Anda di halaman 1dari 26

ESSAY MINGGU KE 4

KHOLISA NADROTUNNAIM
117170037
KELOMPOK 1
BLOK 6.2

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI

Dr. Kennisa Tripatria, Sp. KJ

Selasa, 2 juni 2020 08.00 – 10.00 WIB

A. Kondisi yang termasuk gawat darurat


a. Agitasi: prilaku patologis yang ditandai adanya peningkatan aktivitas
verbal atau motoric yang tak bertujuan
b. Agresif: berbentuk agresi verbal atau fisiki terhadap benda atau seseorang.
c. Kekerasan (violence): bentuk agresi fisik oleh seseorang yang bertujuan
melukai orang lain.
d. Percobaan bunuh diri: segala bentuk tindakan yang secara sadar dilakukan
oleh pasien untuk dengan segera mengakhiri kehidupannya.
B. Pendekatan klinis kegawat daruratan
a. Tanda dan gejala:
 Aktivitas motoric yang berlebihan, tidak sesuai dan tidak bertujuan
 Menyerang
 Control impulsive yang buruk
 Merusak lingkungan
 Ketakutan dana tau anxietas yang berat
 Iritabilitas
 Marah – marah
b. Identifikasi etiologic
 Kondisi organic, penggunaan zat psikoaktif dan alcohol
 Kondisi mental, ada atau tidaknya gangguan jiwa
 Mengkaji riwayat penyakit dan pengobatan medis dan psikiatri
sebelumnya
c. Pemeriksaan fisik
 RPD: pemeriksaan fisik, kesadaran, TTV serta pemeriksaan
neurologis
 Riwayat penggunaan obat, zat psikoaktif, alcohol
 RP Psikiatrik: pemeriksaan status mental dan riwayat psikososial
d. Pemeriksaan penunjang
darah perifer lengkap, urinalisis lengkap, elektrolit, gula darah, fungsi hati,
fungsi ginjal, radiologi, dan EKG (terutama pada pasien berusia di atas 40
tahun).
e. Diagnosis banding
 Gangguan mental organic
 Gangguan akibat penyalahgunaan zat psikoaktif dan alcohol
 Gangguan psikotik
 Gangguan depresi (tipe agitatif) dan gangguan mania
 Gangguan akxietas
 Gangguan kepribadian

C. Penatalaksanaan
a. Prinsip penatalaksanann pada pasien gaduh gelisah
 Pasien gaduh dan gelisah
 Menenangkan dengan menjamin keamanan
 Nilai kesadaran dan tand atanda cedera
 Tawarkan obat oral
 Jika gagal dapat diberikan obat injeksi sesuai kebutuhan
 jika pasien tetap gelisah atau gaduh dapat dilakukan pengikatan fisik
 jika pasien sudah tenang dapat dilakukan penilaian secara lengkap:
wawancara, pemeriksaan fisik, neurologis, dan status mental
 rujuk atau lanjutkan medikasi dalam bentuk oral.
b. Medikamentosa pada pasien dengan gaduh dan gelisah
 Injeksi tunggal Haloperidol 2,5-10 mg (I.M.) dapat diulang setiap
30 menit, dosis maksimal 30 mg
 Diazepam injeksi 10 mg dapat diulang setiap 30 menit, dosis
maksimal 20 mg
 Restrain
 Observasi pasien setiap 15-30 menit sekali, catat adanya
peningkatan atau penurunan perilaku (terkait dengan perilaku,
verbal, emosi, dan fisik).
D. Percobaan bunuh diri
Merupakan tindakan merusak diri sendiri dengan maksud mengakhiri
hidupnya
Pada saat menemukan pasien dengan percobaan bunuh diri dapat dilakukan
wawancara untuk mengkaji kemungkinan penyebabnya seperti penyakit fisik
atau gangguna jiwa dan komorbiditas gangguan jiwa, selain itu dapat
dilakukan wawancara untuk mengkaji faktor resiko dan faktor protektif.
Faktor resiko yang dapat terjadi diantaranya: penyalahgunaan narkoba,
penyakit fisik, gangguan kepribadian, deprsi, psikotik, gangguan mental.
a. Hospitalisasi pada luka bunuh diri
b. Dapat diberikan obat antidepresi seperti: SSRI (fluoxetine, fluvoxamine),
anti depresan trisiklik (doxepin, amitriptilyne), SNRIs (venlafaxine,
duloxetine), MAOIs (phenelzine), antidepresan atipikal (bupropion).
E. Delirium
Merupakan kegawatdaruratan medis, didasari oleh penyakit fisik akut,
biasanya terjadi perubahan mendadak dalam fungsi fisik, kognitif, persepsi,
dan prilaku social, ketika dilakukan penilaian dapat dilakukan pemeriksaan
fisik deperti status generalis, status neurologis, pemeriksaan penunjang seperti
darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit, kimia darah, urinalisis, EKG,
dan foto thoraks untuk menyingkirkan faktor presipitasi seperti kerusakan
otak, penyakit yang menyertai, gangguan orientasi.
Pada penatalaksanaannya delirium harus diatasi atas dasar kondisi medis yang
diduga menjadi fakor pencetus, berikan obat antipsikotik dosis rendah seperti
haloperidol 0,5 mg PO,
Namun jika didapatkan agitasi berat – haloperidol 2,5 mg IM, dapat diulang
detelah 30 menit, dengan dosis maksimal dewasa 10 mg perhari.
F. Panic attack
Seranagn kecemasan yang kuat dan ekstrim pasien tampak kelisah, ketakutan
ekstrim, pengobatan yang dapat diberikan adalah diazepam 2 – 10 mg PO, /
diazepam 10 – 20 mg IM/IV.
GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU
Duddi fachrudin, S.Si., M.Psi
Selasa 2 juni 2020 10.00 – 12.00 WIB

