Anda di halaman 1dari 7

Deteksi dini penyimpangan perkembangan

Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan disemua tingakat pelayanan.


Adapun pelaksanaan dan alat yang dugunakan adalah sebagai berikut:

Tingakat Pelayanan Pelaksana Alat yang Digunakan


Keluarga dan masyarakat          Orang tua          Buku KIA
         Kader kesehatan, BKB, TPA
         Petugas pusat PAUD terlatih          KPSP
         Guru TK terlatih          TDL
         TDD
Puskesmas          Dokter          KPSP
         Bidan          TDL
         Perawat          TDD

Keteranagan:
Buku KIA : buku kesehatan ibu dan anak
KPSP : kuesioner pra skrining perkembangan
TDL : tes daya lihat
TDD : tes daya dengar
BKB : bina keluarga balita
TK : tanan kanak-kanak

A. Skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan kuesioner pra skrining


perkembangan (KPSP)
1. Pengertian : pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan pada
perkembangan balita dan anak pra sekolah dengan menggunakan kuesioner pra skrining
perkembangan ( KPSP )
2. Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
3. Referensi : Depkes RI, 2005, pedoman pelaksanaan : stimulasi, defeksi, dan intervensi dini
tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Dirjen pembinaan kesehatan
masyarakat, Jakarta.
4. Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah umur
3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan.jika ank belum mencapai skrining
tersebut, minta ibu untuk datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk
pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta kembali untuk skrining KPSP pada
umur 9 bulan. Apabila orang tua datang denagn keluhan anaknya mempunyai masalah
tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan
menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda.
5. Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PAUD terlatih.
6. Alat/instrument yang digunakan adalah:
a) Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapi anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.
b) Alat bantu pemeriksaan berupa : npensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan,
kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit
kecil berukuran 0,5-1 cm.
7. Prosedur
1. Memberitahu tentang prosedur yang akan dilakukan
2. Mengatur anak senyaman mungkin
3. Menciptakan lingkungan yang tenang, nyaman, dan aman
4. Menyiapkan alat yang diperlukan, kuesioner sesuai usia anak, pensil, kertas, bola karet,
plastic seukuran bola tenis,kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah,
benda-benda kecil seperti kismis, potongan biscuit kecuali ukuran 0,5 – 1 cm
5. Menghitung umur anak ( tanggal, bulan, tahun ) bila umur anak lebih dari 16 hari, maka
dibulatkan menjadi 1 bulat,contoh umur anak 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4
bulan, mur anak 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan
6. Buka KSPS sesuai umur anak
7. Menjelaskan tujuan KPSP pada orang tua
8. Menanyakan isi KPSP sesuai urutan atau melaksanakan perintah sesuai KPSP
9. Interpretasi hasil KPSP:
a. Hitung berapa jumlah jawaban “ya”.
a) Jawaban “ya”, bila ibu/pengasuh nak menjawab: anak bisa atau pernah atau
sering atau kadang-kadang.
b) Jawaban “tidak”, bila ibu/pengasuh anak menjawab : anak belum pernah
melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.
b. Jumlah jawaban “ya” = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S).
a) Jumlah jawaban “ya” = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).
b) Jumlah jawaban “ya” = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).
c) Untuk jawaban “tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban “tidak” menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).
10. Rincilah jawaban tidak pada nomor berapa saja
11. Tindak lanjur
 Untuk anak denganperkembangan sesuai ( S )
- Orang tua / pengasuh anak, sudah mengasuh anak dengan baik
- Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagian stimulasi sesuai
dengan umur dan kesiapan anak
- Keterlibatakan orang tua sangat baik dalam tiap kesempatan stimulasi. Tidak
usah mengambil momen khusus, laksanakan stimulasi sebagai kegiatan sehari-
hari yang terarah.Ikutkan anak setiap ada kegiatan posyandu.
 Untuk anak dengan perkembangan meraguka ( M )
- Konsultasikan nomor jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang harus
diberikan lebih sering
- Lakukan stimulasinintensif selama 2 minggu untuk mengejar ketinggalan anak
- Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter anak, tanyakan
adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat perkembangannya
- Lakukan kpsp ulang setelah 2 mgg menggunakan daftar kpsp yang sama pada
saat anak pertama dinilai
- Bila umur anak sudah berpindah golongan dan kpsp yang pertama sudah bias
semua dilakukan, lakukan lagi untk kpsp yang sesuai umur anak
- Lakukan skrining rutin , pastikan anak tidak mengalami ketinggalan lagi
- Bila setelah 2 mgg intensif simulasi , jawaban masih ( m ) 7-8 jawaban ya,
konsultasikan dengan dokter anak atau keumah sakit dengan fasilitas klining
tumbang.
 Untuk anak dengan penyimpangan perkembangan ( P )
- Segera rujuk ke rs
- Tulis jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan ( mis, gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, social dan kemandirian )
8. Cara menggunakan KPSP:
a) Pada waktu pemeriksaan/skrining anak harus dibawa.
b) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Bila umur
anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
c) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
d) KPSP terdiri atas 2 macam prtanyaan, yaitu:
 Pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak, contohnya:”dapatkah bayi
makan kue sendiri?”
 Perintah kepada ibu/pengasuhanak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang
tertulis pada KPSP. Contoh:”pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi pada
pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”.
e) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu
tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu-persatu. Setiap pertanyaan hanya ada
1 jawaban ya atau tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
f) Ajukan pertanyanaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan
terdahulu.
g) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

