KHOLISA NADROTUNNAIM
117170037
KELOMPOK 1
BLOK 6.2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI
C. Penatalaksanaan
a. Prinsip penatalaksanann pada pasien gaduh gelisah
Pasien gaduh dan gelisah
Menenangkan dengan menjamin keamanan
Nilai kesadaran dan tand atanda cedera
Tawarkan obat oral
Jika gagal dapat diberikan obat injeksi sesuai kebutuhan
jika pasien tetap gelisah atau gaduh dapat dilakukan pengikatan fisik
jika pasien sudah tenang dapat dilakukan penilaian secara lengkap:
wawancara, pemeriksaan fisik, neurologis, dan status mental
rujuk atau lanjutkan medikasi dalam bentuk oral.
b. Medikamentosa pada pasien dengan gaduh dan gelisah
Injeksi tunggal Haloperidol 2,5-10 mg (I.M.) dapat diulang setiap
30 menit, dosis maksimal 30 mg
Diazepam injeksi 10 mg dapat diulang setiap 30 menit, dosis
maksimal 20 mg
Restrain
Observasi pasien setiap 15-30 menit sekali, catat adanya
peningkatan atau penurunan perilaku (terkait dengan perilaku,
verbal, emosi, dan fisik).
D. Percobaan bunuh diri
Merupakan tindakan merusak diri sendiri dengan maksud mengakhiri
hidupnya
Pada saat menemukan pasien dengan percobaan bunuh diri dapat dilakukan
wawancara untuk mengkaji kemungkinan penyebabnya seperti penyakit fisik
atau gangguna jiwa dan komorbiditas gangguan jiwa, selain itu dapat
dilakukan wawancara untuk mengkaji faktor resiko dan faktor protektif.
Faktor resiko yang dapat terjadi diantaranya: penyalahgunaan narkoba,
penyakit fisik, gangguan kepribadian, deprsi, psikotik, gangguan mental.
a. Hospitalisasi pada luka bunuh diri
b. Dapat diberikan obat antidepresi seperti: SSRI (fluoxetine, fluvoxamine),
anti depresan trisiklik (doxepin, amitriptilyne), SNRIs (venlafaxine,
duloxetine), MAOIs (phenelzine), antidepresan atipikal (bupropion).
E. Delirium
Merupakan kegawatdaruratan medis, didasari oleh penyakit fisik akut,
biasanya terjadi perubahan mendadak dalam fungsi fisik, kognitif, persepsi,
dan prilaku social, ketika dilakukan penilaian dapat dilakukan pemeriksaan
fisik deperti status generalis, status neurologis, pemeriksaan penunjang seperti
darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit, kimia darah, urinalisis, EKG,
dan foto thoraks untuk menyingkirkan faktor presipitasi seperti kerusakan
otak, penyakit yang menyertai, gangguan orientasi.
Pada penatalaksanaannya delirium harus diatasi atas dasar kondisi medis yang
diduga menjadi fakor pencetus, berikan obat antipsikotik dosis rendah seperti
haloperidol 0,5 mg PO,
Namun jika didapatkan agitasi berat – haloperidol 2,5 mg IM, dapat diulang
detelah 30 menit, dengan dosis maksimal dewasa 10 mg perhari.
F. Panic attack
Seranagn kecemasan yang kuat dan ekstrim pasien tampak kelisah, ketakutan
ekstrim, pengobatan yang dapat diberikan adalah diazepam 2 – 10 mg PO, /
diazepam 10 – 20 mg IM/IV.
GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU
Duddi fachrudin, S.Si., M.Psi
Selasa 2 juni 2020 10.00 – 12.00 WIB
A. Jenis gangguan emosional dan prilaku pada anak dan gejala yang timbul
a. Temper tantrum / menangis berlebihan
Sering ditemukan pada anak usia 2 – 4 tahun dan sering terjadi karena anak
mencari perhatian orang tua, menunjukan kekuasaan atau menginginkan
sesuatu untuk dimiliki, Prilaku – prilakunya seperti berteriak, memukul,
menendang, menggigit, menahan nafas, berbaring dilantai.
Tantrum pada anak merupakan perkembangan yang normal terjadi, biasanya
terjadi karena anak belum bisa menyalurkan kemarahan dan kekesalan dalah
bentuk verbal. Tantrum lebih sering terjadi pada anak dengan kebutuhan
khusus seperti ASD, ADHD, retardasi mental dll.
Pada penanganan tantrum dapat dilakukan dengan mengedukasi orang
tuanya mengenai keadaan anaknya, berikan anak pilihan, menguragi
ketidaknyamanan, serta memahami tempramen anak, bahkan dalam beberapa
keadaan tantrum dapat diacuhkan hingga anak kembali tenang dengan
sendirinya.
Ketika anak dengan tantrum mengalami keterlambatan atau gangguan
perkembangan, gangguan emosi yang ektrim, atau kegagalan dalam
perbaikan setelah dilakukan traning dapat dirujuk ke dokter spesialis
kejiwaan.
b. Autism spectrum disorder (ASD)
c. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
Gangguan fungsi perkembangan saraf dengan gejala berupa ketidakmampuan
memusatkan perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai
dengan usia perkembangan. Anak dengan ADHD biasanya sulit untuk
mematuhi peraturan.
ADHD dapat terjadi akibat faktor neurologis dimana lobus frontal tidak
bekerja secara optimal sehingga menyebabkan masalah pada atensi,
pengendalian, dan koordinasi gerak tubuh.
Tipe – tipe ADHD:
Tipe inatenttion: susah memusatkan perhatian, ceroboh, susah
mempertahankan perhatian, tidak dapat mengikuti perintah yang
diberikan, Seringkali gagal mengatur tugas dan aktifitas, menghindari
tugas yang memerlukan usaha mental, menghilangkan barang yang
penting untuk pekerjaan, perhatiannya gampang dialihkan, Seringkali
lupa
Tipe hyperactive impulsive: tampak memainkan tangan dan kaki saat
duduk, meninggalkan sebelum waktu bubaran, berlarian atau
memanjat berlebihan, berbuat suara gaduh, seolah – olah mengendarai
motor, berbicara banyak, menjawab sebelum pertanyaan tersebut
selesai diajukan, tampak gelisah saat menunggu giliran., menyela atau
menganggu teman.
Kombinasi antara inattention dan hyperactive impulsive
Perilaku hidup bersih dan sehat atau PHBS adalah perilaku seseorang yang
diipengaruhi oleh budaya, pendidikan, dan lingkungan yang sadar akan kebersihan
dan kesehatan. PHBS dibagi menjadi lima kelompok, yaitu:
a. Lingkungan RT
b. Lingkungan institusi kesehatan
c. Tempat umum
d. Tempat kerja
e. Sekolah
Unit kesehatan sekolah atau UKS adalah salah satu program promosi kesehatan
sekolah. Adapun tujuan PHBS di sekolah:
a. Memperluas pengetahuan mengenai PHBS pada siswa, guru maupun masyarakat
b. Meningkatkan fungsi aktif dalam mempraktikan PHBS bagi siswa, guru, dan
masyarakat di lingkungan sekolah
c. Membuat siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah mandiri dalam
melakukan PHBS di sekolah
Manfaat PHBS di sekolah:
a. Meningkatkan kesehatan
b. Meningkatkan semangat dan produktivitas belajar
c. Meminimalisir absensi sekolah yang disebabkan oleh sakit
Masalah Kesehatan yang Dapat Timbul Akibat Masalah PHBS Anak
Masih banyak sekolah yang kurang menerapkan PHBS sehingga menyebabkan
masalah seperti gangguan perilaku, perkembangan, sampai gangguan belajar dan
kesehatan umum. Contohnya masalah kesehatan yang umum adalah cara yang benar
menggosok gigi dan cuci tangan, menjaga kebersihan diri, dan menggunting kuku.
Selain itu, kurangnya penerapan PHBS di sekolah dapat menyebabkan berbagai jenis
penyakit menular sehingga meningkatkan kejadian bolos sekolah atau absen karena
sakit.
Tatalaksana Masalah Kesehatan yang Berhubungan dengan PHBS pada Anak
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
b. Menggunakan air bersih
c. Mencuci rambut atau keramas
d. Memakai pakaian bersih dan rapih dengan cara mencuci dn menyetrika baju yang
sudah dipakai
e. Memakai sepatu rapid an bersih dengan cara membersihkan sepatu saat kotor
f. Membersihkan kuku dan memotong kuku
g. Memakan makanan yang sehat
h. Memakai jamban yang bersih
i. Olahraga yang teratur
j. Tidak merokok selama berada di lingkungan sekolah
k. Tidak menggunakan NAPZA
l. Mengukur berat badan dan tinggi badan dilakukan setiap bulan
m. Membasmi jentik nyamuk dan saran nyamuk
n. Budayakan buang dan memilah sampah pada tempat yang sudah disediakan
o.
DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA
dr. Junny Setyawati, M.KM
Rabu, 3 Juni 2020 13.00 – 15.00 WIB
a. E. Erickson: tugas utama di masa remaja adalah membentuk identitas diri yang
mantap yang didefinisikan sebagai kesadaran akan diri sendiri serta tujuan hidup
yang lebih terarah
b. J. Piaget: terjad transformasi kognitif yang besar pada remaja menuju cara
berpikir yang lebih abstrak, konseptual, dan berorientasi ke masa depan Jika
gagal maka akan menimbulkan negativism yang menjad kemarahan dan
menentang
Gangguan Jiwa Atau Perilaku Yang Dapat Terjad Pada Masa Remaja
a. Masalah terpecahkan: Perkembangan dapat berlangsung dengan baik
b. Masalah tidak dapat terpecahkan: Stress, Depresi, Anoreksia, Bulimia,
Tergantung pada narkoba dan miras
a. Deteksi dini secara pasif dan pengelolaan di layanan dalam gedung poli anak
sebagai berikut: Deteksi 2 menit, Deteksi dengan SRQ 20, Deteksi dengan tes
deperesi, Penerapan MTPKR (Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan
Remaja), PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja).
b. Deteksi dini dan pengelolaan diluar gedung adalah sama dengan didalam
gedung untuk lokasi berada di sekolah seperti UKS dan posyandu remaja
Masalah Gizi Pada Anak Dan Remaja Upaya Penanggulangan Gangguan Gizi
Pada Anak Dan Remaja Di Layanan Primer
Dr Thysa Thysmelia Affandi, M.Km
Rabu, 3 Juni 2020
Penyebab Stunting
a. Faktor Ibu:
Kondisi kesehatan dan gizi ibu seelum dan saat kehamilan serta
setelah persalinan mempengaruhi pertumbuhan janin dan resiko
terjadinya stunting.
Faktor faktor yang mempengaruhinya antara lain: Tubuh ibu yang
pendek yaitu < 150 cm, Ibu hamil terlalu muda usia < 20 tahun
atau terlalu tua, terlalu sering melahirkan, Jarak kehamilan yang
terlalu dekat, Asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan.
b. Faktor bayi
Nutrisi yang diperoleh oleh bayi sejak lahir sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhannya temasuk resiko terjadinya stunting.
Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain: Tidak terlaksananya
inisiasi menyusu dini (IMD), Tidak diberikan ASI eksklusif,
Penyapihan dini, Kuantitas, kualitas, dan keamanan pangan dari
MPASI yang diberikan.
c. Faktor sosial ekonomi dan lingkungan
Kondisi ekonomi yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi asupan
yang bergizi dan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita.
Sanitasi tempat tinggal yang buruk seperti pembuangan air limbah,
maupun WC dipakai bebarengan dengan WC umum
Sumber air minum yang tidak bersih
Keamanan pangan yang tidak terjamin
Faktor –faktor diatas meningkatkan resiko tejadnya penyakit infeksi seperti
diare dan kecacingan sehingga mengganggu penyerapan nutrisi pada proses
pencernaan dan menyebabkan berat badan turun.
Pemberian Mpasi Yang Adekuat Menurut Who/Unicef (Bayi Usia 6-23
Bulan)
B. GIZI BURUK
Ada 2 macam gizi buruk:
a. Kwashiorkor adalah keadaan malnutrisi karena kekurangan protein
meskipun asupan energinya cukup. tanda dan gejala dari kwashiorkor:
Rambut tipis, seperti warna merah, Edema pada kedua punggung kaki
atau seluruh tubuh, Rambut jaging, mudah dicabut tanpa rasa sakit serta
rontok, Kelainan kulit atau dermatosis, Wajah membulat dan sembab,
Pandangan mata sayu, Hepatomegaly, Sering disertai penyakit infeksi
akut seperti diare, ISPA, Tampilan anak apatis dan rewel, Otot mengecil
atau hipertrofi.
b. Marasmus adalah suatu kondisi kekuragan asupan energy atau kalori dari
semua bentuk makronutrien, mencakup karbohidrat, lemak, dan protein.
