Anda di halaman 1dari 76

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

TENTANG ANAK BERKEBUTUHAN


KHUSUS
KELOMPOK 5

1.ANNISA ANASTASYA PUTRI


2.SALSABILA MALIBAY
3.VERONICA
4.YOLA PERMATASARI
A.Konsep dasar autisme
A.Defenisi autisme

Secara harfiah autisme berasal dari kata autos (diri) sedangkan isme
(paham/aliran).autisme secara etimologi adalah anak yang memiliki gangguan
perkembangan dalam dunianya sendiri. Beberapa pengertian autis menurut para ahli adalah
sebagai beriku :
Autisem merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak mengalami
kesendirian kecendrungan menyendiri. Leo kanker handojo 2003)
b.Klasifikasi

Autisme dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian berdasarkan


gejalanya:
1. Autis ringan
2. Autis sedang
3. Autis berat
c.Etiologi

Penyebab autis menurut banyak pakar telah disepakati bahwa pada


otak anak autis dijumpai suatu kelainan pada otaknya Banyak teori
yang diajukan oleh para pakar, kekurangan nutrisi dan oksigen juga
mempengaruhi Terjadi kelainan struktur sel otak yang disebabkan virus
rubella toxoplasma perdarahan.faktor genetic yaitu adanya gen
tertentu yang mengakibatkan kerusakan pada system limbic.

1. Menurut teori psikososial


Beberapa ahli (kanner dan Bruno bettelhem) autism di anggap sebagai
akibat hubungan yang dingin tidak akrab antara ibu dan anak bias juga
dikatakan dengan pengasuh yang emosional dan kaku.

2. Teori biologis
Factor genetic: keluarga yang terdapat anak autistic memiliki resiko
yang lebih tinggi disbanding popilasi keluarga normal. Prenatal
perdarahan pada kehamilan awal obat-obatan gangguan
pernapasan,atau anemia. Struktur dan biokomiawi kelainan pada
cerebellum. Neuro anatomi: disfungsi pada sel otak selama kandungan
yang mungkin terjadi gangguan oksigenasi perdarahan,atau infeksi.
d.Patofisiologi

●Sel saraf otak (neuron terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan implus listrik
(akson)serta serabut untuk menerima implus listrik (dendrit) sel saraf terdapat dilapisan
luar otak yang berwarna kelabu (korteks) akson dibungkus selaput bernama meilen
terletak di bagianotak berwarna putih sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.

●Semakin banyak sinaps terbentuk anak semakin cerdas pembentukan akson. denrit dan
sinaps, sangat tergantung pada stimulasi dan lingkungan, bagian otak yang digunakan
dalam belajar menunjukan pertambahan akson,denrit,dansinaps, sedangkan bagian otak
yang tak digunakan menunjukan kematian sel berkurangnya akson, dentit dan sinaps.
Kelainan genetis keracunan logam berat dan nutrisi yang tidak adekuat dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pada proses proses tersebut sehingga akan
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf. Pada pemeriksaan darah bayi yang
baru lahir diketahui pertumbuhan abnormal pada penderita autisme dipicu oleh
berlebihnya neurotropin dan neuropeptide otak peningkatan neurokimia otak secara
abnormal menyebabkan pertumbuhan abnormal pada daerah tertentu pada gangguan
autisme terjadi kondisi growth without guidance, dimana bagian-bagian otak tumbuh
dan mati secara tidak beraturan pertumbuhan abnormal bagian otak tersebut menekan
pertumbuhan sel saraf.
e.Pathway
f.Manifestasi klinis
1.Gangguan dalam momunikas verbal maupun non verbal
2.Gangguan dalam bidang interaksi sosial
3.Gangguan dalam bermain
4.Gangguan prilaku
5.Gangguan perasan dan emosi

g.Pemeriksaan diagnostik
1.Childhood autism rating scale(CARS)
2.The cheeklis for autism in toddles (CHAT)
3.The autism screening questipnnaire
4.The screening test for autism in twoyears old
h.Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada autisme bertujuan untuk:
1. Terapi wicara untuk melancarkan otot-oto mulut agar dapat
berbicara lebih baik.
2. Terapi okupasi untuk melatik motoric halus anak.
3. Terapi bermain untuk melatih mengajarkan anak melalui belajar
sambil bermain.
4. Terapi obat-obatan untuk menenangkan anak melalui pemberian
obat-obat oleh dokter yang berwewenang.
5. Sensory integration therapy: untuk melatih kepekaan atau kodinasi
daya indra anak autis (pendengaran penglihatan, dan perabaan).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT AUTIS
1.PENGKAJIAN
a. Identitas : Nama, umur tempat tinggal
b. Jenis kelamin
c. Anak ke
Jumlah anak yang banyak dalam keluarga dengan keadaan sosial ekonomi cukup, akan
mengakibatkan kurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima. Belum ditambah lagi
bila jarak kelahiran antara anak yang satu dengan anak yang lain teralu dekat
d. Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak-anak sedini mungkin, karena dengan
memahami agama akan menuntun umatnya untuk berbuat kebaikan dan kebajikan.
e. Penanggung jawab
1. Nama orang tua sebagai penanggung jawab.
2. Pendidikan Ayah/Ibu
3. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak karena
dengan pendidikan yang lebih baik, maka orangtua dapat menerima informasi tentang
kesehatan anaknyaPendapatan Keluarga Pendapatan keluarga yang memadai, dapat
menunjang tumbuh kembang anak karena orangtua dapat menyediakan segala kebutuhan
anak.
4. Alamat Adanya alamat tempat tinggal akan memudahkan jika sewaktu- waktu dibutuhkan
untuk berbagai kepentingan, Maka dari itu, oangtua sebaiknya mulai mengenalkan alamat
tempat tingal mereka kepada anak
f. Riwayat Kesehatan Anak Masa Lalu
Riwayat kesehatan anak masa lalu, berhubungan erat dengan riwayat kesehatan ibu pada masa
sebelum terjadinya kehamilan maupun saat hamil. Dikarenakan, gizi ibu hamil sebelum
terjadinya kehamilan maupun sedang hamil
g. Riwayat Parental (Riwayat Kesehatan Ibu)
Riwayat Kesehatan Ibu berhubungan erat dengan terpenuhi atau tidaknya gizi ibu hamil
sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang hamil. Menghambat pertumbuhan otak janin,
anemia pada bayi baru lahir, BBLR mudah terkena infeksi, abortus, dan lain-lain.
h. Riwayat Kelahiran
Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu sistem yang teratur yang sebagian
besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan
genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Masa prenatal yaitu masa antara 28
minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan, merupakan masa awal dalam proses
tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak.
i. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat menularkan pada bayinya. Juga
faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang Riwayat
Tumbuh Kembang
j. Riwayat Tumbuh Kembang
Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai hal yang berhubungan
dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik,
mental, dan sosial, juga menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang dan
kemungkinan penanganan yang efektif serta mencegah dan mencari penyebabnya
k. Riwayat Imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari penyakit penyakit tertentu yang bisa
menyebabkan kecacatan dan kematian. Dianjurkan anak sebelum umur 1 tahun sudah mendapat
imunisasi
l. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1. Nutrisi/Gizi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya seperti:
protein, lemak, karbohidrat dan mineral serta vitamin
2. Eliminasi BAB/BAK
Anak umur 1,5-2 tahun berhenti mengompol pada siang hari. Usia 2.5- 3 tahun berhenti
mengompol pada malam hari. Anak perempuan lebih dulu berhenti mengompol, dicari
penyebabnya. Toilet training (latihan defekasi perlu dimulai, supaya evakuasi sisa makanan
dilakukan secara teratur, sehingga mempermudah kelancaran pemberian makanan)
3. Istirahat dan tidur
Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya. Karena kegiatan fisiknya mulai
meningkat, seperti bermain. Namun. kebutuhan tidur anak sebaiknya tetap dipenuhi antara 2
hingga 3 jam tidur siang dan 7 hingga 8 jam pada saat malam hari
4. Olahraga dan Rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan mulai perkembangan otot-otot
5. Personal Hygiene
Personal Hygiene menyangkut cara anak membersihkan diri. Upaya ini dapat dilakukan anak dengan
mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, potong kuku kali seminggu, membersihkan mulut dan gigi
6. Tanda-tanda vital
Tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi
2.Diagnosa Keperawatan