Deteksi dini penyimpangan mental emosional


Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya masalah mental emosional, autism dan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas pada anak agar dapat segera dilakukan tindakan intervesi. Bila
penyimpangan emosional terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini
akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya
penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu :
a. Kuesioner masalah mental emosional (KMME) bagi anak umur 36 bulan dampai 72 bulan.
b. Ceklist autism anak prasekolah (Chesklist For Autism In Toddlers CHAT) bagi anak umur
18 sampai 36 bulan.
c. Formulir deteksi dini gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
menggunakan abreviated conner rating scale bagi anak umur 36 bulan ke ats.
A. Deteksi dini masalah mental emosional pada anak prasekolah.
1. Pengertian : rutin setiap 6 bulan, dilakukan untuk anak yang berusia 36 – 72 bulan.
2. Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental
emosional pada anak prasekolah.
3. Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anak umur 36
sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining/pemeriksaan perkembangan
anak.
4. Alat yang digunakan adalah KMME yang terdiri dari 12 pertanyaan  untuk mengenali
problem mental emosional anak umur 36 sampai 72 bulan.
5. Cara melakukan :
a. Tanyakan setiap pertanyaan dangan lambat, jelas dan nyaring satu-persatu prilaku yang
tertulis pada KMME kepada orang tua/pengasuh anak.
b. Catat jawaban “ya”, kemudian hitung jumlah jawab  “ya”.
6. Interpretasi : Bila ada jawaban “ya”, maka anak kemungkinan mengalami masalah mental
emosional.
7. Prosedur
 Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku
yang tertulis pada KMME kepada orang tua/pengasuh anak, catat dan hitung berapa
banyak jumlah jawaban ya, bila ada 1 atau lebih jawaban ya, maka kemungkinan anak
mengalami masalah mental emosional
 Intervensi :
a. Bila jawaban “ya” hanya 1 :
1) Lakukan konseling pada orang tua menggunakan buku pedoman pola asuh yang
mendukung perkembangan anak.
2) Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk kerumah sakit
yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
b. Bila ditemukan 2 atau lebih
1) Rujuk kerumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang
anak. Rujukan informasi mengenai jumlah atau masalah mental emosional yang
ditemukan.
ROLE PLAY

Di sebuah keluarga terdapat ibu dengan satu anak laki-lakinya yg bernama prayoga. Yoga
merupakan anak pertama yg berusia 5 tahun dan dia baru masuk sekolah TK. Yoga memiliki
sifat yg hiperaktif sehingga membuat ibunya merasa lemas dan takut. Ibunya sering mendapat
teguran dari sekolah tetapi tidak mempunyai waktu karena sibuk dengan pekerjaanya.
Berikut Role Play

Ibu : yoga... bangun sayang bangun nak...Udah pagi tuh... yoga kan harus sekolah sayang....
(sambil membuka pintu kamar yoga)

Yoga : iya mama... bentar lagi ya ma....

Ibu : ayo nak mandi sekarang... trus pakai bajunya trus sarapan ya nak... setelah itu nanti
perginya naik becak ya nak...
Yoga : gak mau... yoga maunya mama yg antarin...
Ibu : gak bisa sayang, mama harus kerja... kalau mama gak kerja kita makannya gimana?

Tidak berapa lama kemudian datanglah sebuah becak yg biasa menjadi langganannya
sekolah. Setelah beberapa kemudian yoga telah sampai ke sekolah sesampainya di sekolah yoga
mulai mengganggu dan menjahili temannya.
Yoga : andi... andi... sini deh kamu...

Andi : ada apa yoga?


Yoga : kamu tau gak kamu tu jelek, gendut, bau, kek kambing, gak seperti aku.
            (sambil mendorong andi)
Andi : emang kamu itu seperti apa?
Yoga : aku seperti supermen yg bisa terbang, apa kau!
            (sambil mengejek dan menjulurkan lidahnya)

Andi menangis, kemudian berlari menjumpai ibu guru dan menceritakan kejadian yg terjadi.
Beberapa menit kemudian yoga di panggil oleh ibu guru.

Ibu guru : yoga kamu kenapa sih nak? Nakal banget!