A. Jenis gangguan emosional dan prilaku pada anak dan gejala yang timbul
a. Temper tantrum / menangis berlebihan
Sering ditemukan pada anak usia 2 – 4 tahun dan sering terjadi karena anak
mencari perhatian orang tua, menunjukan kekuasaan atau menginginkan
sesuatu untuk dimiliki, Prilaku – prilakunya seperti berteriak, memukul,
menendang, menggigit, menahan nafas, berbaring dilantai.
Tantrum pada anak merupakan perkembangan yang normal terjadi, biasanya
terjadi karena anak belum bisa menyalurkan kemarahan dan kekesalan dalah
bentuk verbal. Tantrum lebih sering terjadi pada anak dengan kebutuhan
khusus seperti ASD, ADHD, retardasi mental dll.
Pada penanganan tantrum dapat dilakukan dengan mengedukasi orang
tuanya mengenai keadaan anaknya, berikan anak pilihan, menguragi
ketidaknyamanan, serta memahami tempramen anak, bahkan dalam beberapa
keadaan tantrum dapat diacuhkan hingga anak kembali tenang dengan
sendirinya.
Ketika anak dengan tantrum mengalami keterlambatan atau gangguan
perkembangan, gangguan emosi yang ektrim, atau kegagalan dalam
perbaikan setelah dilakukan traning dapat dirujuk ke dokter spesialis
kejiwaan.
b. Autism spectrum disorder (ASD)
c. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
Gangguan fungsi perkembangan saraf dengan gejala berupa ketidakmampuan
memusatkan perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai
dengan usia perkembangan. Anak dengan ADHD biasanya sulit untuk
mematuhi peraturan.
ADHD dapat terjadi akibat faktor neurologis dimana lobus frontal tidak
bekerja secara optimal sehingga menyebabkan masalah pada atensi,
pengendalian, dan koordinasi gerak tubuh.
Tipe – tipe ADHD:
 Tipe inatenttion: susah memusatkan perhatian, ceroboh, susah
mempertahankan perhatian, tidak dapat mengikuti perintah yang
diberikan, Seringkali gagal mengatur tugas dan aktifitas, menghindari
tugas yang memerlukan usaha mental, menghilangkan barang yang
penting untuk pekerjaan, perhatiannya gampang dialihkan, Seringkali
lupa
 Tipe hyperactive impulsive: tampak memainkan tangan dan kaki saat
duduk, meninggalkan sebelum waktu bubaran, berlarian atau
memanjat berlebihan, berbuat suara gaduh, seolah – olah mengendarai
motor, berbicara banyak, menjawab sebelum pertanyaan tersebut
selesai diajukan, tampak gelisah saat menunggu giliran., menyela atau
menganggu teman.
 Kombinasi antara inattention dan hyperactive impulsive

Penanganan pada anak ADHD seperti terapi nutrisi, farmakoterapi, terapi


music, terapi bermain. Pada keadaan yang berat pengobatan secara medis
sering dilakukan.

d. Oppositional defiant disorder (ODD)


