Anda di halaman 1dari 9

BAB III

TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian

Tn.D masuk RSJ Tampan melalui IGD pada tanggal 11 februari 2020

dibawa oleh Keluarga dengan keluhan marah-marah, meresahkan warga

karena melempar lempar barang, memecahkan kaca jendela, mengancam

membunuh ayahnya, susah tidur dan gelisah. Identitas klien yaitu Tn. D lahir

pada tanggal 13 Desember 1982, jenis kelamin laki-laki, klien belum

menikah, tidak bekerja, No RM 033309.

Dilakukan pengkajian pada hari Rabu, tanggal 12 Februari 2020, Pukul

09.00 WIB didapatkan data, keadaan umum kesaran composmentis (GCS 15),

tekanan darah 110/90 mmHg, Nadi 80 x/i, suhu 36,5, pernafasan 18 x/i, BB :

56 Kg, TB : 163 cm, penampilan klien rapi, kepala/rambut tampak bersih,

ketombe tidak ada, gigi tampak lengkap, dan karies gigi tidak ada.

Serta didapatkan data subjektif yaitu klien mengatakan sebelumnya

klien sering mendengar suara-suara orang yang memerintahkan dan

mendorongnya untuk melempar kaca jendela, dan mencoba membunuh ayah

tirinya, melempar barang, klien juga mengatakan sering marah-marah tanpa

sebab sehingga orang-orang disekitarnya menjadi takut, klien mengatakan

emosi nya labil dan kambuh karena putus obat karena obatnya habis dan

belum sempat untuk mengambil obat lagi, klien mengatakan tidak pernah

minum obat lagi

22
Selama proses pengkajian juga didapatkan data objektif yaitu klien

berbicara dengan nada yang keras, mudah emosi dan marah-marah, serta

cepat marah saat ditanya oleh perawat, klien tampak marah- marah, klien

tampak mondar mandir, klien tampak gelisah, dan berbicara tidak senonoh

serta memaki maki, klien tampak berbicara sendiri dan marah, klien tampak

senyum sendiri, klien juga mengatakan klien tidak tahu tentang keberadaan

keluarganya, klien tampak selalu menyendiri dan jarang bergaul dengan

temannya, saat diajak berkomununikasi klien tampak bermusuhan, klien malas

bergaul dengan teman, klien tidak mau memulai pembicaraan dengan orang

lain, klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan, klien tidak

mempunyai teman dekat diruangan, Tidak ada kontak mata saat

berkomunikasi, klien juga tampak labil tidak dapat mengontrol emosinya ,

kadang klien cepat marah, dan mudah tersinggung saat diajak berbincang oleh

perawat kadang klien menurut ( kooperatif ) saat diajak berbincang oleh

perawat.

Diagnosa medis yaitu Skizofrenia Paranoid. Tn. D mendapatkan terapi

clozapine 25 mg (1x1), Chlorpromazine (CPZ) 25 mg (1x1), Trihexyphenidyl

(THP) 2 mg (1x1), Haloperidol 5 mg (0-0-1).

3.2 Masalah Keperawatan

1. Analisa Data

23
Tabel 3.1

Analisa data pada Tn.D dengan resiko perilaku kekerasan

Data Masalah

24
DS: RPK (Resiko Perilaku Kekerasan)

- Klien mengatakan datang ke

RSJ dibawa oleh keluarga

karena memecahkan kaca

jendela, marah-marah,

memecahkan barang,

mencoba membunuh ayah

tirinya.

- Klien mengatakan

sebelumnya pernah dirawat di

RSJ 3 bulan yang lalu

- Klien mengatakan tetangga

sekitar tidak menyukai klien

DO:

- Klien terlihat gelisah

- Klien tampak marah jika

keinginannya tidak terpenuhi

- Klien berbicara dengan nada

yang keras saat ditanya

- Afek klien labil

- Klien tampak bermusuhan

ketika berinteraksi

Klien mudah tersinggung


DS: Gangguan persepsi sensori:

- Klien mengatakan klien Halusinasi pendengaran

25
mendengar suara seperti

memerintah pasien untuk

melempar barang dan

menyuruh untuk marah serta

memecahkan kaca jendela

- Klien tidak menyadari

penyakit yang dialaminya

DO:

- klien tampak berbicara

sendiri

- klien tampak marah ssendiri

jika keinginannya tidak

terpenuhi

klien tampak senyum sendiri,


- Klien mengatakan tetangga HDR (Harga Diri Rendah)

tidak menyukainya

DO:

- Klien tampak marah-marah

jika keinginannya tidak

terpenuhi

- Klien tidak mau memulai

pembicaraan dengan orang

lain

- Klien tidak mampu

berkonsentrasi dan membuat

26
keputusan

- Tatapan mata tanpa tajam

2. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Resiko Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. RPK (Resiko Perilaku Kekerasan)

2. Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran

3. HDR (Harga Diri Rendah)

3.4 Intervensi

Terlampir

3.5 Implementasi

27
Tn D dengan diagnosa RPK dan dilakukan implementasi selama 5 hari.

Pada hari selasa tanggal 12 februari 2020 masih dilakukan pendekatan dan

BHSP, saat di evaluasi SP 1 RPK yaitu cara mengontrol marah dan klien

diminta untuk memperagakannya, namun klien tidak dapat memperagakan apa

yang telah dipraktekkan, karena klien kurang kooperatif, mudah tersinggung

dan gampang marah, sehingga tim tetap melanjutkan dengan cara yang kedua

yaitu memukul-mukul bantal . dan riview cara pengontrolan halusinasi SP 1

(menghardik) dan SP 2 (berbicara dengan teman). RTL : BHPS, ulangi SP 1

RPK, lanjutkan SP 2 RPK, serta ulangi cara pengontrolan halusinasi SP 1

(menghardik) dan SP 2 (berbicara dengan teman) dan lanjutkan SP 3 (aktivitas

terjadwal)

Pada hari kedua, tanggal 13 februari 2020 meriview kembali mengenai

SP1 RPK yaitu dengan latihan nafas dalam, klien masih belum mampu

melakukan. Melanjutkan SP 2 RPK yaitu dengan cara memukul-mukul bantal.

Serta meriview cara pengontrolan halusinasi SP 1 (menghardik) dan SP 2

(berbicara dengan teman) dan mengajarkan cara yang ketiga SP 3 yaitu

membuat aktivitas terjadwal. RTL : mengulangi SP 1, SP 2 RPK, serta

mengulangi SP1, SP2, SP3 halusinasi,

Pada hari ketiga tanggal 14 februari 2020, klien diajarkan kembali SP1

yaitu cara mengontrol marah dengan teknik nafas dalam dan

mempraktekannya, dan diajarkan kembali SP 2 mengontrol marah yaitu

memukul-mukul bantal. Selain itu pasien juga diajarkan kembali mengenai

cara pengontrolan halusinasi SP 1 menghardik, SP 2 berbicara dengan teman,

SP 3 aktivitas terjadwal. RTL : mengulangi SP1, SP2 RPK, dan melanjutkan

SP 3 RPK, serta mengulangi SP1, SP2, SP3 halusinasi.

28
Pada hari keempat tanggal 17 februari 2020, klien diajarkan dan dilatih

kembali SP1, SP2 yaitu cara mengontrol marah dan meminta klien untuk

mencontohkan secara berulang-ulang, serta mengajarkan SP 3 RPK yaitu

membuat aktivitas terjadwal. Mengulangi SP1, SP2, SP3 cara pengontrolan

halusinasi. RTL : mengulangi SP1, SP2, SP3 RPK dan mengulangi SP1, SP2,

SP3 cara pengontrolan halusinasi, serta mengajarkan SP 4 pengontrolan

halusinasi.

Pada hari kelima tanggal 18 februari 2020, klien dilakukan evaluasi SP1

sampai SP5 RPK yaitu cara mengontrol marah dan meminta klien untuk

mencontohkan secara berulang-ulang, dan mengulang SP halusinasi dari SP1

sampai SP4. RTL : melakukan atau mengajarkan kegiatan adl yang mampu

dilakukan.

3.6 Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah implementasi dilakukan. BHSP tercapai

sebagian, klien menjelaskan penyebab marah yaitu klien mendengar suara

yang menyuruhnya untuk marah, dari hasil pengamatan perawat klien masih

sering marah, melempar barang, klien tampak senyum sendiri, klien berbicara

sendiri, klien termenung sendiri, klien belum menerapkan SP yang diajarkan.

Pada hari rabu tanggal 12 februari 2020 didapatkan BHSP sudah

terjalin, klien sudah mau berbicara dengan perawat, klien mengatakan sudah

tidak ada mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk marah, klien masih

sering marah, klien sering mondar-mandir, klien tampak berbicara, senyum

sendiri, klien sudah menjalankan SP yang diajarkan walaupun masih sering

lupa.

29
Pada hari rabu tanggal 12 februari 2020 didapatkan BHSP sudah

terjalin, klien sudah mau berbicara dengan perawat, klien mengatakan sudah

tidak ada mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk marah, klien masih

sering marah, klien sering mondar-mandir, klien tampak berbicara, senyum

sendiri, klien sudah menjalankan SP yang diajarkan walaupun masih sering

lupa.

Pada hari ketiga, tanggal 14 februari 2020 klien mengatakan suara-suara

bisikan itu jarang terdengar, klien tampak kesal jika tidak diberi uang, klien

tampak senyum sendiri dan sering bernyanyi. Klien sudah belajar menerapkan

SP yang telah diajarkan walaupun masih sering lupa.

Pada hari keempat tanggal 17 februari 2020 klien mengatakan suara

bisikan tidak terdengar lagi, klien tampak mampu mengontrol emosi dengan

cara tarik nafas dalam dan memukul bantal. Klien tampak suka bernyanyi.

Pada hari kelima tanggal 18 februari 2020 klien tampak mampu

mengontrol emosi, klien mampu menyebutkan SP1, SP2, SP3, SP4, dan SP5

RPK dan SP1, SP2, SP3, dan SP4 halusinasi yang telah diajarkan oleh

perawat.

30

Anda mungkin juga menyukai