Yoga :biarin aja, ibu juga jelek! (sambil ngejek)

Karena hal ini sudah terjadi maka ibu guru berinisiatif pd saat pulang sekolah nanti ibu
guru akan menyampaikan kejadiannya ini pada ibu yoga.

Ibu guru : permisi ibu... selamat siang...


Ibu : ya bu sebentar, mari masuk... eh ibu aines, ada apa ya bu? Ada yg bisa saya
bantu...
Ibu guru : begini bu, kedatangan saya kemari ingin menceritakan tentang yoga.
Ibu : yoga kenapa dengan yoga bu?
Ibu guru : begini bu kelakuan yoga tu sangat nakal bu, saya sudah tidak sanggup lagi
mendengar aduan dari murid-murid yg lain bu.
Ibu : saya sudah tahu bu, kelakuan yoga memang seperti itu bu saya juga bingung
harus berbuat apa lagi bu,terkadang saya stres sendiri bu memikirkan tingkah
lakunya yg sangat nakal dan brlebihan bu...
Ibu guru : ya bu, sabar bu, saya juga sudah merasakan apa yg ibu rasakan bagaiman kalau
ibu konsultasikan saja pada bidan mengenai kelakuan yoga.
Ibu : bagaiman kalau ibu juga ikut menemani saya?
Ibu guru : oh biklah bu, jadi kapan kita akan pergi ke sana?
Ibu : bagaimana kalau besok siang setelah yoga pulang sekolah?
Ibu guru : baiklah kalau begitu bu.

Keesokan harinya ibu guru, ibu dan yoga datang konsul ke klinik bidan.

Ibu : ASS. Selamat siang bu bidan.


Bidan : walaikum salam, silahkan masuk bu. Silahkan duduk, ada yg bisa saya bantu?

Sebelumnya bidan melakukan ANAMNESE.

Ibu : begini bu, maksud kedatangan saya ingin konsultasi keada ibu.
Bidan : konsultasi mengenai apa itu bu?
Ibu : mengenai kenakalan anak saya bu.
Bidan : oh ini ya bu! Siapa namanya nak?
Yoga :namaya prayoga, ibu kok jelek banget sih?
Bidan : ibu memang jelek sayang gak kek yoga ganteng.
Yoga ; maam... mama... yoga mau itu ma...
Ibu : mau apa sayang?
Yoga : itu loh ma yang itu...
Ibu : nanti kita beli ya sayang.
Yoga : gak mau! Yoga maunya sekarang, kalo gak yoga pecahin ini ya...!
Bidan : ya udah bu berikan saja dari pada yoga nangis.
Ibu : inilah  bu yg bikin saya bingung,bandelnya itu luar biasa loh bu,
kelakuannyalain dari anak yg lainnya
Bidan : baiklah bu saya akan mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui
apakah memang benar yoga mengalami kelainan dari anak-anak lain.
1.      Apakah yoga tidak kenal lelah atau aktivitas yh berlebihan?
2.      Apakah mudah menjadi gembira, impusive?
3.      Apakah suka mengganggu anak-anak lain?
4.      Apakah gagal menyelesaikan kegiatan yg telah dimulai, rentang perhatian pendek?
5.      Menggerakkan anggota badan atau kepala secara terus menerus?
6.      Apakah kurang perhatian, mudah teralihkan?
7.      Apakah permintaannya harus segera di turuti?
8.      Apakah sering dan mudah menangis?
9.      Suasana hatinya mudah berubah dengan cepat dan drastis?
10.  Ledakkan kekesalan tingkah laku eksplosif dan tak terduga?
Bidan : menurut hasil pengamatan saya anak ibu ini memang mengalami
HIPERAKTIVITAS, artinya anak ibu memilki sifat yg lain yg tidak mengenal
lelah dan selalu ingin beraktivitas.
Ibu : jadi bagaiman cara mengatasinya?
Bidan : luangkan waktu ibu untuk yoga, untuk menjaganya dan untuk mengetahui
perkembangan serta perubahan yoga. Agar yoga mendapatkan perhatian dan kasih
sayang dari  ibu, jangan biarkan yoga tumbuh dengan sifat yg seperti ini, kurangi
kesibukan ibu agar ibu ada waktu untuk yoga baik disekolah maupun di rumah.
Ibu : baiklah bu saya akan melakukan saran ibu bidan ini. Kalau begitu kami permisi
pulang dulu bu, terimakasih atas bantuan ibu.
Bidan : kalau begitu mari saya antar bu ke depan.
Ibu : mari bu, assalmualaikum...
Bidan : walaikumsalam...

DAFTAR PUSTAKA
Niken meilania, Nanik Setiyawati, Dwiana Estiwidana, Sumarah. 2009. Kebidanan Komunitas.
Penerbit Fitramaya. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai