Oleh :
Stephanie Adelia
1.
2015
Bagaimana cara melakukan evaluasi perkembangan ?
Jawab :
Tahap tahap evaluasi perkembangan anak adalah sebagai berikut :
1. Anamnesis
Anamnesis secara lengkap karena gangguan perkembangan bisa
diakibatkan oleh berbagai faktor. Okeh karena itu kita harus menggali
mulai dari riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
prenatal, riwayat natal, riwayat post natal. Selain itu, penting juga untuk
ditanyakan mengenai riwayat keluarga dan riwayat sosial ekonomi.
2. Skrining gangguan perkembangan anak
Pada tahap ini dianjurkan digunakan instrumen instrumen untuk
skrining kelainan perkembangan anak.
3. Evaluasi lingkungan anak
Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi antara faktor genetik
dengan lingkungan bio fisiko psikososial. Oleh karena itu, untuk
deteksi dini, kita juga harus melakukan evaluasi lingkungan anak tersebut.
4. Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
Tes penglihatan dapat dilakukan dengan tes fiksasi, dengan kartu
gambar dari Allen, maupun dengan huruf E. Perlu juga diperiksa adanya
strabismus, kelainan di kornea maupun retina.
Untuk tes pendengaran dapat dilakukan melalui anamnesis atau
menggunakan pemeriksaan audiometri.
5. Evaluasi bicara dan bahasa anak
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan
anak berbicara masih dalam batas batas normal atau tidak.
6. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara lengkap untuk mengetahui
kelainan fisik yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Misalnya,
apakah ada berbagai sindrom, penyakit jantung bawaan, tanda tanda
penyakit defisiensi dan lain lain
7. Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan neurologi harus dilakukan secara teliti untuk dapat
membantu kita dalam diagnosis suatu kelainan, misalnya jika ada lesi
intrakranial, cerebral palsy, neuropati perifer, penyakit degeneratif, dan
sebagainya.
8. Evaluasi penyakit metabolik
Salah satu penyebab gangguan perkembangan anak adalah adanya
kelainan metabolik. Kecurigaan kelainan metabolik bisa kita peroleh dari
(The
Leiter
International
secara
utuh
terhadap
sesuatu.
Anak
tidak
mampu
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa
diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia
akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjatmanjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan
suara berisik.
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda
respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu
yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan
dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif
adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang
menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau buruburu menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa
untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas
adalah
anak
berpotensi
tinggi
untuk
melakukan
aktivitas
yang
jawaban
dan
hasil
pengamatan
perilaku
anak
selama
Interpretasi :
Intervensi :
nilai
total
kurang
dari
13
tetapi
anda
ragu-ragu,
3.
Status Infeksi
Hepatitis B pada
Ibu
Infeksi Hep B(+)
Selanjutnya umur 2 3
bulan
kronologis
Vaksin Hep B pertama
gr
selanjutnya umur
kronologis 1 bulan dan 6
Tidak diketahui
bulan
Vaksin Hep B dalam
positif, HbIg
ditambahkan dalam
waktu 7 hari.
jam
Tatalaksana khusus sesudah periode perinatal :
a. Dilakukan pemeriksaan anti HBs dan HbaAg berkala pada usia 7 bulan
(satu bulan setelah penyuntikan vaksin hepatitis B ketiga) 1, 3, 5 tahun
dan selanjutnya setiap 1 tahun.
1)
2)
4)
Bila pada usia 7 bulan anti HBs negatif dan HBsAg positif,
dilakukan pemeriksaan HBsAg ulangan 6 bulan kemudian. Bila
masih positif, dianggap sebagai hepatitis kronis dan dilakukan
pemeriksaan SGOT/PT, USG hati, alfa feto protein, dan HBsAg,
idealnya disertai dengan pemeriksaan HBV-DNA setiap 1-2 tahun.
b.
Tanda klinis HIV pada bayi baru lahir baru dapat ditemukan pada usia 6
minggu setelah lahir. Uji antibodi baru dapat diperiksa saat umur 18 bulan untuk
menentukan status HIV bayi. Bayi yang dilahirkan dari ibu HIV positif dan bayi
tidak didapatkan tanda imunodefisiensi bisa diberikan imunisasi seperti bayi sehat
lain.
D. Pengelolaan Bayi / Anak dengan HIV
Waktu pelaksanaan imunisasi terhadap pasien HIV harus diperhatikan
karena apabila terlambat, tidak banyak memberikan manfaat. Namun, apabila
diberikan lebih awal,vaksin hidup dapat mengaktifkan sistem imun yang dapat
meningkatkan replikasi virus HIV sehingga memperberat penyakit HIV.
Vaksin
Ya
Keterangan
Pasien dan keluarga
DPT
Ya
serumah
Sesuai dengan jadwal
HiB
Hepatitis B
Ya
Ya
anak sehat
Secepat mungkin
Sesuai dengan jadwal
Ya
anak sehat
Sesuai dengan jadwal
anak sehat
Umur 12 bulan
IPV
Hepatitis A
MMR
Rekomendasi
asimtomatik/gejala HIV
Influenza
Pneumococcus
BCG
Varisela
ringan, CD4>25%)
Ya
Ya
Ya (utk pasien HIV
asimtomatik/gejala HIV
Indonesia
ringan, CD4>25%)
Ya/Tidak (utk pasien HIV Tergantung berat
asimtomatik/gejala HIV
penyakit
ringan, CD4>25%)
E. Imunisasi pada bayi preterm dan berat lahir rendah
Imunisasi pada BBLR dapat mulai dilakukan apabila berat badan bayi
>2000 gram, sedangkan pada bayi preterm dapat dilakukan sesuai dengan
umur kronologisnya dengan jadwal yg sama dengan bayi aterm. Untuk vaksin
DPT, HiB, dan OPV diberikan saat usia bayi 2 bulan, tetapi jika masih dalam
perawatan, OPV sebaiknya diganti dengan IPV untuk menghindari penyebaran
kepada bayi lain.
F. Imunisasi pada bayi / anak dengan penyakit kronis
Pemberian imunisasi dilakukan dengan jadwal seperti anak sehat, kecuali
apabila sudah terjadi immunodefisiensi. Pada anak dengan immunodefisiensi
vaksin hidup tidak boleh
mampu dikendalikan oleh sel imun anak. Anak dengan sakit kronis sangat
dianjurkan mendapat vaksin influenza dan pneumococcus.
(Referensi : Siregar SP. Imunisasi bayi berisiko. In: Ranuh IGN, Suyitno H,
Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, editors. Pedoman Imunisasi di Indonesia.
Jakarta: IDAI; 2011. P.47-56)
4.
Apa yang dimaksud dengan high risk baby dan apa saja yang harus
10
(bernyanyi,bergumam,memanggilnama,bercakap)
Berusaha agar bayi menggerakkan matanya dan kepalanya ke arah
suara anda
Tiru suara bayi
Gunakan benda untuk menimbulkan suara (bel, musik)
Perabaan