Gangguan deficit atensi dan gangguan prilaku mengacau yang terjadi pada
anak usia lebih dari 6 tahun terkadang anak tersebut memiliki riwayat
ADHD, prilaku yang ditunjukan yang terjadi 6 bulan terakhir dan muncul 4
atau lebih perilaku seperti sering mengantuk, membantah orang dewasa,
melawan atau mengganggu orang lain, mneyalahkan orang lain atas
prilakunya, sering marah dan membenci, mudah tersinggung, sering iri hati
atau balas dendam.
Penyebab dari ODD adalah minimnya pengetahuan orang tua terhadap
parenting sehingga pola asuh yang diterapkan tidak sesuai, penerapan disiplin
yang berlebihan.
Penanganan yang dapat dilakukan adalah memahami keadaan anak, belajar
komunikasi efektif, quality time, pelatihan management orang tua, konseling
individu, modifikasi prilaku.
e. Conduct disorders (CD)
Conduct disorder adalah satu kelainan perilaku dimana anak sulit
membedakan benar salah atau baik dan buruk, sehingga anak merasa tidak
bersalah walaupun sudah berbuat kesalahan.
Gejala yang dapat timbul: suka melakukan intimidasi pada orang lain, suka
berkelahi, menggunakan senjata, melakukan kekerasan seksual, merusak
barang milik diri sendiri dan orang lain, menyulut pertengkaran, berbohong,
suka keluar malam, suka minggat dari rumah, bolos dari sekolah, mencuri
dan melakukan kekerasan fisik pada orang lain atau hewan.
Karakteristik anak dengan CD:
 Inteligensi dan Prestasi Belajar: di bawah normal (sekitar 90) dan
beberapa di atas bright normal.
 Karakteristik Sosial dan Emosi: memukul, berkelahi, mengejek,
berteriak, menolak untuk menuruti permintaan orang lain, menangis,
merusak, vandalisme, memeras, yang apabila terjadi dengan frekuensi
tinggi maka anak dapat dikatakan mengalami gangguan.
 Immature, withdrawl behavior

Penyebab Conduct Disorder


Pada banyak kasus misalnya terdapat kaitan antara interaksi genetik atau
faktor neurologis dengan lingkungan keluarga yang disfungsional, pola asuh
yang mereka dapatkan, temperamen yang keras yang disebabkan oleh faktor
genetik.
3 keterampilan kritis yang berhubungan dengan perkembangan kognitif
yaitu keterampilan dalam mengatasi masalah (problem solving skills),
keterampilan mengambil peran (role taking skills) dan kontrol diri
(selfcontrol).
Pengelolaan Masalah Emosional dan Perilaku Anak dari Aspek
Biopsikososial
Ada beberapa strategi umum yang dilakukan oleh masyarakat untuk
mencegah
emosional dan perilaku anak diantaranya yaitu memberikan pendidikan moral
yang maksimal, memberi pelatihan karaker, memberikan promosi kesehatan
bagi ibu dan bayi, mengajarkan cara berinteraksi yang baik kepada keluarga
dan masyarakat, memberikan perawatan medis dan terapi bagi individu
maupun keluarga.
MASALAH PHBS PADA ANAK USIA SEKOLAH
dr. Shofa Nur Fauziah, M.KM
Rabu, 3 Juni 2020 10.00 – 12.00 WIB

Perilaku hidup bersih dan sehat atau PHBS adalah perilaku seseorang yang
diipengaruhi oleh budaya, pendidikan, dan lingkungan yang sadar akan kebersihan
dan kesehatan. PHBS dibagi menjadi lima kelompok, yaitu:
a. Lingkungan RT
b. Lingkungan institusi kesehatan
c. Tempat umum
d. Tempat kerja
e. Sekolah
Unit kesehatan sekolah atau UKS adalah salah satu program promosi kesehatan
sekolah. Adapun tujuan PHBS di sekolah:
a. Memperluas pengetahuan mengenai PHBS pada siswa, guru maupun masyarakat
b. Meningkatkan fungsi aktif dalam mempraktikan PHBS bagi siswa, guru, dan
masyarakat di lingkungan sekolah
c. Membuat siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah mandiri dalam
melakukan PHBS di sekolah
Manfaat PHBS di sekolah:
a. Meningkatkan kesehatan
b. Meningkatkan semangat dan produktivitas belajar
c. Meminimalisir absensi sekolah yang disebabkan oleh sakit
Masalah Kesehatan yang Dapat Timbul Akibat Masalah PHBS Anak
Masih banyak sekolah yang kurang menerapkan PHBS sehingga menyebabkan
masalah seperti gangguan perilaku, perkembangan, sampai gangguan belajar dan
kesehatan umum. Contohnya masalah kesehatan yang umum adalah cara yang benar
menggosok gigi dan cuci tangan, menjaga kebersihan diri, dan menggunting kuku.
Selain itu, kurangnya penerapan PHBS di sekolah dapat menyebabkan berbagai jenis
penyakit menular sehingga meningkatkan kejadian bolos sekolah atau absen karena
sakit.
Tatalaksana Masalah Kesehatan yang Berhubungan dengan PHBS pada Anak
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
b. Menggunakan air bersih
c. Mencuci rambut atau keramas
d. Memakai pakaian bersih dan rapih dengan cara mencuci dn menyetrika baju yang
sudah dipakai
e. Memakai sepatu rapid an bersih dengan cara membersihkan sepatu saat kotor
f. Membersihkan kuku dan memotong kuku
g. Memakan makanan yang sehat
h. Memakai jamban yang bersih
i. Olahraga yang teratur
j. Tidak merokok selama berada di lingkungan sekolah
k. Tidak menggunakan NAPZA
l. Mengukur berat badan dan tinggi badan dilakukan setiap bulan
m. Membasmi jentik nyamuk dan saran nyamuk
n. Budayakan buang dan memilah sampah pada tempat yang sudah disediakan
o.
DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA
dr. Junny Setyawati, M.KM
Rabu, 3 Juni 2020 13.00 – 15.00 WIB

Pengertian Fase Remaja


Fase remaja adalah fase dimana waktu untuk tumbuh menjadi matang dan merpakan
fase peralihan dari anak-anak menjadi dewasa, fase pencarian jati diri dan idealisme
serta merupakan fase pembentukan mental yang akan mempengaruhi pandangan
hidup menuju fase dewasa.

Tugas Perkembangan Remaja


a. Perkembangan fisik meliputi kematangan sebagai orang dewasa
b. Perkembangan sosial
c. Perkembangan moral
d. Perkembangan seksual
e. Perkembangan intelegensi
f. Perkembangan emosi
g. Pembentukan konsep diri

Pembentukan Konsep Diri


Pembentukan konsep diri disampaikan pada akhir masa remain ja dimana remaja
harus sudah merasa baik dengan dirinya dimana kelebihan serta kekurangan diri,
falsafah hidupnya dan cita-citanya.
Untuk Mencapai Kematangan Pribadi
a. Faktor Individu
 Genetik seperti diabilitas
 Keterampilan sosial seperti menghadapi stress, ketidakmampuan dalam
menangani rasa marah serta perilaku kekerasan sebagai perilaku yang dapat
diterima.
b. Faktor Pola Asuh
 Orang tua tidak paham cara mengasuh, bullying, perceraian orang tua
terhadap pola asuh
 Pola asuh pun harus terus dipelajari karena zaman selalu bebah dan
bersaing dengan teknologi
c. Faktor Lingkungan
 Hazing
 NAPZA
 Seks bebas
 Internet

Masalah Aktual Kesehatan Mental Remaja Saat Ini


a. Perubahan psikoseksual
b. Pengarh dari teman sebaya
c. Perilaku beresiko tinggi
d. Kegagalan pembentukan identitas diri
e. Stress di masa remja
f. Gangguan perkembangan moral

Kegagalan Pembentukan Identitas Diri


Menurut para ilmuwan sebagai berikut:

a. E. Erickson: tugas utama di masa remaja adalah membentuk identitas diri yang
mantap yang didefinisikan sebagai kesadaran akan diri sendiri serta tujuan hidup
yang lebih terarah
b. J. Piaget: terjad transformasi kognitif yang besar pada remaja menuju cara
berpikir yang lebih abstrak, konseptual, dan berorientasi ke masa depan Jika
gagal maka akan menimbulkan negativism yang menjad kemarahan dan
menentang

Gangguan Jiwa Atau Perilaku Yang Dapat Terjad Pada Masa Remaja
a. Masalah terpecahkan: Perkembangan dapat berlangsung dengan baik
b. Masalah tidak dapat terpecahkan: Stress, Depresi, Anoreksia, Bulimia,
Tergantung pada narkoba dan miras

