Anda di halaman 1dari 34

1

SKENARIO 1

Tanda - Tanda Kematian

Seorang perempuan 22 tahun, ditemukan oleh pegawai hotel di kamar dalam keadaan
tidak bernyawa. Polisi dan tim kesehatan segera memeriksa keadaan wanita tersebut. Pada
pemeriksaan didapatkan livor mortis pada bagian tubuh depan dan belakang, Rigor mortis pada
seluruh sukar dilawan, tidak ditemukan dekomposisi. Polisi dan tim kesehatan menduga
perempuan tersebut sudah meninggal cukup lama. Perempuan tersebut kemudian dibawa ke
kamar jenazah rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Step 1

1. Livor mortis : Mengendapnya darah dalam tubuh yang memberi warna pada kulit.
2. Rigor mortis : Kekakuan mayat yang terjadi secara bertahap setelah kematian.
3. Dekomposisi : Proses degradasi jaringan dalam tubuh akibat kerja bakteri (pembusukan).

Step 2

1. Apa ciri-ciri orang mengalami kematian ?


2. Bagaimana proses terjadinya tanda-tanda kematian ?
3. Bagaimana pemeriksaan lebih lanjut yang dilakukan di rumah sakit ?
4. Bagaimana undang – undang yang mengatur tentang pemeriksaan lebih lanjut ?

Step 3

1. a) Tanda kematian pasti : Livor mortis, Rigor mortis, Algor mortis, Dekomposisi,
Adipocera, Mumifikasi.
b) Tanda kematian tidak pasti : Henti nafas, Penurunan tonus otot, Pucat, Henti nadi,
Segmentasi pembuluh retina.

2. a) Livor Mortis : Lama darah yang cepat cair akibat menumpuknya darah akibat
...............................gravitasi.

b) Algor Mortis : Saat meninggal suhu tubuh menurun 10C/ jam.


2

c) Dekomposisi : Degradasi jaringan oleh enzim digestive.

d) Adipocera : Hidrolisis lemak kemudian menjadi asam lemak jenuh kemudian


...............................tercampur dengan otot.

Tanatologi, Ilmu yang mempelajari kematian ( Forensik ). Macam-macam kematian:

 Mati somatic ( klinis ).


 Mati seluler, yaitu kematian organ setelah kematian somatic.
 Mati suri.
 Mati batang otak, yaitu kerusakan neuronal intracranial yang irreversible.

3. Pemeriksaan otopsi terdiri dari : Klinik dan Forensik


Fungis pemeriksaan :
 Visum et repertum
 Untuk pembelajaran
 Barang bukti di pengadilan

4. Pasal 134 : “ Pembuktian mayat atas izin keluarga”


Pasal 222 KUHAP
Pasal 333 KUHAP

Step 4

1. - Pernafasan berhenti
- Pengeringan kornea
- Nadi ( sirkulasi darah )
- Cherry red : Karbon monoksida ( keracunan )

Livor Mortis : Tampak 20-30mnt, menetap selama 8-12 jam.

Rigor Mortis : Tampak ±2 jam pasca mati, menghilang 24-36 jam.

3. Otopsi klinik tidak menggunakan surat penyeledikan.


3

Mind Map

Definisi Fungsi dan


Kegunaan

Ciri-ciri
Kematian Tanatologi Mekanisme tanda
kematian

Kriteria Tipe-tipe Batang otak


Kematian Kematian
Mati seluler

Fisik Penunjang Mati suri

Mati
somatis

Step 5

1. Menjelaskan Tanatologi ( Definisi dan Fungsi )


2. Menjelaskan Tipe tipe kematian
3. Menjelaskan Kriteria kematian dan pemeriksaannya
4. Menjelaskan ciri/tanda kematian beserta mekanismenya
5. Menjelaskan UU yang mengatur pemeriksaan lebih lanjut

Step 6

Belajar Mandiri
4

Step 7

1. Definisi dan Fungsi dari Tanatologi

Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang beerhubungan dengan kematian) dan
logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari
hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaittu definisi atau batasan mati, perubahan yang
terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan tersebut. 1
Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulasi
dan respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya perkembangan teknlogi ada
alat menggantikan fungsi sirkulasi dan respirasi seecara buatan. Oleh karena itu definisi
kematian berkembang menjadi kematian batang otak. Brain death is death. Mati adalah
kematian batang otak. Terdapat tiga manfaat tanatologi ini, antara lain untuk dapat
menetapkan hidup atau matinya korban, memperkirakan lama kematian korban, dan
menentukan wajar atau tidak wajarnya kematian korban. Menetapkan apakah korban
masih hidup atau telah mati dapat kita ketahui dari masih adanya tanda kehidupan dan
tanda-tanda kematia. Tanda kehidupan dapat kita nilai dari masih aktifnya siklus oksigen
yang berlangsung dalam tubuh korban. Sebaliknya tidak aktifnya siklus oksigen menjadi
tanda kematian.1
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi
pada tubuh mayat. Kegunaan thanatologi antara lain :

a. Memastikan kematian klinis


b. Memperkirakan sebab kematian
c. Memperkirakan saat kematian
d. Memperkirakan cara kematian

Ilmu tanatologi merupakan ilmu yang paling dasar dan paling penting dalam ilmu
kedokteran kehakiman terutama dalam hal pemeriksaan jenazah (visum et repertum).
Kepentingan mempelajari tanatologi adalah untuk menentukan apakah seseorang benar –
benar sudah meningal atau belum, menetapkan waktu kematian, sebab kematian, cara
5

kematian, dan mengangkat atau mengambil organ untuk kepentingan donor atau
transplantasi dan untuk membedakan perubahan-perubahan yang terjadi post mortal
dengan kelainankelainan yang terjadi pada waktu korban masih hidup, serta untuk
mengetahui saat waktu kematian.1

2. Kriteria Kematian Berdasarkan Pemeriksaan

Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis (mati
klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak). Kriteria
kematian, diantaranya :

A. Mati somatis (mati klinis)


Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu
system susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan yang
menetap (irreversible). Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, ditemukan EEG
mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak
pernapasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.1
B. Mati suri (suspended animation apparent death)
Terjadi ketika terhentinya ketiga sistim kehidupan di atas yang ditentukan dengan
alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat
dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan
pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam.1
C. Mati seluler (mati molekuler)
Yaitu kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah
kematian somatis. Daya tahan hidup masing masing organ atau jaringan berbedabeda,
sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan.1
Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa susunan saraf pusat mengalami
mati seluter dalam waktu 4 menit. Otot masih dapat dirangsang (listrik) sampai kira-
kira 2 jam pasca mati, dan mengalami mati seluler setelah 4 jam; dilatasi pupil masih
terjadi pada pemberian adrenalin 0,1% atau penyuntikan sulfas atropin 1% ke dalam
kamera okuli anterior, pemberian pilokarpin 1% atau fisostig-min 0.5 % akan
mengakibatkan miosis hingga 20 jarn pasca mati.1
6

