila BB
sesuai target lanjutkan ASI sambal memantau kenaikan BB, dan apabila BB tidak
sesuai target tetap lanjutkan ASI pada usia < 4 bulan tambah ASI dengan ASI
donor atau dengan susu formula, dan pada usia 4-6 bulan tambah ASI dengan
MPASI. Anak ini tiap bulan BB harus naik minimal 500 gram/bulan, apabila BB
tak tercapai bisa mengakibatkan anak gagal tumbuh, gagal tumbuh ini akan
mengakibatkan kecerdasaannya terganggu, dan pertumbuhan fisiknya terganggu
contohnya seperti stunting.
Asupan gula dan garam pada anak ini harus diperhatikan, pada usia < 2 tahun
asupan gula yang disarankan yaitu gula alami dari buah, dan asupan garam pada
anak 0-12 bulan < 1 gram/hari (< 400 mg Na), dan pada usia 1-3 tahun < 2
gram/hari (< 800 mg).
Cara penilaian status gizi yaitu, anamnesia (asupan makanan, pola makan,
toleransi makan, perkembangan oromotor, motoric halis dan kasar, perubahan
BB, factor social, dan kondisi klinis), pemeriksaan fisik (penimbangan BB,
pengukuran PB/TB, keadan umum, tanda spesifik), antropometri, dan
laboratorium (sesuai indikasi klinis).
Penentu status gizi yaitu berdasarkan berat badan, panjang badan/tinggi badan
(BB/PB atau BB/TB) acuanya < 5 tahun grafik WHO 2006, >5 tahun grafik CDC
2000. Penentuan status gizi apabila didapat > +3 SD artinya obesitas, > +2
sampai +3 SD artinya overwight, + 2 SD hingga -2 SD artinya normal, < -2
hingga -3 SD artinya gizi kurang, < -3 SD artinya gizi buruk.
Tatalaksana gizi buruk terdiri dari: prinsip dasar rutin KEP berat (10 langkah
utama), pengobatan penyakit penyerta, kegagalan pengobatan, penderita pulang
sebelum rehabilitasi tuntas, dan tindakan pada kegawatan.
10 langkah utama prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat meliputi: atasi/cegah
hipoglikemia, atasi/cegah hipotermia, atasi/cegah dehidrasi, koreksi gangguan
keseimbangan elektrolit, obati/cegah infeksi, mulai pemberian makanan, koreksi
defisiensi nutrien mikro, fasilitas tumbuh-kejar (catch up growth), lakukan
stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental, dan siapkan dan rencanakan
tindak lanjut setelah sembuh.
DASAR PENGOBATAN PSIKIATRI PADA ANAK DAN REMAJA
dr. Hermansyah Sp.KJ
Kamis, 11 Juni 2020 10.00-12.00 WIB
Farmakokinetik obat psikiatri untuk anak atau remaja, anak-anak memiliki
ekstraksi obat yang lebih besar dalam melewati hepar, bioavailabilitas yang lebih
rendah, dan metabolisme dan eliminasi yang lebih cepat. Sistem CYP 450 belum
matang saat lahir tetapi kapasitas metabolisme meningkat dengan cepat. Conyoh
obat yang bisa diberikan yaitu methylphenidate dalam kondisis ADHD diberikan
pada anak berusia >6 tahun. Fluoxetine adalah obat yang diberikan untuk
penderita depresi berat dan diberikan kepada anak yang berusia >8 tahun.
Sertraline diberikan kepada penderita OCD dengan usia >6 tahun.
1. Goldman HH. Review Of General Psychiatry. 5th ed. New York (NY). Lange
Medical Books. 2011.
2. Holland AJ. Classification, Diagnosis, Psychiatris Assessment, And Needs
Assessment Oxford Textbook Of Psychiatry. Oxford University Press. 2010
3. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan 2. Jakarta : Ilmu
Kedokteran Jiwa Unika Atmaja Jaya ; 2013
4. Neal M. Medical Pharmacology at a Glance. Seventh Edition. London:
Willey-Blackwell; 2012.
5. Marchdante, Karen J. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi ke-6.
Singapur; Elsevier; 2018.