ABSTRAK
ii
pada siswi di SMAN 65 Jakarta. Sedangkan pendapatan orang tua, pengetahuan gizi,
pengaruh teman sebaya, pengaruh media massa dan citra raga memiliki hubungan
yang bermakna dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65
Jakarta tahun 2011. Selanjutnya, berdasarkan analisis multivariat diketahui bahwa
pengaruh media dan citra raga merupakan faktor yang paling dominan berhubungan
dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah hendaknya
sekolah melakukan sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan gizi siswi terutama
mengenai vitamin E, bekerja sama dengan OSIS untuk mengadakan kegiatan seminar
mengenai penggunaan suplemen dengan mendatangkan suplier suplemen tersebut
agar siswi dapat mengetahui pemakaiannya dengan tepat.
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
makanan sehari-hari. Suplemen makanan mengandung satu atau lebih bahan sebagai
berikut: vitamin, mineral, tumbuhan atau bahan yang berasal dari tumbuhan, asam
amino, bahan yang digunakan untuk meningkatkan Angka Kecukupan Gizi (AKG),
atau konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak, atau kombinasi dari beberapa bahan
mengandung vitamin dan mineral, suplemen yang mengandung minyak alami, dan
paling sering dikonsumsi oleh masyarakat (McDowall, 2007). Hal ini disebakan
karena vitamin dan mineral adalah bahan organik yang esensial bagi tubuh namun
tidak dapat dibentuk sendiri oleh tubuh, sehingga harus disediakan lewat makanan,
salah satunya adalah vitamin E, oleh karena itu banyak produsen makanan
melengkapi makanan. saat ini ada sekitar 3500 jenis produk suplemen yang diizinkan
2
farmasi yang memenuhi syarat Good Manufacturing Process (GMP) saja yang
Selama tahun 2008 Badan POM telah mengeluarkan 881 nomor registrasi
suplemen makanan yang meliputi 608 suplemen makanan produk dalam negeri (SD),
261 suplemen makanan produk impor (S1) dan 12 suplemen makanan lisensi (SL).
suplemen makanan dari peredaran. Hasil pengujian mutu peoduk suplemen makanan
menunjukkan bahwa 1,35% tidak memenuhi syarat mutu, selain itu BPOM juga
Food Standars Agency (FDA), di Amerika Serikat 40% kaum perempuan dewasa
dan 30% laki-laki diketahui mengkonsumsi suplemen makanan. Pada tahun 2000,
puslitbang Farmasi Depkes RI telah melakukan survey konsumen di tiga kota besar
kasar.
3
membahayakan kesehatan.
terutama hati dan ginjal serta dapat menimbulkan keracunan. Beberapa riset
kanker dan stroke (Yuliarti, 2009). Dalam sebuah ayat Al Quran dijelaskan bahwa
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan, ayat tersebut terdapat pada surat
Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih- lebihan. Sesungguhnya Allah
Dr. Edgar Miller, seorang profesor kedokteran dari John Hopkins University,
kata dia, kebanyakan orang mengkonsumsi dalam jumlah tinggi karena takut cepat
4
mati. Sebuah alasan yang tidak jelas, menurut dokter yang memimpin studi itu.
Orang menelan vitamin E karena mereka pikir dengan cara itu bisa hidup lebih lama.
minyak, biji-bijian, asparagus, jagung, dan sayuran hijau. Ia memaparkan pola diet
rata-rata orang mencakup vitamin E berkadar 15-16,5 IU atau setara dengan 10-11
penuh kekuatan. Namun, dalam dosis lebih tinggi berakibat pada kerusakan oksidatif
dan mungkin bisa membanjiri antioksidan alami. Dalam Penelitian itu menyebutkan
serangan jantung dan stroke. Karena kehadiran vitamin itu bisa menyebabkan
pembekuan darah atau manfaat yang seharusnya diperoleh dari vitamin itu malahan
Penggunaann suplemen vitamin E ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa
namun peningkatan konsumsi suplemen juga terjadi pada para remaja. Berdasarkan
model (64,5%) yang mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral demikian juga
penelitian Ramadani (2005) menyatakan bahwa 62,4% remaja SMA Islam Al-
perubahan pola makan dan gaya hidup para remaja yang cenderung lebih menyukai
jenis makanan yang praktis, dan cepat saji yang banyak beredar di pasaran.
Tebentuknya konsep diri berupa body image pad remaja, juga menyebabkan
kebanyakan remaja kekurangan asupan makanan karena melakukan diit yang salah.
5
Kebiasaan makan yang bruruk ini menjadikan suplemen makanan sering digunakan
yang terdiri dari umur dan jenis kelamin, tingkat pengetahuan gizi remaja, pekerjaan
orang tua, pendidikan orang tua dan pola makan orang tua. Sedangkan menurut
media, aktivitas fisik, dan status kesehatan (Anggondowati, 2002; Ramadani, 2005;
Pertiwi, 2008).
studi pendahuluan kepada 25 siswi di tiga SMA Negeri, yaitu SMA Negeri 65, SMA
Negeri 16 dan SMA Negeri 34. Studi pendahuluan ini dilakukan di tiga sekolah
sebanyak 56% siswi SMA Negeri 16 yang mengkonsumsi suplemen vitamin E, 60%
pada siswi SMA Negeri 34 dan 95% siswi SMA Negeri 65 yang mengkonsumsi
suplemen vitamin E. Dari 95% siswi SMA Negeri 65 yang mengkonsumsi suplemen,
wilayah Jakarta Barat. Mayoritas siswa yang bersekolah di SMA tersebut tergolong
siswa yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi menengah ke atas. Sampai
6
saat ini belum ada survei yang dilakukan di SMA Negeri 65 mengenai konsumsi
suplemen vitamin E. Selain itu pula keberadaan suplemen vitamin E yang sangat
B. Rumusan Masalah
minyak alami, dan suplemen yang mengandung enzim dan lain-lain. Namun
suplemen yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam kadar sedikit,
suplemen vitamin E memberi manfaat bagi tubuh. Tapi dalam dosis tinggi, malah
mengganggu fungsi organ terutama hati dan ginjal serta dapat menimbulkan
keracunan.
Di Indonesia hasil Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004 menetapkan
Angka Kecukupan Gizi untuk kebutuhan vitamin E bagi remaja sebesar 15 mg/hari.
Asupan vitamin E pada remaja sudah lebih dari AKG yang telah dianjurkan,
vitamin E. Dari 72% tersebut, sebanyak 65% mengkonsumsi suplemen dengan dosis
berlebih, padahal rata-rata asupan vitamin E di SMA Negeri 65 yaitu sebesar 162
mg/hari, hal ini sudah lebih dari AKG yang dianjurkan yaitu sebesar 15 mg/hari.
promosi suplemen, status kesehatan, dan body image. Oleh karena itu penulis ingin
C. Pertanyaan Penelitian
4. Apakah ada hubungan antara faktor internal (pendapatan orang tua, uang
saku, dan status kesehatan) dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi
media massa, dan body image) dengan konsumsi suplemen vitamin E pada
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2. Diketahuinya gambaran faktor internal (pendapatan orang tua, uang saku, dan
saku, dan status kesehatan) dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi
media massa, dan citra raga) dengan konsumsi suplemen vitamin E pada
E. Manfaat Penelitian
2. Bagi Peneliti
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan karena berdasarkan hasil studi pendahuluan, siswi SMA
fungsi organ, yaitu hati dan ginjal. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa UIN
Jakarta.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
mengandung zat-zat gizi dan non gizi, bisa dalam bentuk kapsul, kapsul lunak, tablet
bubuk atau cairam yang fungsinya sebagai pelengkap kekurangan zat gizi yang
dibutuhkan untuk menjaga agar vitalitas tubuh tetap prima. Menurut Yulliarti (2008),
suplemen makanan diartikan sebagai zat atau bahan makanan tambahan yang
dikonsumsi. Zat atau bahan makanan tersebut dapat berupa vitamin, mineral, jamu atau
tanaman obat, asam amino atau bagian-bagian dari zat atau bahan makanan. Suplemen
makanan ini merupakan pendamping atau penambah program diet, nutrisi, atau kondisi
dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau
lebih dari bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain (berasal dari
tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan efek fisiologis dalam
jumlah terkonsentrasi. Suplemen makanan dapat berupa produk padat meliputi tablet,
tablet hisap, tablet kunyah, serbuk, kapsul atau produk cair berupa tetes, sirup, larutan.
12
2. Penggolongan Suplemen
makanan ini khasiatnya tidak perlu dibuktikan melalui uji klinis. Sampai saat ini pun
jenis nitraceutikal boleh dijual secara bebas tapi tidak boleh diklaim memiliki khasiat
metabolik dimana seluruh proses tersebut dikendalikan oleh enzim sebagai katalis reaksi
kimia tubuh yang membuat sel-sel bekerja secara optimal. Pada umumnya, enzim terdiri
atas protein khusus yang dinamakan apoenzim, dan memerlukan suatu kofaktor tertentu
yang biasanya adalah suatu vitamin dan mineral. Karena itu, pada konsep lama
mikronutrient tersebut (vitamin dan mineral) disebut sebagai zat esensial yang
dibutuhkan tubuh. Jika dari makanan saja tidak cukup, maka untuk memenuhi
suplemen tidak lagi terbatas pada vitamin dan mineral saja sekarang batasan suplemen
nutrisi semakin melebar sampai mencakup zat-zat nutrisi dan penyembuh yang terdapat
kategori yaitu suplemen vitamin dan mineral, suplemen asal tumbuhan atau jamu, dan
suplemen khusus yang berasal dari bahan-bahan tertentu seperti beepollen, sirip ikan
membedakan suplemen makanan sebagai vitamin, mineral, asam amino, asam nukleat,
13
asam lemak, serta kelompok lainnya meliputi L-Carnitine, serat makanan, garlic,
macam, antara lain suplemen yang mengandung vitamin dan mineral, suplemen yang
mengandung minyak alami, dan suplemen yang mengandung enzim dan lain-lain.
