Anda di halaman 1dari 26

RESUME PBL

SKENARIO 4

Nama : Kholisa Nadrotunnaim

NPM : 117170037

Blok : 6.1

Kelompok : 1

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

CIREBON

2020
Skenario 4
Bayi dari Ibu Ketuban Pecah Dini

Seorang ibu berusia 38 tahun P3A0 baru melahirkan seorang bayi


perempuan dengan nilai APGAR I score 3. Bayi ini lahir di usia
kehamilan 35 minggu dengan ketuban pecah dini. Bayi lahir
pervaginam, dengan BB lahir 2000 gram. Setelah dilakukan perawatan
rutin di kamar bersalin, bayi dirawat di Ruang NICU.

STEP 1
1. Apgar score : metode yang digunakan untuk pengecekan kondisi
bayi baru lahir. Pemeriksaan terdiri dari 5, yaitu aktivitas otot
bayi, heart rate, respon refleks, warna tubuh, dan respiratory
rate. Pertama kali diukur pada menit pertama dan menit ke 5
setelah kelahiran.
2. NICU : Neonatal Intensive Care Unit, yaitu ruangan perawatan
bayi sampai 30 hari yang memerlukan pemantauan khusus oleh
tim dokter.

STEP 2
1. Apa asaja faktor yang membuat ketuban pecah dini?
2. Bagaimana patofisiologi dari ketuban pecah dini?
3. Apakah berat badan bayi tersebut termasuk berat badan bayi
yang normal?
4. Mengapa pada kasus nilai apgar scorenya 3?
5. Apa saja faktor yang memengaruhi apgar score?
6. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan apgar beserta
dengan interpretasinya?
7. Apa saja perawatan yang dilakukan pada bayi baru lahir dan
perawatan rutin untuk ibu?
STEP 3
1. Faktor-faktor yang Menyebabkan Ketuban Pecah Dini
 Infeksi
 Keadaan polihidramion
 Pertumbuhan yang abnormal bisa disebabkan oleh merokok
 Kehamilan kembar
 Posisi janin abnormal atau CPD
 Faktor nutrisi ; defisiensi vitamin C
 Faktor hormonal
 Perdarahan antepartum
 Riwayat KPD pada kehamilan sebelumnya

2. Patofisiologi Ketuban Pecah Dini


 KTD adalah keadaan pecahnya selaput ketuban yang
sebelum dimulainya tanda IN partum.
 Etiologi kontraksi uterus, peregangan yang berulang yang
akan mengakibatkan melemahnya selaput ketuban sehingga
selaput ketuban bisa pecah, dan adanya perubahan
biokimiawi dari kolagen matrik dari
membrane janin
 infeksi menjadi polihidroamnion sehingga infeksi
intraamnion sehingga bayi lahir premature.
 Kombinasi aktivitas matriks MMP yang rendah dan
penghambat TIMP matriks yang tidak seimbang.

3. Berat Badan Bayi Baru Lahir


 BBLL> 4000 gr
 BBLN 2500-4000 gr
 BLLR 1500-2500 gr
 BBLRS 1000-1500
 BBLASR <1000 gr
 Bayi termasuk macrosomia
 Berdasarkan kehaminlan
 Berdsarkan waktu kelhairannya ;extremely preterem, very
preterem, moderate to late preterm ( pada scenario termasuk
moderate to late preterm, 31-37 minggu)

4. Faktor yang Menyebabkan Apgar Score 3 pada Skenario


 Bayi lahir belum aterm, sehingga fungsi dari bayi
belumbekerja dengan baik. Pada apgar score ada 5 kriteria,
yitu denyut nadi, napas, tonus otot, peka rangsang san warna
kulit. Penilaiaannya dari 0, 1, dan 2.
 Faktor ibu usia ibu 38 tahun, faktor janin : premature dengan
BBL yang rendah dan adanya ketuban pecah dini.
 Karena penyakit yang di derita ibu seperti HT bisa
memengaruhi nilai apgar.
 A ; Appereance
 P : Pulse
 G : Grimace
 A : Activity
 R : Respiratory

5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Apgar Score


 Faktor ibu ; usia ibu, rpd penyakit pembuluh darah ibu,
 Faktor janin : premature, bbl rendah, kelainan kogenital
 Faktor plasenta : apabila plasenta tipis sehingga tidak
menempel sempurna.