1.D.0085 Gangguan Persepsi Sensori b.d Hipoksia serebral d.d Mendengarka suara bisikan atau
melihat banyangan, merasakan sesuatu malalui indera perabaan,penciuman,perabaan
atau pengecapan, Distorsi sensori, Respons tidak sesuai, Bersikap seolah melihat,
mendengar, mengecap, meraba, atau mencium sesuatu, Menyatakan kesal, menyendiri,
Melamun, Konsentrasi buruk, Disorientasi wkatu,tempat,orang atau situasi, Curiga, Melihat
satu arah, mondar-mandir, Bicara sendiri.
2.D.0106 Gangguan Tumbuh Kembang b.d Defisiensi stimulus, tidak mampu melakukan
keterampilan atau perilaku khas sesuai usia(fisik,bahasa,motorik,psikososial),
Pertumbuhan fisik terganggu, tidak mampu melakukan perawatan diri sesuai usia, efek
datar, Respon. Sosial lambat, Kontak mata terbatas, Nafsu makan menurut, lesu, Mudah
marah, Regresi, Pola tidur terganggu (pada bayi)
3.D.0118 Gangguan interaksi sosial b.d Hambatan perkembangan/maturasi d.d merasa tidak
nyaman dengan situasi sosial, merasa sulit menerima atau mengkonsumsikan perasaan,
kurang responsif atau tertarik pada orang lain, tidak berminat melakukan kontak emosi
dan fisik, Sulit mengungkapan kasih sayang, Gejala cemas berat, Kontak mata kurang,
Ekspresi wajah tidak responsif, tidak kooperatif dalam bermain dan berteman dengan
sebaya, perilaku tidak sesuai.
4.D.0119 Gangguan komunikasi verbal b.d Hambatan paikologis (mis gangguan psikolik,
gangguan konsep diri, harga diri rendah, gangguan emosi), Tidak mampu berbicara
atau mendenga, menunjukan respon tidak sesuai, Afasia, Disfasia, Apraksia, Disleksia,
Disartria, Afonia, Dislalia, Pelo, Gagap, Tidak ada kontak mata, Sulit memahami
komunikasi, Sulit mempertahankan komunikasi, Sulit menggunakan ekspresi wajah
atau tubuh, Tidak mampu menggunakan ekspresi wajah atau tubuh, Sulit menyusun
kalimat, Verbalisasi tidak tepat, Sulit mengungkapkan kata-kata, Disorientasi orang,
ruang, waktu, Defisit penglihatan, Delusi
3.Intervensi keperawatan

diagnosa 1
D.0085 Gangguan Persepsi Sensori b.d Hipoksia serebral d.d Mendengarka suara bisikan atau
melihat banyangan, merasakan sesuatu malalui indera perabaan, penciuman, perabaan
atau pengecapan, Distorsi sensori, Respons tidak sesuai, Bersikap seolah melihat,
mendengar, mengecap, meraba, atau mencium sesuatu, Menyatakan kesal, menyendiri,
Melamun, Konsentrasi buruk, Disorientasi wkatu,tempat,orang atau situasi, Curiga, Melihat
satu arah, mondar-mandir, Bicara sendiri.
SLKI
Setelah dilakukan perawatan selama …X… jam maka Persepsi Sensori Membaik dengan kriteria
hasil :
Verbalisasi mendengarkan bisikan ( Meningkat )
Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indra perabaan ( Meningkat )
Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indra penciuman ( Meningkat )
Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indra perabaan ( Meningkat ) Verbalisasi merasakan
sesuatu melalui indra pengecapan ( Meningkat ),Distorsi sensori ( Meningkat ),Perilaku,halusinasi
,( Meningkat ),Menarik diri ( Meningkat )
Malamun ( Meningkat ),Curiga ( Meningkat ),Mondar mandir ( Meningkat )
Respon sesuai stimulus ( Meningkat )
SIKI
1.09288 Manajemen Halusinasi
Tindakan
Observasi
• Monitor perilaku yang menginakasi halusinasi
• Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan
• Monitor Isi halusinasi (mis, kekerasan atau membahayakan diri)
Terapeutik
• Pertahankan lingkungan yang aman
• Lakukan tindakan kesolamalan ketika tidak dapat mengontrol pembatasan wilayah, pengekangan
fisik, seklusi)
• Diskusikan perasaan dan respons terhadap halusinasi
• Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi
Edukasi
• Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi
• Anjurkan blcara pada orang yang dipercaya untuk memberi dukungan dan umpan balik korektif
terhadap halusinasi
• Anjurkan melakukan distraksi (mis. mendengarkan musik, melakukan aktivitas dan teknik
relaksasi)
• Ajarkan pasion dan keluarga cara mengontrol halusinasi
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas, jika perlu
Diagnosa 2
D.0106 Gangguan Tumbuh Kembang b.d Defisiensi stimulus, tidak mampu melakukan keterampilan
atau perilaku khas sesuai usia (fisik, bahasa, motorik, psikososial ), Pertumbuhan fisik terganggu, tidak
mampu melakukan perawatan diri sesuai usia, efek datar, Respon. Sosial lambat, Kontak mata terbatas,
Nafsu makan menurut, lesu, Mudah marah, Regresi, Pola tidur terganggu (pada bayi)

SIKI
Setelah dilakukan perawatan selama …X… jam maka Status Perkembangan Membaik dengan kriteria
hasil :
Keterampilan/perilaku sesuai usia ( Meningkat ),Kemampuan melakukan perawatan diri ( meningkat
),Respon
sosial ( meningkat ),Kontak mata ( meningkat ),Kemarahan ( menurun ),Regresi ( menurun ),Afek (
membaik )
Pola tidur ( membaik )

