Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Bina Mulia Hukum

Volume 3, Nomor 1, September 2018 P-ISSN: 2528-7273 E-ISSN: 2540-9034


Artikel diterima 24 Juli 2018, artikel direvisi 19 September 2018, artikel diterbitkan 28 September 2018
DOI: 10.23920/jbmh.v3n1.7 Halaman Publikasi: http://jurnal.fh.unpad.ac.id/index.php/jbmh/issue/archive

KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG PERADILAN TATA


USAHA NEGARA DAN UNDANG-UNDANG ADMNISTRASI PEMERINTAHAN
Dola Riza*

ABSTRAK
KTUN sebagai objek sengketa di PTUN telah diatur dalam UU PTUN termasuk prosedurnya.
Setelah diundangkannya UU AP, KTUN dan prosedurnya ini juga turut diatur dalam UU AP, namun
terdapat perbedaan dalam pengaturan terhadap hakikat keputusan dan prosedurnya. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan
perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Penelitian ini menggunakan bahan hukum
primer, sekunder dan tersier. Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan adalah studi
dokumen dengan teknik analisis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan pengaturan terhadap 3 aspek yang diatur dalam UU PTUN dan UU AP, yaitu
pertama pengaturan terhadap hakikat KTUN, kedua pengaturan terhadap status permohonan
yang didiamkan oleh Badan dan/atau Pejabat TUN, ketiga pengaturan terhadap pengajuan gugatan
yang melalui upaya administratif berupa banding. Meskipun terdapat perbedaan, pengaturan
untuk hukum materil berpedoman kepada UU Administrasi Pemerintahan dan hukum formil tetap
berpedoman kepada UU PTUN. Implikasi dari Pengaturan terhadap hakikat KTUN dalam UU PTUN
dan UU AP adalah terjadinya perluasan kriteria KTUN dan perluasan kewenangan PTUN.
Kata kunci: administrasi pemerintahan; keputusan TUN; sengketa.

ABSTRACT
Decision of State Administration as the object of dispute in the state administrative court has
been regulated in the statutory administrative law of the state including its procedures. After the
promulgation of the law of the Government Administration, The state administrative decisions
and procedures are also governed by the laws of the Government Administration. but there are
differences in the arrangement of the nature of decisions and procedures. Type of research used
is normative legal research with used is approach to legislation and conceptual approaches. The
legal material used is primary, secondary and tertiary legal materials. The technique of collecting
the legal material used is study documents with used qualitative analysis techniques. Based on the
results of the study can be concluded that 1). there are different settings against the 3 aspects set
forth in laws of state administrative courts and government administration laws that is, the first is
the regulation of the nature of the state administrative decisions, the second is the regulation of
the status of the government’s silenced petition, third is the arrangement of a lawsuit filed through
an administrative appeal in the form of an appeal, Although there are differences, arrangements
for material law are guided by the laws of the Government Administration and formal law remains
guided by the state administrative court law. 2). Implications of Arrangements on the nature of

*
Magister Ilmu Hukum Universitas Andalas, Jl. Pancasila No.10,Belakang Tangsi, Padang, email: dolarizash21@gmail.com.
86 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 1, September 2018

state administrative decisions in state administrative justice laws and Government Administration
laws are the occurrence of expansion of the criteria of state administrative decisions and expansion
of the authority of the state administrative court.
Keywords: goverment administration; decision of state administration; dispute.

PENDAHULUAN usaha negara (materil) termasuk mengatur


Peradilan Tata Usaha Negara adalah mengenai Keputusan Tata Usaha Negara
pengadilan yang mempunyai wewenang dan prosedurnya, sehingga Undang-undang
untuk memeriksa, mengadili dan memutus Peradilan Tata Usaha Negara memberikan
sengketa tata usaha negara. Pasal 1 Angka 10 kesempatan kepada seseorang atau Badan
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang hukum perdata untuk memperoleh keadilan
Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor dari keputusan tata usaha negara yang
5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha dianggap merugikan masyarakat. Keputusan ini
Negara (selanjutnya disebut Undang-undang diterbitkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Peradilan Tata Usaha Negara) menyatakan Negara yang berwenang melaksanakan suatu
bahwa: bidang urusan pemerintahan. Sebagaimana
hakikat dibentuknya Peradilan Tata Usaha
“Sengketa Tata Usaha Negara adalah Negara, dimaksudkan untuk memberikan
sengketa yang timbul dalam bidang perlindungan hukum kepada warga masyarakat
tata usaha negara antara orang atau dari kemungkinan terjadinya penyalahgunaan
badan hukum perdata dengan badan wewenang atau tindakan sewenang-wenang
atau pejabat tata usaha negara, baik di oleh pemerintah.
Pusat maupun di Daerah, sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan tata usaha Peradilan Tata Usaha Negara berwenang
negara, termasuk sengketa kepegawaian untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan
berdasarkan peraturan perundang- sengketa yang objeknya adalah Keputusan Tata
undangan yang beraku.” Usaha Negara. Keputusan yang menjadi objek
sengketa di Peradilan Tata Usaha Negara ini
Undang-undang Peradilan Tata Usaha diatur dalam Pasal 1 sampai Pasal 52 Undang-
Negara merupakan sumber hukum materil dari undang Peradilan tata usaha Negara, karena
hukum tata usaha negara dan sumber hukum undang-undang ini juga berperan sebagai
formil dari hukum acara Peradilan Tata Usaha hukum materi. Penerbitan Keputusan Tata
Negara. Pasal 1 sampai Pasal 52 merupakan Usaha Negara tersebut merupakan tindakan
hukum materil yang mengatur mengenai hukum administratif yang dilakukan oleh Badan atau
tata usaha negara dan Pasal 53 sampai Pasal Pejabat Tata Usaha Negara. Sebagai pelayan
145 merupakan hukum formil yang mengatur publik yang melayani masyarakat di bidang
mengenai hukum acara Peradilan Tata Usaha administratif, setiap tata laksana Badan/Pejabat
Negara. tata Usaha Negara dalam mengambil keputusan
Undang-undang Peradilan Tata Usaha inilah yang dimaksud dengan administrasi
Negara juga mengatur mengenai hukum tata pemerintahan.
Dola Riza 87
Keputusan Tata Usaha Negara Menurut UU PTUN dan UU AP

Dalam penyelenggaraan administrasi mengatur mengenai keputusan dan


pemerintahan muncul berbagai kendala yang prosedurnya. Dalam konteks penegakan hukum
dialami oleh pemerintah selama ini. Kendala di bidang penyelenggaraan Negara, Undang-
yang dimaksud antara lain adalah adanya undang Administrasi Pemerintahan ini juga
kebutuhan untuk memberikan perlindungan menjadi landasan baru bagi Peradilan Tata Usaha
hukum terhadap masyarakat, dibutuhkannya Negara dalam menguji sengketa Tata Usaha
aturan hukum yang mengatur hubungan hukum Negara, hal ini dikarenakan Undang-undang
antara penyelenggara administrasi negara dan Administrasi Pemerintahan juga mengatur
masyarakat. Hal-hal tersebut menuntut agar mengenai objek sengketa di Peradilan Tata
dibentuknya aturan-aturan baru yang dapat usaha Negara yaitu KTUN, permohonan yang
diakomodir menjadi landasan hukum bertindak didiamkan oleh Badan atau Pejabat Tata usaha
bagi setiap aparatur administrasi pemerintah. Negara, pengajuan gugatan yang melalui upaya
Hukum administrasi negara berkaitan administratif, (prosedurnya), sebagaimana
erat dengan kekuasaan dan kegiatan penguasa diketahui bahwa ketentuan tersebut juga telah
itu dilaksanakan, maka lahirlah hukum diatur sebelumnya di dalam Undang-undang
administrasi negara. dengan kata lain, hukum Peradilan Tata Usaha Negara.
administrasi negara, sebagaimana hukum Pemberlakuan Undang-undang
tata negara, berkaitan erat dengan persoalan Administrasi Pemerintahan menjadikan hukum
kekuasaan (administrative law deal with one administrasi negara bergerak menuju paradigma
aspect of the problem of power).1 Mengingat baru, sehingga dibutuhkan penyelarasan dengan
negara itu merupakan organisasi kekuasaan hukum acara Peradilan Tata Usaha Negara agar
(machtenorganisatie), maka pada akhirnya terciptanya sinkronisasi dan harmonisasi dalam
hukum administrasi negara akan muncul sebagi peraturan perundang-undangan di Indonesia.
instrumen untuk mengawasi penggunaan Pelaksanaan sinkronisasi dan harmonisasi
kekuasaan pemerintah. Dengan demikian, peraturan perundang-undangan di Indonesia
keberadaan hukum administrasi negara itu sudah merupakan suatu kebutuhan yang
muncul karena adanya penyelenggaraan mendesak karena permasalahan pembangunan
kekuasaan negara dan pemerintahan dalam hukum semakin hari membutuhkan pendekatan
suatu negara hukum, yang menuntut dan yang lebih komprehensif. Bahwa menurut
menghendaki penyelenggaraan tugas-tugas Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara
kenegaraan, pemerintahan dan kemasyarakatan upaya administratif hanya diberlakukan dan
yang berdasarkan atas hukum.2 diwajibkan terhadap sengketa-sengketa tata
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 usaha negara tertentu yang memang oleh
Tentang Administrasi Pemerintahan (selanjutnya peraturan perundang-undangannya disediakan
disebut UU Administrasi Pemerintahan) upaya administratifnya. Dalam hal ini dapat
mengatur tertib administrasi pemerintahan dikatakan bahwa Undang-undang Peradilan
dalam menjalankan pemerintahan, termasuk Tata Usaha Negara hanya mengambil sikap

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, RajaGrafindo Persada, Jakarta: 2011, hlm 23.
1

Ibid, hlm 24.


2
88 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 1, September 2018

untuk mengakui dan menghormati lembaga Sementara itu, pada ketentuan Pasal
administratif yang telah ada. Sebaliknya, 1 Angka 7 Undang-undang Administrasi
Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara Pemerintahan menyatakan bahwa:
tidak mewajibkan upaya administratif bagi “Keputusan administrasi pemerintahan
sengketa tata usaha negara yang oleh undang- yang juga disebut Keputusan Tata Usaha
undangnya memang tidak disediakan upaya Negara atau Keputusan Administrasi
administratifnya.3 Negara yang selanjutnya disebut
Berkaitan dengan substansi hukumnya, Keputusan adalah ketetapan tertulis yang
yang menjadi permasalahan ialah mengenai dikeluarkan oleh Badan dan/atau pejabat
objek sengketa Peradilan Tata Usaha Negara pemerintahan dalam penyelenggaraan
(keputusan), mengenai status keputusan pemerintahan.”
terhadap permohonan yang didiamkan oleh Konsep tentang Keputusan Tata Usaha
Badan/Pejabat Tata Usaha Negara (keputusan Negara yang diatur dalam Undang-undang
dan prosedurnya), mengenai pengajuan Administrasi Pemerintahan lebih menyeluruh
gugatan yang melalui upaya administratif serta memperluas kompetensi Peradilan
(prosedurnya). Tata Usaha Negara, sehingga menimbulkan
Tiga hal ini diatur secara bersamaan konstruksi baru tentang elemen-elemen yang
dalam Undang-undang Peradilan Tata terkandung dalam keputusan tata usaha negara
Usaha Negara dan Undang-undang yang akan menjadi obyek gugatan di Pengadilan
Administrasi Pemerintahan, namun terdapat Tata Usaha Negara.
ketidakselarasan dalam pengaturan tersebut. Hal ini berefek pada bertambahnya ruang
Pertama, pengaturan mengenai objek lingkup obyek gugatan yang dapat diajukan ke
sengketa Tata Usaha Negara di Peradilan Tata Peradilan Tata Usaha Negara, dengan demikian
Usaha Negara, objek sengketa di Peradilan Tata kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara
Usaha Negara adalah Keputusan Tata Usaha sehubungan dengan pemberlakuan Undang-
Negara. Konsep tentang Keputusan Tata Usaha undang Administrasi Pemerintahan adalah
Negara dalam Pasal 1 Angka 9 Undang-undang memeriksa, mengadili dan memutus:
Peradilan Tata Usaha Negara yaitu: 1. Perbuatan Badan dan/atau Pejabat
“suatu penetapan tertulis yang Pemerintahan dalam mengeluarkan
dikeluarakan oleh Badan atau Pejabat yang Keputusan Administrasi Pemerintahan/
berisi tindakan hukum tata usaha negara KTUN (beschikkingsdaad);
yang berdasarkan peraturan perundang- 2. Tindakan Pejabat Pemerintahan atau
undangan yang berlaku yang bersifat penyelenggara negara lainnya dalam
konkret, individual, yang menimbulkan melakukan dan/atau tidak melakukan
akibat hukum bagi seseorang atau badan perbuatan konkret/faktual (materieele
hukum perdata.” daad).

3
Zairin Harahap, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Jakarta: 2002, hlm. 83-84
Dola Riza 89
Keputusan Tata Usaha Negara Menurut UU PTUN dan UU AP

Kedua, pengaturan mengenai status Hukum acara mengenai pengajuan


keputusan terhadap permohonan yang permohonan ini semestinya harus
didiamkan oleh Badan/Pejabat Tata Usaha menyesuaikan diri agar tidak terjadi tumpang
Negara. Pasal 3 Ayat (2) Undang-undang tindih dalam tindakan dan keputusan pihak
Peradilan Tata Usaha Negara menyatakan yang berwenang.
bahwa: Ketiga, pengaturan mengenai pengajuan
“jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha gugatan bagi sengketa yang melalui upaya
Negara tidak mengeluarkan keputusan administratif. Pasal 76 Ayat (1), Ayat (2)
yang dimohon, sedangkan jangka waktu dan Ayat (3) Undang-undang Administrasi
sebagaimana ditentukan dalam peraturan Pemerintahan, menetapkan Badan dan/
perundang-undangan dimaksud telah atau Pejabat Pemerintahan berwenang
lewat, maka Badan atau Pejabat Tata menyelesaikan keberatan atas Keputusan
Usaha Negara tersebut dianggap telah dan/atau Tindakan yang ditetapkan dan/
menolak mengeluarkan keputusan yang atau dilakukan yang diajukan oleh Warga
dimaksud.” Masyarakat. Dalam hal Warga Masyarakat tidak
Selanjutnya, Pasal 3 Ayat (3) Undang- menerima hasil penyelesaian keberatan oleh
undang Peradilan Tata Usaha Negara Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan, Warga
menyatakan bahwa: Masyarakat dapat mengajukan banding kepada
Atasan Pejabat. Dalam hal Warga Masyarakat
“dalam hal peraturan perundangan- tidak menerima hasil penyelesaian banding
undangan yang bersangkutan tidak oleh Atasan Pejabat, Warga Masyarakat dapat
menentukan jangka waktu sebagaimana mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha
dimaksud dalam Ayat (2), maka Negara. Prosedur upaya administratif dimaksud
setelah lewat jangka waktu empat berbeda dengan prosedur administratif
bulan sejak diterimanya permohonan, menurut Pasal 48 Undang-undang Peradilan
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara Tata Usaha Negara. sebagaimana ketentuan
yang bersangkutan dianggap telah Pasal 48 Undang-undang Peradilan Tata Usaha
mengeluarkan keputusan penolakan.” Negara, dalam hal Badan atau Pejabat Tata
Hal ini bertolak belakang dengan Usaha Negara diberi wewenang oleh atau
ketentuan Pasal 77 Ayat (5) Undang-undang berdasarkan peraturan perundang-undangan
Administrasi Pemerintahan yang menyatakan untuk menyelesaikan secara administratif
bahwa: sengketa Tata Usaha Negara tertentu, maka
“penyelesaian upaya administratif berupa sengketa Tata Usaha Negara tersebut harus
keberatan yang tidak diselesaikan dalam diselesaikan melalui upaya administratif yang
jangka waktu sebagaimana dimaksud, tersedia. Pengadilan berwenang memeriksa,
maka keberatan tersebut dianggap memutus, dan menyelesaikan sengketa
dikabulkan.” Tata Usaha Negara dimaksud jika seluruh
upaya administratif yang bersangkutan telah
digunakan.
90 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 1, September 2018

Undang-undang Peradilan Tata Usaha PEMBAHASAN


Negara mensyaratkan penyelesaian upaya Perbandingan Pengaturan Terhadap Hakikat
administratif secara menyeluruh dan tuntas Keputusan Tata Usaha Negara Menurut
(uitputten). Pasal 76. Ayat (2) dan Ayat (3) Undang-undang Peradilan Tata Usaha
Undang-undang Administrasi Pemerintahan, Negara dan Undang-undang Administrasi
mensyaratkan penyelesaian upaya administratif Pemerintahan
terbatas kepada Atasan Pejabat melalui banding Berdasarkan hierarki peraturan
administratif. Dalam hal Warga Masyarakat perundang-undangan, kedudukan antara
tidak menerima hasil penyelesaian banding UU Peradilan Tata Usaha Negara dengan UU
oleh Atasan Pejabat, Warga Masyarakat dapat Administrasi Pemerintahan memiliki kedudukan
mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha yang setara. Serta kedua undang-undang ini
Negara. Undang-undang Peradilan Tata Usaha juga bersifat mengikat secara umum.
Negara menetapkan bahwa penyelesaian
sengketa tata usaha negara melalui upaya UU Peradilan Tata Usaha Negara mengatur
administratif diserahkan kepada Pengadilan mengenai objek sengketa tata usaha negara,
Tinggi Tata Usaha Negara, dan selanjutnya yaitu Keputusan Tata Usaha Negara. Setelah
dapat diajukan permohonan kasasi. Seluruh lahirnya UU Administrasi Pemerintahan,
tahapan upaya administratif merupakan bagian Keputusan yang menjadi objek sengketa
penyelesaian peradilan, sehingga tahapan Peradilan Tata Usaha Negara ini turut diatur
selanjutnya pada acara pemeriksaan peradilan dalam UU Administrasi Pemerintahan. Di dalam
berada pada kewenangan (kompetensi) Pengaturan terhadap keputusan dan prosedur-
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. prosedurnya ini terdapat perbedaan pengaturan
sehingga mengakibatkan kompetensi Peradilan
Berdasarkan pemaparan dalam latar Tata Usaha Negara menjadi diperluas.
belakang dan mengacu dari judul penelitian
hukum, penulis merumuskan permasalahan Perbedaan pengaturan antara dua
yang akan menjadi obyek dari penelitian ini peraturan perundang-undangan ini dapat
dan merupakan dasar pertanyaan dari uraian dilihat dari 3 aspek pengaturan, yaitu:
latar belakang di atas, maka permasalahan 1. Pengaturan terhadap definisi dan unsur-
penelitian hukum ini dirumuskan bagaimana unsur Keputusan Tata Usaha Negara;
Perbandingan pengaturan terhadap Hakikat 2. Pengaturan terhadap status keputusan
Keputusan Tata Usaha Negara Menurut Undang- terhadap permohonan yang didiamkan
undang Peradilan Tata Usaha Negara dan oleh Badan dan/atau Pejabat Tata Usaha
Undang-undang Administrasi Pemerintahan Negara; dan
dan bagaimana implikasi dari pengaturan
terhadap Hakikat Keputusan Tata Usaha Negara 3. Pengaturan terhadap pengajuan gugatan
dalam Undang-undang Peradilan Tata Usaha yang melalui upaya administratif berupa
Negara dan Undang-undang Administrasi banding.
Pemerintahan.
Dola Riza 91
Keputusan Tata Usaha Negara Menurut UU PTUN dan UU AP

Dalam penulisan hukum ini, penulis Pasal 87 UU Administrasi Pemerintahan:


akan membahas dan analisis perbandingan Keputusan Tata Usaha Negara harus
tiga pengaturan di atas secara satu persatu. dimaknai sebagai;
Perbandingan hukum pertama yang akan
penulis bahas dan analisis adalah Perbandingan a. penetapan tertulis yang juga mencakup
pengaturan terhadap hakikat keputusan tata tindakan faktual;
usaha negara, sebagaimana diketahui bahwa b. Keputusan Badan dan/atau Pejabat Tata
keputusan tata usaha negara merupakan objek Usaha Negara di lingkungan eksekutif,
sengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara. legislatif, yudikatif, dan penyelenggara
Ketentuan pasal-pasal yang dibandingkan negara lainnya;
disini adalah Pasal 1 ayat (9) UU Peradilan Tata c. berdasarkan ketentuan perundang-
Usaha Negara terhadap ketentuan Pasal 1 ayat undangan dan AUPB;
(7) dan Pasal 87 UU Administrasi Pemerintahan, d. bersifat final dalam arti lebih luas;
adapun pernyataan dari ketentuan pasal-pasal
tersebut adalah sbb: e. Keputusan yang berpotensi menimbulkan
akibat hukum; dan/atau
Pasal 1 ayat (9) UU Peradilan Tata Usaha
Negara: f. Keputusan yang berlaku bagi Warga
Masyarakat.
“Keputusan Tata Usaha Negara
adalah suatu penetapan tertulis yang Pasal 1 ayat (9) UU Peradilan Tata Usaha
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata Negara apabila dibandingkan dengan ketentuan
usaha negara yang berisi tindakan hukum Pasal 1 ayat (7) dan Pasal 87 UU Administrasi
tata usaha negara yang berdasarkan Pemerintahan, tampak bahwa UU Administrasi
peraturan perundang-undangan yang Pemerintahan memperluas konsep keputusan
berlaku, yang bersifat konkret, individual, tata usaha negara.
dan final, yang menimbulkan akibat Konsep Keputusan Tata Usaha Negara
hukum bagi seseorang atau badan hukum dalam UU Peradilan Tata Usaha Negara adalah
perdata”. suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Pasal 1 ayat (7) UU Administrasi Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
Pemerintahan: berisi tindakan hukum tata usaha negara yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan
“Keputusan Administrasi Pemerintahan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual,
yang juga disebut Keputusan Tata Usaha dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi
Negara atau Keputusan Administrasi seseorang atau badan hukum perdata. Dilihat
Negara yang selanjutnya disebut dari ketentuan tersebut, maka unsur unsur dari
Keputusan adalah ketetapan tertulis yang beschikking adalah sbb:
dikeluarkan oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan dalam penyelenggaraan 1. Bentuk penetapan itu harus tertulis;
pemerintahan”. 2. Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN;
3. Berisi tindakan hukum TUN;
4. Berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
92 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 1, September 2018

5. Bersifat konkret, individual dan final; termasuk tindakan faktual) dan dikeluarkan
6. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan saja,
atau badan hukum perdata. melainkan harus memenuhi kriteria lain berupa
Unsur-unsur keputusan tata usaha bersifat konkrit, individual dan final serta
negara menurut Pasal 87 UU Administrasi menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
Pemerintahan yaitu:4 atau badan hukum perdata. Dengan demikian
a. Penetapannya merupakan penetapan pengaturan keputusan tata usaha negara yang
tertulis yang juga mencakup tindakan menjadi obyek sengketa di Peradilan Tata
faktual. Usaha Negara, yang sebelumnya diatur secara
b. Keputusan Badan dan/atau Pejabat Tata terperinci dan sempit di dalam UU Peradilan
Usaha Negara di lingkungan eksekutif, Tata Usaha Negara menjadi diperluas oleh UU
legislatif, yudikatif dan penyelenggara Administrasi Pemerintahan.
negara lainnya. Untuk membandingkan hakikat keputusan
c. Berdasarkan ketentuan perundang- tata usaha negara menurut UU Peradilan
undangan dan Asas-Asas Umum Tata Usaha Negara dan UU Administrasi
Pemerintahan yang Baik. Pemerintahan ini, penulis akan menjadikan
d. Bersifat final dalam arti luas. unsur-unsur keputusan tata usaha negara
e. Keputusan yang berpotensi menimbulkan tersebut sebagai bahan acuan ataupun
akibat hukum. dasar dalam membahas dan menganalisis
f. Keputusan yang berlaku bagi Warga perbandingan hukum terhadap kedua peraturan
Masyarakat. perundang-undangan tersebut.
Berdasarkan unsur-unsur keputusan Pertama, Unsur penetapan tertulis. Di
tata usaha negara yang dimaksud dalam dalam Pasal 1 ayat (9) UU Peradilan Tata Usaha
UU Peradilan Tata Usaha Negara dan UU Negara suatu keputusan tata usaha negara
Administrasi Pemerintahan tersebut, dapat merupakan suatu penetapan tertulis. Istilah
dilihat bahwa kriteria sebuah beschikking “penetapan tertulis” dalam UU Peradilan Tata
menurut Undang-undang Administrasi Usaha Negara ini menunjuk kepada isi dan bukan
Pemerintahan yaitu sebuah penetapan tertulis kepada bentuk keputusan yang dikeluarkan
(termasuk tindakan faktual) dan dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat tata usaha negara.
oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan Keputusan itu memang diharuskan tertulis,
dalam penyelenggaraan pemerintahan. namun yang disyaratkan tertulis bukanlah
Apabila dibandingkan dengan kriteria sebuah bentuk formalnya seperti surat keputusan
beschikking menurut UU Peradilan Tata Usaha pengangkatan dan sebagainya. Persyaratan
Negara, maka sebuah beschikking tidak hanya tertulis itu diharuskan untuk kemudahan dalam
berupa sebuah penetapan tertulis (tidak segi pembuktian.

4
Anita Marlin Restu Prahastapa, Lapon Tukan Leonard dkk, 2017, Friksi Kewenangan PTUN Dalam Berlakunya Undang-undang Nomor
30 Tahun 2014 dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Berkaitan Dengan Objek Sengketa Tata Usaha Negara, Diponegoro Law
Journal, Volume 6 Nomor 2 Tahun 2017, hlm 9.
Dola Riza 93
Keputusan Tata Usaha Negara Menurut UU PTUN dan UU AP

Pengaturan mengenai penetapan tertulis perbuatan konkret dalam rangka


ini direvitalisasi ke dalam UU Administrasi penyelenggaraan pemerintahan”.
Pemerintahan menjadi bentuk yang tidak Dengan demikian tindakan hukum Badan
sekedar penetapan tertulis saja, namun juga atau Pejabat tata usaha negara memiliki unsur-
dimaknai dalam bentuk tindakan faktual, unsur sbb:
meskipun tidak dalam bentuk tertulis. Menurut
Undang-undang Administrasi Pemerintahan, 1. Tindakan tersebut dilakukan oleh aparatur
setiap tindakan faktual yang dilakukan oleh pemerintah dalam kedudukannya
Badan dan/atau Pejabat Tata Usaha Negara sebagai penguasa maupun sebagai alat
bisa saja menimbulkan akibat hukum berupa perlengkapan negara;
kerugian bagi masyarakat. Selain keputusan 2. Tindakan tersebut dijalankan dalam rangka
tata usaha negara yang dapat diajukan gugatan, menjalankan fungsi pemerintahan;
setiap tindakan yang dilakukan dalam rangka 3. Tindakan tersebut dimaksudkan sebagai
persiapan, pembuatan serta pemenuhan sarana untuk menimbulkan akibat hukum
Keputusan Tata Usaha Negara juga dapat dalam bidang hukum administrasi negara.
digugat. 4. Tindakan tersebut dilakukan dalam rangka
kepentingan umum; dan
Kedua, unsur berisi tindakan hukum Tata 5. Tindakan tersebut bedasarkan norma dan
Usaha Negara. Kegiatan menerbitkan keputusan wewenang pemerintahan.
tata usaha negara dan/atau melakukan tindakan
yang diatur dalam UU Peradilan Tata Usaha Perbuatan/Tindakan Pemerintahan dalam
Negara dan UU Administrasi Pemerintahan kajian Hukum Administrasi Negara di Indonesia,
tersebut merupakan tindakan hukum. Tindakan digolongkan menjadi 3 (Tiga) jenis yang terdiri
hukum Badan atau Pejabat tata usaha negara dari:5
adalah suatu pernyataan kehendak yang 1. Melakukan Perbuatan Materiil (Materiele
muncul dari organ administasi dalam keadaan Daad);
khusus, dimaksudkan untuk menimbulkan 2. Mengeluarkan Peraturan (regeling);
akibat hukum dalam hukum administrasi.
3. Mengeluarkan Keputusan/Ketetapan
Definisi tindakan Administrasi (beschikking)
Pemerintahan juga dicantumkan dalam
Pasal 1 angka 8 Undang-undang Administrasi Berdasarkan pembagian perbuatan
Pemerintahan menyatakan bahwa: hukum diatas, perbuatan hukum yang
diatur dalam UU Peradilan Tata Usaha
“Tindakan Administrasi Pemerintahan Negara hanyalah perbuatan pemerintah
yang selanjutnya disebut Tindakan adalah dalam mengeluarkan keputusan/ketetapan
perbuatan Pejabat Pemerintahan atau (beschikking) saja. Sedangkan perbuatan
penyelenggara negara lainnya untuk pemerintah dalam mengeluarkan Peraturan
melakukan dan/atau tidak melakukan (regeling) dan perbuatan pemerintah dalam

5
Kartika Widya Utama, 2015, Surat Keputusan Tata Usaha Negara Yang Bersifat Fiktif Positif, Jurnal Notarius, Edisi 08 Nomor 2
September 2015, hlm. 145.
94 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 1, September 2018

melakukan Perbuatan Materiil (Materiele Daad) 2. Menimbulkan perubahan kedudukan


tidak termasuk perbuatan pemerintah yang hukum bagi seseorang atau objek perdata;
diatur dalam UU Peradilan Tata Usaha Negara. 3. Terdapat hak, kewajiban, kewenangan,
Berdasarkan hal tersebut, maka perbuatan ataupun status tertentu yang ditetapkan.
pemerintah yang dapat dijadikan obyek
sengketa di Peradilan Tata Usaha Negara hanya Dalam melakukan tindakan hukum, Badan
perbuatan pemerintah sepanjang berkaitan dan/atau Pejabat Tata Usaha Negara memang
dengan kegiatan mengeluarkan keputusan/ berkehendak melakukan tindakan yang akan
ketetapan (beschikking), sedangkan perbuatan menimbulkan suatu akibat hukum tertentu,
pemerintah dalam mengeluarkan Peraturan seperti misalnya pemberitahuan Surai Izin
(regeling) dan perbuatan pemerintah dalam Mendirikan Bangunan (IMB), Sertifikat Hak
melakukan Perbuatan Materiil (Materiele Daad) Milik (SHM), berbagai macam Surat Keputusan
tidak dapat dijadikan obyek sengketa dalam (SK) Kepegawaian, dan sebagainya. Sebaliknya,
Peradilan Tata Usaha Negara. Hal ini merupakan jika suatu perbuatan tidak dimaksudkan untuk
salah satu syarat formil suatu keputusan tata menimbulkan suatu akibat hukum, maka
usaha negara dapat dijadikan obyek sengketa di perbuatan tersebut termasuk dalam tindakan
Peradilan Tata Usaha Negara. materiil/tindakan faktual, semisal keputusan
untuk memperbaiki jalan.
Apabila dibandingkan dengan UU
Administrasi Pemerintahan, undang-undang Dalam perspektif UU Administrasi
ini memperluas objek sengketa tata usaha Pemerintahan, tindakan pemerintahan tidaklah
negara yakni dengan menjadikan Perbuatan cukup dengan melihat unsur “kehendak” dari
Materiil (Materiele Daad) sebagai bagian dari suatu Badan/Pejabat Tata Usaha Negara, namun
pengertian keputusan tata usaha negara, yang harus dicermati adalah kondisi obyektif
sehingga tidak hanya terbatas dalam ranah akibat adanya suatu tindakan pemerintahan.
pembuatan, penerbitan dan keabsahan Dalam hal ini, misalnya tindakan faktual
keputusan tata usaha negara, melainkan juga ternyata secara obyektif menimbulkan akibat
telah memasukkan tindakan faktual (materiil) yang merugikan masyarakat, seperti tindakan
dalam rangka pelaksanaan keputusan tata Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
usaha negara dalam menjalankan fungsi menggali lobang untuk memperbaiki saluran
pemerintahan. air yang tenyata menimbulkan kecelakaan bagi
seseorang. Dalam hal ini, orang tersebut dapat
Ketiga, unsur menimbulkan akibat mengajukan gugatan ganti rugi, meskipun
hukum. Tujuan dari tindakan hukum ini adalah pihak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
menimbulkan akibat hukum. Akibat-akibat menyatakan tidak berkehendak mencelakakan
hukum dari tindakan Badan atau Pejabat tata orang tersebut. Selama ini tindakan faktual
usaha negara tersebut dapat berupa:6 termasuk dalam Perbuatan Melanggar Hukum
1. Menimbulkan beberapa perubahan hak, oleh Penguasa (onrecthmatige overheid
kewajiban atau kewenangan yang ada; daad) sebagaimana diatur dalam pasal 1365

6
Ridwan HR, Op.Cit., hlm. 114.
Dola Riza 95
Keputusan Tata Usaha Negara Menurut UU PTUN dan UU AP

Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan Berdasarkan uraian perbandingan


merupakan kompetensi Peradilan Umum.7 pengaturan terhadap hakikat Keputusan Tata
Selain itu, menurut UU Administrasi Usaha Negara yang telah penulis uraikan dalam
Pemerintahan, keputusan tata usaha negara pembahasan tersebut maka dapat diperoleh
tidak hanya keputusan yang telah menimbulkan hasil analisis sbb:
akibat hukum melainkan keputusan yang Bahwa sebagaimana diketahui bahwa
berpotensi menimbulkan akibat hukum juga UU Peradilan Tata Usaha mengatur mengenai
didefinisikan sebagai keputusan tata usaha hukum materil sekaligus hukum formil. Hukum
negara yang dapat dijadikan obyek sengketa materil dalam UU Peradilan Tata Usaha Negara
tata usaha negara. ini pada saat itu bertujian untuk memperjelas
Keempat, Unsur bersifat final. Menurut UU dan menegakkan hukum formil, karena hukum
Peradilan Tata Usaha Negara, final artinya sudah formil tidak dapat ditegakan tanpa hukum
definitif dan karenanya dapat menimbulkan materil dan sebaliknya hukum materil tidak dapat
akibat hukum. akibat hukum ini adalah: dilaksanakan tanpa hukum formil. Kemudian
pada tahun 2014 lahirlah UU Administrasi
1. Menimbulkan beberapa perubahan hak, Pemerintahan yang berfungsi sebagai hukum
kewajiban atau kewenangan yang ada; materil tata usaha negara. Apabila mengacu
2. Menimbulkan perubahan kedudukan kepada asas Lex Posterior Derogat Legi Priori
hukum bagi seseorang atau objek perdata; yaitu pada peraturan yang sederajat, peraturan
3. Terdapat hak, kewajiban, kewenangan, yang paling baru melumpuhkan peraturan yang
ataupun status tertentu yang ditetapkan. lama. Jadi peraturan yang telah diganti dengan
Keputusan yang masih memerlukan persetujuan peraturan yang baru, secara otomatis dengan
instansi atasan atau instansi lain belum bersifat asas ini peraturan yang lama tidak berlaku
final karenanya belum dapat menimbulkan lagi. Biasanya dalam peraturan perundangan-
suatu hak atau kewajiban pada pihak yang undangan ditegaskan secara eksplisit yang
bersangkutan. mencerminkan asas ini.

Apabila dibandingkan dengan UU Penerapan asas Lex Posterior Derogat


Administrasi Pemerintahan, dimana undang- Legi Priori pada UU Admnistrasi Pemerintahan
undang ini menyatakan bahwa sifat final suatu terhadap UU Peradilan Tata Usaha Negara ini
keputusan tata usaha negara diartikan lebih dinyatakan terhadap ketentuan peralihan yaitu
luas yaitu termasuk keputusan yang diambil Pasal 87 UU Administrasi Pemerintahan yang
alih oleh atasan pejabat yang berwenang. menyatakan bahwa:
Selain itu, Menurut Undang-undang Peradilan Dengan berlakunya Undang-undang ini,
Tata Usaha Negara suatu keputusan tata usaha Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana
negara telah menimbulkan akibat hukum bagi dimaksud dalam Undang-undnag Nomor 5
seseorang atau badan hukum perdata, 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
sebagaimana telah diubah dengan Undang-

7
Ujang Abdullah, Reformasi Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara, Berkaitan Dengan Rancangan Undang-undang Administrasi
Pemerintahan, http://ptun-jakarta.go.id, diakses pada 25 Maret 2018.
96 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 1, September 2018

undang Nomor 9 Tahun 2004 dan Undang- 6. Telah menimbulkan akibat hukum dan
undang Nomor 51 Tahun 2009 harus dimaknai berpotensi menimbulkan akibat hukum;
sebagai: 7. Keputusan ditujukan kepada seseorang
a. penetapan tertulis yang juga mencakup atau badan hukum perdata.
tindakan faktual; Dengan adanya perluasan makna terhadap
b. Keputusan Badan dan/atau Pejabat Tata Keputusan Tata Usaha Negara tersebut, maka
Usaha Negara di lingkungan eksekutif, seluruh ketentuan Pasal dalam UU Peradilan
legislatif, yudikatif, dan penyelenggara Tata Usaha Negara yang menggunakan frasa
negara lainnya; Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) harus
c. berdasarkan ketentuan perundang- dimaknai lebih luas sesuai maksud Pasal 87
undangan dan AUPB; Undang-undang Administrasi Pemerintahan.
d. bersifat final dalam arti lebih luas; Hal ini berdampak pada terjadinya perluasan
e. Keputusan yang berpotensi menimbulkan kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara,
akibat hukum; dan/atau karena Pasal 47 UU Peradilan Tata Usaha Negara
f. Keputusan yang berlaku bagi Warga menyatakan bahwa:
Masyarakat.
Pengadilan bertugas dan berwenang
Dengan adanya ketentuan Pasal 87 memeriksa, memutus dan menyelesaikan
Undang-undang Administrasi Pemerintahan sengketa tata usaha negara.
ini, maka konsep Keputusan Tata Usaha Negara
Pengertian sengketa tata usaha negara ini
yang diterapkan adalah konsep keputusan
dijelaskan dalam Pasal 1 Angka 10 UU Peradilan
Tata Usaha Negara yang diatur dalam UU
Tata Usaha Negara, yaitu:
Administrasi Pemerintahan. Menurut hemat
penulis, konsep Keputusan Tata Usaha Negara Sengketa tata usaha negara adalah
dalam UU Peradilan Tata usaha Negara masih sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha
tetap hidup sepanjang dimaknai lebih luas negara antara orang atau badan hukum perdata
sesuai dengan maksud Pasal 87 UU Administrasi dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara,
Pemerintahan, sehingga menurut penulis baik dipusat maupun di daerah, sebagai akibat
Keputusan Tata Usaha Negara dimaknai sebagai: dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara,
termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan
1. Penetapan tertulis, termasuk tindakan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
faktual;
2. Dikeluarkan oleh Badan dan/atau Pejabat Dengan adanya perluasan makna
Tata Usaha Negara dilingkungan eksekutif, Keputusan Tata Usaha Negara, maka makna
Legislatif, yudikatif dan penyelenggara Keputusan Tata Usaha Negara dalam Pasal Pasal
lainnya; (menggunakan pengertian 1 Angka 10 UU Peradilan Tata Usaha Negara
pemerintahan dalam arti luas); menjadi:
3. Berisi tindakan hukum tata usaha negara; 1. Penetapan tertulis, termasuk tindakan
4. Berdasarkan peraturan perundang- faktual;
undangan yang yang berlaku dan AUPB; 2. Dikeluarkan oleh Badan dan/atau Pejabat
5. Bersifat konkret, individual dan final; (frasa Tata Usaha Negara dilingkungan eksekutif,
final disini memiliki arti yang lebih luas); Legislatif, yudikatif dan penyelenggara
Dola Riza 97
Keputusan Tata Usaha Negara Menurut UU PTUN dan UU AP

