Gambaran gangguan jiwa skizofrenia beraneka ragam dari mulai gangguan pada alam pikir,
perasaan dan perilaku yang mencolok sampai pada yang tersamar. Sebelum seseorang sakit,
pada umumnya penderita sudah mempunyai cirri-ciri kepribadian tertentu. Kepribadian
penderita sebelum sakit disebut sebagai Kepribadian Pramorbid, seringkali digambarkan
sebagai orang yang mudah curiga, pendiam, sukar bergaul, lebih senang menarik diri dan
menyendiri serta eksentrik (aneh). Gangguan jiwa Skizofrenia biasanya mulai muncul dalam
masa remaja atau dewasa muda (sebelum usia 45 tahun). Seseorang dikatakan menderita
Skizofrenia apabila perjalanan penyakitnya sudah berlangsung lewat 6 bulan. Sebelumnya
didahului oleh gejala-gejala awal disebut sebagai fase prodromal yang ditandai dengan mulai
munculnya gejala-gejala yang tidak lazim misalnya pikiran tidak rasional, perasaan yang tidak
wajar, perilaku yang aneh, penarikan diri dan sebagainya. Gejala gejala Skizofrenia dapat
dibagi dalam 2 kelompok yaitu gejala positif dan gejala negatif.
Gejala positif yang diperlihatkan pada penderita skizofrenia adalah sebgai berikut :
1) Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun
telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinan itu tidak rasional, namun penderita tetap
meyakini kebenarannya.
2) Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa rangsangan (stimulus). Misalnya penderita
mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak das umber dari
suara atau bisikan itu.
3) Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya
kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
4) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-madir, agresif, bicara dengan semangat dan
gembiran berlebihan.
5) Merasa dirinya Orang Besar, merasa serba mampu, serba hebat dan sejenisnya.
6) Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.
7) Menyimpan rasa permusuhan.
1) Alam perasaan (affect) tumput dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat
dari wajag yang tidak menunjukkan ekpresi.
2) Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn) tidak mau bergaul atau kontak dengan
orang lain, suka melamun (day dreaming).
7) Tidak ada atau kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada inisiatif, tidak ada
upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, menoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba malas
(kehilangan nafsu).
Pengkajian keperawatan
Riwayat prenatal
Pemeriksaan fisik :
Diagosa keperawatan :
1. Risiko tinggi infeksi b.d spinal malformation, luka operasi dan shunt
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
Monitor tanda-tanda vital. Observasi Untuk melihat tanda-tanda terjadinya
tanda infeksi : perubahan suhu, warna kulit, resiko infeksi
malas minum , irritability, perubahan warna
pada myelomeingocele. Untuk melihat dan mencegah terjadinya
TIK dan hidrosepalus
Untuk mencegah terjadinya luka infeksi
Ukur lingkar kepala setiap 1 minggu pada kepala (dekubitus)
sekali, observasi fontanel dari cembung dan
palpasi sutura kranial Menghindari terjadinya luka infeksi dan
trauma terhadap pemasangan shunt
Ubah posisi kepala setiap 3 jam untuk
mencegah dekubitus
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
Dorong orangtua mengekspresikan Untuk meminimalkan rasa bersalah dan
perasaannya dan perhatiannya terhadap saling menyalahkan
bayinya, diskusikan perasaan yang
berhubungan dengan pengobatan anaknya Memberikan stimulasi terhadap orangtua
untuk mendapatkan keadaan bayinya yang
Bantu orangtua mengidentifikasi aspek lebih baik
normal dari bayinya terhadap pengobatan
Memberikan arahan/suport terhadap
Berikan support orangtua untuk orangtua untuk lebih mengetahui keadaan
membuat keputusan tentang pengobatan pada selanjutnya yang lebih baik terhadap bayi
anaknya
Tujuan :
Kriteria hasil :
Bayi / anak berespon terhadap stimulasi yang diberikan
Orangtua dapat melakukan stimulasi perkembangan yang tepat untuk bayi / anaknya
Intervensi Rasional
Ajarkan orangtua cara merawat Agar orangtua dapat mandiri dan menerima
bayinya segala sesuatu yang sudah terjadi
dengan memberikan terapi pemijatan bayi Untuk mencegah terjadinya luka infeksi dan
tekanan terhadap luka
Posisikan bayi prone atau miring
kesalahasatu sisi Untuk mencegah terjadinya luka memar dan
infeksi yang melebar disekitar luka
Lakukan stimulasi taktil/pemijatan
saat melakukan perawatan kulit
Tujuan :
Kriteria Hasil:
Intervensi Rasional
Rawat bayi dengan cermat Untuk mencegah kerusakan pada kantung
meningeal atau sisi pembedahan
Tempatkan bayi pada posisi telungkup
atau miring Untuk meminimalkan tegangan pada
kantong meningeal atau sisi pembedahan
Gunakan alat pelindung di sekitar
kantung ( mis : slimut plastik bedah) Untuk memberi lapisan pelindung agar
tidak terjadi iritasi serta infeksi
Modifikasi aktifitas keperawatan rutin
(mis : memberi makan, member Mencegah terjadinya trauma
kenyamanan)
1. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit dan eleminasi urin b.d paralisis, penetesan urin
yang kontinu dan feses
Tujuan :
Kriteria hasil :
kulit tetap bersih dan kering tanpa bukti-bukti iritasi dan gangguan eleminasi.
Intervensi Rasional
Jaga agar area perineal tetap bersih dan kering Untuk mengrangi tekanan pada lutut dan
dan tempatkan anak pada permukaan pergelangan kaki selama posisi telengkup
pengurang tekanan.
Untuk meningkatkan sirkulasi.
Masase kulit dengan perlahan selama
pembersihan dan pemberian lotion. Untuk memberikan kelancaran eleminasi
Daftar Pustaka
Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : EGC, 2002.
Media Aesculapius. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3 Jilid 2. Jakarta: MA, 2000.
Whaleys and Wong. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edis 4. Jakarta : EGC, 2003.
Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi mencedrai diri berhubungan dengan harga diri rendah, koping
individu tidak efektif.
Diagnosis keperawatan untuk depresi : Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
Kemungkinan penyebab
a) Nyeri emosional
c) Perubahan biokimia
d) Riwayat penganiayaan
Ratasan karakteristik
D. Perencanaan
Tujuan Umum :
a) Buat kontrak dengan klien untuk tidak bunuh diri. Tujuan utama kontrak adalah agar
klien mencari staf nakes jika timbul perasaan ingin bunuh diri dan lebih membicarakan
perasaan tersebut dari pada melaksanakannya. Tujuan lain adalah agar tersedia waktu untuk
mengeksplorasi beberapa alternatif bersama dengan klien. Menegosiasikan kerangka waktu
kontrak pencegahan bunuh diri bersama dengan klien didasari pada kemampuan klien untuk
bekerja sama dengan perawat.
b) Tentukan tingkat pencegahan bunuh diri yang diperlukan dan evaluasi ulang
kemungkinan bunuh diri dikegiatan sehari-hari. Seorang klien depresi dapat beresiko besar
melakukan bunuh diri jika terapi mengalami kemajuan dan tingkat energi bertambah.
c) Cari adanya benda berbahaya pada barang pribadi milik klien. Tindakan ini
meningkatkan rasa aman dan mencegah klien agar tidak melukai diri dengan meenggunakan
barang pribadi.
d) Monitor klien secara ketat selama operan, waktu makan, dan jika staf nakes yang
tersedia lebih sedikit. Klien cenderung untuk melakukan bunuh dirijika anggota staf sedang
sibuk atau melakukan tugas ganda.
e) Dorong klien untuk mengekspresi perasaannya yang kuat kepada staf nakes. Klienn
memerlukan penguatan untuk mempelajari dan mempraktikan ekspresi perasaan yang sesuai.