SLKI
L.10339 Perawatan Perkembangan
Tindakan
Observasi
• Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
• Identifikasi isyarat pentaku dan fislologis yang ditunjukkan bayi (mis. lapar, tidak nyaman)
Terapeutik
• Pertahankan sentuhan seminimal mungkin pada bayi prematur
• Berikan sentuhan yang bersifat gentle dan tidak ragu-ragu
• Minimalkan nyeri
• Minimalkan kebisingan ruangan
• Pertahankan Engkungan yang mendukung perkembangan
• Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
• Sediakan aktivitas yang memotivasi anak berinteraksi dengan anak lainnya
• Fasilitasi anak barbagi dan bergantian/bargilir
• Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan positif atau umpan balik atas usahanya
• Pertahankan kenyamanan anak
• Fasilitas anak melatih keterampilan pomenuhan kebutuhan secara mandiri (mis. makan,sikat gigi, cuci
tangan, memakai baju)
• Bemyanyi bersama anak tagu-lagu yang disukai
• Bacakan centa atau dongeng
• Dukung partisipasi anak di sekolah, ekstrakurikuler dan aktivitas komunitas
Edukasi
• Jelaskan orang tua dan/atau pengasuh tentang milestone perkembangan anak dan perilakuanak
• Anjurkan orang tua menyentuh dan menggendong bayinya
• Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya Ajarkan anak keterampilan berinterakst
• Ajarkan anak teknik asert

Kolaborasi
• Rujuk untuk konseling, jika perlu
DIAGNOSA 3
D.0118 Gangguan interaksi sosial b.d Hambatan perkembangan/maturasi d.d merasa tidak nyaman
dengan situasi sosial, merasa sulit menerima atau mengkonsumsikan perasaan, kurang responsif atau
tertarik pada orang lain, tidak berminat melakukan kontak emosi dan fisik, Sulit mengungkapan kasih
sayang, Gejala cemas berat, Kontak mata kurang, Ekspresi wajah tidak responsif, tidak kooperatif dalam
bermain dan berteman dengan sebaya, perilaku tidak sesuai.

SIKI
Setelah dilakukan perawatan selama …X… jam maka Interaksi Sosial Membaik dengan kriteria hasil :
• Perasaan nyaman dengan situasi sosial ( meningkat )
• Perasaan mudah menerima atau mengkomunikasikan perasaan ( meningkat )
• Responsif pada orang lain ( meningkat )
• Perasaan tertarik pada orang lain ( meningkat )
• Minat melakukan kontak emosi ( meningkat )
• Minat melakukan kontak fisik ( meningkat )
• Verbalisasi kasih sayang ( meningkat )
• Kontak mata ( meningkat )
• Ekspresi wajah responsif ( meningkat )
• Kooperatif dalam bermain dengan sebaya ( meningkat )
• Kooperatif dengan teman sebaya ( meningkat )
• Perilaku sesuai usia ( meningkat )
• gejala cemas ( menurun )
SLKI
Modifikasi Perilaku Keterampilan Sosial 1.1348
Tindakan
Observasi
• Identifikasi penyebab kurangnya keterampilan sosial
• Identifikasi fokus pelatihan keterampilan soal

Terapeutik
• Motivasi untuk beraih keterampilan sosial
• Beri umpan balik positif (mis pujian atau penghargaan) terhadap kemampuan sosialisasi
• Libatkan keluarga selama latihan keterampilan sosial, jika perlu

Edukasi
• Jelaskan tujuan melatih keterampilan sosial
• Jelaskan respons dan konsekuensi keterampilan sosial
• Anjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah yang dialami
• Anjurkan mengevaluasi pencapaian setiap Interakci
• Edukasi keluarga untuk dukungan ketrampilan sosial
• Latih keterampilan sosial secara bertahap
DIAGNOSA 4
D.0119 Gangguan komunikasi verbal b.d Hambatan paikologis (mis gangguan psikolik, gangguan
konsep diri, harga diri rendah, gangguan emosi), Tidak mampu berbicara atau mendenga, menunjukan
respon tidak sesuai, Afasia, Disfasia, Apraksia, Disleksia, Disartria, Afonia, Dislalia, Pelo, Gagap, Tidak
ada kontak mata, Sulit memahami komunikasi, Sulit mempertahankan komunikasi, Sulit menggunakan
ekspresi wajah atau tubuh, Tidak mampu menggunakan ekspresi wajah atau tubuh, Sulit menyusun
kalimat, Verbalisasi tidak tepat, Sulit mengungkapkan kata-kata, Disorientasi orang, ruang, waktu,
Defisit penglihatan, Delusi

SIKI
l.13118
Setelah dilakukan perawatan selama …X… jam maka Komunikasi verbal meningkat Dengan kriteria
hasil
Kemampuan berbicara meningkat,Kemampuan mendengar Meningkat,Kesesuaian ekspresi
meningkat,wajah/tubuh Kontak mata meningkat,Afasia menurun,Disfasia menurun,Apraksia Disleksia
menurun,Disatria menurun,Afonia menurun,Disialia menurun,Pelo menurun,Gagap menurun,Respons
perilaku membaik,Pemahaman komunikasi membaik
SLKI

Promosi Komunikasi Defisif Pendengaran 1.13493


Tindakan
Observasi
• Periksa kemampuan pendengaran -Mortor skumulasi serumen berlebihan
• Identifikasi metode komunikasi yang disukal pasien (mis Sisan, tulisan, gerakan bibir, bahasa Isyarat)

Terapautik
• Gunakan bahasa sederhana
• Gunakan bahasa isyarat, jika perlu
• Verifikasi apa yang dikatakan atau ditulis pasien
• Fastitasi penggunaan alat bantu dengar
• Berhadapan dengan pissien secara langsung selama berkomunikasi Pertahankan kontak mata selama
berkomunikasi
• Hindari manokok, mengunyah makanan atau permen karet, dan menutup mulut saat berbicara Hindari
kebisingan saat berkomunikasi
• Hindari berkomunikasi lebih dari 1 moter dari pasion Lekukan Irigas telinga, jika perlu
• Pertahankan kebersihan telinga

Edukasi
• Anjurkan menyampaikan pesan dengan isyarat
• Anjurkan cara membersihkan serumen dengan tepat
4.Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan.

5.Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intevensi yang telah direncanakan.
B KONSEP DOWN SYNDROM
a.Definisi

Sindrom down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak
yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk
akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi
pembelahan. Sindrom Down merupakan kelainan genetik yang terjadi pada kromosom 21
yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Karena ciri-ciri yang
tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar
menyerupai orang mongolid maka sering juga dikenal dengan mongolisme.Anak down
syndrome pada umumnya mempunyai kekhasan yang bisa dilihat secara fisik selain dengan
pemeriksaan jumlah kromosomnya. Tanda-tanda fisik ini bervariasi mulai dari yang tidak
tampak sama sekali, tampak minimal sampai dengan terlihat dengan jelas.
b.Etiologi

Anak dengan down syndrome memiliki kelebihan jumlah kromosom 21 (3)


kromosom) di dalam tubuhnya yang kemudian disebut trisomi 21. Adanya
kelebihan kromosom menyebabkan perubahan dalam proses normal yang
mengatur embriogenesis. Materi genetik yang berlebih tersebut terletak pada
bagian lengan bawah dari kromosom 21 dan interaksinya dengan fungsi gen
lainnya menghasilkan suatu perubahan homeostasis yang memungkinkan
terjadinya penyimpangan perkembangan fisik ( kelainan tulang). SSP (penglihatan,
pendengaran ) dan kecerdasan yang terbatas. Pada kebanyakan kasus karena
kelebihan kromosom (47 kromosom, normal 46, dan kadang-kadang kelebihan
kromosom tersebut berada ditempat yang tidak normal)
c.Faktor kelainan kromosom

Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom :


1. Genetik
3. Infeksi Dan Kelainan Kehamilan
4. Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibu
5. Usia Ibu
6.Usia ayah

Anak syndrom down akan mengalami beberapa hal berikut:


1. Gangguan tiroid
2. Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa
3. Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea
4. Usia 30 tahun menderita demensia (hilang ingatan, penurunan kecerdasan
danperubahan kepribadian).
d.Gejala dan ciri down syndrome

Gejala yang biasanya merupakan keluhan utama dari orang tua adalah retardasi
mental atau keterbelakangan mental (disebut juga tunagrahita), dengan IQ antara
50-70, tetapi kadang-kadang IQ bias sampai 90 terutama pada kasus-kasus yang
diberi latihan. Pada bayi baru ahir, dokter akan menduga adanya Sindrom Down
karena gambaran wajah yang khas, tubuhnya yang sangat lentur, biasanya otot-
ototnya sangat lemas, sehingga menghambat perkembangan gerak bayi. Pada saat
masih bayi tersebut sulit bagi seorang dokter untuk menentukan diagnosisnya,
apalagi orang tuanya juga mempunyai mata yang sipit atau kecil. Untuk memastikan
diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan kromosom dari sel darah putih

Ciri-ciri fisik anak down syndrome adalah sebagai berikut:


a) Bentuk kepala yang relatif kecil dengan bagian belakang yang tampak mendatar
(peyang)
b) Bentuk mata yang miring dan tidakpunya lipatan di kelopak mata
Gejala – Gejala :

1. Anak-anak yang menderita kelainan ini umumnya lebih pendek dari anak yang
umurnya sebaya.
2. Kepandaiannya lebih rendah dari normal.
3. Lebar tengkorak kepala pendek, mata sipit dan turun, dagu kecil yang mana lidah
kelihatan menonjol keluar dan tangan lebar dengan jari-jari pendek
4. Pada beberapa orang, mempunyai kelaianan jantung bawaan.

Juga sering ditemukan kelainan saluran pencernaan seperti atresia esofagus


(penyumbatan kerongkongan) dan atresia duodenum, jugaa memiliki resiko tinggi
menderita leukimia limfositik akut. Dengan gejala seperti itu anak dapat mengalami
komplikasi retardasi mental, kerusakan hati, bawaan, kelemahan neurosensori, infeksi
saluran nafas berulang, kelainan Gl.
e.Patofisiologi

Semua individu dengan sindrom down memiliki tiga salinan kromosom 21. sekitar 95%
memiliki salinan kromosom 21 saja. Sekitar 1% individu bersifat mosaic dengan
beberapa sel normal. Sekitar 4 % penderita sindrom dowm mengalami translokasi
pada kromosom 21. Kebanyakan translokasi yang mengakibatkan sindrom down
merupakan gabungan pada sentromer antara kromosom 13, 14, 15. jika suatu
translokasi berhasil diidentifikasi, pemeriksaan pada orang tua harus dilakukan untuk
mengidentifikasi individu normal dengan resiko tinggi mendapatkan anak abnormal.
e.Pathway
f.Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui


amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan.
Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau
mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau
perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan
sindrom down lebih tinggi. Sindrom down tidak bisa dicegah, karena DS merupakan
kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlah kromosm 21 yang
harusnya cuma 2 menjadi 3. Penyebabnya masih tidak diketahui pasti, yang dapat
disimpulkan sampai saat ini adalah makin tua usia ibu makin tinggi risiko untuk
terjadinya DS.Diagnosis dalam kandungan bisa dilakukan, diagnosis pasti dengan
analisis kromosom dengan cara pengambilan CVS (mengambil sedikit bagianjanin
pd plasenta) pada kehamilan 10-12 minggu) atau amniosentesis (pengambilan air
ketuban) pada kehamilan 14-16 minggu.
g.Penanganan

1.Penanganan Secara Medis


Cara medik tidak ada pengobatan pada penderita ini karena cacatnya pada sel
benih yang dibawa dari dalam kandungan. Pada saat bayi baru lahir, bila diketahui
adanya kelemahan otot, bisa dilakukan latihan otot yang akan membantu
mempercepat kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak. Penderita ini bisa
dilatih dan dididik menjadi manusia yang mandiri untuk bisa melakukan semua
keperluan pribadinya sehari-hari seperti berpakaian dan buang air, walaupun
kemajuannya lebih lambat dari anak biasa.

2.Intervensi Dini
Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi
lingkunga yang memeadai bagi anak dengan syndrom down, bertujuan untuk latihan
motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain itu agar
ankak mampu mandiri sperti berpakaian, makan, belajar, BAB BAK, mandi, yang akan
memberi anak kesempatan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT DOWN SYNDROM
1.PENGKAJIAN
a. Identitas : Nama, umur tempat tinggal
b. Jenis kelamin
c. Anak ke
Jumlah anak yang banyak dalam keluarga dengan keadaan sosial ekonomi cukup, akan
mengakibatkan kurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima. Belum ditambah lagi
bila jarak kelahiran antara anak yang satu dengan anak yang lain teralu dekat
d. Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak-anak sedini mungkin, karena dengan
memahami agama akan menuntun umatnya untuk berbuat kebaikan dan kebajikan.
e. Penanggung jawab
1. Nama orang tua sebagai penanggung jawab.
2. Pendidikan Ayah/Ibu
3. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak karena
dengan pendidikan yang lebih baik, maka orangtua dapat menerima informasi tentang
kesehatan anaknyaPendapatan Keluarga Pendapatan keluarga yang memadai, dapat
menunjang tumbuh kembang anak karena orangtua dapat menyediakan segala kebutuhan
anak.
4. Alamat Adanya alamat tempat tinggal akan memudahkan jika sewaktu- waktu dibutuhkan
untuk berbagai kepentingan, Maka dari itu, oangtua sebaiknya mulai mengenalkan alamat
tempat tingal mereka kepada anak
f. Riwayat Kesehatan Anak Masa Lalu
Riwayat kesehatan anak masa lalu, berhubungan erat dengan riwayat kesehatan ibu pada masa
sebelum terjadinya kehamilan maupun saat hamil. Dikarenakan, gizi ibu hamil sebelum
terjadinya kehamilan maupun sedang hamil
g. Riwayat Parental (Riwayat Kesehatan Ibu)
Riwayat Kesehatan Ibu berhubungan erat dengan terpenuhi atau tidaknya gizi ibu hamil
sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang hamil. Menghambat pertumbuhan otak janin,
anemia pada bayi baru lahir, BBLR mudah terkena infeksi, abortus, dan lain-lain.
h. Riwayat Kelahiran
Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu sistem yang teratur yang sebagian
besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan
genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Masa prenatal yaitu masa antara 28
minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan, merupakan masa awal dalam proses
tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak.
i. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat menularkan pada bayinya. Juga
faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang Riwayat
Tumbuh Kembang
j. Riwayat Tumbuh Kembang
Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai hal yang berhubungan
dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik,
mental, dan sosial, juga menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang dan
kemungkinan penanganan yang efektif serta mencegah dan mencari penyebabnya
k. Riwayat Imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari penyakit penyakit tertentu yang bisa
menyebabkan kecacatan dan kematian. Dianjurkan anak sebelum umur 1 tahun sudah mendapat
imunisasi
l. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1. Nutrisi/Gizi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya seperti:
protein, lemak, karbohidrat dan mineral serta vitamin
2. Eliminasi BAB/BAK
Anak umur 1,5-2 tahun berhenti mengompol pada siang hari. Usia 2.5- 3 tahun berhenti
mengompol pada malam hari. Anak perempuan lebih dulu berhenti mengompol, dicari
penyebabnya. Toilet training (latihan defekasi perlu dimulai, supaya evakuasi sisa makanan
dilakukan secara teratur, sehingga mempermudah kelancaran pemberian makanan)
3. Istirahat dan tidur
Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya. Karena kegiatan fisiknya mulai
meningkat, seperti bermain. Namun. kebutuhan tidur anak sebaiknya tetap dipenuhi antara 2
hingga 3 jam tidur siang dan 7 hingga 8 jam pada saat malam hari
4. Olahraga dan Rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan mulai perkembangan otot-otot
5. Personal Hygiene
Personal Hygiene menyangkut cara anak membersihkan diri. Upaya ini dapat dilakukan anak dengan
mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, potong kuku kali seminggu, membersihkan mulut dan gigi
6. Tanda-tanda vital
Tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi
2.Diagnosa

1. D.0142 Risiko Infeksi d.d Imununosupresi


2. D. 0136 Risiko Cedera d.d Terpapar patogen, Perubahan fungsi kognitif
3. D. 0063 Gangguan Menelan b.d Gangguan serebrovaskular d.d Mengeluh sulit
menelan, Batuk sebelum menelan, Batuk setelah makan atauminum, Tersedak,
Makanan tertinggal di rongga mulut, Bolus masuk terlalu cepat, Refluks nasal,
Tidak mampu membersihkan rongga mulut, Makanan jatuh dari mulut
3.Intervensi keperawatan

Diagnosa 1

D.0142 Risiko Infeksi d.d Imununosupresi

SLKI

L.14136

Setelah melakukan Perawatan selama …X… Tingkat cedera Meningkat Dengan kriteria hasil:

Toleransi aktivitas meningkat,Nafsu makan meningkat,Toleransi makanan meningkat,Kejadian cedera


menurun,Luka/lecet Ketegangan otot menurun,Fraktur menurun,Perdarahan menurun,Ekspresi wajah
kesakitan menurun,Agitas menurun,Iritabilitas menurun,Gangguan mobilitas menurun,Gangguan
kognitif menurun,Tekanan darah membaik,Frekuensi nadi membaik,Frekuensi napas membik,Denyut
jantung apikal membaik,Denyut jantung radialis membaik,Pola istirahat/tidur membaik
SlkI

I. 14508
Manajemen Imunisasi/Vaksinasi
Tindakan
Observesi
• Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
• Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi (mis. reaksi anafilaksis terhadap vaksin
• sebelumnya dan atau sakit parah dengan atau tanpa demam)
• Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan kesehatan
Terapeutik
• Berikan suntikan pada bayi di bagian paha anterolateral
• Dokumentasikan informasi vaksinasi (mis, nama produsen, tanggal kedaluwarsa)
• Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
Edukasi
• Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal, dan efek samping
• Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah (mis. Hepatitis B, BCG, difteri, letanus, pertusis,
H.Influenza, polio, campak, measles, rubela)
• Informasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namun saat ini tidak diwajibkan
pemerintah(mis. influenza, pneumokokus)
• Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus (mis. rabies, tetanus)
• Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti mengulang jadwal imunisasi kembali
• Informasikan penyedia layanan Pekan Imunisasi Nasional yang menyediakan vaksin gratis
Diagnosa 2

D. 0136 Risiko Cedera d.d Terpapar patogen, Perubahan fungsi kognitif

SlKI

L. 14136
Setelah dilakukan perawatan selama …x… tingkat cedera menurun dengan kriteria hasil:
Toleransi aktivitas menurun,Nafsu makan menurun,Toleransi makanan menurun,
Kejadian cedera meningkat,luka / lecet meningkat,ketegangan otot meningkat
fraktur meningkat,perdarahan meningkat,ekspresi wajah kesakitan meningkat
agitas meningkat,iritabilitas meningkat,gangguan mobilitas meningkat,
gangguan kognitif meningkat,tekanan darah memburuk
frekuensi nadi memburuk, frekuensi napas memburuk,denyut jantung apikal memburuk
denyut jantung radialis memburuk,pola istirahat/tidur memburuk
SIKI

I. 08237
Manajemen keselamatan lingkungan
Tindakan
Observasi
• Identifikasi sumber ketidaknyamanan (mis, suhu ruang, kebersihan)
• Monitor kondisi kulit, terutama di area tonjolan (mis. tanda-tanda iritasi atau luka tekan)

Terapeutik
• Berikan penerimaan dan dukungan kepindahan ke lingkungan baru
• Letakkan bel pada tempat yang mudah dijangkau
• Sediakan ruangan yang tenang dan mendukung
• Jadwalkan kegiatan sosial dan kunjungan
• Fasilitasi kenyamanan lingkungan (mis. atur suhu, selimut, kebersihan)
• Atur posisi yang nyaman (mis. topang dengan bantal, jaga sendi selama pergerakan) -Hindari paparan
kulit terhadap iritan (mis. feses, urin)

Edukasi
• Jelaskan tujuan manajemen lingkungan Ajarkan cara manajemen sakit dan cedera, jika perlu
4.Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan.

5.Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intevensi yang telah direncanakan.
C.KONSEP RETARDASI MENTAL
a.Definisi

Retardasi mental merupakan gangguan di mana terjadi gangguan dalam fungsi intelektual
yang subnormal adanya perilaku adaptif sosial dan timbul pada masa perkembangan yaitu di
bawah umur 18 tahun terjadinya gangguan dalam fungsi intelektual sub normal ini dapat
dilakukan tes psikologis dengan tes angka taraf kecerdasan (IQ) intelegence quotient
dimana anak mempunyai IQ dibawah 70. kemudian perilaku adaptif sosial pada anak dengan
retardasi mental dapat dilihat dengan cara kemampuan anak dalam melakukan tugas
kemandirian atau menyesuaikan diri dengan lingkungan.
b.Etiologi

Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan postnatal. Beberapa
penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000 macam penyebab terjadinya retardasi mental,
dan banyak diantaranya yang dapat dicegah. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat
digolongkan atas penyebab biologis dan psikososial.

Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:
1.Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat
2.Tampak sejak lahir atau usia dini
3.Secara fisis tampak berkelainan/anch
4.Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun postnatal
5.Tidak berhubungan dengan kelas sosial

Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.Biasanya merupakan retardasi mental ringan
2.Diketahui pada usia sekolah
3.Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
4.Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
5.Ada hubungan dengan kelas sosial
c.Gejalaklinis

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang
merupakan stigmata kongenital kemudian mengarah ke suatu sindrom penyakit tertentu.
Gejala klinis dan kelainan fisik yang disertai retardasi mental:

a.Kelainan pada mata:


1.Katarak
2.Bintik cherry-merah daerah macula
3.Korioeritinitis
Komea keruh

b.Kejang
1.Kejang umum tonik lonik
2.Kejang masa neonatal

c.Kelainan kulit bintik café au lait


d.Kelainan rambut
e.Kepala
f.Perawatan pendek
g.Distonia 1
d.Klasifikasi

Klasifikasi retardasi mental berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorder (DSM IV), dalam a Journey to child neurodevelopment: Application in daily
practice:
a. Retardasi mental ringan Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient (10) 50-
55 sampai 70.
b. Retardasi mental sedang Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ)
35-40 sampai 50-55
c. Retardasi mental berat Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ) 20-25
sampai 35-40
d. Retardasi mental sangat berat Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient
dibawah 20 atau 25
e. Retardasi mental dengan keparahan tidak ditentukan Jika terdapat kecurigaan kuat
adanya retardasi mental. (Solek, 2010)
e.Patfisiologi

Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi
mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada
masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di
bawah normal (IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan
lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif: berbicara dan berbahasa, kemampuan
ketrampilan merawat diri, kerumah tanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-
sarana komunitas, pengarahan diri. kesehatan dan keamanan, akademik fungsional,
bersantai dan bekerja. Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal,
perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada
masa kanak-kanak.
f.Pathway
g.Pemeriksaan penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi
mental.yaitu:
1. Kromosom kariotipe
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
4. Titer virus untuk infeksi congenital
5. Serum asam urat (Uric acid serum)
6. Laktar dan piruvat
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
8. Serum seng (Zn)
9. Logam berat dalam darah
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
11. Serum asam amino atau asam organik
12. Plasma ammonia
13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:
14. Urin mukopolisakarida
h.Komplikasi

a. Paralisis serebral
b. Gangguan kejang
c. Masalah-masalah perilaku psikiatrik
d. Defisit komunikasi
e. Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat obat-obatan antikonvulsi, kurang
mengosumsi makanan berserat dan cairan).
f. Kelainan kongenital yang berkaitan seperti malformasi esophagus, obstruksi usus
halus dan defek jantung
g. Disfungsi tiroid
h. Gangguan sensoris
i. Masalah-msalah ortopedik, seperti deformitas kaki, scoliosis
j. Kesulitan makan
k. (Betz dan Sowden, 2009).
i.Penatalaksanaan

1.Farmakologi
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu bergerak,
konsentrasi kurangdan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat yang sering digunakan
dalam bidang retardasi mentaladalah terutama untuk menekan gejala-gejala
hyperkinetik, misalnya:
a. Amphetamin dosis 0,2-0,4 mg/kg/hari
b. Imipramin dosis + 1,5 mg/kg/hariEfek sampingan kedua obat diatas dapat
menimbulkan convulsi .
c. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala hyperkinetik

2)Non Farmakologi
Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang tuanya.
Untuk anakyang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual, psikoterapi
kelompok dan manipulasi lingkungan(merubah lingkungan anak yang tidak
menguntungkan bagi anak tersebut).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT RETARDASI MENTAL
1.PENGKAJIAN
a. Identitas : Nama, umur tempat tinggal
b. Jenis kelamin
c. Anak ke
Jumlah anak yang banyak dalam keluarga dengan keadaan sosial ekonomi cukup, akan
mengakibatkan kurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima. Belum ditambah lagi
bila jarak kelahiran antara anak yang satu dengan anak yang lain teralu dekat
d. Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak-anak sedini mungkin, karena dengan
memahami agama akan menuntun umatnya untuk berbuat kebaikan dan kebajikan.
e. Penanggung jawab
1. Nama orang tua sebagai penanggung jawab.
2. Pendidikan Ayah/Ibu
3. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak karena
dengan pendidikan yang lebih baik, maka orangtua dapat menerima informasi tentang
kesehatan anaknyaPendapatan Keluarga Pendapatan keluarga yang memadai, dapat
menunjang tumbuh kembang anak karena orangtua dapat menyediakan segala kebutuhan
anak.
4. Alamat Adanya alamat tempat tinggal akan memudahkan jika sewaktu- waktu dibutuhkan
untuk berbagai kepentingan, Maka dari itu, oangtua sebaiknya mulai mengenalkan alamat
tempat tingal mereka kepada anak
f. Riwayat Kesehatan Anak Masa Lalu
Riwayat kesehatan anak masa lalu, berhubungan erat dengan riwayat kesehatan ibu pada masa
sebelum terjadinya kehamilan maupun saat hamil. Dikarenakan, gizi ibu hamil sebelum
terjadinya kehamilan maupun sedang hamil
g. Riwayat Parental (Riwayat Kesehatan Ibu)
Riwayat Kesehatan Ibu berhubungan erat dengan terpenuhi atau tidaknya gizi ibu hamil
sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang hamil. Menghambat pertumbuhan otak janin,
anemia pada bayi baru lahir, BBLR mudah terkena infeksi, abortus, dan lain-lain.
h. Riwayat Kelahiran
Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu sistem yang teratur yang sebagian
besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan
genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Masa prenatal yaitu masa antara 28
minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan, merupakan masa awal dalam proses
tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak.
i. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat menularkan pada bayinya. Juga
faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang Riwayat
Tumbuh Kembang
j. Riwayat Tumbuh Kembang
Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai hal yang berhubungan
dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik,
mental, dan sosial, juga menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang dan
kemungkinan penanganan yang efektif serta mencegah dan mencari penyebabnya
k. Riwayat Imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari penyakit penyakit tertentu yang bisa
menyebabkan kecacatan dan kematian. Dianjurkan anak sebelum umur 1 tahun sudah mendapat
imunisasi
l. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1. Nutrisi/Gizi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya seperti:
protein, lemak, karbohidrat dan mineral serta vitamin
2. Eliminasi BAB/BAK
Anak umur 1,5-2 tahun berhenti mengompol pada siang hari. Usia 2.5- 3 tahun berhenti
mengompol pada malam hari. Anak perempuan lebih dulu berhenti mengompol, dicari
penyebabnya. Toilet training (latihan defekasi perlu dimulai, supaya evakuasi sisa makanan
dilakukan secara teratur, sehingga mempermudah kelancaran pemberian makanan)
3. Istirahat dan tidur
Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya. Karena kegiatan fisiknya mulai
meningkat, seperti bermain. Namun. kebutuhan tidur anak sebaiknya tetap dipenuhi antara 2
hingga 3 jam tidur siang dan 7 hingga 8 jam pada saat malam hari
4. Olahraga dan Rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan mulai perkembangan otot-otot
5. Personal Hygiene
Personal Hygiene menyangkut cara anak membersihkan diri. Upaya ini dapat dilakukan anak dengan
mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, potong kuku kali seminggu, membersihkan mulut dan gigi
6. Tanda-tanda vital
Tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi
2.Diagnosa

D.0136 Resiko infeksi d.d Perubahan fungsi kognitif


D.0019 Defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan menelan makanan d.d Berat badan menurun minimal 10%
di bawah rentang ideal, Cepat kenyang setelah makan, Kram/nyeri abdomen, Nafsu makan
menurun, Bising usus hiperaktif Otot pengunyah lemah, Otot menelan lemah, Membran mukosa
pucat, Sariawan, Serum albumin turun, Rambut rontok berlebihan, Diare
D.0106 Gangguan Tumbuh Kembang b.d Defisiensi stimulus, tidak mampu melakukan keterampilan
atau perilaku khas sesuai usia (fisik, bahasa, motorik, psikososial ), Pertumbuhan fisik terganggu,
tidak mampu melakukan perawatan diri sesuai usia, efek datar, Respon. Sosial lambat, Kontak
mata terbatas, Nafsu makan menurut, lesu, Mudah marah, Regresi, Pola tidur terganggu (pada
bayi)
D.0119 Gangguan komunikasi verbal b.d Hambatan paikologis (mis gangguan psikolik, gangguan
konsep diri, harga diri rendah, gangguan emosi), Tidak mampu berbicara atau mendenga,
menunjukan respon tidak sesuai, Afasia, Disfasia, Apraksia, Disleksia, Disartria, Afonia, Dislalia,
Pelo, Gagap, Tidak ada kontak mata, Sulit memahami komunikasi, Sulit mempertahankan
komunikasi, Sulit menggunakan ekspresi wajah atau tubuh, Tidak mampu menggunakan ekspresi
wajah atau tubuh, Sulit menyusun kalimat, Verbalisasi tidak tepat, Sulit mengungkapkan kata-
kata, Disorientasi orang, ruang, waktu, Defisit penglihatan, Delusi
3.Intervensi keperawatan

Diagnosa 1
D.0136 Resiko infeksi d.d Perubahan fungsi kognitif

SLKI
L.14136
Setelah melakukan Perawatan selama …X… Tingkat cedera Meningkat Dengan
Kriteria hasil:
Toleransi aktivitas meningkat,Nafsu makan meningkat,Toleransi makanan meningkat
Kejadian cedera menurun,Luka/lecet Ketegangan otot menurun,Fraktur menurun
Perdarahan menurun,Ekspresi wajah kesakitan menurun,Agitas menurun,
Iritabilitas menurun,Gangguan mobilitas menurun,Gangguan kognitif menurun
Tekanan darah membaik,Frekuensi nadi membaik,Frekuensi napas membik
Denyut jantung apikal membaik,Denyut jantung radialis membaik
Pola istirahat/tidur membaik
SIKI

Manajemen Kesehatan Lingkungan. I.14513


Tindakan
• Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis, kondisi fisik, fungsi kognitif dan riwayat perilaku)
• Monitor perubahan status keselamatan lingkungan

Terapeutik
• Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (mis. fisik, biologi,dan kimia), jika memungkinkan
• Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko
• Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis. commode chair dan pegangan tangan)
• Gunakan perangkat pelindung (mis. pengekangan fisik, rel samping, pintu terkunci, pagar)
• Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas (mis. puskesmas, polisi, damkar)
• Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman Lakukan program skrining bahaya lingkungan (mis.
limbal)

Edukasi
• Ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko tinggi bahaya lingkungan
4.Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan.

5.Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intevensi yang telah direncanakan.
D.Konsep child abuse
a.Definisi

Child abuse adalah tindakan lisan atau perilaku yang menimbulkan konsekuensi
emosional yang merugikan (Wong, 2013). Child abuse terjadi ketika orang tua menyuruh
anak untuk diam atau jangan menangis. Jika anak mulai bicara, ibu terus menerus
menggunakan kekerasan verbal seperti "kamu bodoh". "kamu cerewet", "kamu kurang
ajar". Anak akan mengingat itu semua kekerasan verbal jika semua kekerasan verbal itu
berlangsung dalam satu periode (Jallaludin, 2006).

Banyak orangtua menganggap kekerasan (abuse) pada anak adalah hal yang wajar.
Mereka beranggapan bahwa kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Bagi
orangtua, tindakan anak yang melanggar perlu dikontrol dan dihukum. Dan dari
hukuman tersebut, banyak tindakan- tindakan orangtua yang bisa dimasukkan dalam
kategori kekerasan (Jallaludin, 2006).
b.Etiologi

Pelecehan anak atau yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi perlakuan
yang salah terhadap anak, memiliki ciri-ciri multidimensional, tetapi ada 3 faktor penting yang
berperan dalam terjadinya perlakuan salah pada anak, yaitu:
a.Karakteristik orangtua dan keluarga
b.Karakteristik anak mengalamai perlakuan salah
c.Beban dari lingkungan

c.Manifestasi klinis
Adapun manifestasi klinis mengenai child abuse adalah sebagai berikut:
a.Lecet, hematoma, luka bekas gigitan luka bakar, patah tulang perdarahan retina akibat dari
adanya subdural hematom dan adanya kerusakan organ dalam lainnya
b.Cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan saraf, gangguan
pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya.
c.Perubahan emosi
Adanya gangguan emosi berupa perkembangan konsep diri negatif. terjadi perubahan
perkembangan hubungan sosial dengan orang lain
d.Terjadi pseudomatuntas emosi
Beberapa anak menjadi agresif atau bermusuhan dengan orang dewasa, sedang yang
lainnya menjadi menarik diri atau menjauhi pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif, perilaku
aneh, kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb
d.Komplikasi

a.Mengalami keterlambatan dan keterbelakangan mental


b.Kenakalan remaja
c.Depresi dan percobaan bunuh diri
d.Gangguan Stres pasca trauma
e.Gangguan makan

e.Mekanisme

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk
upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk
melindungi diri. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien untuk melindungi diri
antara lain:
a.Sublimasi
b.Proyeksi menyalahkan orang lain atas keinginan buruk atau kesulitan orang lain
c.Represi
d.Displacement
f.Pathway
g.Penatalaksanaan

Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasa pada anak adalah melalui:
a.Pelayanan kesehatan
b.Pendidikan
c.Pencegahan hukum dan keamanan
d.Media masa

h.Pemeriksaan penunjang

1.Pemeriksaan Radiologi
Ada dua peran radiologi dalam menegakkan diagnosis pengobatan salah pada anak, yaitu untuk identifiaksi
fokus dari jejas, dokumentasi.
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya dilakukan untuk meneliti tulang, sedangkan
pada anak diatas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan
pada saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multiple dengan tingkat penyembuhan adanya penyaniayaan
fisik.
a.CT-scan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya diindikasikan pada pengniayaan
anak atau seorang bayi yang mengalami trauma kepala yang berat.
b.MRI (Magnetik Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi yang subakut dan kronik seperti perdarahan
subdural dan sub arakhnoid.
c.Ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi visceral
d.Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang mengalami penganiayaan seksual.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT CHILD ABUSE
1.PENGKAJIAN
a. Identitas : Nama, umur tempat tinggal
b. Jenis kelamin
c. Anak ke
Jumlah anak yang banyak dalam keluarga dengan keadaan sosial ekonomi cukup, akan
mengakibatkan kurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima. Belum ditambah lagi
bila jarak kelahiran antara anak yang satu dengan anak yang lain teralu dekat
d. Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak-anak sedini mungkin, karena dengan
memahami agama akan menuntun umatnya untuk berbuat kebaikan dan kebajikan.
e. Penanggung jawab
1. Nama orang tua sebagai penanggung jawab.
2. Pendidikan Ayah/Ibu
3. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak karena
dengan pendidikan yang lebih baik, maka orangtua dapat menerima informasi tentang
kesehatan anaknyaPendapatan Keluarga Pendapatan keluarga yang memadai, dapat
menunjang tumbuh kembang anak karena orangtua dapat menyediakan segala kebutuhan
anak.
4. Alamat Adanya alamat tempat tinggal akan memudahkan jika sewaktu- waktu dibutuhkan
untuk berbagai kepentingan, Maka dari itu, oangtua sebaiknya mulai mengenalkan alamat
tempat tingal mereka kepada anak
f. Riwayat Kesehatan Anak Masa Lalu
Riwayat kesehatan anak masa lalu, berhubungan erat dengan riwayat kesehatan ibu pada masa
sebelum terjadinya kehamilan maupun saat hamil. Dikarenakan, gizi ibu hamil sebelum
terjadinya kehamilan maupun sedang hamil
g. Riwayat Parental (Riwayat Kesehatan Ibu)
Riwayat Kesehatan Ibu berhubungan erat dengan terpenuhi atau tidaknya gizi ibu hamil
sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang hamil. Menghambat pertumbuhan otak janin,
anemia pada bayi baru lahir, BBLR mudah terkena infeksi, abortus, dan lain-lain.
h. Riwayat Kelahiran
Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu sistem yang teratur yang sebagian
besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan
genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Masa prenatal yaitu masa antara 28
minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan, merupakan masa awal dalam proses
tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak.
i. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat menularkan pada bayinya. Juga
faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang Riwayat
Tumbuh Kembang
j. Riwayat Tumbuh Kembang
Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai hal yang berhubungan
dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik,
mental, dan sosial, juga menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang dan
kemungkinan penanganan yang efektif serta mencegah dan mencari penyebabnya
k. Riwayat Imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari penyakit penyakit tertentu yang bisa
menyebabkan kecacatan dan kematian. Dianjurkan anak sebelum umur 1 tahun sudah mendapat
imunisasi
l. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1. Nutrisi/Gizi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya seperti:
protein, lemak, karbohidrat dan mineral serta vitamin
2. Eliminasi BAB/BAK
Anak umur 1,5-2 tahun berhenti mengompol pada siang hari. Usia 2.5- 3 tahun berhenti
mengompol pada malam hari. Anak perempuan lebih dulu berhenti mengompol, dicari
penyebabnya. Toilet training (latihan defekasi perlu dimulai, supaya evakuasi sisa makanan
dilakukan secara teratur, sehingga mempermudah kelancaran pemberian makanan)
3. Istirahat dan tidur
Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya. Karena kegiatan fisiknya mulai
meningkat, seperti bermain. Namun. kebutuhan tidur anak sebaiknya tetap dipenuhi antara 2
hingga 3 jam tidur siang dan 7 hingga 8 jam pada saat malam hari
4. Olahraga dan Rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan mulai perkembangan otot-otot
5. Personal Hygiene
Personal Hygiene menyangkut cara anak membersihkan diri. Upaya ini dapat dilakukan anak dengan
mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, potong kuku kali seminggu, membersihkan mulut dan gigi
6. Tanda-tanda vital
Tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi
2.Diagnosa

(D.0027) Ketidakstabilan glukosa darah b.d Disfungsi pankreas d.d Pusing,Lelah atau lesu,
Mengeluh lapar, Haus meningkat, Glukosa dalam darah naik turun, Jumlah urin meningkat.

D.0077 Nyeri akut b.d agen pencendera kimiawi d.d Mengeluh nyari, Tampak meringis, Bersikap
protektif (mis.waspada, posisi menghindari nyeri), Gelisah, Frekuensi nadi meningkat, Sulit tidur,
Tekanan darah meningkat, Pola napas berubah, Nafsu makan berubah, Proses berpikir terganggu,
Menarik diri, Berfokus pada diri sendiri , Diaforesis
3.Intervensi keperawatan

Diagnosa 1
D.0077) Nyeri akut b.d agen pencendera kimiawi d.d Mengeluh nyari, Tampak meringis, Bersikap
protektif (mis.waspada, posisi menghindari nyeri), Gelisah, Frekuensi nadi meningkat, Sulit tidur,
Tekanan darah meningkat, Pola napas berubah, Nafsu makan berubah, Proses berpikir terganggu,
Menarik diri, Berfokus pada diri sendiri , Diaforesis

SLKI
L.08066
Setelah dilakukan perawatan selama … × … Tingkat Nyeri Menurun dengan kriteria hasil:
Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat,Keluhan nyeri menurun,Meringis menurun,Sikap
protektif menurun,Gelisah menurun,Kesulitan tidur menurun,Menarik diri menurun,Berfokus pada diri
sendiri menurun,Diaforesis menurun,Perasaan depresi (tertekan) menurun,Perasaan takut
mengalami cedera berulang menurun,Anoreksia menurun,Perineum terasa tertekan menurun,
Uterus teraba membulat menurun,Pupil dilatasi menurun,Ketegangan otot menurun,Muntah
menurun,Mual menurun,Frekuensi nadi membaik,Pola napas membaik,Fungsi berkemih membaik,
Tekanan darah membaik,Proses berpikir membaik,Fokus membaik,Perilaku membaik
Nafsu makan Pola tidur Membaik
SIKI
I.08238 Manajemen Nyeri
Tindakan
Observasi
• Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
• Identifikasi skala nyeri
• Identifikasi respons nyeri non verbal
• Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
• Idantifikasi pengetahuan dan keyaninan tentang nyeri
• Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyerl
• Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
• Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
• Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
• Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyari (mis. TENS, hipnosis,akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing.
• Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan.
• kompres hangat dingin, terapi bermain)
• Pertinibangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
• Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor nyeri secara mandin
• Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
• Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Diagnosa 2
(D.0027) Ketidakstabilan glukosa darah b.d Disfungsi pankreas d.d Pusing,Lelah atau lesu, Mengeluh
lapar, Haus meningkat, Glukosa dalam darah naik turun, Jumlah urin meningkat.

SLKI
L.03022
Setelah dilakukan perawatan selama …X… jam maka kestabilan glukosa darah meningkat dengan
kriteria hasil :
1. Mengantuk Menurun
2. Pusing menurun
3. Lelah menurun
4. Keluhan lapar menurun
5. Rasa haus menurun
6. Glukosa dalam darah membaik
7. Glukosa dalam urine membaik
8. jumlah urin membaik

SIKI
Manajemen hiperglikemia I.03115
Observasi
• Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
• Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat (mis. penyakit kambuhan)
• Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
• Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. poliuria, polidipsia, polifagia, kelemahan, malaise,
pandangan kabur, sakit kepala)
• Monitor intake dan output cairan
• Monitor keton urin, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik dan frekuensi nadi
Terapeutik
• Berikan asupan cairan oral
• Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk
• Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
• Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
• Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
• Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
• Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika perlu
• Ajarkan pengelolaan diabetes (mis, penggunaan insulin, obat oral, monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat, dan bantuan profesional kesehatan)
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
• Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
• Kolaborasi pemberian kallum, jika perlu.
4.Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan.

5.Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intevensi yang telah direncanakan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai