Anda di halaman 1dari 2

Konten(isi) kebijakan kesehatan

Konten dalam suatu kebijakan kesehatan mencerminkan beberapa dimensi yang berkaitan
dengan kebijakan itu sendiri. Dimensi itu berhubungan dengan aspek teknis dan institusi.

Konten kebijakan mempunyai beberapa tingkatan dalam operasionalisasinya antara lain:

1. Tingkatan Sistemik
Corak utama yang membentuk sebuah isi dari kebijakan kesehatan secara menyeluruh.
Sebagai contoh dalam membangun sistem kesehatan nasional maka pemerintah
melibatkan sektor swasta dan beberapa kementrian lainnya karena corak dari kebijakan
adalah dilakukan dengan pelibatan semua sektor.
2. Tingkatan Program (Programatik)
Memutuskan prioritas untuk pelayanan kesehatan, kebijakan kesehatan dilaksanakan ke
dalam bentuk yang nyata (program) dengan mengalokasikan sumberdaya untuk
operasional kegiatan.
3. Tingkatan Organisasi
Isi dari kebijakan difokuskan pada upaya struktural pada sebuah institusi yang dapat
memberikan usaha produktif bagi tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi.
Pada tingkatan organisasi, struktural memegang peranan yang penting terhadap upaya
implementasi kebijakan.
4. Tingkatan Instrumental
Fokus utama dalam tingakatan instrumental adalah didasari pada upaya mendapatakan
informasi demi meningkatkan fungsi dan sistem kesehatan. Kebijakan kesehatan dibuat
untuk menciptakan instrumen yang tangguh bagi pemecahan permasalahan kesehatan.

Proses penyusunan kebijakan kesehatan


Proses mengacu pada cara bagaimana kebijakan dimulai, dikembangkanatau disusun,
dinegosiasi, dikomunikasikan, dilaksanakan dan dievaluasi. Pendekatan yang paling sering
digunakan untuk memahami proses kebijakan adalah dengan menggunakan apa yang disebut
heuristics. Yang dimaksud disini adalah membagi proses kebijakan menjadi serangkaian
tahapan sebagai alat teoritis, suatu model dan tidak selalu menunjukkan apa yang terjadi di
dunia nyata. Namun serangkaian tahapa ini membantu untuk memahami penyusunan
kebijakna dalam tahapan-tahapan yang berbeda (Sabatier, 1993):
1. Identifikasi masalah dan isu , menemukan bagaimana isu-isu yang ada dapat masalah
dapat masuk kedalam agenda kebijakan, mengapa isu-isu yang lain justru tidak pernah
dibicarakan.
2. Perumusan kebijakan, emnemukan siapa saja yang terlibat dalam perumusan kebijakan,
bagaimana kebijakan dihasilkan, disetujui dan dikomunikasikan
3. Pelaksanaan kebijakan, tahap ini yang paling sering diacuhkan dan sering dianggap
sebagai bagian yang terpisah dari kedua tahap yang pertama. Namun tahap ini yang
diperdebatan sebagia tahap yang plaing penting dalam penyusunan kebijakan sebab bila
kebijakan tidak dilaksanakan atau dirubah selama dalam pelaksanaan, sesuatu yang
salah mungkin terjadi dan hasil kebijakan tidak akan seperti yang diharapkan.
4. Evaluasi kebijakan, temukan apa yang tejadi pada saat kebijakan bagaimana
pengawasannya, apakah tujuannya tercapai dan apakah terjadi akibat yang tidak
diharapkan. Tahapan ini mrupakan saat dimana kebijakan dapat diubah atau dibatalkan
serta kebijakan yag baru ditetapan.
Ada sejumlah peringatan dalam penggunaan kerangka yang berguna dan sederhana ini. Pertama,
proses kebijakan akan trlihat sebagai proses yang linier, dnegan kata lain proses ini berjalan
dengan mulus dari suatu tahap ke tahap yang lai, dari penemuan masalah hingga ke pelaksanaan
dan evaluasi. Namun sebenarnya jarang terlihat jelas sebagai suatu proses. Mungkin pada tahap
pelaksanaan masalah baru ditemukan atau kebijakan mugkin diformulasikan tetapi tidak pernah
mencapai tahap pelaksanaan. Dengan kata lain penyusunan kebijakan karang menjadi suatu
proses yang rasionaliteratif dan dipengaruhi oleh kepentingan sepihak. Banyak yang sependapat
dengan Lindblom (1959) bahwa proses kebijakan adalah sesuatu yang dicampur aduk leh para
penyusun kebijakan (Lindblom, 1959). (Rahman, Fauzie. 2016)

Dapus

1. Gusti kanzania, Kekuasaan & Proses Kebijakan Kesehatan, academia.edu


2. Ilham Akhsanu Ridlo, Memahami Kebijakan Kesehatan, academia.edu

Anda mungkin juga menyukai