6. Cara Melakukan Pemeriksaan Apgar


 Dihitung pada menit ke 1 dan ke 5, dilanjutkan pada menit
ke 20 pada bayi yang apgar scorenya kurang dari 7
 A ; Appereance
 P : Pulse
 G : Grimace
 A : activity
 R : Respiratory
 Score 0, 1,2
 Jumlah ditotalkan
 >7 : kondisi bayi sehat
 5-6
 <5 : bayi memerlukan perawatan lebih lanjut
 0-3 : asfiksia berat
 4-6 : asfiksia sedang
 7-10 : asfiksia ringan atau normal

7. Perawatan pada Bayi Baru Lahir


 Suhu tubuh bayi, di evaluasi selama 4 jam
 Menjaga kebersihan bayi setelah BAK atau BAB
 Mengetahui bayi cukup bulan atau tidak
 Aor ketuban bercampur dengan mekonion atua tidak
 Menangis atau tidak
 Bernapas atau tidak
 Tonus otot baik atau tidak
 Resusitasi
 Stabilisasi
 Pemberian nutrisi : berdasarkan kriteria extremely preterm,
very preterm, moderate to late preterm.

STEP 4
1. Faktor-faktor yang menyebabkan ketuban pecah dini
 Infeksi dari traktus genital ibu yang terjadi karena koloni
dari genitalia bawah ke bagian atas yang akan membuat
respon inflamasi sheingga terjadi degradasi dan melemahnya
lapisna ketuban, sehingga mengganggu keseimbangan mmp
dan timp
 ibu hamil yang merokok : zat di dalam rokok bisa
emngakibatkan defisiensi vit c yang digunakan untuk
memelihara jaringan kolagen, maka selaput ketuban akan
melemah atau pecah
 Perdarahan antepartum : peningkatan tekanan intrauterine
sehingga terjadi daya regang selaput ketuban sehungga
pecah.
 Polihidramion > 2 liter membuat peningkatan tekanan
intrauterine sehingga membuat selaput ketuban melemah
 Amnion memiliki kolagen 6, vitamin c akan berhubngan
dengan enzim lycilhidroksilase, jika kedua komponen ini
menurun maka akan mengganggu produksi kolagen
 Hormon : perubahan progesterone dan prolactin yang
berhungan dengan peningkatan MMP karena adanya
penurunan TIMP.
 Trauma : ketika melakukan hubungan seksual pada
kehamilan trimester ke tiga akibat penis yang masuk terlalu
dalam
 Kehamilan ganda : terjadi kontraksi uterus yang berlebihan
sehingga emngakibatkan selaput ketubannya tipis dan pecah.
2. Patofisiologi Ketuban Pecah Dini
 KTD adalah keadaan pecahnya selaput ketuban yang
sebelum dimulainya tanda IN partum.
 Etiologi kontraksi uterus, peregangan yang berulang yang
akan mengakibatkan melemahnya selaput ketuban sehingga
selaput ketuban bisa pecah, dan adanya perubahan
biokimiawi dari kolagen matrik dari
membrane janin
 infeksi menjadi polihidroamnion sehingga infeksi
intraamnion sehingga bayi lahir premature.
 Kombinasi aktivitas matriks MMP yang rendah dan
penghambat TIMP matriks yang tidak seimbang.

3. Berat Badan Bayi Baru Lahir


 BBLL> 4000 gr
 BBLN 2500-4000 gr
 BLLR 1500-2500 gr
 BBLRS 1000-1500
 BBLASR <1000 gr
 Bayi termasuk macrosomia
 Berdasarkan kehaminlan
 Berdsarkan waktu kelhairannya ; extremely preterem, very
preterem, moderate to late preterm ( pada scenario termasuk
moderate to late preterm, 31-37 minggu)

4. Faktor yang Menyebabkan Apgar Score 3 pada Skenario


 Bayi lahir belum aterm, sehingga fungsi dari bayi
belumbekerja dengan baik. Pada apgar score ada 5 kriteria,
yitu denyut nadi, napas, tonus otot, peka rangsang san warna
kulit. Penilaiaannya dari 0, 1, dan 2.
 Faktor ibu usia ibu 38 tahun, faktor janin: premature dengan
BBL yang rendah dan adanya ketuban pecah dini.
 Karena penyakit yang di derita ibu seperti HT bisa
memengaruhi nilai apgar.
 A; Appereance
 P: Pulse
 G: Grimace
 A: Activity
 R: Respiratory

5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Apgar Score


 Faktor ibu ; usia ibu, rpd penyakit pembuluh darah ibu,
 Faktor janin : premature, bbl rendah, kelainan kogenital
 Faktor plasenta : apabila plasenta tipis sehingga tidak
menempel sempurna.

6. Cara Melakukan Pemeriksaan Apgar


 Dihitung pada menit ke 1 dan ke 5, dilanjutkan pada menit
ke 20 pada bayi yang apgar scorenya kurang dari 7
 A ; Appereance
 P : Pulse
 G : Grimace
 A : activity
 R : Respiratory
 Score 0, 1,2
 Jumlah ditotalkan
 >7 : kondisi bayi sehat
 5-6
 <5 : bayi memerlukan perawatan lebih lanjut
 0-3 : asfiksia berat
 4-6 : asfiksia sedang
 7-10 : asfiksia ringan atau normal

7. Perawatan pada Bayi Baru Lahir


 Suhu tubuh bayi, di evaluasi selama 4 jam
 Menjaga kebersihan bayi setelah BAK atau BAB
 Mengetahui bayi cukup bulan atau tidak
 Aor ketuban bercampur dengan mekonion atua tidak
 Menangis atau tidak
 Bernapas atau tidak
 Tonus otot baik atau tidak
 Resusitasi
 Stabilisasi
 Pemberian nutrisi : berdasarkan kriteria extremely preterm,
very preterm, moderate to late preterm.

Mind Map

Etiologi Faktor Risiko


Bayi Baru Lahir
Perawatan pada
yang Berisiko
Kriteria Bayi Berisiko
Bayi dan Ibu

Komplikasi

STEP 5
1. Kriteria Bayi Dan Kehamilan Risiko Tinggi
2. Patomekanisme Bayi Risiko Tinggi Dihubungkan dengan Faktor Risiko
(Prematur, Retardasi Pertumbuhan Intrauterin, Kehamilan Multiple, BMK,
KMK, Bayi Lewat Bulan, Dan Lain-Lain)
3. Tatalaksana Bayi Baru Lahir.

Refleksi Diri

STEP 6
Belajar Mandiri

STEP 7
1. Kriteria bayi dan kehamilan resiko tinggi
A. Kriteria bayi
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari. Bayi baru
lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-4000 gram, umur
kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak aktif, kulit
kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat bawaan.
Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar dada
30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160
x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut
kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7,
refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (rooting, sucking, morro,
grasping), organ genitalia pada bayi laki-laki testis sudah berada pada
skrotum dan penis berlubang, pada bayi perempuan vagina dan uretra
berlubang serta adanya labia minora dan mayora, mekonium sudah keluar
dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan.
Klasifikasi Neonatus Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa
klasifikasi:
a. Neonatus menurut masa gestasinya:
 Kurang bulan (preterm infant): < 259 hari (37 minggu)
 Cukup bulan (term infant): 259-294 hari (37-42 minggu)
 Lebih bulan (postterm infant): > 294 hari (42 minggu atau lebih)
b. Neonatus menurut berat badan lahir:
 Berat lahir rendah: < 2500 gram
 Berat lahir cukup: 2500-4000 gram
 Berat lahir lebih: > 4000 gram
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan
ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan):
 Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
 Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)
B. Kehamilan resiko tinggi
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik pada ibu maupun
pada janin dalam kandungan dan dapat menyebabkan kematian, kesakitan,
kecacatan, ketidak nyamanan dan ketidak puasan.
Berdasarkan total skor kehamilan berisiko dibedakan menjadi:
a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) Kehamilan risiko rendah
dimana ibu seluruh ibu hamil berisiko terhadap kehamilanya untuk
ibu hamil dengan kehamilan risiko rendah jumlah skor 2 yaitu
tanpa adanya masalah atau faktor risiko. Persalinan dengan
kehamilan risiko rendah dalam dilakukan secara normal dengan
keadaan ibu dan bayi sehat, tidak dirujuk dan dapat ditolong oleh
bidan.
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) Kehamilan risiko tinggi dengan
jumlah skor 6 - 10, adanya satu atau lebih penyebab masalah pada
kehamilan, baik dari pihak ibu maupun bayi dalam kandungan
yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu atau
calon bayi. Kategori KRT memiliki risiko kegawatan tetapi tidak
darurat.
c. Kehamilan Risko Sangat Tinggi (KRST) Kehamilan risiko
sangat tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12. Ibu hamil dengan
dua atau lebih faktor risiko meningkat dan memerlukan ketepatan
waktu dalam melakukan tidakan rujukan serta pertolongan
persalinan yang memadai di Rumah Sakit ditantangani oleh Dokter
spesialis. Hasil penelitian menunjukan bahwa KRST merupakan
kelompok risiko terbanyak penyebab kematian maternal.
Pengelompokan faktor risiko tinggi kehamilan:
a. Faktor risiko tinggi menjelang kehamilan. Faktor genetika yaitu
faktor keturunan dan faktor lingkungan yang dipengaruhi oleh
pendidikan dan sosial.
b. Faktor risiko tinggi yang bekerja selama hamil atau keadaan yang
dapat merangsang kehamilan. Kebiasaan ibu seperti merokok,
minum minuman alkohol, kecanduan obat dll. Penyakit yang
mempengaruhi kehamilan misalnya hipertensi gestasional,
toksemia gravidarum.
c. Faktor risiko saat persalinan
d. Faktor risiko pada neonatus.
Batasan faktor resiko pada kehamilan:
a. Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO): merupakan banyak faktor
atau kriteria – kriteria risiko kehamilan. Ibu hamil primi muda, primi
tua, primi tua sekunder, anak terkecil ≤ 2 tahun, Tinggi Badan (TB) ≤
145 cm, riwayat penyakit, kehamilan hidramnion dan riwayat tindakan
ini merupakan faktor fisik pertama yang menyebabkan ibu hamil
berisiko.
b. Ada Gawat Obstetri tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan,
dan nifas. Beberapa penyakit ibu hamil yang dikategorikan sebagai
gawat obstetri yaitu: anemia, malaria pada ibu hamil, penyakit TBC,
payah jantung, diabetes militus, HIV/AIDS, toksoplasmosis.
1) Pre-eklamsia ringan, tiga gejala preeklamsi yaitu oedema pada
muka, kaki dan tungkai, hipertensi dan urin protein positif.
Komplikasi yang dapat terjadi seperti kejang, IUFD, dan IUGR.
2) Kehamilan kembar (gemeli) dengan jumlah janin 2 atau lebih.
Komplikasi yang terjadi seperti hemoroid, prematur, BBLR,
perdarahan antepartum.
3) Hidramnion atau kelebihan jumlah air ketuban dari normalnya (> 2
liter). Faktor yang mempengaruihi hidramnion adalah penyakit
jantung, spina bifida, nefritis, aomali kongenital pada anak, dan
hidrosefalus.
4) Intra Uteri Fetal Deat (IUFD) dengan tanda-tanda gerakan janin
tidak terasa lagi dalam 12 jam, perut dan payudara mengecil, tidak
terdengar denyut jantung.
5) Hamil serotinus usia kehamilannya ≥ 42 minggu. Pada usia
tersebut fungsi dari jaringan uri dan pembuluh darah akan
menurun. Maka akan menyebabkan ukuran janin menjadi kecil,
kulitnya mengkerut, berat badan bayi saat lahir akan rendah,dan
kemungkinan janin akan mati mendadak dalam kandungan dapat
terjadi.
6) Letak sungsang keadaan dimana letak kepala janin dalam rahim
berada di atas dan kaki janin di bawah. Kondisi ini dapat
menyebabkan bayi sulit bernapas sehinga menyebabkan kematian
dan letak lintang. Letak janin dalam rahim pada usia kehamilan 8
sampai 9 bulan melintang, dimana kepala berada disamping kanan
atau kiri ibu. Bayi yang mengalami letak lintang tidak bisa
melahirkan secara normal kecuali dengan alat bantu. Bahaya yang
dapat terjadi apabila persalinan tidak dilakukan dan ditangani
secara benar dapat terjadi robekan pada rahim ibu dan ibu dapat
mengalami perdarahan, infeksi, syok, dan jika fatal dapat
mengakibatkan kematian pada ibu dan janin..
c. Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO Adanya ancaman nyawa ibu
dan bayi yaitu perdarahan antepartum, dan pre-eklasmi atau eklamsi.

2. Patomekanisme Bayi Risiko Tinggi Dihubungkan dengan Faktor Risiko


(Prematur, Retardasi Pertumbuhan Intrauterin, Kehamilan Multiple, BMK,
KMK, Bayi Lewat Bulan, Dan Lain-Lain.
A. Premature
Prematuritas adalah kelahiran yang berlangsung pada umurkehamilan
20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertamahaid terakhir.
terdapat 3 subkategori usia kelahiran premature berdasarkan kategori
World Health Organization (WHO), yaitu:
a. Extremely preterm (< 28 minggu)
b. Very preterm (28 hingga < 32 minggu)
c. Moderate to late preterm (32 hingga < 37 minggu
Patomekanisme dikelompokan dalam 4 golongan yaitu:
a. Aktivitas premature dari pencetus terjadinya persalinan
b. Infeksi
c. Perdarahan plasenta
d. Peregangan yang berlebihan pada uterus
Mekanisme pertama ditandai dengan stress dan anxiety yang bisa terjadi
pada primipara muda yang mempunyai predisposisi genetic. Adanya stress
fisik maupun psikologi menyebabkan aktivitas premature dari
Hypothalmus – pituitary – adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya
persalinan premature. Aktivitas HPA menyebabkan timbulnya insufisiensi
uteroplasenta dan mengakibatkan kondisi stress pada janin. Stres pada ibu
maupun janin akan mengakibatkan peningkatan pelepasan
hormon Corticotropin Releasing Hormone (CRH), perubahan
pada Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), prostaglandin, reseptor
oksitosin, matrix metalloproteinase (MMP), interleukin-
8, cyclooksigenase-2 dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS), estrogen
plasenta dan pembesaran kelenjar adrenal.
Mekanisme kedua adalah decidua-chorio-amnionitis, yaitu infeksi bakteri
yang menyebar ke uterus dan cairan amnion. Keadaan ini merupakan
penyebab potensial terjadinya persalinan prematur. Infeksi intraamnion
akan terjadi pelepasan mediator inflamasi seperti pro-inflamatory sitokin
(IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNF-α ). Sitokin akan merangsang pelepasan CRH,
yang akan merangsang aksis HPA janin dan menghasilkan kortisol dan
DHEAS. Hormon-hormon ini bertanggung jawab untuk sintesis uterotonin
(prostaglandin dan endotelin) yang akan menimbulkan kontraksi. Sitokin
juga berperan dalam meningkatkan pelepasan protease (MMP) yang
mengakibatkan perubahan pada serviks dan pecahnya kulit ketuban.
Mekanisme ketiga yaitu mekanisme yang berhubungan dengan perdarahan
plasenta dengan ditemukannya peningkatan hemosistein yang akan
mengakibatkan kontraksi miometrium. Perdarahan pada plasenta dan
desidua menyebabkan aktivasi dari faktor pembekuan Xa (protombinase).
Protombinase akan mengubah protrombin menjadi trombin dan pada
beberapa penelitian thrombin mampu menstimulasi kontraksi miometrium.
Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus yang bisa
disebabkan oleh kehamilan kembar, polyhydramnion atau distensi
berlebih yang disebabkan oleh kelainan uterus atau proses operasi pada
serviks. Mekanisme ini dipengaruhi oleh IL-8, prostaglandin, dan COX-2.
Preeklampsi atau eklampsi, Spasme pembuluh darah arteriola yang
menuju organ penting dalam tubuh dapat menyebabkan mengecilnya aliran
darah yang menuju retroplasenta sehingga mengakibatkan gangguan
pertukaran CO2, O2 dan nutrisi pada janin. Hal ini menyebabkan terjadinya
vasospasme dan hipovolemia sehingga janin menjadi hipoksia dan
malnutrisi. Hipoksia menyebabkan plasenta mentransfer kortisol dengan
kadar yang tinggi kedalam sirkulasi janin. Konsentrasi kortisol yang tinggi
akan mensintesis prostaglandin yaitu protasiklin (PGE-2) yang
menyebabkan timbulnya kontraksi, perubahan pada serviks dan pecahnya
kulit ketuban, sehingga bayi sering terlahir prematur.
Penyakit kardiovaskular dan anemia, Selama masa kehamilan curah
jantung akan mengalami peningkatan 30-50%. Perubahan curah jantung ini
disebabkan karena peningkatan preload akibat bertambahnya volume
darah, penurunan afterload akibat menurunya resistesi vaskular sitemik,
dan peningkatan denyut jantung ibu saat istirahat 10-20 kali/menit.
Peningkatan curah jantung dipengaruhi juga oleh isi sekuncup jantung yang
meningkat 20-30% selama kehamilan. Pada penyakit jantung yang disertai
kehamilan, pertambahan denyut jantung dan volume sekuncup jantung
dapat menguras cadangan kekuatan jantung. Payah jantung akan
menyebabkan stres maternal sehingga terjadi pengaktifan aksis HPA yang
akan memproduksi kortisol dan prostaglandin, kemudian mencetuskan
terjadinya persalinan prematur.
kadar hormone tiroid yang rendah pada hipotiroid kehamilan akan
memacu aksis HPA untuk memacu produksi TRH untuk memenuhi
kebutuhan hormon tiroid ibu dan janin.
B. Retardasi pertumbuhan intrauterine
retardasi pertumbuhan intrauterin simetris atau asimetris. Retardasi
pertumbuhan simetris menandakan bahwa gangguan terletak pada otak
dan tubuh dan terjadi di awal kehidupan janin. Sedangkan retardasi
pertumbuhan asimetris menandakan bahwa pertumbuhan tubuh lebih
terhambat dibandingkan otak, dimana ukuran hepar dan timus mengalami
penurunan, dan terjadi mulai trimester kedua. Secara umum, faktor
intrinsik menyebabkan retardasi pertumbuhan simetris, sementara faktor
ekstrinsik menyebabkan retardasi pertumbuhan asimetris. Yang dimaksud
faktor intrinsik antara lain anomali kromosom, infeksi TORCH
kongenital, sindromdwarf, beberapa inborn errors of metabolism, dan
obat-obatan.
Sedangkan faktor ekstrinsik yang menyebabkan retardasi pertumbuhan
asimetris terjadi pada akhir trimester kedua dan trimester ketiga, yaitu
ketika nutrien janin, terutama glukosadan lipid sangat berperan dalam
penyimpanan energi dalam bentuk glikogen danlemak (baik lemak coklat
dan putih). Penurunan jumlah ketersediaan energi bagijanin ini bisa
membatasi penyimpanan lemak dan glikogen serta pertumbuhan otot
skeletal namun tidak mengganggu pertumbuhan tulang dan otak.
C. Kecil masa kehamilan
Definisi KMK dijelaskan sebagai berat badan bayi lebih rendah dari
populasi normal atau lebih rendah dari berat badan yang telah ditentukan.
Kelemahan pertumbuhan saat janin bisa disebabkan banyak faktor
mencakup faktor maternal, plasenta, dan janin itu sendiri:
a. Faktor maternal: umur, paritas, kondisi medis seperti hipertensi,
infeksi (biasanya toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan
herpesvirus), malnutrisi, penggunaan alkohol, merokok.
b. Faktor plasenta: meliputi ketidaksesuaian antara perfusi plasenta
dan oksigenasi janin, pemeriksaan plasenta oleh patologis dapat
membantu menemukan penyebabnya termasuk vaskular.
c. Faktor janin: kromosom abnormal, dan kerusakan genetika, tes
genetik khusus dan atau konsultasi dengan ahli genetika sangat
berguna.

Dampak neurologis dan kognitif


Bayi yang terlahir sebagai bayi KMK, khususnya berhubungan dengan
kemampuan kognitif yang lebih rendah dalam bidang matematika dan
kepahamannya dalam hal membaca, lebih emosional, dan memiliki
Gangguan Perhatian dan Perilaku Hiperaktif (GPPH). Hasil penelitian
yang diperoleh, perlu dilakukan evaluasi dan intervensi dini terhadap
perkembangan neurologis bagi anak-anak dengan risiko tinggi. ASI
eksklusif (24 minggu atau lebih) dapat mencegah beberapa penurunan
intelektual.
D. Kehamilan ganda
a. Dapat terjadi sindroma transfusi fetal: pada janin yang dapat darah
lebih banyak terjadi hidramnion, polisitemia, edema dan
pertumbuhan yang baik. Sedangkan janin kedua kurang
pertumbuhannya terjadilah bayi kecil, anemia, dehidrasi,
oligohidrami dan mikrokardia, karena kurang mendapat darah.
b. pada hamil kembar sering terjadi kesalahan presentasi dan posisi
kedua janin. Begitu pula letak janin kedua dapat berubah setelah
janin pertama lahir, misalnya dari letak lintang berubah jadi letak
sungsang atau letak kepala.
c. Prematuritas Janin dari kehamilan multipel cenderung dilahirkan
preterm dan kebanyakan memerlukan perawatan pada neonatal
intensive care unit (NICU). Sekitar 50 persen kelahiran kembar
terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Lamanya kehamilan
akan semakin pendek dengan bertambahnya jumlah janin di dalam
uterus.
d. Hyalin Membrane Disease (HMD) Bayi kembar yang dilahirkan
sebelum usia kehamilan 35 minggu dua kali lebih sering menderita
HMD dibandingkan dengan bayi tunggal yang dilahirkan pada usia
kehamilan yang sama. HMD atau yang dikenal sebagai Respiratory
Distres Syndrom (RDS) adalah penyebab tersering dari gagal nafas
pada bayi premature.
e. Kelainan Kongenital/Akardia/Rangkaian Perfusi Balik Arteri pada
Janin Kembar (twin reverse-arterial-perfusion/TRAP), Pada TRAP
terjadi pirau dari arteri ke arteri plasenta, yang biasanya diikuti
dengan pirau vena ke vena. Tekanan perfusi pada salah satu
kembar mengalahkan yang lain, yang kemudian mengalami
pembalikan aliran darah dari kembarannya. Darah arteri yang
sudah terpakai dan mencapai kembar resipien cenderung mengalir
ke pembuluh-pembuluh iliaka sehingga hanya memberi perfusi
bagian bawah tubuh dan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan tubuh bagian atas. Gangguan atau kegagalan
pertumbuhan kepala disebut akardius asefalus. Kepala yang
tumbuh parsial dengan alat gerak yang masih dapat diidentifikasi
disebut akardius mielasefalus. Kegagalan pertumbuhan semua
struktur disebut akardius amorfosa.
f. Kembar siam, Apabila pembentukan kembar dimulai setelah
cakram mudigah dan kantung amniom rudimenter sudah terbentuk
dan apabila pemisahan cakram mudigah tidak sempurna, akan
terbentuk kembar siam/kembar dempet.
E. Kehamilan serotinus
Kehamilan dengan usia kehamilan telah lebih dari 42 minggu lengkap
mulai dari hari pertama mentruasi terakhir.
a. Masih berlangsungnya pengaruh progesterone
b. Kurangnya pelepasan oksitosin dari neurohipofisis pada kehamilan
lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebabnya
c. Usia lebih dari 35 tahun dari segi biologis perkembangan alat alat
reproduksinya sudah mengalami kemunduran
d. Paritas yang lebih dari 3, uterus sudah sering meregang sehingga
uterus menjadi longgar dan menyebabkan kepala tidak cepat masuk ke
pintu panggul sehingga kepala tidak menekan fleksus frankenhauser
yang bisa menimbulkan his rangsangan.

3. Penatalaksanaan bayi baru lahir


Penanganan bayi baru lahir dengan asfiksia
i. Mencegah hipotermi
Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah
atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam
ruangan yang relatif hangat. Upaya yang dapat dilakukan:
 Ruang bersalin yang hangat: Suhu ruangan minimal 25°C. Tutup
semua pintu dan jendela.
 Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks: Keringkan
bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan
membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk basah
dengan handuk atau kain yang kering.
 Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke
kulit bayi
 Inisiasi Menyusu Dini
 Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas.
JANGAN MEMANDIKAN BAYI SEBELUM 6 JAM SETELAH
LAHIR DAN SEBELUM KONDISI STABIL.
ii. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.
 Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm
dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan
tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah
ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan
tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari
tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.
 Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang
lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting DTT atau steril.
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
 Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam
larutan klorin 0,5%.
 Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi
Menyusu Dini.
Daftar Pustaka

1. Cunningham F G et all. Obstetry Williams. Ed 23. Volume 1. Jakarta. EGC.


2018.
2. Prawiroharjo, S. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo; 2016.
3. Smith R. Netter’s Obstetrics & Gynecology. 2nd edition. Philaadelphia : Elsevier ;
2008
4. Halimi Asl AA, Safari S, Parvareshi Hamrah M. Epidemiology and Related Risk
Factors of Preterm Labor as an obstetrics emergency. Emerg (Tehran).
2017;5(1): Epub 2017 Jan 8.
5. Kemenkes RI. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. 2010.

Anda mungkin juga menyukai