i
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulilah selalu saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
karunia yang Ia berikan, hingga sampai saat ini saya masih dapat menjalankan segala aktivitas
seperti biasanya tanpa kekurangan satu apapun. Atas karunia itu, salah satunya ialah
selesainya tugas mata kuliah Akuntansi Lembaga Keuangan Syari’ah dengan judul “
Akuntansi Musyarakah “ ini dengan sebaik-baiknya. Dalam makalah ini akan dijelaskan
mengenai sistem pembiayaan musyarakah dan bagaimana bentuk sistem pencatatan
akuntansinya.
Akan tetapi, sebelum pembahasan ini dimulai, tak lupa juga ucapan terima kasih saya
berikan untuk pihak-pihak yang telah membantu saya, yaitu :
1. Bapak MUH SYAUKIN MUTTAQIN, ME, selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Akuntansi Syari’ah, yang telah memberikan tambahan ilmu dan pengetahuannya pada
kami dalam perkuliahan
2. Para akademisi dan aktivis ekonomi yang telah menuangkan ilmunya dalam buku dan
artikel yang menjadi refrensi penyusunan makalah ini.
Demikian sedikit kata sebagai salam pembuka, jika ada kekurangan saya mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang membangun akan saya terima sebagai
penyempurnaan untuk tulisan-tulisan selanjutnya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para
pembaca sekalian yang diberkahi Allah SWT. Aamiin....
Bojonegoro,
05 Januari 2019
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya melaksanakan kerja sama usaha, salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan kerja sama dengan akad musyarakah. Kerja sama ini pada dasarnya
adalah dua orang atau dua pihak yang saling mengikatkan diri memberikan modal yang
dimilikinya demi terwujudnya tujuan usaha bersama dengan konsekuensi untung atau rugi
dibagi sesuai kesepakatan.
Musyarakah dapat diaplikasikan pada kerja sama usaha secara umum, ataupun
pembiayaan. Sebagai salah satu dari instrumen yang ada pada lembaga keuangan syari’ah,
musyarakah memiliki karakteristik sendiri, baik dari segi pengertian, sumber hukum, jenis,
syarat atau rukun dan pencatatnnya dalam akuntansi. Akad kerja sama ini dalam bahasa yang
lebih sederhana, pada batasan-batasan tertentu dapat disebut dengan usaha patungan. Hal ini
karena dalam tujuan usaha tertentu, setiap pihak memberikan kontribusi yang dimiliki.
Tentu dalam pencatatannya di laporan akuntansi, musyarakah memiliki karakteristik
dan aturan tersendiri. Secara singkat tentang musyarakah telah disebutkan di atas, namun
penjelasan yang lebih padat tentang musyarakah masih belum banyak diketahui. Begitu pula
tantang pencatatan akuntansi akad ini yang memiliki karakteristik sendiri, seperti halnya akad
lain dalam keuangan syariah. Dalam tulisan ini akan dibahas dan diuraikan pengenai akad
musyarakah dalam literatur pembiayaan dan bagaimana pencatatan akuntansinya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas, persoalan yang akan dibahas pada tulisan
kali ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan musyarakah ?
2. Apa saja jenis-jenis musyarakah ?
3. Bagaimana karakteristik musyarakah ?
4. Bagaimana jurnal pencatatan akuntansi pada akad pembiayaan musyarakah ?
2
C. Tujuan
Penjelasan yang ada dalam tulisan ini, memiliki tujuan utama yang ingin dicapai
adalah :
1. Mengerti apa yang dimaksud dengan musyarakah
2. Mengetahui jenis-jenis musyarakah
3. Memahami karakteristik musyarakah
4. Mengetahui jurnal pencatatan akuntansi pembiayaan musyarakah
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tentang Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau modal, dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan1. Dasar hukumnya dalam Al-Qur’an adalah Surat Shad ayat 24 dan An Nisa ayat
122.
Dalam musyarakah para pihak sama-sama menyediakan modal untuk membiayai
usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru akan dilaksanakan. Semua modal
disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap
pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh
pelaksana proyek. Selanjutnya salah satu pihak (mitra usaha) dapat mengembalikan modal
yang diterima tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus
kepada mitra kerjanya. Pembiayaan musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas
atau aktiva non kas, termasuk aktiva tidak berwujud, seperti lisensi dan hak paten.