Berikut dibawah ini merupakan tanda dan gejala marasmus: Wajah
seperti orang tua, Cengeng dan rewel, Disertai penyakit infeksi seperti
diare, umumnya kronis berulang dan TBC, Tampak sangat kurus, Iga
gambang, Kulit keriput, jaringan lemak dan subkutis sangat sedikit
sampai tidak ada atau disebut baggy pants Perut cekung.
c. Marasmik-Kwashiorkor
Marasmik kwashiorkor adalah suatu keadaan defisiensi bak kalori
maupun protein dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya
lemak subkutan dan biasanya dehidrasi. Berikut ini tanda dan gejala dari
marasmik-kwashiorkor meliputi: campuran dari beberapa gejala klinik
marasmus seperti sangat kurus yaitu BB/TB < -3 SD dan Kwashiorkor
seperti disertai edema yang tidak mencolok lokasinya pada kedua
punggung kaki.
Pencegahan Sekunder: Balita Gizi Kurang diberi PMT pemulihan, Bumil Gakin
KEK mendapat PMT pemulihan.
Pencegahan Tersier: Rawat inap, Rawat jalan.
C. OBESITAS
Adanya ketidak seimbangan antara asupan energy dengan keluaran energy
sehingga terjadi kelebihan energy yang selanjutnya disimpan dalam bentuk
jaringan lemak.
Jenis obesitas
Obesitas primer atau nutrisional disebabkan oleh faktor idiopatik
Obesitas sekunder atau non-nutrisional disebabkan oleh faktor endogen
seperti kelainan hormonal, sindrom, atau defek genetic.
a. Menerapkan pola makan yang benar yaitu 5x makan dalam sehari dengan 3
kali makan utama dan 2 kali makan selingan
b. Aktivitas fisik yang benar dengan melakukan olahraga seperti jogging dengan
frekuensi 5-6x/hari atau bahkan setiap hari
c. Modifikasi perilaku dengan orang tua sebagai panutan
d. Konseling gizi
Farmakoterapi dan terapi bedah: hanya pada anak dan remaja obes yang
mengalami penyakit penyerta dan tidak memberikan respons pada terapi
konvensional
Diet sangat rendah kalori (600-800 kalori/hari) tidak boleh diterapkan
pada anak dan remaja obes karena beresiko menyebabkan pembentukan
batu empedu, hiperurisemia, hipoproteinemia, hipotensi ortostatik,
halitosis dan diare.
a. SDIDTK atau Stimulasi Deteksi Dini dan Intervensi Dini Tumbuh kembang
SDIDTK adalah stau program untuk melatih tumbuh kembang anak dengan stimulasi,
deteksi dan intervensi dini terhadap penyimpangan tumbuh kembang anak. Stimulasi
diberikan untuk merangsang keterampilan dasar pada anak usia 0 – 6 tahun supaya
pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi optimal. Stimulasi dapat dilakukan
dengan baik oleh ayah, ibu, maupun orang terdekat. Ada tiga jenis deteksi SDIDTK :
1. Deteksi adanya penyimpangan pertumbuhan
Dilakukan pengukuran berat badan terhadap tinggi badan
Dilakukan pengukuran lingkar kepala anak
2. Deteksi dini pada penyimpangan perkembanagan
Skrining memakai kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Tes daya dengar
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional
Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan seperti autism, ADHD, dan lain
lain, sehingga tatalaksana dapat dilakukan di awal.
Dilakukan dengan pemberian dukungan atau support pada anak dan keluarga. Orang
tua dianjurkan untuk berinteraki secara aktif ddengan anak, diimbangi dengan
pemberian kontak fisik untuk menunjukkan kasih sayangnya. Dukungan dari keluarga
dan lingkungan sekitar dapat berguna bagi anak dalam melakukan pengobatan agar
mendapatkan hasil yang maksimal.
1. Terapi okupasi: Menitik beratkan pada motoric halus yang bertujuan agar anak
dapat melakukan kegiatan sehari – hari dengan maksimal. Terapi dlakukan dengan
pendekatan sensorik, motoric, atau keduanya.
2. Terapi sensori integrase: Terapi untuk mengolah dan mengartikan rangsangan
sensorik dari luar lalu mendapatkan respon yang sesuai
3. Terapi wicara: Diberikan untuk anak yang mempunyai kesulitan dalam
berkounikasi atau gangguan berbahasa dan berbicara.
DAFTAR ISI