Pengelolaan Keswa Remaja Di Puskesmas

a. Deteksi dini secara pasif dan pengelolaan di layanan dalam gedung poli anak
sebagai berikut: Deteksi 2 menit, Deteksi dengan SRQ 20, Deteksi dengan tes
deperesi, Penerapan MTPKR (Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan
Remaja), PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja).
b. Deteksi dini dan pengelolaan diluar gedung adalah sama dengan didalam
gedung untuk lokasi berada di sekolah seperti UKS dan posyandu remaja
Masalah Gizi Pada Anak Dan Remaja Upaya Penanggulangan Gangguan Gizi
Pada Anak Dan Remaja Di Layanan Primer
Dr Thysa Thysmelia Affandi, M.Km
Rabu, 3 Juni 2020

Masalah Gizi Pada Anak Dan Remaja Di Indonesia


A. STUNTING
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis akibat dari kurangnya asupan gizi
dalam waktu yang cukup lama seingga mengakibatkan pertumbuhan pada anak
terganggu yaitu tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari
seusianya.
Ciri-Ciri Stunting
a. Tanda pubertas terlambat
b. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar
c. Pertumbuhan gigi terlambat
d. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam dan tidak melakukan eye contact.
Dampak Stunting
a. Dampak jangka pendek
 Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian
 Perkembangan kognitif, motoric dan verbal pada anak tidak optimal
 Peningkatan biaya kesehatan
b. Dampak jangka panjang
 Postur tubuh tidak optimal ketika berajak dewasa
 Meningkatnya resiko obesitas dan penyakit lainnya
 Menurunnya kesehatan reproduksi
 Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah
 Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal

Penyebab Stunting
a. Faktor Ibu:
 Kondisi kesehatan dan gizi ibu seelum dan saat kehamilan serta
setelah persalinan mempengaruhi pertumbuhan janin dan resiko
terjadinya stunting.
 Faktor faktor yang mempengaruhinya antara lain: Tubuh ibu yang
pendek yaitu < 150 cm, Ibu hamil terlalu muda usia < 20 tahun
atau terlalu tua, terlalu sering melahirkan, Jarak kehamilan yang
terlalu dekat, Asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan.
b. Faktor bayi
 Nutrisi yang diperoleh oleh bayi sejak lahir sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhannya temasuk resiko terjadinya stunting.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain: Tidak terlaksananya
inisiasi menyusu dini (IMD), Tidak diberikan ASI eksklusif,
Penyapihan dini, Kuantitas, kualitas, dan keamanan pangan dari
MPASI yang diberikan.
c. Faktor sosial ekonomi dan lingkungan
 Kondisi ekonomi yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi asupan
yang bergizi dan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita.
 Sanitasi tempat tinggal yang buruk seperti pembuangan air limbah,
maupun WC dipakai bebarengan dengan WC umum
 Sumber air minum yang tidak bersih
 Keamanan pangan yang tidak terjamin
Faktor –faktor diatas meningkatkan resiko tejadnya penyakit infeksi seperti
diare dan kecacingan sehingga mengganggu penyerapan nutrisi pada proses
pencernaan dan menyebabkan berat badan turun.
Pemberian Mpasi Yang Adekuat Menurut Who/Unicef (Bayi Usia 6-23
Bulan)

a. Minimum Dietary Diversity (MMD)


 Minimal 4 atau lebih 7 jenis makanan (serelia/umbi-umbian, kacang-
kacangan, produk olahan susu, telur, sumber protein lainnya, sayur dan
buah kaya vitamin A, sayur dan buah lainnya
b. Minimum Meal Frequency (MMF)
 Bayi yang diberikan ASI: Usia 6-8 bulan: 2x/hari atau lebih, Usia 9-23
bulan: 3x/hari atau lebih
 Bayi yang tidak diberi ASI: 4x/hari atau lebih
c. Minimum Acceptable Diet (MAD), yaitu gabungan dari pemenuhan MMD
dan MMF

Anak Usia Sekolah


a. Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
b. Menguatkan kelembagaan tim pembina UKS
c. Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS)
d. Memberlakukan sekolah sebaga kawasan bebas rokok dan narkoba

B. GIZI BURUK
Ada 2 macam gizi buruk:
a. Kwashiorkor adalah keadaan malnutrisi karena kekurangan protein
meskipun asupan energinya cukup. tanda dan gejala dari kwashiorkor:
Rambut tipis, seperti warna merah, Edema pada kedua punggung kaki
atau seluruh tubuh, Rambut jaging, mudah dicabut tanpa rasa sakit serta
rontok, Kelainan kulit atau dermatosis, Wajah membulat dan sembab,
Pandangan mata sayu, Hepatomegaly, Sering disertai penyakit infeksi
akut seperti diare, ISPA, Tampilan anak apatis dan rewel, Otot mengecil
atau hipertrofi.
b. Marasmus adalah suatu kondisi kekuragan asupan energy atau kalori dari
semua bentuk makronutrien, mencakup karbohidrat, lemak, dan protein.
Berikut dibawah ini merupakan tanda dan gejala marasmus: Wajah
seperti orang tua, Cengeng dan rewel, Disertai penyakit infeksi seperti
diare, umumnya kronis berulang dan TBC, Tampak sangat kurus, Iga
gambang, Kulit keriput, jaringan lemak dan subkutis sangat sedikit
sampai tidak ada atau disebut baggy pants Perut cekung.
c. Marasmik-Kwashiorkor
Marasmik kwashiorkor adalah suatu keadaan defisiensi bak kalori
maupun protein dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya
lemak subkutan dan biasanya dehidrasi. Berikut ini tanda dan gejala dari
marasmik-kwashiorkor meliputi: campuran dari beberapa gejala klinik
marasmus seperti sangat kurus yaitu BB/TB < -3 SD dan Kwashiorkor
seperti disertai edema yang tidak mencolok lokasinya pada kedua
punggung kaki.

Penanggulangan Masalah Gizi:

Pencegahan Primer: Pemantauan berat badan di Posyandu, Penyuluhan dan


konseling ASI eksklusif dan MPASI, Mendapatkan kapsul vit A, Balita GAKIN
mendapat MPASI local, Bumil mendapatkan tablet Fe, Keluarga menggunakan
garam beryodium, PMT penyuluhan, Balita BGM, 2T dirujuk untuk dkonfirmasi.

Pencegahan Sekunder: Balita Gizi Kurang diberi PMT pemulihan, Bumil Gakin
KEK mendapat PMT pemulihan.
Pencegahan Tersier: Rawat inap, Rawat jalan.

C. OBESITAS
Adanya ketidak seimbangan antara asupan energy dengan keluaran energy
sehingga terjadi kelebihan energy yang selanjutnya disimpan dalam bentuk
jaringan lemak.
Jenis obesitas
 Obesitas primer atau nutrisional disebabkan oleh faktor idiopatik
 Obesitas sekunder atau non-nutrisional disebabkan oleh faktor endogen
seperti kelainan hormonal, sindrom, atau defek genetic.

Pemeriksaan Fisik Obesitas

 Kepala: wajah membulat, pipi tembem dan dagu rangkap


 Leher: leher relative pendek
 Dada: dada yang membusung dengan payudara membesar
 Perut: pertu membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat
 Ekstremitas: tungka umumnya berbentuk.

Prinsip Tatalaksana Gizi Lebih Dan Obesitas Pada Anak

a. Menerapkan pola makan yang benar yaitu 5x makan dalam sehari dengan 3
kali makan utama dan 2 kali makan selingan
b. Aktivitas fisik yang benar dengan melakukan olahraga seperti jogging dengan
frekuensi 5-6x/hari atau bahkan setiap hari
c. Modifikasi perilaku dengan orang tua sebagai panutan
d. Konseling gizi
 Farmakoterapi dan terapi bedah: hanya pada anak dan remaja obes yang
mengalami penyakit penyerta dan tidak memberikan respons pada terapi
konvensional
 Diet sangat rendah kalori (600-800 kalori/hari) tidak boleh diterapkan
pada anak dan remaja obes karena beresiko menyebabkan pembentukan
batu empedu, hiperurisemia, hipoproteinemia, hipotensi ortostatik,
halitosis dan diare.