Karena setiap pihak tidak dapat menjamin modal mitra lainya, maka setiap pihak dapat
meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang
disengaja (seperti pelanggaran terhadap akad antara lain : penyalahgunaan dana pembiayaan,
manipulasi biaya dan pendapatan operasianal, pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip
syariah, dll). Jika tidak ada kesepakatan antara pihak yang bersangkutan, kesalahan yang
disengaja harus dibuktikan berdasarkan badan arbitrase atau pengadilan.
Laba musyarakah dibagi di antara para pihak, baik secara proprsional sesuai besarnya
modal yang disetorkan (berupa kasa maupun aktiva lainnya) atau sesuai nisbah yang disepakti
oleh para pihak. Sedangkan rugi dibebankan secara proporsional sesuai dengan besarnya
modal yang disetorkan.
Berdasarkan definisi musyarakah di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembiayaan
musyarakah adalah pembiayaan yang diberikan oleh para pihak yang membuka atau
mengerjakan suatu usaha, dan para pihak tersebut juga ikut terlibat dalam pendanaan usaha
tersebut dengan kesepakatan yang telah diputuskan bersama.
1
Lihat PSAK Nomor 106
2
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, (Yogyakarta : UII Press, 2004) Hal. 93
4
Gambar 1 : Skema akad pembiayaan musyarakah3
Usaha / Proyek
Modal Modal
B. Jenis-jenis Musyarakah
Musyarakah dapat bersifat permanen maupun menurun. Dalam musyarakah permanen,
bagian modal setiap pihak ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa
akad. Sedangkan dalam musyarakah menurun, bagian modal salah satu pihak (misalkan bank)
akan dialihkan secara bartahap kepada mitra usaha sehingga bagian modal pihak pertama
akan menurun dan pada akhir masa akad pihak kedua akan menjadi pemilik usaha tersebut4.
Dalam perjanjian kemitraan pada pembiayaan musyarakah, ada rukun-rukun yang harus
dipenuhi, yaitu adanya pihak yang berakad, objek akad (proyek atau usaha dan modal dan
kerja) serta shigat atau ucapan ijab qabul.
Menurut syariah, musyarakah dibagi menjadi dua jenis, yaitu musyarakah al-milk
(kepemilikan) dan musyarakah ‘uqud (kontrak)5. Musyarakah kepemilikan tercipta karena
suatu kondisi (misal memperoleh warisan atau kondisi lainnya) yang berakibat pemilikan
bersama suatu asset oleh atau dua orang atau lebih, tanpa membuat perjanjian kemitraan yang
resmi. Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah aset
nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan aset tersebut. Sedangkan musyarakah
akad tercipta dengan kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari
3
Sugeng Widodo, Moda Pembiayaan Keuangan Islam : Perspektif Aplikatif, (Yogyakarta : Kaukaba, 2014) Hal.
184
4
http://blogjunitacinkenshi.blogspot.com/2013/12/makalah-akuntansi-perbankan-syariah.html diakses pada
Minggu, 30 September 2014 pukul 23:00:12
5
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah : Produk-produk dan aspek-aspek Hukumnya,(Jakarta : Kencana
Prenadamedia Group, 2014) Hal. 330
5
mereka memberikan modal musyarakah dan berbagi keuntungan dan kerugian. Dengan kata
lain bahwa para pihak dengan sengaja dan sukarela membuat suatu perjanjian.
Istilah lain dari musyarakah adalah shirkah atau syirkah. Dalam banyak buku fiqh, syirkah
‘ukud dibagi dalam beberapa jenis6, yaitu :
Syirkah al-‘Inan
Adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih, di mana setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Kedua
pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang disepakati antara
mereka. Akan tetapi, porsi masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau
bagi hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka. Mayoritas
ulama membolehkan syirkah ini.
Syirkah Mufawadhah
Adalah kerja sama antara dua orang atau lebih, di mana setiap pihak memberikan
suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak
membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Dengan demikian, syarat utama dari
jenis al-musyarakah ini adalah kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab
dan beban utang dibagi oleh masing-masing pihak.
Syirkah A’maal
Adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan bersama
dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Para pihak menyumbangkan keahlian dan
tenaganya tanpa memberikan modal. Misalnya, kerja sama dua orang arsitek untuk
menggarap sebuah proyek, atau kerja sama dua orang penjahit untuk menerima order
pembuatan seragam sebuah kantor. Syirkah ini kadang-kadang disebut syirkah abdan.