Kulit masih dapat berkeringat sampai lebih dari 8 jam pasca mati dengan cara
menyuntikkan subkutan pilokarpin 2% atau asetilkolin 20%; spermatozoa masih
bertahan hidup beberapa hari dalam epididimis; kornea masih ditransplantasikan dan
darah masih dapat dipakai untuk transfusi şampai 6 jam pasça mati.1
D. Mati serebral
Yaitu kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan
serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pemapasan dan
kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.1
E. Mati otak (mati batang otak)
Yaitu bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intakranial yang ireversibel,
lermasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang
otak) maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan
hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.1
Sebagai manifestasi kematian batang otak yaitu terdapatnya Apnea/Henti napas
dan terdapat hilangnya seluruh refleks dari batang otak itu sendiri. Refleks batang
otak yang menghilang diantaranya:
1. Hilangnya Refleks Cahaya : Dimana pupil tidak bereaksi terhadap rangsangan
cahaya.
2. Hilangnya Refleks Kornea : Terhadap rangsang sentuhan tepi kornea.
3. Hilangnya Refleks Oculovestibular : Ketika air es dimasukan ke lubang
telinga.
4. Hilangnya Refleks Batuk : Terhadap rangsangan pengisapan yang dalam pada
trakhea.
Pemeriksaan Lanjutan :

A. Definisi Autopsi

Autopsi berasal dari kata auto : sendiri, dan opsi : lihat. Autopsi adalah
pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar
maupun dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera,
melakukan interpretasi atas penemuan- penemuan tersebut, menerangkan penyebab
kematian serta mencari hubungan sebab akibatantara kelainan-kelainan yang ditemukan
7

dengan penyebab kematian. Pemeriksaan luar dan dalam pada mayat untuk kepentingan
pendidikan,hukum dan ilmu kesehatan1

B. Jenis Autopsi

Berdasarkan tujuannya autopsi dapat dibagi atas 3 jenis :

1) Autopsi Anatomi
Yaitu autopsi yang dilakukan oleh mahasiswa fakultas kedokteran di bawah
bimbingan langsung ahli ilmu urai anatomi laboratorium anatomi fakultaskedokteran.
Tujuannya adalah untuk mempelajari susunan jaringan dan organ tubuhdalam keadaan
normal.1
2) Autopsi klinik
Autopsi klinik dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga terjadi akibat suatu
penyakit. Tujuannya untuk menentukan penyebab kematian yang pasti, menganalisa
antara diagnosis klinis dan diagnosis postmortem (diagnosis setelah autopsi),
pathogenesis penyakit, dan sebagainya. Autopsi klinik dilakukan pada penderita yang
meninggal setelah dirawat di rumah sakit bertujuan untuk :
a. Menentukan proses patologis yang terdapat dalam tubuh korban
b. Menentukan penyebab kematian yang pasti
c. Menentukan apakah diagnosis klinis yang dibuat selama perawatan sesuai dengan
hasil pemeriksaan post mortem
d. Menentukan efektifitas pengobatan yang telah diberikan
e. Mempelajari perjalanan lazim suatu penyakit
f. Bermanfaat sebagai pencegahan dalam menghadapi penyakit yang serupa
dikemudian hari.1
3) Autopsi forensik/medikolegal
Autopsi forensik atau bedah mayat kehakiman dilakukan atas permintaan yang
berwenang, sehubungan dengan adanya penyidikan dalam perkara pidana yang
menyebabkan korban meninggal. Biasanya dilakukan pada kematian yang tidak wajar
seperti pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, kecelakaan lalu lintas, keracunan, kematian
mendadak dan kematian yang tidak diketahui atau mencurigakan sebabnya. Autopsi jenis
ini paling banyak dilakukan di indonesia karena diperlukan untuk membantu penegak
8

hukum. Pemeriksaan jenazah ini merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan dokter
bila diminta oleh penyidik.1
Sebelum melakukan autopsi, pemeriksaan harus menyadari tujuan dilakukannya
pelayanan untuk kepentingan hukum ini, yaitu :
a. Menentukan sebab kematian yang pasti
b. Mengetahui mekanisme kematian
c. Mengetahui cara kematian
d. Menentukan lama kematian (postmortem interval)
e. Pada korban tak dikenal dilakukan pemeriksaan identifikasi
f. Mengenal jenis senjata maupun racun yang dgunakan
g. Apakah ada penyakit penyerta dderita oleh korban
h. Apakah ada tanda-tanda perlawanan dari koerban yang berhubungan dengan
kematiannya, seperti pada kasus perkosaan
i. Mengetahui apakah posisi korban telah diubah setelah ia mati
j. Mengumpulkan serta mengenal benda-benda bukti yang berguna untuk penentuan
identitas pelaku kejahatan
k. Pada bayi baru lahir untuk menentukan viabilitas, apakah bayi lahir hidup atau lahir
mati
l. Membuat laporan tertulis yang objektif dan berdasarkan fakta dalam bentuk visum et
repertum.1
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada autopsi medikolegal :
a. Tempat untuk melakukan autopsi adalah pada kamar jenasah autopsi hanya
dilakukan jika ada permintaan untuk autopsi oleh pihak yang berwenang
b. Autopsi harus segera dilakukan begitu mendapatkan surat permintaan untuk autopsy
c. Hal-hal yang berhubungan dengan penyebab kematian harus dikumpulkan dahulu
sebelum memulai autopsi. Tetapi harus berdasarkan temuan-temuan dari
pemeriksaan fisik
d. Pencahayaan yang baik sangat penting pada tindakan autospi
e. Identitas korban yang sesuai dengan pernyataan polisi harus dicatat pada laporan.
Pada kasus jenazah yang tidak dikenal, maka tanda-tanda identifikasi, foto, sidik jari,
dan lain-lain harus diperoleh
9

f. Ektika dilakukan autopsi tidak boleh disaksikan oleh orang yang tidak berwenang
g. Pencatatan perincian pada saat tindakan autopsi dilakukan oleh asisten
h. Pada laporan autopsi tidak boleh ada bagian yang di hapus
i. Jenazah yang sudah membusuk juga bisa di autopsy.1
C. Pemeriksaan Luar dan Dalam Pada Mayat (Autopsi)
1. Pemeriksaan luar
Yang dimaksud pemeriksaan luar, tidak saja pemeriksaan luar tubuh korban tetapi
juga pakaian korban, benda-benda yang dipakai korban bahkan barang atau benda di
sekitar korban. Pemeriksaan pakaian dan benda di sekitar korban penting karena sering
berhubungan dengan penentuan indentifikasi, sebab dan cara kematian serta waktu
kematian.1
Bagian pertama dari teknik autopsi adalah pemeriksaan luar. Sistematika pemeriksaan
luar adalah :
a. Label mayat
Memeriksa label mayat (dari pihak kepolisian) yang biasanya diikatkan pada jempol
kaki mayat. Gunting pada tali pengikat, simpan bersama berkas pemeriksaan. Catat
warna, bahan, isi label selengkap mumgkin. Sedangkan label rumah sakit, utnuk
identifikasi di kamar jenazah, harus tetap ada pada tubuh mayat.
b. Tutup dan pembungkus mayat
Mencatat jenis/bahan, warna, corak, serta kondisi (ada tidaknya bercak/pengotoran)
dari penutup mayat. Mencatat jenis/bahan, warna, corak, serta kondisi (ada tidaknya
bercak/pengotoran) dari bungkus mayat. Catat tali pengikatnya bila ada, catat
mengenai jenis, bahan, cara pengikatan, serta letak pengikatannya
c. Pakaian
Pakaian korban harus dibuka seluruhnya, bila perlu melalui pengguntingan (pada
mayat yang telah mengalami kaku mayat) pengguntingan harus dilakukan tanpa
merusak bagian yang penting untuk pemeriksaan lanjutan di laboratorium forensik
diantaranya isi kantong, perhiasan, pakaian maupun benda-benda penting disamping
mayat diperiksa dan dicatat. Pakaian dan benda-benda ini dikembalikan kepada
penyidik.
10

d. Perhiasan
Mencatat perhiasan mayat, meliputi jenis, bahan, warna, merk, bentuk serta ukiran
nama/inisial pada benda perhiasan tersebut.
e. Mencatat benda disamping mayat.
f. Mencatat perubahan tanatologi/tanda-tanda kematian :
1) Lebam mayat
2) Catat letak, distribusi, dan warna lebam mayat, perhatikan lebam mayat apakah
hilang pada penekanan. Pemeriksaan ini penting untuk menentukan posisi korban
waktu meninggal dan lama kematian.
3) Kaku mayat
4) Catat distribusi kaku mayat, serta derajat kekakuannya pada rahang, leher, sendi
lengan atas, siku, pinggang, pangkal paha, dan lutut, apakah mudah atau sukar
dilawan. Apabila ditemukan adanya cadaveric spasme (kejang mayat) dicatat
melibatkan otot-otot mana, dan bila di dapati ditangan perhatikan apakah ada
menggenggam sesuatu
5) Suhu tubuh mayat
6) Dipakai termometer panjang (OCC-5CT C) yang diperiksa per rektal atau
dibawah hepar melalui insisi perut. Termometer harus berada di anus korban
sedalam 10 cm dan di baca sesudah 3-5 menit, bersamaan dicatat pula temperatur
ruangan
7) Pembusukan Tanda pembusukan pertama, terlihat perut sebelah kanan bawah
berwarna kehijau-hijauan. Kadang-kadang dengan kulit ari yang mudah
terkelupas. Terdapat gambaran pembuluh darah superficial dan melebar dan
berwarna biru hitam ataupun tubuh yang telah mengalami pembengkakan akibat
pembusukan lanjut
8) Lain-lain : misalnya mumifikasi atau adiposera.1
g. Identifikasi umum
Mencatat identitas mayat, seperti jenis kelamin, bangsa/ras, perkiraan umur, warna
kulit, status gizi, tinggi badan, berat badan, disirkumsisi/tidak, striae albicantes pada
dinding perut.
11

h. Identifikasi khusus
Mencatat segala sesuatu yang dapat dipakai untuk penentuan identitas khusus,
meliputi raja/tatoo, jaringan parut, kapalan, kelaian kulit, anomali dan catat pada
tubuh. Pemeriksaan local:
1) Kepala
Perhatikan bentuk dan adanya luka atau tanda patah tulang
2) Rambut
Memeriksa distribusi, warna, keadaan tumbuh, dan sifat dari rambut. Rambut
kepala harus diperiksa, contoh rambut diperoleh dengan cara memotong dan
mecabut sampai ke akarnya, paling sedikit dari 6 lokasi kulit kepala yang berbeda.
Potongan rambut ini disimpan dalam kantungan yang telah ditandai sesuai tempat
pengambilannya.1
i. Bagian leher
Diperiksa jika ada memar, bekas pencekikan atau pelebaran pembuluh darah.
Kelenjar tiroid dan getah bening juga diperiksa secara menyeluruh.
j. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan
Pada pria dicatat kelainan bawaan yang ditemukan, keluarnya cairan, kelainan
lainnya. Pada wanita dicatat keadaan selaput darah dan komisura posterior, periksa
sekret liang sanggama. Perhatikan bentuk lubang pelepasan, perhatikan adanya luka,
benda asing, darah dan lain-lain
k. Perlu diperhatikan kemungkinan terdapatnya tanda perbendungan,. Ikterus, sianosis,
edema, bekas pengobatan, bercak lumpur atau pengotoran lain pada tubuh
l. Bila terdapat tanda-tanda kekerasan/luka harus dicatat lengkap. Setiap luka pada
tubuh harus diperinci dengan lengkap, yaitu perkiraan penyebab luka, lokasi, ukuran,
dll. Dalam luka diukur dan panjang luka diukur setelah kedua tepi ditautkan.
Lokalisasi luka dilukis dengan mengambil beberapa patokan, antara lain : garis
tengah melalui tulang dada, garis tengah melalui tulang belakang, garis mendatar
melalui kedua puting susu, dan garis mendatar melalui pusat.2
12

2. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam Pemeriksaan dalam bisa dilakukan dengan beberapa cara berikut
ini :
a. Insisi I dimulai di bawah tulang rawan krikoid di garis tengah sampai prosesus
xifoideus kemudian 2 jari paramedian kiri dari puat sampai simfisis, dengan
demikian tidak perlu melingkari pusat
b. Insisi Y, merupakan salah satu tehnik khusus otopsi dan akan dijelaskan kemudian
c. Insisi melalui lekukan suprastenal menuju simfisis pubis, lalu dari lekukan
suprasternal ini dibuat sayatan melingkari bagian leher.2

Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu dengan hati-hati dan
dicatat :

a. Ukuran
Pengukuran secara langsung adalah dengan menggunakan pita pengukur. Secara
tidak langsung dilihat adanya penumpulan pada batas inferior organ. Organ hati yang
mengeras juga menunjukkan adanya pembesaran.
b. Bentuk
c. Permukaan
Pada umumnya organ tubuh mempunyai permukaan yang lembut, berkilat dengan
kapsul pembungkus yang bening. Carilah jika terdapat penebalan, permukaan yang
kasar , penumpulan atau kekeruhan
d. Konsistensi
Diperkirakan dengan cara menekan jari ke organ tubuh tersebut.2

3. Pemeriksaan Penunjang
Pada autopsi juga dilakukan prosedur laboratorium yaitu :
a. Sediaan histopatologi dari masing-masing organ
Dari tiap organ diambil sediaan sebesar 2 x 2 x1 cm kubik dan difiksasi dalam
formalin 10%.Organ yang diambil adalah: paru-paru, hati, limpa, pankreas, otot
jantung, arteri koronaria, kelenjar gondok, ginjal, prostat, uterus, korteks otak, basal
ganglia dan dari bagian lain yang menunjukkan adanya kelainan
13

b. Pemeriksaan toksikologi
1) Lambung dan isinya
2) Seluruh usus dan isinya dengan membuat sekat dengan ikatan-ikatan pada
pada usus setiap jarak sekitar 60 cm
3) Darah, yang berasal dari sentral (jantung) dan yang berasal dari perifer
(v,jugularis; a.femoralis, dan sebagainya), masing-masing 50 ml dan dibagi
dua, yang satu diberi bahan pengawet dan yang lain tidak diberi bahan
pengawet
4) Hati, sebagai tempat detoksifikasi , diambil sebanyak 500 gram
5) Ginjal, diambil keduanya yaitu pada kasus keracunan logam berat khususnya
atau bila urine tidak tersedia
6) Otak, diambil 500 gram. Khusus untuk keracunan chloroform dan sianida,
dimungkinkan karena otak terdiri dari jaringan lipoid yang mempunyai
kemampuan untuk meretensi racun walaupun telah mengalami pembususkan
7) Urine, diambil seluruhnya. Karena pada umunya racun akan diekskresikan
melalui urine, khususnya pada test penyaring untuk keracunan narkotika,
alkohol dan stimulan.
8) Empedu, diambil karena tempat ekskresi berbagai racun
9) Pada kasus khusus dapat diambil: jaringan sekitar suntikan, jaringan otot,
lemak di bawah kulit dinding perut, rambut, kuku dan cairan otak
c. Pemeriksaan bakteriologi
Dalam hal ada dugaan sepsis diambil darah dari jantung dan sediaan limpa untuk
pembiakan kuman. Permukaan jantung dibakar dengan menempelkan spatel yang
dipanaskan sampai merah, kemudiaan darah jantung diambil dengan tabung injeksi
yang steril dan dipindah dalam tabung reagen yang steril. Permukaan limpa dibakar
dengan cara tersebut di atas dan dengan pinset dan gunting yang steril diambil
sepotong limpa dan dimasukkan dalam tabung reagen yang steril dan kedua tabung
dikirim ke laboratorium bakteriologi
d. Sediaan apus bagian korteks otak, limpa dan hati.
Mungkin perlu dilakukan untuk melihat parasit malaria. Sediaan hapus lainnya
adalah dari tukak sifilis atau cairan mukosa
14

e. Darah dan cairan cerebrospinalis diambil untuk pemeriksaan analisa biokimia


f. Pemeriksaan urine dan feces
g. Usapan vagina dan anus, utamanya pada kasus kejahatan seksual
h. Cairan uretra

3. Tanda-tanda Kematian dan Mekanisme Terjadinya Tanda Tersebut


A. Livor Mortis
Livor Mortis (Postmortem Lividity, Postmortem Stains, Postmortem Hypostatis,
Postmortem Suggillation, Postmortem Vibices, lebam mayat)

Yaitu warna ungu kemerahan (livide) atau merah kebiruan pada bagian tubuh akibat
akumulasi darah yang menetap di pembuluh darah kecil di bagian tubuh paling rendah
akibat gaya gravitasi kecuali pada bagian yang tertekan alas keras. Livor Mortis dapat
berwarna ungu kebiruan ataupun merah kebiruan.3

Livor Mortis terbentuk pada daerah tubuh yang menyokong berat badan tubuh
seperti bahu, punggung, bokong, betis pada saat terbaring diatas permukaan yang keras
akan tampak pucat yang terlihat kontras dengan warna livor mortis disekitarnya akibat
dari kompresi pembuluh darah di daerah ini yang mencegah akumulasi darah.3

1) Patomekanisme Livor Mortis


Livor Mortis terbentuk saat terjadi kegagalan sirkulasi darah, pada saat arteri
rusak dan aliran balik vena gagal mempertahankan tekanan hidrostatik yang
menggerakan darah mencapai capillary bed yaitu tempat pembuluh-pembuluh darah kecil
afferen dan efferen saling berhubungan. Darah dan sel-sel darah terakumulasi memenuhi
saluran tersebut dan sukar dialirkan ke daerah tubuh lainnya.3
Sel darah merah (eritrosit) akan bersedimentasi melalui jaringan longgar, tetapi
plasma akan berpindah ke jaringan longgar yang menyebabkan terbentuknya edema
setempat,menimbulkan blister pada kulit. Dari luar akan terlihat bintik-bintik berwarna
merah kebiruan atau adanya eritrosit pada daerah terendah terlihat dengan timbulnya
perubahan warna kemerahan pada kulit yang disebut livor mortis.3
Pada tahap awal pembentukannya, livor mortis memiliki warna kemerahan yang
dihasilkan dari jumlah eritrosit yang membawa hemoglobin yang teroksidasi.
15

Meningkatnya interval waktu post mortem, akan mengakibatkan perubahan warna


menjadi lebih gelap. Warna normal livor mortis ialah merah keunguan. Warna merah
keunguan ini akan berubah menjadi warna ungu akibat hasil pemisahan oksigen dari
hemoglobin eritrosit post mortem dan konsumsi oksigen terus-menerus oleh selsel yang
awalnya mempertahankan fungsi sistem kardiovaskuler (misalnya sel-sel hati yang
mempertahankan fungsi kardiovaskuler selama kira-kira 40 menit dan selotot rangka
antara 2 sampai 8 jam). Produk Deoxyhemoglobin yang dihasilkan akan mengubah warna
biru keunguan menjadi warna ungu.3
Livor mortis mulai tampak 20-30 menit paska kematian, semakin lama
intensitasnya bertambah kemudian menetap setelah 8-12 jam. Menetapnya livor mortis
disebabkan oleh karena terjadinya perembesan darah ke dalam jaringan sekitar akibat
rusaknya pembuluh darah akibat tertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah yang banyak,
adanya proses hemolisa sel sel darah dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah.
Dengan demikian penekanan pada daerah terbentuknya livor mortis yang dilakukan
setelah 8-12 jam tidak akan menghilang. Hilangnya livor mortis pada penekanan dengan
ibu jari memberi indikasi bahwa livor mortis belum terfiksasi secara sempurna. Lebam
mayat dikatakan sempurna ketika area lebam tidak menghilang jika ditekan (misalnya
dengan ibu jari) selama 30 detik. Akan tetapi, lebam baru masih dapat terbentuk setelah
24 jam jika dilakukan perubahan posisi.3
16

2) Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Livor Mortis


Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya lebam mayat antara lain7:

a) Posisi – posisi yang menetap dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan
terbentuknya lebam mayat. Demikian jika tubuh sering dibolak balikkan maka
biasanya lebam tidak terbentuk.

b) Perdarahan – jika terjadi kehilangan darah yang banyak atau terjadi syok hemoragik,
lebam mayat mungkin sulit dinilai.

c) Anemia – jika pada menderita anemia maka akan sulit menilai adanya lebam pada
mayat.

d) Warna kulit – lebam mayat lebih mudah dinilai pada orang dengan warna kulit terang
dibandingkan orang dengan warna kulit gelap.

e) Suhu dingin – jika mayat disimpan dalam pendingin, maka lebam mayat mungkin
lebih lama terbentuk dan dalam beebrapa keadaan, hal ini bukanlah oarameter yang
baik untuk menentukan estimasi waktu kematian.

Tabel 3.1 Warna lebam mayat berdasarkan penyebab kematian

3) Kepentingan Medikolegal
Beberapa hal berikut terbentuknya Livor mortis digunakan dalam kepentingan
medikolegal:
a. Sebagai tanda pasti kematian
17

b. Estimasi waktu kematian dapat ditentukan

c. Distribusi terbentuknya lebam mayat, dapat membantu posisi tubuh mayat saat
kematian

d. Penyebab kematian – diketahui dari warna lebam mayat yang terbentuk

e. Lebam mayat mungkin dapat ditemukan di jaringan bawah kuku jika memang berada
dalam posisi yang lebih rendah dan menetap. Hal ini penting jika sulit membedakan
dengan sianosis.

f. Lebam mayat mungkin sulit dibedakan dengan memar

g. Bintik perdarahan mungkin sulit dibedakan dengan lebam mayat

h. Keadaan dibawah suhu lingkungan, membuat warna keunguan pada lebam mayat
akan terlihat merah terang atau merah muda karena re-saturasi hemoglobin dengan
oksigen. Hal ini penting untuk membedakannya dengan keracunan karbon monoksida

Gambar 3.1 Livor Mortis


18

B. Rigor Mortis
Rigor mortis adalah perubahan fisika kimia bergantung suhu yang terjadi di dalam
sel-sel otot sebagai akibat dari kekurangan oksigen. Kurangnya oksigen berarti bahwa
energi tidak dapat diperoleh dari glikogen melalui glukosa menggunakan fosforilasi
oksidatif sehingga produksi adenosin trifosfat (ATP) dari proses ini berhenti dan proses
anoksik sekunder mengambil alih untuk waktu yang singkat tapi, karena asam laktat yang
merupakan produk sampingan respirasi anoksik, sitoplasma sel menjadi semakin asam.
Dalam menghadapi jumlah ATP rendah dan keasaman tinggi, aktin dan miosin berikatan
bersama dan 15 membentuk gel. Hasil dari perubahan metabolik selular kompleks ini
adalah otot-otot yang menjadi kaku. Namun, mereka tidak memendek kecuali mereka
berada di bawah ketegangan. Jika tingkat glikogen otot rendah, atau jika sel-sel otot
menjadi bersifat asam pada saat kematian sebagai akibat dari latihan, proses rigor akan
berkembang lebih cepat. Listrik juga berhubungan dengan rigor yang semakin cepat dan
ini mungkin disebabkan oleh rangsangan berulang dari otot-otot. Sebaliknya, pada orang
muda, tua atau kurus, kekakuan mungkin sangat sulit untuk dideteksi karena otot yang
kecil.3
Rigor berkembang merata di seluruh tubuh tetapi umumnya pertama didapatkan
pada kelompok otot yang lebih kecil seperti otot di sekitar mata dan mulut, rahang dan
jari-jari. Kekakuan berjalan dari kepala ke kaki karena kelompok otot yang lebih besar
dan lebih besar menjadi kaku. Kekakuan biasanya terlihat pertama di rahang, maka siku
dan akhirnya lutut. Tubuh dikatakan dalam kekakuan lengkap atau penuh ketika rahang,
siku dan lutut sendi yang tidak bergerak. Kemampuan untuk pasif memindahkan sendi
tergantung pada jumlah otot mengendalikan sendi. Kekakuan melibatkan bersama dengan
sejumlah kecil otot seperti jari mudah diatasi, sementara itu mungkin sulit untuk bergerak
bersama seperti siku, yang terhubung ke otot-otot yang relatif besar. Sebagai aturan,
orang akan memiliki kekakuan yang lebih kuat daripada perempuan karena laki-laki
biasanya memiliki massa otot yang lebih besar daripada wanita. otot-otot besar, terutama
pada individu berotot, mungkin menjadi begitu tahan terhadap peregangan yang mungkin
memerlukan upaya lebih dari satu orang untuk bergerak bersama besar. Kadang-kadang,
tulang bisa pecah sebelum rigor mortis diatasi. Sebaliknya, kekakuan mungkin buruk
19

dibentuk atau tidak jelas pada individu dengan massa otot kecil, seperti bayi atau orang
dewasa kurus.3
Dalam kondisi beriklim sedang rigor umumnya dapat terdeteksi di wajah antara
sekitar 1 jam dan 4 jam dan pada tungkai antara sekitar 3 jam dan 6 jam setelah kematian,
dengan kekuatan rigor meningkat menjadi 16 maksimal sekitar 18 jam setelah kematian.
Rigor lengkap membutuhkan waktu sekitar 10-12 jam untuk sepenuhnya
mengembangkan dalam ukuran dewasa rata-rata ketika suhu lingkungan adalah 70-75 °
F. Tubuh akan tetap kaku untuk 24-36 jam pada suhu yang sama ini sebelum
dekomposisi menyebabkan otot-otot untuk mulai lumayan melonggarkan, tampaknya
dalam urutan yang sama mereka menegang. Setelah terjadi, rigor akan menetap sampai
sekitar 50 jam setelah kematian sampai autolisis dan dekomposisi sel-sel otot
mengintervensi dan otot menjadi flaksid lagi. Waktu ini hanya pedoman dan tidak pernah
bisa mutlak.3
Rigor mortis dipengaruhi oleh suhu lingkungan. suhu yang tinggi akan
mempercepat penampilan dan hilangnya kekakuan. Kekakuan yang melibatkan tubuh
tergeletak di lapangan akan datang dan berlalu lebih cepat pada hari musim panas
daripada di musim dingin satu. Laju perkembangan dan hilangnya kekakuan akan
terpengaruh oleh perubahan suhu yang dialami oleh tubuh, seperti terjadi selama panas
hari dan kesejukan malam.3
Rigor mortis juga dipengaruhi oleh suhu tubuh internal yg meninggal dan
aktivitas sebelum kematian. suhu tubuh yang lebih tinggi pada saat kematian dan kondisi
yang menyebabkan lebih laktat produksi asam menyebabkan kekakuan untuk
mengembangkan lebih cepat. Misalnya, seseorang yang meninggal memiliki demam dari
infeksi seperti pneumonia dapat mengembangkan kekakuan lebih cepat dari seseorang
dengan suhu tubuh normal. Dipercepat kekakuan juga dapat dilihat pada orang sekarat
dengan hipertermia meskipun suhu lingkungan mungkin normal, seperti dapat terjadi
pada kematian yang berhubungan dengan kokain, PCP atau metamfetamin.3
Timbulnya kekakuan juga dapat terjadi lebih cepat jika aktivitas fisik yang berat
terjadi segera sebelum kematian. Misalnya, seseorang yang melarikan diri dari penyerang
sebelum ditembak atau ditikam dapat mengalami rigor mortis lebih cepat daripada jika
20

tidak ada aktivitas fisik yang intens. Rigor mortis yang sangat cepat dapat terjadi karena
kombinasi dari suhu tubuh meningkat dan peningkatan produksi asam laktat.3
Pada sedikit kasus, rigor mortis dapat muncul dalam beberapa menit setelah
kematian. Hal ini disebut "cadaveric spasm" dan biasanya dikaitkan dengan aktivitas fisik
yang ekstrim sesaat sebelum kematian. Hal ini juga dikaitkan dengan beberapa kondisi
lain seperti luka listrik. Berbeda dengan suhu lingkungan yang tinggi, kondisi dingin
dapat memperlambat atau mencegah rigor mortis. Proses ini akan dimulai atau bertambah
cepat ketika tubuh berada di lingkungan yang hangat. Jika tubuh tidak dalam kekakuan
lengkap dan ditempatkan dalam pendingin proses akan melambat dan mungkin berhenti.
Rigor dapat berlanjut sampai selesai ketika tubuh hangat. Kekakuan pada rigor harus
dibedakan dari pengerasan otot atau beku karena cuaca sangat dingin. Dalam kondisi
lingkungan seperti itu, kekakuan mungkin sulit untuk dievaluasi.3

Rigor mortis juga akan membantu penyidik dalam menentukan apakah tubuh
telah dipindahkan. Jika penyidik tiba di tempat kejadian dan menemukan sebuah lengan
yang tidak disangga atau kaki mengarah ke udara, penyidik tahu bahwa orang yang
meninggal telah dipindahkan setelah rigor terjadi. Seseorang mungkin mati dengan
lengan atau kaki di udara, tapi gravitasi akan mencegah ekstremitas yang tidak disangga
tetap dalam posisi tersebut setelah kematian.3

Tabel 3.2 Perbedaan Kaku Mayat Dan Spasme Cadaveric


21

Gambar 3.2 Rigor Mortis

C. Algor motris
Algor mortis dapat juga disebut penurunan suhu tubuh. (algor =dingin, mortis =
setelah kematian). Temperatur oral normal pada individu yang hidup adalah 37° C
(98,7°F) pada rectal suhu lebih tinggi sekitar 0,5°C dibanding temperatur oral. Setelah
meninggal suhu tubuh akan menurun secara signifikan hingga mencapai suhu yang sesuai
dengan lingkungan sekitar. Penurunan suhu tubuh setelah meninggal dipengaruhi oleh 2
hal.3

1) Setelah meninggal tidak lagi diproduksi panas baik secara fisik, kimia dan aktivitas
metabolik.

2) Terjadi penurunan suhu tubuh yang terjadi secara konstan hingga suhu tubuh sama
dengan suhu lingkunga, hal ini diakibatkan oleh pusat yang mengatur regulasi panas
menjadi tidak aktif .3
22

a) Mekanisme Kehilangan Panas ubuh


 Konduksi, perpindahan panas yang terjadi melalui kontak langsung dengan objek .
Organ dalam mengalami penurunan suhu dengan cara konduksi.

 Konveksi, perpindahan panas yang terjadi melalui kontak dengan udara yang
kontak dengan tubuh.

 Radiasi, perpindahan panas yang terjadi melalui sinar inframerah.

Hukum Newton Cooling menyatakan bahwa untuk terjadinya pendinginan tubuh


dengan proses konversi yaitu kehilangan suhu sebanding dengan perbedaan suhu antara
tubuh dan lingkungan sekitarnya. Hukum ini bagaimanapun hanya berlaku pada bahan
inorganik yang regular. Meskipun banyak penelitian dilakukan, hukum ini gagal untuk
menghitung penyimpangan dari bentuk tubuh, efek pakaian, ventilasi ataupun posisi fisik
mayat. Bahkan selama penelitian Davey di British menyatakan suhu lingkungan yang
sering mengakibatkan suhu awal mayat meningkat selama durasi postmortem awal.
Pengukuran suhu pada cadaver bedasarkan letaknya. Menggunakan thermometer kimia,
ukuran 25 cm dengan rentang suhu 0°C - 50°C.3

1) Rectum, 4 inchi di atas anus

2) Daerah sub-hepatic

Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat denga bentuk
sigmoid. Hal ini disebabkan ada dua faktor, yaitu masih adanya sisa metabolism dalamt
tubuh mayat dan perbedaan koefisien hantar sehingga butuh waktu mencapai tangga
suhu.3

Ada Sembilan faktor yang mempengaruhi cepat atau lamanya penurunan suhu
tubuh mayat, yaitu:

1) Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungannya.

2) Suhu tubuh mayat saat mati. Makin tinggi suhu tubuhnya, makin lama penurunan
suhut ubuhnya.

3) Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.


23

4) Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.

5) Konstitusi tubuh pada anakdan orang tua makin mempercepat penurunan suhu tubuh
mayat.

6) Aktivitas sebelum meninggal.

7) Sebab kematian, misalnya asfiksia dan septikemia, mati dengan suhu tubuh tinggi.

8) Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.

9) Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaan tubuh yang terpapar

D. Dekomposisi
Dekomposisi adalah kehancuran jaringan tubuh setelah meninggal. Dekomposisi
merupakan suatu hal yang wajar pada tubuh yang sakit. Bagaimanapun, dibawah kondisi
lingkungan spesifik tertentu, modifikasi dekomposisi tubuh yag mati terjadi dan kasus
tersebut tidak mudah dan total penghacuran tubuh mati, adalah dibutuhkan waktu yang
cukup. Modifikasi dekomposisi tersebut dapat terjadi jika pembentukan mumifikasi dan
adipocere. Kategori dan tahap dari dekomposisi :
a. Early dekomposisi
b. Advanced dekomposisi
c. Partial skeletonization
d. Skeletonization
1) Mekanisme Dekomposisi
Dekomposisi mengikuti perkembangan proses biokimia, mempertahankan dan
menjaga integritas elemen seluler. Selama dekomposisi, komponen jaringan bocor dan
hancur melepaskan enzim hidrolitik. Jaringan tubuh organic kompleks terurai menjadi
komponen sederhana. Bakteri dan mikroorganisme lain berkembang pada komponen
organic tidak terlindung dari tubuh.4

a. Autolisis. Penghancuran pada jaringan tubuh oleh pelepasan enzim dari


penghancuran sel.
 Proses ini juga bisa terjadi pada orang yang hidup ditandai dengan cedera
fokal jaringan dan nekrosis yang dikelilingi oleh reaksi inflamasi.
24

Mekanisme yang sama terjadi setelah kematian, di tubuh yang mati, proses
yang terjadi pada skala besar dan tanpa reaksi inflamasi autolisis diduga
dirangsang oleh penurunan ph intraseluler diikuti akibat penurunan
oksigen setelah kematian.
 Proses ini terjadi awal dan cepat di beberapa jaringan kaya enzim hidrolitik
seperti pancreas dan mukosa gaster; jaringan menengah seperti jantung,
hati dan ginjal dan terlambat jaringan fibrosa seperti uterus dan otot
rangka.
 Proses autolisis adalah tergantung suhu. Pendinginan pada tubuh akan
terjadi setelah kematian akan menghambat pencernaan enzim diri sel
sedangkan semakim tenaga meningkat suhu mendukung degradasi seperti
yang terlihat dalam proses kematian oleh panas, atau kematian pada suhu
lingkungan yang tinggi.
 Fenomena autolisis ini terlihat pada pemeriksaan mikroskopis. Untuk
contoh terlihat autolisis pada kulit licin. Di kulit licin, pelepasan enzim
hidrolitik terlepas pada demo-epidermal junction karena melonggarnya
epidermis dari lapisan bawah sebagai hasil, epidermis mengelupas sampai
dermis. Sama rambut dan kuku yang longgar. Mikroskopis, autolisis
adalah identifikasi secara homogen dan sitoplasma eosinofil dengan
hilangnya rincian seluler dengan sel tetap sebagai puing-puing.
 Autolisis internal dapat melihat konsistensi organ pucat. Demikian pula
pembuluh darah besar noda karena hemolisis postmortem. Hemolisis ini
hanyala autolisis pembuluh darah.
 Gastromalacia adalah pecahnya postmortem dinding lambung karena
proses autolisis. Ini biasanya terjadi di fundus daerah dan tanpa ada reaksi
penting. Demikian pula oesophagomalacia adalah pecahnya postmortem
dari ujung bawah kerongkongan karena autolisis dan tidak memiliki reaksi
penting.
 Disintegrasi janin mati dalam rahim ibu disebut sebagai maserasi dan
dianggap sebagai autolisis aseptik.
25

b. Pembusukan. Ini adalah perubahan yang dihasilkan oleh aksi bakteri dan
mikroorganisme lain berkembang pada tubuh. Perubahan pembusukan
tergantung pada berbagai faktor seperti dijelaskan dibawah. Mikroorganisme
yang bertanggung jawab adalah Clostridium welchi, B.coli, Staphylococci non
hemolitik, Streptococcus Proteus dan lain-lain.
 Perubahan fisik terdiri dari kembung dengan distensi abdomen oleh
distensi gas. Hal ini menyebabkan obliterasi identitas almarhum. Pada laki-
laki, gas dipaksa dari peritoneum yang rongga bawah kanalis inguinalis ke
dalam skrotum menyebabkan pembengkakan skrotum.
 Gas yang berbeda dari dekomposisi menginduksi perubahan kimia.
Misalnya hidrogen Sulfida mudah berdifusi melalui jaringan. Bereaksi
dengan hemoglobin membentuk sulfhemoglobin. Pigmen ini awalnya
menguraikan resmi superfisial pembuluh darah dan sebagai dekomposisi
berlangsung, sebuah generalisasi warna hijau dapat disampaikan ke tubuh.
 Pembusukan terjadi pada tingkat yang berbeda di berbagai jaringan tubuh
dan tergantung pada kadar air mereka.
 Tiga perubahan utama perhatikan selama pembusukan sebagai: Perubahan
warna adalah karena hemolisis sel darah merah. Hemoglobin dibebaskan
diubah ke sulpmethemoglobin oleh gas hidrogen sulfida dan menanamkan
perubahan warna kehijauan.
 Pembebasan gas selama proses dekomposisi, protein dan karbohidrat
dibagi menjadi senyawa sederhana. Akibatnya, jumlah gas yang
dibebaskan (Vide supra). Serangan bau memancar dari kematian tubuh
karena pembentukan gas hidrogen Sulfida. Gas-gas dikumpulkan dalam
usus dalam 12 sampai 18 jam di musim panas dan 18 sampai 24 jam di
musim dingin.
 Pencairan jaringan Dengan kemajuan dalam dekomposisi, organ diubah
menjadi tebal.
c. Jenis postmortem yang ketiga penghancuran bisa diidentifikasi pada beberapa
tubuh yang tidak dibuang. Seperti keancuran postmortem tersebut dibawa
26

keluar karena serangan berbagai jenis hewan seperti serangga, tikus, rubah,
srigala, burung pemakan bangkai, ikan, dan lain-lain.

Gambar 3.3 Dekomposisi

E. Mumifikasi
Mumifikasi terjadi di lingkungan kering panas di mana tubuh mampu dehidrasi
dan proliferasi bakteri minimal. Kulit menjadi gelap, kering dan kasar. Organ internal
mengering dan menyusut. Kebanyakan mumifikasi terjadi pada bulan-bulan musim
panas, tetapi juga dapat terjadi selama musim dingin jika suhu cukup hangat. Seluruh
tubuh dapat terjadi mumifikasi dalam beberapa hari sampai minggu. Sebagai kulit
mengering dan mengeras, jaringan lunak membusuk. Setelah beberapa minggu, seluruh
tubuh mungkin muncul diawetkan dengan beberapa penyusutan karena dehidrasi.
Namun, jika sebuah insisi dibuat melalui kulit, jaringan lunak, lemak dan organ internal
mungkin hampir tidak ada. Setelah tubuh dalam keadaan ini, mungkin tetap
dipertahankan untuk waktu beberapa tahun kecuali kulit robek atau rusak. Mumi
diterjemahkan ke bagian tubuh tertentu relatif umum. Mumifikasi dari jari tangan dan
kaki mudah terjadi dalam lingkungan yang relatif kering terlepas dari suhu. Kulit menjadi
kering karena dehidrasi sel dan menampilkan perubahan warna hitam kecoklatan dan
perkamen. Mummifikasi menjadikan jari-jari dan jari-jari kaki dalam keadaan kering,
keras dan layu.4
27

Pengeringan dari bagian-bagian tertentu dari tubuh dapat menyebabkan


penyusutan kulit dan karena menyusut dan meregangan, menyebabkan perpecahan besar
terutama perpecahan ini umum dipangkal paha, leher dan ketiak. Perpecahan tersebut
dapat menyerupai cedera. Lemak subkutan mejadi cair selama mummifikasi.4

Organ internal berkurang dalam ukuran karena kehilangan konten air dan
mungkin tidak mudah diindentifikasi. Penghancuran tubuh mumifikasi terjadi akhir.
Jaringan diubah menjadi debu. Waktu yang dibutuhkan untuk mummifikasi lengkap
tubuh tidak dapat dinyatakan bervariasi dan tergantung pada beberapa faktor seperti
dibahas di bawah. Peripheral mummifikasi adalah fenomena yang cukup umum dengan
ekstremitas distal, terutama jari-jari dan jari-jari kaki dalam waktu 2 sampai 3 hari.
Dalam kondisi lingkungan, perubahan dapat terjadi antara kira-kira 3 minggu sampai 3
bulan.4

1) Mekanisme
a. Mummifikasi berlangsung di mana tubuh kehilangan cairan ke lingkungan
melalui penguapan.
b. Karena tidak adanya kelembaban dan suhu panas, yg menyebabkan perbusukan
bakteri tidak dapat berkembang biak di lingkungan yang tidak bersahabat seperti
itu.4
2) Faktor Pembentukan Mummifikasi
a. Ukuran tubuh
b. Kondisi Atmosfer - suhu panas bagus untuk pembentukan mummifikasi.
Demikian pula membutuhkan lingkungan kering yaitu itu tidak dapat terjadi
dalam kondisi lembab tinggi.
c. Gerakan Air - gerakan udara bebas mempromosikan pembentukan mummifikasi.
d. Tempat pembuangan – mummifikasi terjadi secara alami ketika udara dan / atau
tanah yang sangat kering.
28

Gambar 3.4 Mumifikasi

F. Adipocere
Adipocere adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin yang secara harfiah
berarti "lemak" (adipo) "Lilin" (cera). Hal ini mengacu pada zat lilin abu-abu putih keras
yang terbentuk selama penguraian. Ini adalah perubahan jarang terjadi, terutama terkubur
selama waktu dingin, lingkungan yang lembab dan paling sering terlihat setelah mayat
telah terendam air selama musim dingin. Tidak semua badan memiliki adipocere
ditemukan dalam air. Misalnya, mayat yang ditemukan dalam kantong plastik yang
menyediakan lingkungan yang lembab juga dapat mengalami perubahan ini.
Pembentukan zat ini membutuhkan lemak. Jaringan lemak di bawah kulit mulai berubah
menjadi sabun. Umumnya, wanita dan anak-anak membentuk adipocere lebih mudah
karena mereka memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi. Pengerasan biasanya
membutuhkan waktu beberapa bulan untuk sepenuhnya berkembang tapi jarang dapat
sepenuhnya berkembang dalam waktu 4 minggu.4

Eksterior tubuh tetap putih dan lapisan terluar dari kulit lolos. Berbeda dengan
proses dekomposisi biasa, mungkin tidak ada perubahan signifikan warna hijau atau
kembung sejak suhu dingin menghambat bakteri yang biasanya berkembang biak dan
membentuk gas. Adipocere awalnya terbentuk pada bagian tergantung dari tubuh. bagi
tubuh benar-benar tenggelam dalam air, adipocere biasanya akan didistribusikan cukup
29

merata seluruh permukaan tubuh. Kadang-kadang, mungkin ada perbedaan pembentukan


antara bagian-bagian tubuh yang berpakaian dan bagian-bagian telanjang.3

Pembentukan berbeda juga dapat terjadi di daerah yang cedera :


a. Adipocere, ketika segar, ini aneh, keras, lembab, keputihan dan tembus. Hal ini
mudah terbakar dan luka bakar dengan kuning samar.
b. Adipocere mengapung dalam air dan larut dalam alkohol dan eter.
c. Adipocere memiliki bau tengik. Beberapa pihak berwenang menggambarkan bau dan
ammonical.
d. Adipocere, sekali terbentuk, tampaknya stabil untuk beberpa periode.
e. Bakteri Gram positif mampu menurunkan adipocere.
f. Setelah beberapa tahun, adipocere menjadi rapuh, retak dan pucat.
g. Adipocere biasanya pertama-tama dilihat pada lemak subkutan pipi, payudara, perut
dan kemudian lain organ dan jaringan. Biasanya diperlukan waktu sekitar tiga
minggu untuk adipocere untuk berkembang sepenuhnya. Namun, di India, Dr Coull
Mackenzie menemukan itu terjadi dalam 3 sampai 15 hari dalam tubuh terendam
sungai Hooghly atau dikubur di tanah basah dari Bengal rendah. Dr Modi juga telah
mengamati pembentukan adipocere di 7- 35 hari. Adipocere mempertahankan ciri
karena identitas almarhum dapat dibuat. Demikian itu mempertahankan luka, jika ada
lebih dari tubuh sehingga membantu dalam menjelaskan penyebab kematian.
Menurut Evans (1962) beberapa penyakit bisa diakui pada pemeriksaan mikroskopis
adipocere jaringan dalam beberapa instances.4
1) Mekanisme terjadinya adipocera
a. Asam lemak tak jenuh dari tubuh diubah menjadi jenuh asam lemak dengan
proses hidrolisis dan hidrogenasi.
b. Dalam adipocere, ada hidrogenasi lemak tubuh tak jenuh menjadi aneh, keras,
berwarna putih kekuningan, lilin lemak asam jenuh. Proses pembentukan
adipocere dimulai lemak netral (misalnya adiposa) dan diprakarsai oleh lipase
intrinsik, yang menurunkan trigliserida menjadi asam lemak. Asam lemak yang
dihidrolisis dan terhidrogenasi menjadi hidroksi- asam lemak. Jadi adipocere
terutama terdiri dari asam lemak jenuh. Proses ini difasilitasi oleh bakteri anaerob
seperti Clostridium welchii. Clostridium welchii yang mengandung toksin rahasia
30

lecithinase, protease dan phospholipases. Aksi bakteri menciptakan limbah yang


kaya amonia yang memberikan kontribusi untuk membentuk lingkungan basa.
c. Pada saat kematian, tubuh mengandung sekitar setengah persen asam lemak tetapi
sebagai pembentukan adipocere dimulai mawar lemak tubuh 20% dalam waktu
satu bulan dan lebih dari 70% dalam tiga bulan.
d. Awalnya air yang diperlukan untuk proses ini diperoleh dari jaringan tubuh (air
intrinsik).
2) Faktor pembentukan adipocere
a. Kondisi Atmosfer
Dikatakan bahwa untuk pembentukan adipocere, kondisi ambient menengah
(tepat kondisi atau fenomena Goldilocks) yang diperlukan. Dengan kata lain,
jaringan akan mengering (mummifikasi) jika kondisi terlalu kering sedangkan jika
kondisi terlalu basah, tubuh mungkin lebih basah atau mungkin cair.
b. Suhu
Ketika suhu lingkungan terlalu rendah atau terlalu tinggi, tidak ada formasi
adipocere terjadi, karena bakteri diperlukan untuk mempercepat proses tersebut
tidak akan berproliferasi pada suhu tersebut. Oleh karena itu, diperkirakan bahwa
pertumbuhan optimum adipocere terjadi pada suhu ambient. Kelembaban atau air
yang diperlukan untuk proses pembentukan adipocere. Awalnya cairan tubuh
digunakan untuk memulai proses tapi untuk penyelesaian adipocere itu, kehadiran
kelembaban atau air yang diperlukan dalam lingkungan.
c. Gerakan Air
Memperlambat proses karena gerakan udara tubuh menguap dan mengurangi
suhu tubuh sehingga memperlambat proses kimia.
Tempat dan media pembuangan. Lebih sering terjadi pada tubuh terendam air atau
dimakamkan di tempat yang lembab. Jika terkubur, pemakaman yang mendalam
menunjukkan pembentukan adipocere ditandai dari kuburan dangkal.
d. Iklim lembab bagus utnuk pembentukan adipocere.
e. Tanah
Dalam lingkungan pemakaman, pH tanah, suhu, kelembaban dan kandungan
oksigen dalam kubur mempengaruhi pembentukkan adipocere. Pakaian -
31

Kehadiran pakaian atas tubuh muncul untuk mempercepat pembentukan


adipocere karena mempertahankan air.
f. Peti
Jika tubuh dimakamkan dalam peti, peti akan menghambat laju pembentukan
adipocere.4

Gambar 3.5 Adipocera

4. Dasar hukum forensik


A. Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
32

(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau pada rumah sakit harus
diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.5
B. Pasal 134 KUHAP
(1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga korban.
(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-jelasnya
tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak
yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.5
C. Pasal 184 KUHAP
(1) Alat bukti yang sah ialah:
a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keterangan terdakwa.5
D. Pasal 186 KUHAP
(1) Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang
pengadilan.5
E. Pasal 187 KUHAP
Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan
atau dikuatkan dengan sumpah, adalah:
a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang
berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang
kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai
dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;
33

b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang
dibuat oleh pejabat mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi
tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau
sesuatu keadaan;
c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dan padanya5
34

DAFTAR PUSTAKA
1. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI). Ilmu
Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FK UI; 1997.
2. Apuranto H. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Universita Airlangga
Surabaya: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran; 2007.
3. Aflanie I, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Edisi 1. Jakarta: Rajawali; 2017.
4. Fakulktas Kedokteran Universitas Hasanudin. Handout Keterampilan Klinik Ilmu Kedokteran
Forensik Dan Medikolegal. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin; 2012 .
5. Gobel VF. Bedah Mayat Dalam Mengungkap Tindak Pidana Pembunuhan Menurut Pasal 134
KUHAP. Sulawesi Utara; Universitas Sam Ratulangi; 2016.

Anda mungkin juga menyukai