Pencegahan Gizi Lebih Dan Obesitas


a. Pencegahan primer
Menerapkan pola makan dan aktivitas fisik yang benar sejak bayi Dua strategi
pendekatan yaitu:
 Strategi pendekatan populasi: mempromosikan cara hidup sehat pada
semua anak dan remaja beserta orang tuanya
 Strategi pendekatan pada kelompok yang berisiko tinggi mengalami
obesitas yaitu salah satu atau kedua orang tuanya menderita obesitas,
dan anak yang memiliki kelebihan berat badan semenjak masa anak-
anak.
b. Pencegahan sekunder: Mendeteksi secara dini
c. Pencegahan tersier: mencegah terjadinya komorbiditas
D. ANEMIA PADA REMAJA PUTRI
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Remaja Putri
a. Tingkat pengetahuan gizi yang rendah atau kurang yaitu pemilihan makanan
yang dikonsumsi.
b. Pola konsumsi makanan: remaja putri seringkali ingn menjaga penampilan,
keinginan untuk langsing atau kurus sehingga berdiet dan mengurangi
makan. Diet yang tidak sembang dengan kebutuhan zat gizi tubuh akan
menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang penting seperti besi
c. Sosial ekonomi: kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh
seluruh anggota keluarga
d. Infeksi penyakit yang memperbesar risiko anemia (misalnya infeksi cacing,
malaria)
e. Aktivitas fisik
f. Pola menstruasi
Dampak Anemia
a. Menurunnya kemampuan motoric, kognitif dan mental anak
b. Menurunnya produktifitas remaja seperti sulit focus dalam belajar
c. Komplikasi kehamilan dan janin pada ibu hamil
d. Gangguan pertumbuhan dan imunitas sehingga menyebabkan daya tahan
tubuh menurun
Pencegahan Dan Tatalaksana Anemia
a. Pendidkan atau penyuluhan gizi kepada masyarakat terutama makanan
sumber hewani (daging spai, daging ayam, telur, ikan), nabati seperti bayam,
tempe, kacang hijau dan kacang merah juga makanan yang mengandung
vitamin C, vitamin A untuk mebantu penyerapan besi dan pembentukan
haemoglobin
b. Fortifikasi bahan makanan yaitu menambah besi, asam folat, vitamin A dan
asam amino essensial pada bahan makanan yang dimakan
c. Pemberian tablet Fe atau Tablet Tambah Darah (TDD) satu tablet seminggu
sekali setelah makan untuk mengurangi rasa mual dan asam folat pada
remaja putri secara rutin untuk meningkatkan kadar Hb penderita secara
cepat dan membantu proses pembentukan haemoglobin bagi remaja putri
yang sehat.
KELAINAN TUMBUH KEMBANG ANAK part 1 & 2
(dr, Irman Permana, Sp. A)
Part 1: Kamis, 4 Juni 2020
Part 2: Jumat, 5 Juni 2020
06.30 – 08.30 WIB
Tahapan Tumbuh Kembang anak dan Perubahan yang Terjadi Secara
Fisiologis dari Segi Fisik dan Psikis
Pertumbuhan adalah bertambahnnya ukuran dan jumlah sel dan jaringan pada tubuh
manusia sehingg apertumbuhan dapat diukur dan dapat dilihat oleh mata seperti berat
badan, tinggi badan, dan lingkar kepala.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan fungsi tubuh yang dapat
dipantau dari motoric kasar, motoric halus, kemampuan berbahasa dan berbicara serta
sosialisasi dan kemandirian anak. Motoric kasar berkaitan dengan kemampuan anak
dalam melakukan gerak dan sikap tubuh seperti berdiri, duduk, dan berjalan. Motorik
halus berkaitan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan dengan
melibatkan bagian tubuh tertentu seperti memperhatikan atau mengamati sesuatu,
menulis, menggambar dan lain – lain. Kemampuan berbicara dan berbahasa
berhubungan dengan bagaimana anak merespon suara, bicara dan mengikuti perintah
yang diberikan. Sosialisasi dan kemandirian anak dapat dilihat dari aak membereskan
mainannya sendiri, berinteraksi dengan teman sebaya maupun yang lebih tua.

Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak


Dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari ras,
suku, etnik, keluarga, usia, jenis kelamin sedangkan faktor eksternal adalah
lingkungan prenatal, perinatal, dan pascanatal. Pengaruh lingkungan pada tumbuh
kembang anak bersifat kompleks dan saling berhubungan.
Penilaian Tumbuh Kembang Anak : Aspek yang Dinilai dan Alat yang
digunakan untuk Penilaian Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK, DDST)

a. SDIDTK atau Stimulasi Deteksi Dini dan Intervensi Dini Tumbuh kembang

SDIDTK adalah stau program untuk melatih tumbuh kembang anak dengan stimulasi,
deteksi dan intervensi dini terhadap penyimpangan tumbuh kembang anak. Stimulasi
diberikan untuk merangsang keterampilan dasar pada anak usia 0 – 6 tahun supaya
pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi optimal. Stimulasi dapat dilakukan
dengan baik oleh ayah, ibu, maupun orang terdekat. Ada tiga jenis deteksi SDIDTK :
1. Deteksi adanya penyimpangan pertumbuhan
 Dilakukan pengukuran berat badan terhadap tinggi badan
 Dilakukan pengukuran lingkar kepala anak
2. Deteksi dini pada penyimpangan perkembanagan
 Skrining memakai kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
 Tes daya dengar
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional
Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan seperti autism, ADHD, dan lain
lain, sehingga tatalaksana dapat dilakukan di awal.