Syirkah Wujuh
Adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki keahlian dan reputasi yang
baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu
perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam
keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh
tiap mitra. Jenis syirkah ini tidak memerlukan modal karena pembelian secara kredit
berdasarkan pada jaminan tersebut.
C. Karakteristik Musyarakah
6
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah : Produk-produk dan aspek-aspek Hukumnya,(Jakarta : Kencana
Prenadamedia Group, 2014) Hal. 335
6
Berikut ini adalah penjelasan mengenai karakteristik musyarakah, dalam literatur
pembiayaan (misalkan bank dengan nasabah yang mengajukan pembiayaan), yaitu :
Persyaratan Akad
- Ijab dan Qobul
Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan
kontrak
Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak
Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern8.
- Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum
7
http://blogjunitacinkenshi.blogspot.com/2013/12/makalah-akuntansi-perbankan-syariah.html diakses pada
Minggu, 30 September 2014 pukul 23:00:12
8
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah : Konsep dan Implementasi PSAK Syariah, (Yogyakarta :
P3EI Press, 2008) Hal. 287
7
Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan
Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra
melaksanakan kerja sebagai wakil
Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam
proses bisnis normal
Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk
mengelola aset
Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan
dana untuk kepentingan sendiri9.
- Obyek Akad
Modal
Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya
sama. Modal dapat terdiri dari asset perdagangan seperti barang-barang,
property dan sebagainya. Jika modal berbentuk asset, harus lebih dulu
dinilai dengan uang tunai dan disepakati oleh para pihak
Kerja
Partisipasi para pihak dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan
musyarakah, akan tetapi kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan
syarat. Salah satu pihak boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari
yang lainnya, dan dalam hal ini boleh menuntut bagian keuntungan
tambahan bagi dirinya. Setiap pihak melaksanakan kerja dalam
musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan
masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak
Keuntungan
Keuntungan harus dikuantifikasikan dengan jelas untuk menghindarkan
pebedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau ketika
penghentian musyarakah. Setiap keuntungan masing-masing pihak
harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan
tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi para
pihak. Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan
melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu diberikan
9
Ibid
8
kepadanya. Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas
dalam akad
Kerugian
Kerugian harus dibagi antara para pihak secara proporsional menurut
saham masing-masing dalam modal. Sedangkan biaya operasional
dibebankan pada modal bersama10.
Persyaratan Pembiayaan
Persyaratan ini harus juga dipenuhi sebagai syarat sahnya kerja sama yang dilakukan,
yaitu :
- Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan nasabah bertindak sebagai pihak atau
mitra usaha dengan bersama-sama menyediakan dana dan atau barang untuk
membiayai suatu kegiatan usaha tertentu
- Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan LKS sebagai mitra usaha dapat
ikut serta dalam pengelolaan usaha sesuai dengan tugas dan wewenang yang
disepakati
- LKS berdasarkan kesepakatan dengan nasabah dapat menunjuk nasabah untuk
mengelola usaha
- Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai dan atau barang
11
http://blogjunitacinkenshi.blogspot.com/2013/12/makalah-akuntansi-perbankan-syariah.html Diakses pada
Minggu, 30 November 2014 pukul 23:00:12
9
- Jika pembiayaan diberikan dalam bentuk barang maka barang yang diserahkan
harus dinilai secara tunai berdasarkan kesepakatan
- Jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana dan pembagian keuntungan
ditentukan berdasarkan kesepakatan antara LKS dan nasabah
- Biaya operasional dibebankan pada modal bersama sesuai kesepakatan
- Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana dinyatakan dalam bentuk nisbah
yang disepakati
- LKS dan nasabah menanggung kerugian secara proporsional menurut porsi
modal masing-masing, kecuali jika terjadi kecurangan, kelalaian, atau
menyalahi perjanjian dari salah satu pihak
- Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu
investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak dan tidak berlaku surut
- Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan secara berjenjang yang besarnya berbeda-
beda berdasarkan kesepakatan pada awal akad
- Pembagian keuntungan dapat dilakukan dengan metode bagi untung atau rugi
(profit and loss sharing) atau metode bagi hasil pendapatan (revenue sharing)
- Pembagian keuntungan berdasarkan hasil usaha sesuai dengan laporan
keuangan nasabah
- Pengembalian pokok pembiayaan dilakukan pada akhir periode akad atau
dilakukan secara angsuran berdasarkan aliran kas masuk (cash in flow) usaha
- LKS dapat meminta jaminan atau agunan untuk mengantisipasi risiko apabila
nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban sebagai mana dimuat dalam akad
karena kelalaian dan atau kecurangan
Dasar Akuntansi
Yaitu PSAK Nomor 106 yang mengatur tentang akuntansi musyarakah, dan
merupakan penyempurnaan dari PSAK Nomor 59 tentang akuntansi perbankan
syariah yang mengatur mengenai musyarakah. Penjelasannya adalah :
- PSAK 106 berlaku untuk entitas yang melakukan transaksi musyarakah baik
sebagai mitra aktif dan mitra pasif
- Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan memisahkan akuntansi
untuk mitra aktif dan akuntansi untuk mitra pasif dalam transaksi musyarakah
10
- Kewajiban bagi mitra aktif untuk membuat catatan akuntansi terpisah atas
usaha musyarakah yang dilakukan
- Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas sebagai mitra aktif,
penyempurnaan dilakukan untuk (1) pengukuran pada akad atas penyetoran
investasi musyarakah aset non-kas diukur sebesar nilai wajar (2) penerimaan
dana musyarakah dari mitra pasif di akui sebagai musyarakah dan di sisi lain
diakui syirkah temporer
- Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas sebagai mitra pasif,
penyempurnaan di lakukan untuk (1) pengukuran pada saat akad atas
penyetoran investasi musyarakah aset non kas di ukur sebesar nilai wajar (2)
keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset non kas diserahkan pada nilai
wajar disajikan sebagai pos lawan dari investasi musyarakah
Pencatatan Akuntansi12
- Akuntansi Mitra Aktif
Pada saat Akad :
Investasi musyarakah diakui pada saat menyisihkan kas atau aset non-
kas untuk usaha musyarakah
Pengukuran investasinya adalah :
Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang disisihkan
Dalam bentuk aset non-kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika
terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai buku aset non-kas,
maka selisih tersebut diakui sebagai selisih penilaian aset
musyarakah dalam ekuitas
Selisih kenaikan aset musyarakah diamortisasi selama masa akad
musyarakah. Aset tetap musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai
wajar yang disusutkan dengan jumlah penyusutan yang mencerminkan :
Penyusutan yang dihitung dengan historical cost models
ditambah dengan
Penyusutan atas kenaikan nilai aset karena penilaian kembali
saat penyisihan aset non kas untuk usaha musyarakah
12
Ibid Hal. 290-291
11
Apabila proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan nilai
aset, maka penurunan nilai ini langsung diakui sebagai kerugaian
Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah tidak dapat diakui sebagai
investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra
musyarakah
Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif diakui sebagai investasi
musyarakah dan disisi lain sebagai dana syirkah temporer sebesar :
Dana dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diterima
Dana dalam bentuk asset non kas di nilai sebesarnilai wajar dan
disusutkan selama masa akad apabila aset tersebut tidak akan
dikembalikan kepada mitra pasif
Selama Akad Berlangsung :
Bagian entitas atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana
mitra diakhir akad dinilai sebesar jumlah kas yang disisihkan dan nilai
tercatat aset musyarakah non-kas
Jumlah kas yang disisihkan untuk usaha musyarakah pada awal
akad dikurangi dengan kerugian
Nilai tercatat aset musyarakah non-kas pada saat penyisihan
untuk usaha musyarakah setelah di kurangi penyusutan dan
kerugian
Bagian entitas atas investasi musyarakah menurun dinilai sebesar
jumlah kas yang disisihkan untuk usaha musyarakah pada awal akad
ditambah dengan jumlah dana syirkah temporer yang telah
dikembalikan kepada mitra pasif dan dikurangi kerugian
Pada saat Berkhirnya Akad :
Pada asat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dibayarkan kepada
mitra pasif diakui sebagai kewajiban
12
Investasi musyarakah non kas yang diukur dengan nilai wajar aset yang