Namun beberapa sumber menyatakan bahwa suplemen yang paling sering dikonsumsi
oleh masyarakat umumnya dan khususnya atlet muda adalah suplemen vitamin dan
mineral (McDowall, 2007). Hal ini disebabkan karena vitamin dan mineral adalah bahan
organik yang esensial bagi tubuh namun tidak dapat dibentuk sendiri oleh tubuh,
sehingga harus disediakan lewat makanan, oleh karena itu banyak produsen makanan
memanfaatkan hal ini dengan memproduksi berbagai macam suplemen vitamin dan
mineral.
Bagaimanapun sebutir pil tidak akan dapat memberikan semua nutrient yang kita
perlukan untuk hidup sehat. Sebagai contoh, dalam buah-buahan dan sayuran terdapat
tersebut termasuk ke dalam jenis yang belum behasil diidentifikasi. Oleh karena itu,
a. Ibu sedang hamil dan ibu sedang menyusui karena mereka membutuhkan gizi
yang lebih dari orang biasa terutama vitamin dan mineral. Dokter umumnya
kebutuhan gizi yang juga lebih dari AKG (Angka Kecukupan Gizi) yang
menggunakan suplemen yang mengandung vitamin B dan asam folat. Juga pada
c. Individu yang harus minum obat untuk mencegah beberapa penyakit dapat
kebutuhan vitamin tersebut harus dibeli dengan resep dari dokter. Merokok dan
d. Lansia yang umumnya tidak terpenuhi kebutuhan gizinya sesuai dengan AKG,
makanan yang harus lebih lembut dari orang yang berusia muda.
15
e. Orang yang tidak makan daging (vegan) perlu mengkonsumsi suplemen vitamin
B12
f. Individu yang harus berdiit dibawah 1200 Kalori agar turun berat badannya
nya
g. Individu yang secara fisik sangat aktif dan tidak cukup asupan gizinya
h. Individu yang intoleran atau secara sengaja memang menghindari beberapa jenis
i. Individu yang makan cukup energinya tetapi rendah akan zat gizi mikro atau cara
pemasakan yang dapat merusak vitamin, akan baik kalau mendapatkan suplemen
tubuh yang terjadi yang kemudian menghasilkan radikal bebas di dalam tubuh.
Hal ini akan dapat merusak sel terutama karena adanya oksidasi pada asam
lemak tak jenuh di tingkat sel dan membran sub sel. Suplemen vitamin C dan
k. Individu yang banyak kehilangan darah termasuk besi, misalnya pada wanita saat
mendapatkan zat gizi dari makanan. Karena itu mereka perlu suplemen
a. Kelebihan vitamin C mungkin bisa dibuang lewat urin. Tetapi vitamin jenis lain
b. Protein yang biasanya terdapat di suplemen bila dikonsumsi orang tertentu bisa
c. Konsumsi zat besi berlebihan tidak baik untuk para penderita kelainan daraj
seperti thalassemia.
d. Konsumsi suplemen vitamin K pada orang yang tengah minum obat tertentu
tekanan darah.
i. Suplemen herbal dan natural pengganti Viagra yang diklaim lebih aman juga
mengakibatkan stroke.
17
tembaga, yang meskipun dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil, namun penting
kalsium.
l. Kelebihan vitamin A, D, K dan zat besiyang tidak dapat dibuang tubuh berbalik
menjadi racun.
suplemen vitamin tertentu tidak bermanfaan bagi kesehatan, namun justru dapat
2008 (yang terdapat dalam Yuliarti, (2008) melaporkan bahwa hasil tinjauan riset
mereka tidak berhasil menemukan satu bukti meyakinkan bahwa suplemen antioksidan
dapat menekan risiko kematian. Para ahli Universitas kopenhagen ini bahkan
dimiliki tubuh. Bahkan beta karoten, vitamin A dan E tampaknya dapat meningkatkan
risiko kematian.
18
B. Vitamin
Menurut bahasa vitamin berasal dari kata „‟vita„‟ yang mengandung arti hidup dan
„‟amin‟‟ yang artinya salah suatu zat tertentu sehingga vitamin berarti suatu zat yang
Vitamin merupakan zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah yang
sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan harus didapat dari
makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur dan pemelihara kehidupan. Tiap
vitamin mempunyai tugas spesifik didalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik
maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier, 2006).
kuantitas akan terdapat dalam keadaan kesehatan yang sebaik-baiknya. Dalam keadaan
demikian sel-sel dan jaringan tubuh jenuh mengandung semua jenis vitamin yang
diperlukan, sedangkan sejumlah vitamin ditimbun pula dalam organ penimbunan sampai
jenuh. Ternyata bahwa daya timbun untuk berbagai vitamin itu berlain-lainan. Vitamin-
vitamin yang dapat larut dalam lemak, dapat ditimbun dalam jumlah relatif besar, tetapi
sebaliknya vitamin-vitamin yang larut dalam air, sedikit saja yang dapat ditimbun.
dibutuhkan oleh manusia dibagi menjadi 2 (dua), yaitu vitamin larut lemak, seperti
vitamin A, D, E, K dan vitamin larut air, seperti vitamin C, Thiamin, Riboflavin, Niasin,
Karakteristik umum yang membedakan vitamin larut dalam lemak dengan vitamin
Tabel 2.1 Sifat-Sifat Umum Vitamin Larut Lemak dan Vitamin Larut Air
1. Vitamin E
Semua bentuk vitamin E tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam
minyak dan zat pelarut minyak seperti aceton, alkohol, chloroform, ether dan
sebagainya.
20
diperlukan bagi pemeliharaan kesehatan dan integritas semua sel tubuh. Namun
demikian tidak dapat ditunjukkan atau ditentukan kebutuhan akan vitamin ini.
(Sediaoetama, 1997)
gandum dan biji-bijian. Minyak kelapa dan zaitun hanya sedikit mengandung
Tabel 2.2
Nilai vitamin E total di dalam minyak tumbuh-tumbuhan
(mg/100 gram)
Minyak Mg
Biji Kapas 30-81
Jagung 53-162
Kacang kedelai 56-160
Kacang tanah 20-32
Kelapa 1-4
Kelapa sawit 33-73
Zaitun 5-15
Sumber : Almatsier (2009)
makanan dalam bentuk segar atau yang tidak terlalu mengalami pemrosesan.
21
Karena vitamin E tidak larut air, vitamin E tidak hilang selama dimasak dengan
air. Pembekuan dan penggorengan dalam minyak banyak merusak sebagian besar
vitamin E.
rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis
kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas untuk mencegah terjadinya defisiensi gizi.
dan jenis kelamin untuk Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk vitamin E
Golongan Umur AKG (mg)/ (IU) Golongan Umur AKG (mg)
terdapat luas di dalam bahan makanan. Kekurangan biasanya terjadi karena adanya
gangguan absorpsi lemak seperti pada cystic fibrosis dan gangguan transpor lipida
dapat diperbaiki dengan pemberian tambahan vitamin E. Akibat lain adalah sindroma
neurologik sehingga terjadi fungsi tidak normal pada sumsum tulang belakang dan
retina. Tanda-tandanya adalah kehilangan koordinasi dan refleks otot, serta gangguan
penglihatan dan berbicara. Vitamin E dapat memperbaiki kelainan ini. (Almatsier, 2006)
vitamin E, sehingga vitamin ini banyak digunakan sebagai suplemen. Padahal banyak
yang belum terbukti secara ilmiah tentang penggunaan vitamin E dosis tinggi.
Keampuhan vitamin E sebagai vitamin anti sterilitas atau mencegah keguguran ternyata
tidak tebukti pada manusia. Vitamin E juga ternyata tidak dapat meningkatkan potensi
dan kemampuan seksual serta mencegah penyakit jantung. Vitamin E berupa kapsul juga
Seuplementasi di luar jumlah kebutuhan tubuh ternyata tidak dapt mencegah proses
Gangguan pada saluran cerna terjadi bila memakan lebih dari 600 miligram sehari. Dosis
tinggi juga dapat meningkatkan efek obat antikoagulan yang digunakan untuk mencegah
Vitamin E pada dosis lebih dari 400 UI (240 mg) akan menimbulkan efek
menghambat absorpsi atau aksi vitamin K, menyebabkan diare, nyeri lambung dan rasa
Tabel 2.4
Tolerable Upper Intake Level untuk vitamin E
Tolerable Upper Intake Level (UL) untuk Alpha-Tocopherol*
C. Remaja
WHO (dalam Sarwono, 2002) mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual yang
terdiri dari tiga kriteria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan
usia 10-20 tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:
Monks (1999) sendiri memberikan batasan usia masa remaja adalah masa
diantara 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa
remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir. Remaja awal adalah masa yang
ditandai dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat dan sering mengakibatkan
kesulitan dalam menyesuaikam diri, pada saat remaja mulai mencari identitas diri.
Remaja pertengahan ditandai dengan bentuk tubuh sudah menyerupai orang dewasa.
Oleh karena itu remaja seringkali diharapkan dapat berperilaku seperti orang dewasa,
meskipun belum siap secara psikis. Pada masa ini sering terjadi konflik, karena remaja
sudah mulai ingin bebas mengikuti teman sebaya. Erat kaitannya dengan pencarian
identitas, di lain pihak mereka masih bergantung dengan orang tua. Remaja akhir
tempat-tempat lain. Emosi, minat, konsentrasi dan cara berpikir mulai stabil serta
remaja ditandai dengan banyaknya variasi, perilaku ingin independen dan mencoba
berperan dewasa. Perubahan biologis, sosial, psikologis dan kognitif yang terjadi pada
masa remaja akan mempengaruhi kesehatan atau gizi secara bermakna. Pada remaja,
intake makanan ditentukan sendiri, tetapi dipengaruhi juga oleh pola makan keluarga,
pengaruh teman, media, nafsu makan dan ketersediaan makanan (Wahlqvist, 2002).
makanan remaja disebabkan karena pertumbuhan fisik yang pesat, lebih bebas dan
banyak makan di luar rumah, kesadaran tentang penampilan fisik dan berat badan,
Remaja laki-laki dan perempuan berbeda, baik secara fisik maupun mental.