b. DDST atau Denver Developmental Screening Test (DDST)


Metode skrining pada kelainan pada anak yang berfungsi untuk memperkirakan
perkembangan dan kemajuan perkembanan anak seperti motoric halus, motoric
kasar, Bahasa dan berbicra, serta kemandirian dan sosialisasi pada anak. Tes
Denver terdiri dari 125 macam tugas perkembangan yang diberikan sesuai usia
anak dan dibagi menjadi 4 kelompok yang dinilai yaitu personal social, fine
motor adaptive, language, dan gross motor. Interpretasi dari tes Denver adalah
dikatakan normal apanila tidak ada skor terlambat kurang dari atau sama dengan
satu atau lebih dari sama dengan dua peringatan. Tidak dapat diuji jika lebih dari
sama dengan satu atau peringatan lebih dari sama dengan dua.

Manajemen Tumbuh Kembang Anak dari Aspek Biopsikososial

Dilakukan dengan pemberian dukungan atau support pada anak dan keluarga. Orang
tua dianjurkan untuk berinteraki secara aktif ddengan anak, diimbangi dengan
pemberian kontak fisik untuk menunjukkan kasih sayangnya. Dukungan dari keluarga
dan lingkungan sekitar dapat berguna bagi anak dalam melakukan pengobatan agar
mendapatkan hasil yang maksimal.

Kelainan Perkembangan Anak


1. Retardasi mental: Kondisi abnormal yang berkaitan dengan kemampuan
intelektual diambah dengan defisit perilaku seperti merawat diri, berkomunikasi,
dan berinteraksi.
2. Cerebral palsy: Dapat menyebabkan disabilitas fisik dan mempengaruhi postur
tubuh dan gerakan tubuh. Tipe kelainan motoric yang fitemukan pada cerebral
palsy adalah spastik atau kaku otot, dyskinesia, ataksia, dan kombinasi
3. Speech delay: Kondisi saat anak mengalami gangguan proses bicara.
Keterlambatan berbicara dapat menyebabkan anak susah untuk beradaptasi dengan
lingkungannya
4. ADHD: Gangguan pemusatan aktivitas atau hiperaktivitas, merupakan kelainan
neurobehavioral, yang ditandai dengan inatensi atau tidak dapat memperhatikan
satu hal dalam waktu yang lama.

Penatalaksanaan Terhadap Kelainan Perkembangan Anak

1. Terapi okupasi: Menitik beratkan pada motoric halus yang bertujuan agar anak
dapat melakukan kegiatan sehari – hari dengan maksimal. Terapi dlakukan dengan
pendekatan sensorik, motoric, atau keduanya.
2. Terapi sensori integrase: Terapi untuk mengolah dan mengartikan rangsangan
sensorik dari luar lalu mendapatkan respon yang sesuai
3. Terapi wicara: Diberikan untuk anak yang mempunyai kesulitan dalam
berkounikasi atau gangguan berbahasa dan berbicara.
DAFTAR ISI

1. Bestari Nindya Suyanto1, Supra Wimbarti. Program Intervensi Musik terhadap


Hiperaktivitas Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Vol. 5
(1); Gadjah Mada Journal Of Professional Psychology (GAMAJPP): Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada. 2019: 15-25.
2. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. EGC, Jakarta. 2012.
3. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. EGC:
Jakarta. 2012.
4. Festa YR. Identifikasi Kebutuhan untuk Perencanaan Intervensi Anak Gangguan
Emosi dan Perilaku. Jurnal Psikologi. 2017 Agust: 285-98.
5. Lina HP. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Siswa di SDN 42 Korong
Gadang Kecamatan Kuranji Padang. Jurnal Promkes. 2016 Jul; 4(1): 92-103.
6. KEMENKES RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Pelayanan Kesehatan Dasar. KEMENKES RI; 2016.

Anda mungkin juga menyukai