diserahkan akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset
yang diserahkan dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan
Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah tidak dapat diakui sebagai
bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra
musyarakah
13
Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya biaya studi
kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian pembiayaan musyarakah,
kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah
14
- Dalam pembiayaan musyarakah menurun yang melewati satu periode laporan
dan terdapat pengembalian sebagian atau seluruh pembiayaan musyarakah,
maka :
Laba diakui pada periode terjadinya sesuai dengan nisbah bagi hasil
yang telah disepakati
Rugi diakui pada periode terjadinya secara proporsional sesuai dengan
kontribusi modal dan mengurangi pembiayaan musyarakah
Apabila dalam pembiayaan musyarakah menggunakan metode bagi
laba (profit sharing), dimana periode sebelumnya terjadi kerugian,
maka keuntungan yang diperoleh pada periode tersebut harus
dialokasikan terlebih dahulu untuk memulihkan pengurangan modal
akibat kerugian pada periode sebelumnya
- Pada saat akad pembiayaan musyarakah berakhir, keuntungan yang belum
diterima bank dari mitra musyarakah diakui sebagai piutang musyarakah jatuh
tempo
- Apabila terjadi kerugian dalam musyarakah akibat kelalaian atau
penyimpangan mitra musyarakah, mitra yang melakukan kelalaian tersebut
menanggung beban kerugian itu. Kerugian bank yang diakibatkan kelalaian
atau penyimpangan mitra tersebut diakui sebagai piutang musyarakah jatuh
tempo
- Pada saat akad diakhiri, saldo pembiayaan musyarakah yang belum diterima
diakui sebagai piutang musyarakah jatuh tempo
- Penyisihan kerugian pembiayaan dan piutang musyarakah harus dibentuk
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
15
- Sedangkan pada musyarakah menurun yang melewati satu periode pelaporan,
terdapat mengembalian sebagian atau seluruh modal :
Laba diakui sesuai nisbah saat terjadinya
Rugi diakui secara proporsional sesuai kontribusi modal dengan
mengurangi pembiayaan musyarakah, saat terjadinya
- Akad yang diakhiri dengan laba yang belum diterima dari mitra, maka :
Musyarakah performing diakui sebagai piutang kepada mitra
Musyarakah non-performing tidak diakui tapi diungkapkan dalam
catatan LK
- Kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian mitra kerja, maka :
Ditanggung oleh mitra usaha
Diperhitungkan sebagai pengurang modal mitra usaha, kecuali mitra
mengganti dengan dana baru
13
https://imanph.files.wordpress.com/2007/12/pembiayaan_musyarakah.pdf diakses pada Senin, 30 September
2014 pukul 23:00:12
16
- Pengeluaran biaya dalam rangka akad musyarakah
D: Uang muka dalam rangka akad musyarakah Rp. xxxx
K: Kas / Kliring Rp. xxxx
Pengakuan kerugian yang lebih tinggi dari modal mitra akibat kelalaian atau
penyimpangan mitra musyarakah
D: Piutang mitra jatuh tempo Rp. xxxx
K: Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx
Pengembalian modal musyarakah non-kas dengan nilai wajar lebih rendah dari nilai
historis
D: Aktivanon-kas Rp. xxxx
17
D: Kerugian penyelesaian pembiayaan musyarakah Rp. xxxx
K: Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx
Pengembalian modal musyarakah non-kas dengan nilai wajar lebih tinggi dari nilai
historis
D: Aktiva non-kas Rp. xxxx
K: Keuntungan penyelesaian pembiayaan musyarakah Rp. xxxx
K: Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx
Rincian berdasarkan aktiva kas atau non-kas, modal mitra, jenis valuta, jenis
penggunaan dan sektor ekonomi
Klasifikasi menurut jangka waktu akad pembiayaan, kualitas pembiayaan dan tingkat
bagi hasil rata-rata
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Musyarakah merupakan pembiayaan dilakukan oleh dua pihak yang bermitra untuk
melakukan suatu usaha, setiap pihak saling menyediakan modal untuk membiayai suatu
usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang akan dijalankan. Selanjutnya para
pihak dapat mengembalikan modal usaha yang diberikan tersebut berikut penerimaan bagi
hasil yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus. Pembiayaan musyarakah dapat
diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aktiva non- kas, termasuk aktiva tidak berwujud
seperti lisensi dan hak paten.
Dalam mekanisme akuntansi pembiayaan musyarakah terbagi kepada 2 pihak yang
dinamakan sebagai pihak mitra aktif dan pihak mitra pasif, dimana dua pihak ini mempunyai
hak-hak dan kewajiban dalam usaha bersama yang berbeda dan memiliki klasifikasi dalam
setiap laporan akuntansi yang berbeda pula.
14
Ibid
19
DAFTAR PUSTAKA
20