Pertumbuhan cepat (growth spurt) pada perempuan, dimulai antara umur 8,5 tahun
sampai 11,5 tahun dan mencapai puncaknya pada umur 12,5 tahun. Kecepatan
perumbuhan ini kemudian berkurang dan berakhir pada umur 15 atau 16 tahun. Pola
pertumbuhan cepat ini sama untuk laki-laki, akan tetapi laki-laki memulainya lebih
partumbuhan cepat dimulai antara umur 10,5 tahun sampai 14,5 tahun dan mencapai
puncakya antara umur 14,5 tahun sampai 15,5 tahun. Setelah itu kecepatan pertumbuhan
berkurang sedikit demi sedikit sampai kurang lebih umur 20 tahun. Soesilowindradini
(2004).
26
menyatakan bahwa perilaku konsumsi makanan dan minuman dipengaruhi oleh 2 faktor
utama yaitu:
1. Faktor intrinsik yang terdiri dari : usia, jenis kelamin, dan keyakinan.
sosial dan aktifitas remaja dapat menimbulkan dampak terhadap konsumsi makan
remaja. Remaja dapat membeli dan mempersiapkan makanan untuk mereka sendiri.
1. Umur
terhadap yang akan dimakan, akan tetapi setelah dewasa orang mempunyai
kontrol terhadap yang akan dimakan. Proses ini sudah mulai pada massa anak-
anak, karena pada massa ini mereka mulai memiliki kesukaan terhadap makanan
kecepatan seseorang untuk menerima dan merespon informasi yang diterima dan
proporsi konsumsi suplemen vitamin dan antara kelompok umur 20-29thn, 30-
39thn, dan 40-45thn atau dengan kata lain tidak ada hubungan bermakna antara
2. Jenis Kelamin
C dan E. Hasil ini tetap sama ketika disesuaikan dengan umur. Pria yang lebih
pada wanita, sebanyak 26,8% menurut hasil survei NCHS (Frankle et al,1993),
28
satu pameo yaitu semakin tinggi tingkat keprihatinan seseorang maka akan
melakukan kegiatan fisik dan mengurangi tidur, makan dan minum atau
penelitian ini yang dimaksudkan adalah kebutuhan zat gizi terutama kecukupan
vitamin pada remaja. Menurut Tilarso, Hario (2009) dalam Yunaeni (2009),
29
kebutuhan akan zat gizi mutlak bagi tubuh agar dapat melaksanakan fungsi
normalnya.
Jika konsumsi vitamin lebih rendah dari kebutuhan, maka status gizi
vitamin dalam tubuh akan menurun. Keadaan ini disebut defisiensi vitamin. Jika
kekurangan ini tidak terlalu besar, maka kebutuhan masih dapat ditutupi dari
tempat cadangan. Bila hal ini berlangsung lebih lama, maka cadangan vitamin
Begitu pula jika konsumsi vitamin E lebih tinggi dari kebutuhan atau
cerna terjadi bila memakan lebih dari 600 miligram sehari. Dosisi tinggi juga
Menurut kamus psikologi (chaplin, 2005) citra tubuh adalah ide seseorang
mental yang tertuju kepada perasaan yang kita alami tentang tubuh dan bentuk
tubuh kita yang berupa penilaian positif dan penilaian negatif. Rice (2001)
mengalami perubahan.
diri yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik. Citra raga khususnya dimaksudkan
lain.
dalam citra raga dan secara khas menunjukkan kearah penolakan terhadap
citra rubuh bagi remaja merupakan suatu hal yang penting, karena pada masa
psikis. Perubahan yang pesat ini menimbulkan respon tersendiri bagi remaja
a. Jenis Kelamin
dibandingkan pria.
berat badan disebabkan oleh artikel dalam majalah wanita yang sering
32
Didomenico, 1992).
dan kulit yang bersih, mulus, sehat dan berseri. Oleh karena itu, banyak
“Gue mau banget punya badan langsing dan kulit cantik. Soalnya
teman-teman gue men “support” untuk mempunyai badan langsing dan
kulit cantik. Gue juga mengonsumsi suplemen untuk memperlancar gue
mendapatkan tubuh yang indah, yah, meskipun ada efek sampingnya,
tapi ya gak apa-apalah.” (Putri, Kompas 10 Juli 2009)
b. Usia
badan. Umumnya lebih sering terjadi pada remaja putri daripada remaja
c. Media massa
menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial. Anak-anak dan
dikaitkan dengan citra tubuh yang dimiliki. Individu merasa tidak puas dengan
seperti bintang film, penyanyi dan model. Suatu studi di AS mengenai body
6. Konsep Diri
sendiri. Bila seseorang menilai diri sendiri positif, maka seseorang akan
memasuki dunia dengan harga diri yang positif dan penuh percaya diri. Bila
terjadi distorsi atau perubahan dalam citra tubuh seseorang, maka konsep dirinya
baik konsep diri seseorang, maka akan semakin baik perilaku konsumsi orang
tersebut.
34
seseorang terhadap makanan tergantung dari rasa karena rasa merupakan suatu
faktor penting dalam pemilihan pangan yang meliputi bau, tekstur dan suhu.
8. Perkembangan Psikososial
kejadian yang berkaitan dengan relasi sosial atau hubungan kemasyarakatan dan
9. Status Kesehatan
Menurut White et.al (2004) kondisi tubuh yang kurang baik, atau sedang
dalam kondisi sakit atau memiliki keluhan akan kesehatan mendorong mereka
Sehat menurut WHO 1990 dalam Alamtsier (2004) yaitu keadaan sejahtera
secara fisik, mental dan social, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacata.
35
kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
(Sediaoetama, 1987).
kelahiran antar anak amat dekat akan menimbulkan masalah. Dalam hal ini,
bahwa seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu kurang mampu dalam
penyuluhan atau informasi mengenai gizi. Menurut Berg (1996) latar belakang
menjadi lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau
sehingga dapat menentukan daya beli seseorang (London 1995 dalam Savitri
2009)
Pekerjaan orang tua pun turut menentukan kecukupan gizi dalam sebuah
yang dibeli (Apriadji, 1986). Menurut penelitian Puone dalam Guthrie (1995)
konsumsi masyarakat.
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam sikap tentang makanan, pemilihan
makanan dan pola makan. Tetapi jika sudah menganjak remaja mereka
37
Oleh karena itu pengaruh keluarga terhadap perilaku makan mulai berkurang.
Khomsan pun menyatakan pada zaman modern seperti sekarang ini, orang
tua memang telah menjadi manusia sibuk karena urusan di luar rumah tangga.
Oleh karena itu, peran orang tua saat ini sangat penting dalam mendorong
Pengaruh teman sebaya sangat kuat pada masa remaja awal. Di masa ini,
remaja sangat menyadari penampilan fisik dan perilaku sosial mereka dan selalu
diri dengan kelompoknya dapat mempengaruhi intake gizi remaja (Brown et al,
2005).
remaja memanfaatkan dua kali waktunya lebih banyak untuk bergaul dengan
rumah membuat remaja sering jarang makan di rumah dan teman sebaya sering
meskipun lapar tidak menggunakan semua bahan makanan yang bergizi sebagai
makanan karena alasan agama, tabu, dan kepercayaan. Makanan yang disediakan
makan. Konsumsi buah, jus buah, suplemen, soft drinks, gula dan makanan yang
Salah satu faktor yang dapat digunakan dalam mengukur status sosial
ekonomi adalah uang saku. Menurut Azizah dalam Dilapanga 2009, semakin
besar uang saku yang diterima oleh anak maka semakin besar pendapatan
keluarga.
diperoleh dalam keluarga yang diberikan kepada anak untuk keperluan harian,
dimaksud dalam hal ini adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat
maraknya promosi iklan yang ditawarkan oleh produsen yang saling berlomba-
media massa adalah dapat menjangkau setiap orang dalam bentuk yang sama dan
Suhardjo (1986) juga mengatakan bahwa media massa sebagai salah satu
koran dan buku dapat dijadikan saluran komunikasi bagi sejumlah orang.
yang masih dalam proses mencari jati diri, sering kali menjadi sasaran empuk
bagi produsen yang menawarkan produknya. Hal ini dikarenakan remaja paling
cepat dan efektif dalam penyerapan gaya hidup konsumtif, baik dalam kebutuhan
menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan remaja. Remaja mulai dapat
remaja lebih suka makanan serba instan yang berasal dari luar rumah seperti fast
food. Fast food mengandung zat gizi yang terbatas atau rendah, diantaranya
Selain itu, kandungan lemak dan natrium cukup tinggi pada berbagai fast food.
saji/fast food yaitu karena praktis, rasanya enak, mudah didapat dan tingkat
41
kesibukan yang tinggi sehingga tidak sempat menyiapkan makanan yang sehat
dan alami.
lebih lama dan kemungkinan menjadi perilaku yang melekat pada seseorang
pengetahuan gizi yang baik maka cenderung untuk memilih makanan yang
bernilai gizi tinggi. Selain itu, pengetahuan gizi dapat meingkatkan seseorang
dan faktor-faktor yang berhubungan pada remaja SMA Islam AL Azhar 3 Jakarta
Penelitian lain yang sejalan juga ditemukan pada penelitian Putri (2004),
dengan pengetahuan gizi. Pada kelompok yang berpengetahuan gizi baik, 82,1%
tentu memiliki penilaian tersendiri terhadap jenis makanan tertentu. Ada yang
pribadi bahwa makanan tersebut menimbulkan alergi atau memiliki rasa yang
E. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Vitamin E Remaja
(2000)
BAB III
A. Kerangka Konsep
dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi SMA Negeri 65 Jakarta. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah jumlah dan karakteristik keluarga (pendapatan
orang tua), konsumsi vitamin E dan lemak, teman sebaya, media massa, status sosial
ekonomi (uang saku), pengetahuan gizi, citra raga, dan status kesehatan. Variabel dalam
Bagan 3.1.
Vitamin E
Faktor Internal
1. Jumlah dan karakteristik keluarga
- Pendapatan Orang Tua
2. Uang saku
3. Status Kesehatan
Konsumsi Suplemen
Vitamin E
Faktor Eksternal
1. Pengetahuan
2. Teman Sebaya
3. Media massa
4. Citra Raga 44
Faktor usia dan jenis kelamin tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena
populasi penelitian berada dalam satu kelompok usia (homogen). Variabel pemilihan
dan arti makanan tidak diikutsertakan karena sudah diwakilkan oleh variabel teman
sebaya. Suhardjo (1986) mengatakan seseorang akan suka atau tidak sukanya terhadap
makanan dari rasa, karena rasa merupakan faktor penting dalam pemilihan makanan.
sebaya.
karena telah diwakilkan oleh variabel citra raga. Menurut Chaplin (2004) perkembangan
psikososial merupakan interaksi antara faktor-faktor sosial dan psikologis. Citra raga
merupakan kontrol sosial yang mempengaruhi bagaimana seseorang melihat dirinya dan
45
B. Definisi Operasional
1. Konsumsi suplemen vitamin E Jumlah dosis suplemen Kuesioner Angket 1. ≥ 800 mg Ordinal
vitamin E per hari yang 2. < 800 mg
dikonsumsi dalam sebulan
terakhir.
2. Pendapatan orang tua Jumlah total pendapatan Kuesioner Angket 1. Cukup ( ≥ Rp.5.000.000) Ordinal
orang tua dalam satu bulan 2. Kurang (< Rp.5.000.000)
(Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2001)
3. Uang Saku Jumlah uang dalam rupiah Kuesioner Angket 1. kecil (jika < mean) Ordinal
yang diberikan orang tua 2. besar (jika ≥ mean)
siswa setiap hari untuk
keperluan jajan
5. Pengetahuan Gizi dan Suplemen Tingkat pengetahuan Kuesioner Angket 1. kurang , bila nilai < 80 % Ordinal
responden dalam menjawab 2. Baik , bila nilai > 80 %
pertanyaan yang diajukan (Khomsan, 2003)
dalam kuesioner mengenai
suplemen makanan dan gizi
46
yang dihitung berdasarkan
jumlah yang benar
6. Pengaruh teman Pengakuan siswi mengenai Wawancara Kuesioner 1. Tidak ada pengaruh : Jika Ordinal
ada atau tidaknya pengaruh Skor 0
teman siswi terhadap 2. Ada pengaruh: Jika Skor
konsumsi suplemen vitamin ≥1
E.
7. Keterpaparan dengan Pernyataan responden Kuesioner Angket 1. Tidak terpapar, jika Ordinal
media/informasi mengenai pernah atau tidak responden menjawab ‘’
pernah mendapatkan tidak’’ pada item
informasi mengenai produk pertanyaan keterpaparan
& manfaat suplemen media/informasi (G3)
makanan melalui media 2. Terpapar, jika responden
komunikasi massa (TV, menjawab ‘ya” pada
Radio, Koran dan Majalah) item pertanyaan
atau media komunikasi keterpaparan (G3).
personal (orang tua, teman, (Setiawan, 2008)
guru, dokter atau ahli gizi)
dalam satu bulan terakhir.
8. Citra Raga Pandangan diri yang Kuesioner Angket 1. Negatif (jika < mean) Ordinal
berkaitan dengan sifat-sifat 2. Positif (jika ≥ mean)
fisik, khususnya (Andea, 2009)
dimaksudkan oleh
pemikiran mengenai
kecantikan dan kebutuhan
wajah.
47
48
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara faktor internal (pendapatan orang tua, uang saku, dan status
Jakarta
2. Ada hubungan antara faktor eksternal (pengetahuan, teman sebaya, media massa
dan citra raga) dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi SMA Negeri 65
Jakarta
49
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik karena akan melihat hubungan antara varibel
indepnden dan varibel dependen. Variabel independen yang diteliti adalah pekerjaan
orang tua, pendapatan orang tua, uang saku, status kesehatan, konsumsi vitamin E
dan lemak, pengetahuan gizi, teman sebaya, keterpaparan media massa, dan citra
raga.
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Negeri 65 Jakarta yang
mengkonsumsi suplemen vitamin E, baik yang duduk di kelas X, XI, atau kelas XII.
orang.
49
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 65 Jakarta yang bersedia
menjadi sampel dan mengisi angket. Sampel dari penelitian ini dipilih dengan
metode simple random sampling dan perhitungan jumlah sampel dengan rumus uji
n
z 1 / 2 2 P (1 P ) z1 P1 (1 P1 ) P2 (1 P2 )
2
( P1 P2 ) 2
Keterangan :
1
2 = 0,05 (derajat kemaknaan 1,96)
1
= Kekuatan uji 90 %
50
keseluruhan sehingga jumlah keseluruhan sampel yang akan diambil adalah 77
orang.
D. Instrumen Penelitian
data (Notoatmodjo, 2005). Instrumen Penelitian yang akan digunakan pada penelitian
pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, uang saku, status kesehatan, pengetahuan
E. Pengumpulan Data
Pengumpul data dilakukan oleh peneliti sendiri. Jenis data yang dikumpulkan
adalah data primer. Data primer dikumpulkan dengan wawancara dan observasi
langsung kepada siswi SMA Negeri 65 Jakarta dengan instrumen kuesioner yang
meliputi pendapatan orang tua, uang saku, status kesehatan, pengetahuan gizi,
F. Pengolahan Data
1. Mengkode data (data coding), yaitu membuat klasifikasi data dan memberi kode
51
2. Menyunting data (data editing), yaitu kuisioner yang telah diisi dilihat
komputer.
3. Membuat struktur data (data structure) dan file data (data file), yaitu membuat
4. Memasukan data (entry data), yaitu dilakukan pemasukan data ke dalam tamplate
5. Membersihkan data (data cleaning), yaitu data yang telah di entry dicek kembali
untuk memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan, baik kesalahan
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini berupa analisis data univariat dan analisis data
bivariat.
Analisa data bivariat dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan yang
bermakna antara variabel independen dan variabel dependen Pada analisa ini
52
∑ (O - E)2
X2 =
DF = (k-1)(b-1)
Keterangan:
X2 = Chi square
O = Nilai observasi
E = Nilai Ekspektasi
k = Jumlah kolom
b = Jumlah baris
Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam
penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0.05. Penelitian antara dua
variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p≤0.05 dan dikatakan tidak
Jika variabel independen terdiri dari dua kategori dan dijumpai nilai E<5,
maka nilai p dapat dilihat dari nilai fisher exact. Jika tidak dijumpai nilai E<5, maka
nilai p dapat dilihat dari nilai continuity correction. Untuk variabel independen yang
lebih dari dua kategori, maka nilai p dapat dilihat dari nilai pearson chi square.
3. Analisis Multivariat
penelitian ini menggunakan uji regresi logistik berganda karena variabel independen
dan dependen dalam bentuk data kategorik. Selanjutnya untuk Uji regresi logistik
53
berganda pada penelitian ini menggunakan model prediksi karena semua variabel
melihat nilai Odds Ratio (OR). Nilai OR = 1 memiliki makna bahwa tidak ada
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Jika nilai OR < 1
dan jika nilai OR > 1 artinya variabel independen merupakan faktor resiko terhadap
variabel dependen.
2009):
hasil uji bivariat mempunyai nilai p ≤ 0,25, maka variabel tersebut dapat
masuk model multivariat. Namun, bisa saja variabel dengan nilai p > 0,25
berhubungan.
0,05. Apabila di dalam model ditemui nilai p>0,05, maka variabel tersebut
54
c. Uji interaksi. Setelah memperoleh model yang memuat variabel-variabel
55
56
BAB V
HASIL
SMAN 65 Jakarta terletak di Jalan Raya Panjang Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta
Barat. Jumlah seluruh siswa di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 berjumlah 625 siswa, dengan
siswa perempuan berjumlah 351 siswa dan siswa laki-laki berjumlah 274 siswa. Dibawah ini
dapat dilihat distribusi frekuensi siswa SMAN 65 Jakarta tahun 2011 berdasarkan jenis
kelamin.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa SMAN 65 Jakarta Tahun 2011
Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada penelitian ini yang menjadi responden hanya siswa perempuan kelas X sampai
“mengkonsumsi melebihi batas toleransi” (≥800 mg) dan “tidak melebihi batas
toleransi” (<800 mg). Adapun gambaran konsumsi suplemen vitamin E pada siswi
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Konsumsi Suplemen Vitamin E Siswi SMAN 65 Jakarta
Tahun 2011
Konsumsi Suplemen Vitamin E Jumlah Persentase
Melebihi batas toleransi 16 20,8
Tidak melebihi batas toleransi 61 79,2
Total 77 100
Sumber: Data Primer
proporsi siswi yang mengkonsumsi suplemen vitamin E dengan tidak melebihi batas
Dari hasil analisis juga diketahui jenis suplemen vitamin E yang dikonsumsi
oleh siswi SMAN 65 jakarta. Adapun distribusi frekuensi jenis suplemen vitamin E
Tabel 5.3
Jenis Suplemen Vitamin E Yang Dikonsumsi Oleh Siswi SMAN 65 Jakarta
Tahun 2011
Jenis Suplemen ∑ Responden Persen (%)
Natur E 32 41,5
Nourish Skin 15 19,5
Ever E 10 13
HemavitonSkin Nutrien 8 10,4
Evion 12 15,6
Total 77 100
Sumber: Data Primer
Dari tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa merek suplemen vitamin E yang
paling banyak dikonsumsi oleh responden adalah Natur E (41,5%), Nourish Skin
Pendapatan orang tua dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu
pendapatan cukup dan kurang, dikatakan memiliki pendapatan cukup apabila ≥ Rp.
Adapun gambaran distribusi frekuensi pendapatan orang tua dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Pendapatan Orang Tua Siswi SMAN 65 Jakarta Tahun
2011
Pendapatan orang tua Jumlah Persentase
Cukup 42 54,5
Kurang 35 45,5
Total 77 100
Sumber:Data Primer
59
memiliki pendapatan orang tua pada kategori cukup lebih banyak yaitu sebanyak 42
(54,5%) dibandingkan dengan siswi yang memiliki pendapatan orang tua pada
Uang saku dalam penelitian ini dikategorikan menjadi besar dan kecil. Uang
saku siswi dikatakan besar jika ≥ rata-rata uang saku pada responden dalam
penelitian ini (Rp. 15.000,00) dan dikatakan kecil jika < rata-rata uang saku pada
responden dalam penelitian ini. Adapun gambaran distribusi frekuensi uang saku
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Uang Saku Siswi SMAN 65 Jakarta Tahun 2011
Uang Saku Jumlah Persentase
Kecil 20 26
Besar 57 74
Total 77 100
Sumber:Data Primer
Berdasarkan tabel tersebut diketahui dari 77 responden yang diteliti, siswi yang
mempunyai uang saku besar yaitu sebanyak 57 (74%) lebih banyak dibandingkan
dengan siswi yang mempunyai uang saku kecil yaitu sebanyak 20 (26%).
penyakit yang diderita oleh responden selama satu bulan terakhir. Status kesehatan
tersebut dikategorikan menjadi ada dan tidak ada. Dikatakan “ada”, jika siswi
mengalami sakit dalam sebulan terakhir saat penelitian dilakukan, dan dikatakan
“tidak ada”, jika siswi tidak mengalami sakit dalam sebulan terakhir saat penelitian
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Status Kesehatan Siswi SMAN 65 Jakarta Tahun 2011
Status Kesehatan Jumlah Persentase
Tidak Ada 48 62,3
Ada 29 37,7
Total 77 100
Sumber:Data Primer
Dari tabel 5.6 diketahui bahwa dari 77 responden, siswi yang tidak menderita
suatu penyakit lebih banyak yaitu sebesar 62,3% dibandingkan dengan siswi yang
Selanjutnya dari hasil analisis juga diketahui jenis penyakit yang diderita oleh
siswi tersebut diantaranya adalah demam tifoid dan ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut). Siswi yang menderita ISPA lebih banyak yaitu 62,12%
dibandingkan dengan siswi yang menderita demam tifoid yaitu sebanyak 37,88%.
pengetahuan gizi baik dan kurang. Siswi dikatakan memiliki pengetahuan gizi baik
61
apabila ≥ 80% seluruh jawaban benar dan kurang apabila < 80% seluruh jawaban
Tabel 5.7
Distribusi Pengetahuan Gizi pada Siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011
Pengetahuan Gizi Jumlah Persentase
Kurang 31 40,3
Baik 46 59.7
Total 77 100
Sumber:Data Primer
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 77 responden, siswi yang memiliki
pengetahuan gizi baik lebih banyak yaitu sebanyak 59,7% dibandingkan dengan
menjawab pertanyaan mengenai vitamin E termasuk dalam vitamin larut lemak, dan
konsumsi suplemen vitamin E dapat menjadikan kulit semakin cerah dan cantik.
Gambaran distribusi frekuensi pengaruh teman dapat dilihat pada tabel 5.8
dibawah ini:
62
Tabel 5.8
Distribusi Pengaruh Teman pada Siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011
Pengaruh Teman Jumlah Persentase
Tidak ada pengaruh 46 59.7
Ada pengaruh 31 40,3
Total 77 100
Sumber:Data Primer
Sedangkan yang tidak mendapatkan pengaruh dari teman lebih banyak, yaitu 59,7%.
SMAN 65 Jakarta
Tabel 5.9
Distribusi Keterpaparan Media/Informasi Suplemen Vitamin E pada Siswi
di SMAN 65 Jakarta tahun 2011
Pengaruh Media Jumlah Persentase
Tidak terpapar 45 58,4
Terpapar 32 41,6
Total 77 100
Sumber:Data Primer
yaitu sebesar 58,4% (45 siswi) sedangkan siswi yang tidak terpapar media yaitu
mengenai suplemen vitamin E dari televisi, 31,2% dari majalah, dan sebanyak
Distribusi frekuensi gambaran citra raga pada siswi di SMAN 65 Jakarta dapat
Tabel 5.10
Distribusi Citra Raga pada Siswi
di SMAN 65 Jakarta tahun 2011
Citra Raga Jumlah Persentase
Negatif 46 59,7
Positif 31 40,3
Total 77 100
Citra raga dalam penelitian ini dikategorikan menjadi negatif dan positif. Citra
raga dikatakan negatif jika < rata-rata (mean) dari skor skala citra raga, yakni 24,69.
Sedangkan citra raga dikatakan positif jika ≥ rata-rata skor skala citra raga pada
memandang citra raga secara negatif dibandingkan dengan positif yakni sebesar 46
responden (59,7%).
Pada analisis bivariat ini akan disajikan hubungan antara masing-masing variabel
5.3.1 Hubungan antara pendapatan orang tua dengan konsumsi suplemen vitamin E
suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 digunakan uji chi-
Tabel 5.11
Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Konsumsi Suplemen Vitamin E
pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011
Konsumsi Suplemen
Vit E
Melebihi Tidak
Total
Pendapatan batas melebihi OR (95% CI) P-value
Orang Tua toleransi batas
toleransi
N % N % N %
Cukup 13 31 29 69 42 100 4,78
Kurang 3 8,6 32 91,4 35 100 (1,24-18,49) 0,023
Total 16 20,8 61 79,2 77 100
Sumber:Data Primer
tua dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta diperoleh
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,023. Hal ini menunjukkan
Pvalue < 0,05 artinya pada α=5% terdapat hubungan yang bermakna antara
Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR = 4,78, artinya siswi yang
suplemen vitamin E melebihi batas toleransi 4,78 kali dibandingkan dengan siswi
vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 digunakan uji chi-square yang
Tabel 5.12
Hubungan Uang Saku dengan Konsumsi Suplemen Vitamin E pada siswi di
SMAN 65 Jakarta tahun 2011
Konsumsi Suplemen
Total OR (95% CI) P-value
Vit E
Melebihi Tidak
batas melebihi
Uang Saku
toleransi batas
toleransi
N % N % N %
Kecil 3 15 17 85 20 100 0,597
Besar 13 22,8 44 77,2 57 100 (0,151-2,361) 0,54
Total 16 20,8 61 79.2 77 100
Sumber:Data Primer
Berdasarkan tabel 5.12 hasil analisis hubungan antara uang saku dengan
diantara 20 siswi yang uang sakunya kecil, terdapat 3 siswi (15%) yang
siswi yang uang sakunya besar, terdapat 13 siswi (22,8%) yang mengkonsumsi
suplemen vitamin E melebihi batas toleransi. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh
nilai Pvalue 0,54. Hal ini menunjukkan Pvalue > 0,05 artinya pada α=5% tidak ada
hubungan yang bermakna antara uang saku dengan konsumsi suplemen vitamin E.
Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR = 0,597, artinya siswi yang
tergolong uang saku kecil memiliki peluang 0,597 untuk mengkonsumsi suplemen
vitamin E melebihi batas toleransi dibandingkan dengan siswi yang tergolong uang
saku besar.
vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 digunakan uji chi-square yang
Tabel 5.13
Hubungan Status Kesehatan dengan Konsumsi Suplemen Vitamin E pada
siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011
Konsumsi Suplemen
Vit E
Melebihi Tidak
Total
Status batas melebihi OR (95% CI) P-value
Kesehatan toleransi batas
toleransi
N % N % N %
Tidak ada 5 17,2 24 82,8 29 100 0,701
Ada 11 22,9 37 77,1 48 100 (0,218-2,270) 0,773
Total 16 20,8 61 79,2 77 100
Sumber:Data Primer
67
bahwa diantara 29 siswi yang tidak menderita suatu penyakit, terdapat 5 siswi
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,773. Hal ini menunjukkan
Pvalue > 0,05 artinya pada α=5% tidak ada hubungan yang bermakna antara status
Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR=0,701, artinya siswi yang tidak
vitamin E melebihi batas toleransi dibandingkan dengan siswi yang mengalami sakit.
vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 digunakan uji chi-square yang
Tabel 5.14
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Suplemen Vitamin E pada
siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011
Konsumsi
Suplemen Vit E
Melebihi Tidak
Total P-
Pengetahuan batas melebihi OR (95% CI)
value
Gizi toleransi batas
toleransi
N % N % N %
Kurang 13 41,9 18 58,1 31 100 10,352
Baik 3 6,5 43 93,5 46 100 (2,629-40,76) 0,000
Total 16 20,8 61 79,2 77 100
Sumber:Data Primer
bahwa diantara 31 siswi dengan pengetahuan gizi kurang, terdapat 13 siswi (41,9%)
diantara 46 siswi dengan pengetahuan gizi baik, terdapat 3 siswi (6,5%) yang
statistik diperoleh nilai Pvalue 0,000. Hal ini menunjukkan Pvalue < 0,05 artinya
pada α=5% terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan
Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR 10,352, artinya siswi dengan
vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 digunakan uji chi-square yang
Tabel 5.15
Hubungan pengaruh teman dengan Konsumsi Suplemen Vitamin E pada siswi
di SMAN 65 Jakarta tahun 2011
Konsumsi Suplemen
Vit E
Melebihi Tidak
Total
Pengaruh batas melebihi OR (95% CI) P-value
teman toleransi batas
toleransi
N % N % N %
Tidak ada 4 8,7 42 91,3 46 100 0,151
Ada 12 38,7 19 61,3 31 100 (0,043-0,529) 0,003
Total 16 20,8 61 79,2 77 100
Sumber:Data Primer
bahwa diantara 46 siswi yang tidak ada pengaruh teman, sebanyak 4 (8,7%) siswi
diantara 31 siswi yang ada pengaruh teman, terdapat 12 siswi (38,7%) yang
statistik diperoleh nilai Pvalue 0,003. Hal ini menunjukkan Pvalue < 0,05 artinya
pada α=5% terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan
Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR = 0,151, artinya siswi yang
tidak ada pengaruh dari teman memiliki peluang 0,151 kali untuk mengkonsumsi
suplemen vitamin E melebihi batas toleransi dibandingkan dengan siswi yang ada
suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 digunakan uji chi-
Tabel 5.16
Hubungan Keterpaparan Media dengan Konsumsi Suplemen Vitamin E pada
siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011
Konsumsi
Suplemen Vit E
Melebihi Tidak
Total P-
Keterpaparan batas melebihi OR (95% CI)
value
Media toleransi batas
toleransi
N % N % N %
Tidak terpapar 5 11,4 39 88,6 41 100 0,256
Terpapar 11 33,3 22 66,7 33 100 (0,079-0,834) 0,025
Total 16 20,8 61 79,2 77 100
Sumber:Data Primer
bahwa diantara 41 siswi yang tidak terpapar media, terdapat 5 siswi (11,4%) yang
melebihi batas toleransi. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,025.
Hal ini menunjukkan Pvalue < 0,05 artinya pada α=5% terdapat hubungan yang
Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR=0,256, artinya siswi yang tidak
terpapar oleh media mempunyai peluang 0,256 kali untuk mengkonsumsi suplemen
vitamin E melebihi batas toleransi dibandingkan dengan siswi yang terpapar oleh
media.
vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 digunakan uji chi-square yang
Tabel 5.17
Hubungan Citra Raga dengan Konsumsi Suplemen Vitamin E pada siswi di
SMAN 65 Jakarta tahun 2011
Konsumsi
Suplemen Vit E
Melebihi Tidak
Total P-
batas melebihi OR (95% CI)
Citra Raga value
toleransi batas
toleransi
N % N % N %
Negatif 15 32,6 31 67,4 46 100 14,5
Positif 1 3,2 30 96,8 31 100 (1,8-116,8) 0,001
Total 16 20,8 61 79,2 77 100
Sumber:Data Primer
Berdasarkan table 5.16 hasil analisis hubungan antara citra raga dengan
diantara 46 siswi yang memandang citra raga negatif, terdapat 15 siswi (32,6%)
diantara 31 siswi yang memandang citra raga positif, hanya 1 siswi (3,2%)
statistik diperoleh nilai Pvalue 0,001. Hal ini menunjukkan Pvalue < 0,05 artinya
pada α=5% terdapat hubungan yang bermakna antara citra raga dengan konsumsi
suplemen vitamin E.
Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR=14,5, artinya siswi yang
memandang citra raga negatif mempunyai peluang 14,5 kali untuk mengkonsumsi
Jakarta tahun 2011, yaitu dengan menggunakan uji regresi logistik berganda dengan
model prediksi yaitu dengan cara menseleksi variabel independennya, maka tahapan
bivariat antara pendapatan orang tua, uang saku, status kesehatan, pengetahuan,
teman sebaya, media massa dan citra raga dengan variabel konsumsi suplemen
pemilihan kandidat yang akan masuk model. Dalam penelitian ini ada enam
variabel yang akan diuji sebagai kandidat yang akan masuk model yaitu
pendapatan, pengetahuan, pengaruh teman, media massa dan citra raga. Untuk
memilih kandidat model, hanya variabel yang memiliki Pvalue < 0,25 yang akan
Tabel 5.18
Pemilihan Kandidat Variabel Independen yang Akan Masuk Model
Multivariat
No Variabel P-Value
1 Pendapatan 0,023*
2 Uang Saku 0,54
3 Status Kesehatan 0,773
4 Pengetahuan 0,000*
5 Pengaruh Teman 0,003*
6 Media Massa 0,025*
7 Citra Raga 0,001*
Sumber:Data Primer
terdapat 5 variabel yang memiliki Pvalue < 0,25. Oleh karena itu, variabel yang
74
variabel yang nilai Pwald-nya tidak signifikan (Pwald > 0,05) dikeluarkan dari
model secara berurutan dimulai dari variabel dengan nilai Pwald-nya yang
terbesar. Hasil pembuatan model dapat dilihat pada tabel 5.19 sebagai berikut:
Tabel 5.19
Hasil Pemodelan Prediksi Konsumsi Suplemen Vitamin E
Variabel Pvalue
Model 1 Model 2 Model 3
Pendapatan 0,193 - -
Pengetahuan 0,009 0,006 0,004
Pengaruh Teman 0,035 0,019 0,017
Media massa 0,069 0,068 -
Citra raga 0,043 0,028 0,017
Sumber:Data Primer
dan media massa memiliki nilai Pvalue > 0,05 dan variabel pendapatan
memiliki nilai Pvalue paling besar, sehingga pada model selanjutnya tidak
analisis menunjukkan bahwa variabel media massa memiliki nilai Pvalue >
variabel pengetahuan, pengaruh teman, dan citra raga memiliki Pvalue berturut-
turut sebesar 0,004, 0,017 dan 0,017. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
2011.
3. Uji Interaksi
pengetahuan dan citra raga terkait dengan konsumsi suplemen vitamin E. Hasil
Tabel 5.20
Hasil Uji Interaksi
No Variabel P-value
1 Pengetahuan*Citra Raga 0,468
Sumber: Data Primer
Dari hasil uji interaksi pengetahuan dengan citra raga diperoleh Pvalue
sebesar 0,468, hal ini menunjukkan tidak ada interaksi antara pengetahuan
citra raga merupakan faktor risiko utama konsumsi suplemen vitamin E pada
siswi, maka modelnya dapat dilihat pada tabel 5.21 sebagai berikut:
Tabel 5.21
Model Prediksi Konsumsi Suplemen Vitamin E pada Siswi di SMAN 65
Jakarta Tahun 2011
Variabel B Wald Pwald OR 95% CI
Pengetahuan 2.302 8,390 0,004 9,997 2,105-47,471
Pengaruh teman -1,816 5,649 0,017 0,163 0,036-0,727
Citra Raga 2.778 5,714 0,017 16,088 1,649-156,94
Constant -2.512 1,641 0,2
-2 Log Likelihood = 54,680
Negelkerke R square = 0,419
supelmen vitamin E pada siswi. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR
sebesar 0,163 kali dibandingkan dengan siswi yang tidak terpengaruh teman.
77
OR sebesar 16,088 artinya jika siswi memandang citra raga negatif, maka
sebesar 16,088 kali dibandingkan dengan siswi yang memandang citra raga
dan citra raga merupakan tiga variabel yang diduga memiliki hubungan dengan
citra raga yang paling besar nilainya. Dengan demikian citra raga merupakan
siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011. Dari hasil analisis multivariat secara
toeransi sebesar 2,302 kali jika siswi memiliki pengetahuan gizi cukup,
toleransi sebesar 1,816 kali jika siswi tidak mendapat pengaruh dari teman, dan
toleransi sebesar 2,778 kali jika siswi memandang citra raga poeitif. Semakin
besar nilai beta (B) maka semakin besar hubungannya dengan perilaku kadarzi.
pengetahuan gizi, pengaruh teman dan citra raga hanya dapat menjelaskan
BAB VI
PEMBAHASAN
data primer yang diambil dengan menggunakan angket yang diisi langsung oleh
responden lain tanpa sepengetahuan peneliti. Selain itu, terdapat responden mengisi
angket sambil mengerjakan tugas sekolah sehingga konsentrasinya terbagi dua dan
Dari segi desain studi penelitian yang digunakan dalam penelitian (cross-
sectional) memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat
diteliti pada saat bersamaan sehingga tidak bisa diketahui mana yang terjadi lebih
dahulu.
dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau
80
lebih dari bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain (berasal dari
tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan efek fisiologis
meliputi tablet, tablet hisap, tablet kunyah, serbuk, kapsul atau produk cair berupa
suplemen vitamin E dengan melebihi batas toleransi (≥ 800 mg) dalam satu hari
Natur E, Nourish skin, Ever E, Hemaviton skin nutrien dan evion. Berdasarkan hasil
yang didapatkan, siswi lebih banyak mengkonsumsi Natur E, yaitu sebesar 41,5%.
Responden dalam penelitian ini adalah remaja putri yang berusia 15-18
tahun. Pada usia tersebut dinamakan masa kesempurnaan remaja dan merupakan
puncak perkembangan emosi. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa. Pada fase ini fisik seseorang terus berkembang, demikian
pula dari segi aspek sosial maupun aspek psikologinya. Perubahan ini membuat
seorang remaja mengalami banyak ragam gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali
pengalaman dalam menentukan apa yang akan dikonsumsi (Moehji, 2003). Dalam
tahap ini terjadi perubahan dari kecendrungan memerhatikan harga diri (Sarwono,
81
Berdasarkan kategori kelompok remaja putri, penelitian ini juga tidak jauh
berbeda dengan hasil survei yang dilakukan oleh puslitbang Farmasi Depkes RI
pada tahun 2000 di tiga kota besar (Jakarta, Surabaya dan Bandung) tentang
Dalam kadar sedikit, suplemen vitamin E memberi manfaat bagi tubuh. Tapi
dalam dosis tinggi, malah meningkatkan risiko kematian. Konsumsi vitamin E yang
berlebihan akan mengganggu fungsi organ terutama hati dan ginjal serta dapat
makanan berkaitan dengan resiko mengidap kanker dan stroke (Yuliarti, 2009).
telan sembarangan akibat ketidaktahuan atau membabi buta lantaran ingin cepat
digunakan secara tepat. Vitamin E merupakan vitamin yang larut lemak, oleh karena
Dalam ajaran Islam, seseorang yang mempunyai uang banyak tidak serta
merta diperbolehkan dalam menggunakan uangnya untuk membeli apa saja dalam
jumlah berapa pun yang mereka inginkan (perilaku Israf). Namun, Islam tetap
masih dalam kewajaran. Dalam Quran dijelaskan bahwa Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebihan, ayat tersebut terdapat pada surat Al-A’raf ayat 31
yang berbunyi:
( ١٣: )فارعألا
Asbabun nuzul dari surat Al-A’raf ayat 31 yaitu pada zaman jahiliah ada
Sehubungan dengan itu Allah SWT menurunkan ayat ini yang memerintahkan agar
Selain itu dalam tafsir Al-Qurthubi juga disebutkan “Orang arab pada masa
jahiliyah tidak mau makan lemak disaat melaksanakan haji, mereka hanya cukup
makan sedikit saja”. Oleh karena itu ayat ini menjelaskan kewajiban untuk menutup
aurat dan manusia tidak boleh berlebihan dalam hal apapun dan islam
83
memerintahkan:
Vitamin E
makanan. Hal ini berhubungan dengan daya beli keluarga (Yusnidaryani, 2009).
lebih banyak dibandingkan dengan siswi yang pendapatan orang tuanya kurang.
bapak dari keluarga siswi bekerja sebagai PNS dan karyawan swasta sehingga
dengan jumlah gaji atau pendapatan yang diterima Hasil penelitian menunjukkan
Hasil analisa dari tabel silang menunjukkan bahwa siswi dengan pendapatan
orang tua cukup lebih banyak mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas
antara pendapatan orang tua dengan konsumsi suplemen vitamin E. Hasil yang
didapatkan dalam penelitian ini juga sejalan dengan United States Health and
al, 2000).
Hasil ini sesuai dengan Hukum Perisse yang menyatakan jika terjadi
peningkatan pendapatan, maka makanan yang dibeli akan lebih bervariasi (Parsiki,
peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik.
2004).
pendapatan tinggi maka kemampuan untuk membeli bahan pangan akan semakin
kepada anaknya untuk jangka waktu tertentu, harian, mingguan maupun bulanan.
Perolehan uang saku sering menjadi suatu kebiasaan, anak diharapkan untuk belajar
mengelola dan bertanggung jawab atas uang saku yang dimiliki (Napitu, 1994).
85
Hasil penelitian menunujukkan siswi dengan uang saku besar lebih banyak
dibandingkan dengan siswi dengan uang saku kecil. Menurut (Berg, 1996) uang
yang dimiliki oleh seseorang akan dapat mempengaruhi apa yang dikonsumsinya.
Biasanya remaja memilih makanan sesuai dengan uang saku mereka. Dengan uang
Hasil analisis tabel silang diperoleh siswi dengan uang saku besar lebih
dengan siswi yang memiliki uang saku kecil. Namun, berdasarkan hasil uji Chi-
square menunjukkan tidak ada hubungan antara uang saku dengan konsumsi
(2002) bahwa tidak ada hubungan antara uang saku dengan konsumsi suplemen.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pertiwi (2008) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara uang saku dengan
konsumsi suplemen vitamin E. Pada remaja yang memiliki uang saku, Insel et al
(2006) dalam Wulandarai (2007) menyatakan bahwa remaja yang telah diberi
untuk memilih sesuka hatinya. Remaja cenderung untuk membeli apapun yang
Hasil penelitian tidak sesuai dengan pernyataan Berg (1996) dan Insel et al
(2006) bahwa biasanya remaja memilih makanan sesuai dengan uang saku mereka.
Dengan uang saku yang cukup besar, biasanya remaja sering mengkonsumsi
86
mereka. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis siswi yang memandang citra raga
positif dengan jumlah uang saku besar, hanya 5% yang mengkonsumsi suplemen
didapatkan siswi yang memiliki pengetahuan gizi kurang dengan jumlah uang saku
besar lebih banyak mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas normal, yaitu
sebesar 42,3%. Tidak adanya hubungan antara uang saku siswi dengan konsumsi
suplemen vitamin E dimungkinkan karena faktor lain, yaitu citra raga dan
pengetahuan gizi. Siswi pengetahuan gizi kurang dan memandang citra raga negatif
Selain itu juga mungkin disebabkan karena uang saku yang dimiliki oleh remaja
hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi berupa makanan, tidak untuk obat
menyatakan bahwa suplemen yang mereka konsumsi mendapatkan dana sendiri dari
orang tua mereka, sehingga uang saku yang diberikan oleh orang tua responden
Sehat menurut WHO 1990 dalam Alamtsier (2004) yaitu keadaan sejahtera
secara fisik, mental dan social, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacata.
adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setap orang
Status kesehatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ada atau
tidaknya penyakit pada responden selam satu bulan terakhir saat penelitian
dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan siswi yang tidak mengalami sakit dalam
sebulan terakhir lebih banyak dibandingkan dengan siswi yang mengalami sakit.
Menurut White et.al (2004) kondisi tubuh yang kurang baik, atau sedang dalam
kondisi sakit atau memiliki keluhan akan kesehatan mendorong mereka untuk
menggunakan suplemen.
dibandingkan dengan siswi yang tidak mengalami sakit. Namun, dari hasil uji chi-
square didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara status kesehatan dengan
konsumsi suplemen vitamin E. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Anggondowati (2002) yang menyatakan tidak ada perbedaan bermakna antara
suplemen vitamin E hanyalah untuk kesehatan dan kecantikan kulit saja, bukan
mereka lebih memilih untuk mengkonsumsi obat atau makan secara teratur
(Yunaeni, 2009).
terhadap penyakit asalkan ia memiliki gaya hidup sehat dan selalu mengkonsumsi
makanan dengan seimbang. Jika kebutuhan gizi sudah tercukupi dari makanan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang tersebut
(Notoatmodjo,1993).
diperoleh seseorang melalui pendidikan formal, informal dan non formal. Tingkat
pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan prilaku dalam memilih
makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang
Hasil tabel silang diperoleh proporsi siswi yang memiliki pengetahuan gizi
didapatkan nilai OR 10,352, artinya siswi yang memiliki pengetahuan gizi kurang
89
sebesar 10,352. Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan
gizi menjadi landasan dalam menentukan konsumsi pangan individu. Jika seseorang
memiliki pengetahuan gizi yang baik maka cenderung untuk memilih makanan yang
bernilai gizi tinggi. Selain itu, pengetahuan gizi dapat meingkatkan seseorang dalam
diikontrol dengan pengaruh teman dan citra raga, memiliki nilai OR kedua terbesar
setelah citra raga. Dengan demikian pengetahuan gizi merupakan variabel yang
pengetahuan gizi dengan konsumsi suplemen vitamin E. Hasil ini sejalan dengan
Yuliart (2008) yang menyatakan seseorang yang memiliki pengetahuan gizi yang
teman akan memberikan pengaruh lebih besar terhadap pilihan makan remaja
dibandingkan dengan pengaruh orang tua (Miller et al, 2001). Remaja akan sering
menghabiskan waktu bersama teman-teman dan makan akan menjadi suatu bentuk
pengaruh dari teman lebih banyak daripada siswi yang mendapatkan pengaruh
Berdasarkan hasil tabel silang pada penelitian ini diperoleh proporsi siswi
suplemen vitamin E. Selain itu, juga diperoleh nilai OR 0,151, artinya siswi yang
suplemen vitamin E melebihi batas normal sebesar 0,151. Hasil yang sama juga
didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2008) yang menyatakan ada
perubahan sosial yang dialami pada masa remaja adalah meningkatnya pengaruh
mengalami berbagai macam perubahan gaya hidup, perilaku, dan tidak terkecuali
pengaruh teman memiliki nilai OR yang sama besar dengan variabel citra raga.
vitamin E.
vitamin E. Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif dan
Dilapanga, 2008).
media massa adalah dapat menjangkau setiap orang dalam bentuk yang sama dan
Pada penelitian ini didapatkan proporsi siswi yang tidak terpapar oleh
media lebih banyak dibandingkan dengan siswi yang terpapar oleh media. Selain itu
92
suplemen vitamin E berasal dari televisi, yakni sebesar 47%. Hal ini juga sesuai
Hasil tabel silang pada penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi siswi
yang terpapar oleh media lebih banyak mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi
batas normal dibandingkan dengan siswi yang tidak terpapar oleh media.
dengan penelitian Putri (2004), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
Selain itu, juga didapatkan nilai OR 0,256, artinya siswi yang tidak terpapar oleh
terpapar dengan promosi suplemen dari media massa seperti televisi, karena
masyarakat saat ini cenderung pada media massa seperti televisi untuk mendapatkan
ditayangkan di televisi, hal ini juga sesuai dengan pendapat Syahni (2002) yang
lepas dari maraknya promosi iklan yang ditawarkan produk dengan klaim mulai dari
(Syahni,2002).
Hal ini juga didukung oleh pendapat Kotler & Amstrong (1989) dalam
Pertiwi (2008) yang menyatakan bahwa iklan adalah salah satu alat yang dapat
menjelaskan bahwa remaja yang masih dalam proses mencari jati diri, sering kali
menjadi sasaran empuk bagi produsen yang menawarkan produknya. Hal ini
dikarenakan remaja paling cepat dan efektif dalam penyerapan gaya hidup
diri yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik. Citra raga khususnya dimaksudkan oleh
Citra raga dalam penelitian ini merupakan pandangan diri responden yang
berkaitan dengan sifat-sifat fisik, khususnya mengenai kecantikan. Dalam hal ini
peneliti membagi menjadi 2 kategori, yaitu negatif dan positif. Dikatakan negatif,
jika hasil analisis < nilai mean, dan dikatakan positif jika ≥ nilai mean (Andea,
2009).
negatif lebih banyak dibandingkan dengan siswi yang memandang citra raga positif.
Hasil tabel silang didapatkan bahwa proporsi siswi yang memandang citra raga
94
dibandingkan dengan siswi yang memandang citra raga positif. Hasil uji chi-square
didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara citra raga dengan konsumsi
suplemen vitamin E. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ramadhani (2005), yang menyatakan ada hubungan bermakna antara citra raga
penting dalam perkembangan citra tubuh seseorang. Citra raga pada umumnya
berhubungan dengan remaja wanita daripada remaja pria, remaja wanita cenderung
Indika (2009), wanita lebih negatif memandang citra tubuh dibandingkan pria.
remaja wanita menghasilkan suatu persepsi yang berubah-ubah dalam citra raga dan
secara khas menunjukkan kearah penolakan terhadap physical self. Hal-hal yang
badan, kemasakkan fisik, jerawat. Remaja wanita sangat peka terhadap penampilan
dirinya dan merenung perihal bagaimana wajahnya, apakah orang lain menyukai
dan apa yang diinginkan dari tubuhnya. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, banyak
kecantikan kulitnya.
Berikut ini merupakan kutipan yang diambil dari sebuah artikel di sebuah
media cetak.
95
“Gue mau banget punya badan langsing dan kulit cantik. Soalnya teman-
teman gue men “support” untuk mempunyai badan langsing dan kulit cantik. Gue
juga mengonsumsi suplemen untuk memperlancar gue mendapatkan tubuh yang
indah, yah, meskipun ada efek sampingnya, tapi ya gak apa-apalah.” (Putri, Kompas
10 Juli 2009)
citra raga memiliki nilai OR yang sama besar dengan variabel pengaruh teman.
E.
Hasil ini sejalan dengan Conger dan Peterson (dalam Sarafino, 1998) yang
mengemukakan bahwa citra rubuh bagi remaja merupakan suatu hal yang penting,
karena pada masa remaja seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik
maupun psikis. Perubahan yang pesat ini menimbulkan respon tersendiri bagi
remaja berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan tubuhnya. Para remaja
biasanya mulai bersibuk diri dengan penampilan fisik mereka dan ingin mengubah
penampilan mereka. Keinginan ini disebabkan karena remaja sering merasa tidak
puas terhadap penampilan dirinya. Para remaja melakukan berbagai usaha agar
mendapatkan gambaran tubuh sehingga terlihat menarik. Salah satu usaha tersebut
diri.
BAB VII
7.1 Simpulan
2. Proporsi pendapatan orang tua siswi yang tergolong cukup (54,5%) lebih banyak
(45,5%).
3. Proporsi siswi yang memiliki uang saku besar (74%) lebih banyak dibandingkan
4. Proporsi siswi yang tidak sakit dalam sebulan terakhir (62,3%) lebih banyak
6. Proporsi siswi yang tidak terdapat pengaruh dari teman sebaya (59,7%) lebih
7. Proporsi siswi yang tidak terpapar media massa (58,4%) lebih banyak
96
97
8. Proporsi siswi yang memandang citra raga negatif (59,7%) lebih banyak
konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 jakarta tahun 2011 (p=
0,023).
10. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara uang saku siswi dengan
0,54)
11. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status kesehatan siswi dengan
0,773).
12. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan siswi dengan konsumsi
suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 jakarta tahun 2011 (p= 0,000).
13. Terdapat hubungan yang bermakna antara teman sebaya dengan konsumsi
14. Terdapat hubungan yang bermakna antara media massa dengan konsumsi
suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 jakarta tahun 2011 (p= 0,025).
15. Terdapat hubungan yang bermakna antara citra raga dengan konsumsi suplemen
16. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan konsumsi suplemen vitamin E
7.2 Saran
2. Bagi Sekolah
E pada remaja.
b. Bekerja sama dengan OSIS untuk mengadakan seminar mengenai gizi dan
suplemen vitamin E.
digunakan.
KUESIONER
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Suplemen Vitamin E Pada Siswi
SMA Negeri 65 Jakarta Barat Tahun 2010
Dengan hormat, saya mahasiswa fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Gizi, memohon
bantuan untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Kerahasiaan jawaban akan saya jaga.
Atas bantuan dan kejujuran anda dalam mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terima
kasih.
D. Ajakan Teman
1. Apakah teman kamu pernah memberitahu kamu manfaat mengkonsumsi
suplemen vitamin E?
1. Tidak
2. Ya
2. Apakah teman kamu pernah mengajak kamu untuk mengkonsumsi suplemen
vitamin E?
1. Tidak
2. Ya
3. Pada saat teman kamu membeli suplemen vitamin E, apakah kamu ikut
membeli?
1. Tidak
2. Ya
4. Pada saat kamu membeli suplemen, apakah atas keinginan sendiri?
1. Tidak
2. Ya
5. Pada saat membeli membeli suplemen,apakah kamu menentukan sendiri merk
suplemen yang akan dibeli?
1. Tidak
2. Ya
3. Setelah melihat iklan pada media cetak atau media elektronik ataupun promosi
suplemen, apakah kamu tertarik untuk membeli?
1. Tidak
2. Ya
F. Status Kesehatan
Dalam sebulan terakhir, apakah kamu pernah menderita salah satu penyakit dibawah ini?
(berikan tanda chek jika ya, tuliskan lama saudara menderita penyakit tersebut)
No Nama Penyakit Ya Tidak Lama/Durasi
1. .....hari
2. .....hari
3. .....hari
4. .....hari
G. Citra Raga
Berikut ini ada beberapa pernyataan. Bacalah setiap pernyataan dan tentukanlah
sikap saudara terhadap pernyataan tersebut dengan cara memberi tanda silang (X)
pada salah satu jawaban anda antara STS, TS, N, S, dan SS. Alternatif jawaban yang
tersedia terdiri dari 5 pilihan, yaitu
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
N : Netral
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
No Pernyataan STS TS N S SS
1. Saya menyukai penampilan saya
2. Saya sangat khawatir dengan apa yang
oramg pikirkan mengenai penampilan
saya
3. Saya jarang merawat tubuh saya
4. Menurut saya penampilan saya tidak
menarik
5. Saya tidak terlalu memperhatikan
penampilan saya
6. Saya tidak mau menghabiskan banyak
uang demi penampilan saya
7. Saya merasa percaya diri dengan
pebampilan fisik saya saat ini
8. Saya minum suplemen untuk
mempercantik kulit saya
1
I. ANALISIS UNIVARIAT
2. UANG SAKU
grup_uangsaku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kecil 20 26.0 26.0 26.0
besar 57 74.0 74.0 100.0
Total 77 100.0 100.0
3. STATUS KESEHATAN
status kesehatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 29 37.7 37.7 37.7
tidak ada 48 62.3 62.3 100.0
Total 77 100.0 100.0
4. PENGETAHUAN
tahu_9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 31 40.3 40.3 40.3
baik 46 59.7 59.7 100.0
Total 77 100.0 100.0
5. TEMAN SEBAYA
teman_3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak berpengaruh 46 59.7 59.7 59.7
berpengaruh 31 40.3 40.3 100.0
Total 77 100.0 100.0
6. MEDIA MASSA
media_3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak terpapar 45 58.4 58.4 58.4
terpapar 32 41.6 41.6 100.0
Total 77 100.0 100.0
2
7. CITRA RAGA
grup_citra
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid negatif 46 59.7 59.7 59.7
positif 31 40.3 40.3 100.0
Total 77 100.0 100.0
grup_dosis
Melebihi batas tidak melebihi
toleransi batas toleransi Total
grup_pndptn cukup Count 13 29 42
% within grup_pndptn 31.0% 69.0% 100.0%
kurang Count 3 32 35
% within grup_pndptn 8.6% 91.4% 100.0%
Total Count 16 61 77
% within grup_pndptn 20.8% 79.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
5.809 1 .016
b
Continuity Correction 4.529 1 .033
Likelihood Ratio 6.249 1 .012
Fisher's Exact Test .023 .015
Linear-by-Linear Association 5.734 1 .017
b
N of Valid Cases 77
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,27.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
grup_dosis
Melebihi batas tidak melebihi
toleransi batas toleransi Total
grup_uangsaku kecil Count 3 17 20
% within grup_uangsaku 15.0% 85.0% 100.0%
besar Count 13 44 57
% within grup_uangsaku 22.8% 77.2% 100.0%
Total Count 16 61 77
% within grup_uangsaku 20.8% 79.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
.548 1 .459
b
Continuity Correction .176 1 .674
Likelihood Ratio .578 1 .447
Fisher's Exact Test .540 .348
Linear-by-Linear Association .541 1 .462
b
N of Valid Cases 77
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,16.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
grup_dosis
Melebihi batas tidak melebihi
toleransi batas toleransi Total
status kesehatan Ada Count 5 24 29
% within status kesehatan 17.2% 82.8% 100.0%
tidak ada Count 11 37 48
% within status kesehatan 22.9% 77.1% 100.0%
Total Count 16 61 77
% within status kesehatan 20.8% 79.2% 100.0%
4
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
.354 1 .552
b
Continuity Correction .093 1 .760
Likelihood Ratio .361 1 .548
Fisher's Exact Test .773 .386
Linear-by-Linear Association .349 1 .555
b
N of Valid Cases 77
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,03.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
grup_dosis
Melebihi batas tidak melebihi
toleransi batas toleransi Total
tahu_9 kurang Count 13 18 31
% within tahu_9 41.9% 58.1% 100.0%
baik Count 3 43 46
% within tahu_9 6.5% 93.5% 100.0%
Total Count 16 61 77
% within tahu_9 20.8% 79.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
14.109 1 .000
b
Continuity Correction 12.040 1 .001
Likelihood Ratio 14.351 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 13.926 1 .000
b
N of Valid Cases 77
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,44.
b. Computed only for a 2x2 table
5
Risk Estimate
grup_dosis
Melebihi batas tidak melebihi
toleransi batas toleransi Total
teman_3 tidak berpengaruh Count 4 42 46
% within teman_3 8.7% 91.3% 100.0%
berpengaruh Count 12 19 31
% within teman_3 38.7% 61.3% 100.0%
Total Count 16 61 77
% within teman_3 20.8% 79.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
10.135 1 .001
b
Continuity Correction 8.393 1 .004
Likelihood Ratio 10.135 1 .001
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear Association 10.003 1 .002
b
N of Valid Cases 77
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,44.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
grup_dosis
Melebihi batas tidak melebihi
toleransi batas toleransi Total
media_3 tidak terpapar Count 5 39 44
% within media_3 11.4% 88.6% 100.0%
terpapar Count 11 22 33
% within media_3 33.3% 66.7% 100.0%
Total Count 16 61 77
% within media_3 20.8% 79.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
5.529 1 .019
b
Continuity Correction 4.275 1 .039
Likelihood Ratio 5.530 1 .019
Fisher's Exact Test .025 .020
Linear-by-Linear Association 5.457 1 .019
b
N of Valid Cases 77
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,86.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
grup_dosis
Melebihi batas tidak melebihi
toleransi batas toleransi Total
grup_citra negatif Count 15 31 46
% within grup_citra 32.6% 67.4% 100.0%
positif Count 1 30 31
% within grup_citra 3.2% 96.8% 100.0%
Total Count 16 61 77
% within grup_citra 20.8% 79.2% 100.0%
7
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
9.713 1 .002
b
Continuity Correction 8.010 1 .005
Likelihood Ratio 11.775 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 9.587 1 .002
b
N of Valid Cases 77
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,44.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
ANALISIS MULTVARIAT
1. Model 1
2. Model 2
3. MODEL 3
Uji Interaksi
Chi-square df Sig.
Model Summary
a
Classification Table
Predicted
grup_dosis