lainnya; (menggunakan pengertian keputusan tata usaha negara dan upaya


pemerintahan dalam arti luas); administratif dalam Undang-undang Peradilan
3. Berisi tindakan hukum tata usaha negara; Tata Usaha Negara dan Undang-undang
4. Berdasarkan peraturan perundang- Administrasi Pemerintahan sbb:
undangan yang yang berlaku dan AUPB; 1. Adanya Perluasan Kritria Terhadap
5. Bersifat konkret, individual dan final; (frasa Keputusan Tata Usaha Negara
final disini memiliki arti yang lebih luas);
6. Telah menimbulkan akibat hukum dan Dengan adanya definisi keputusan yang
berpotensi menimbulkan akibat hukum; lebih luas dalam Undang-undang Administrasi
7. Keputusan ditujukan kepada seseorang Pemerintahan, kriteria keputusan tata usaha
atau badan hukum perdata. negara dalam Undang-undang Peradilan Tata
Usaha Negara menjadi tidak relevan lagi. Namun
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dengan melihat ketentuan pasal 87 Undang-
Keputusan Tata Usaha Negara yang menjadi undang Administrasi Pemerintahan, kriteria
objek sengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara keputusan tata usaha negara yang diatur dalam
mengalami perluasan makna, sehingga sengketa Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara
yang diperiksa, diputus dan diselesaikan masih diakui eksistensinya sepanjang diberikan
di Pengadilan Tata Usaha Negara setelah pemaknaan yang lebih luas terhadap makna
lahirnya UU Administrasi Pemerintahan adalah keputusan tata usaha negara.
Sengketa yang muncul akibat diterbitkannya
suatu penetapan tertulis atau dilakukannya Dengan adanya perluasan makna
tindakan faktual sebagai suatu tindakan hukum Keputusan Tata Usaha Negara, maka makna
oleh pemerintah yang menimbulkan kerugian Keputusan Tata Usaha Negara dalam Pasal Pasal
atau berpotensi menimbulkan kerugian bagi 1 Angka 10 UU Peradilan Tata Usaha Negara
masyarakat, dimana tindakan ini dilakukan menjadi:
berdasarkan peraturan perundang-undangan 1. Penetapan tertulis, termasuk tindakan
yang yang berlaku dan AUPB, serta bersifat faktual;
konkret, individual dan final (dalam arti luas). 2. Dikeluarkan oleh Badan dan/atau Pejabat
Tata Usaha Negara dilingkungan eksekutif,
Implikasi dari Pengaturan Terhadap Hakikat Legislatif, yudikatif dan penyelenggara
Keputusan Tata Usaha Negara Menurut lainnya; (menggunakan pengertian
Undang-undang Peradilan Tata Usaha pemerintahan dalam arti luas);
Negara dan Undang-Undang Administrasi
Pemerintahan 3. Berisi tindakan hukum tata usaha negara;

Berdasarkan hasil perbandingan terhadap 4. Berdasarkan peraturan perundang-


hakikat keputusan tata usaha negara menurut undangan yang yang berlaku dan AUPB;
Undang-undang PTUN dan Undang-undang 5. Bersifat konkret, individual dan final; (frasa
Administrasi Pemerintahan yang telah dibahas final disini memiliki arti yang lebih luas);
dalam rumusan masalah pertama, maka akan 6. Telah menimbulkan akibat hukum dan
didapatkan hasil analisa dan kajian terhadap berpotensi menimbulkan akibat hukum;
implikasi dari pengaturan terhadap hakikat
98 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 1, September 2018

7. Keputusan ditujukan kepada seseorang Penjelasan terhadap frasa keputusan


atau badan hukum perdata. berpotensi menimbulkan akibat hukum
dimaknai sebagai KTUN, sebagai perbuatan
Frasa penetapan tertulis yang juga
hukum publik oleh pemerintah tentu
mencakup tindakan faktual, perlu diberi
menimbulkan akibat hukum. Undang-undnag
penjelasan oleh pembuat undang-undang,
Administrasi Pemerintahan tidak menjelaskan
yaitu jenis dan batasan penetapan tertulis
keputusan yang bagaimana yang dapat
yang dimaksud serta jenis tindakan faktual
dikelompokkan sebagai keputusan yang
yang dimaksud sesuai undang-undang. Oleh
berpotensi menimbulkan akibat hukum, dan
karena itu perlu diberi penjelasan terhadap
bagaimana cara menentukan potensi tersebut.
setiap isi Pasal 87 Undang-undang Administrasi
pemerintahan karena dapat menimbulkan
2. Adanya Perluasan Kewenangan Peradilan
ketidakjelasan dan ketidakpastian hukum
Tata Usaha Negara
bagi penyelenggaraan pemerintahan dan
masyarakat. Perbedaan pengaturan terhadap kriteria
keputusan tata usaha negara ini membawa
Berkaitan dengan keputusan tata usaha
konsekuensi terhadap turut diperluasnya objek
negara yang bersifat final dalam arti luas, hal ini
sengketa Peradilan Tata Usaha Negara. Sejalan
perlu diberi batasan secara tegas termasuk cara
dengan pendapat J.J.H. Brugink semakin
menentukan atau mengelompokan hal tersebut.
banyak unsur dalam suatu obyek sengketa
Penjelasan Pasal 87 huruf d Undang-undang
maka semakin kecil ruang lingkup kompetensi
Administrasi Pemerintahan menjelaskan:
pengadilan. Sebaliknya semakin sedikit unsur
Bahwa yang dimaksud dengan “final dalam dalam obyek sengketa semakin luas kompetensi
arti luas” mencakup Keputusan yang diambil alih pengadilan. Ketentuan dalam UU Peradilan
oleh Atasan Pejabat yang berwenang. Tata Usaha Negara ini dikenal dengan istilah
Berdasarkan penjelasan tersebut, obyek fiktif negatif, karena memuat konteks tentang
sengketa yang berupa keputusan tata usaha “fiktif” yang menunjukkan bahwa Keputusan
negara yang bersifat final dalam arti luas, dapat Tata Usaha Negara yang digugat sebenarnya
saja terjadi pada saat praktek penyelenggaraan tidak berwujud. Ia hanya merupakan sikap diam
pemerintahan atau dilakukannya diskresi. dari Badan dan/atau Pejabat Tata Usaha Negara
Penjelasan Pasal 1 angka 3 Undang-undang yang kemudian dianggap disamakan dengan
Peradilan Tata usaha Negara menyatakan bahwa sebuah keputusan Tata Usaha Negara yang
final artinya sudah definitif dan karenanya nyata tertulis.8
dapat menimbulkan akibat hukum, keputusan Dengan demikian kompetensi Peradilan
yang masih memerlukan persetujuan instansi Tata Usaha Negara sehubungan dengan
atasan atau lain belum bersifat final karenanya pemberlakuan Undang-undang Administrasi
dapat menimbulkan suatu hak atau kewajiban Pemerintahn adalah memeriksa, mengadili dan
pada pihak yang bersangkutan. memutus:

Budiamin Rodding, “Keputusan Fiktif Negatif dan Fiktif Positif Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik”, Tanjungpura Law
8

Journal, Vol 1, Issue 1, January 2017, hlm. 30.


Dola Riza 99
Keputusan Tata Usaha Negara Menurut UU PTUN dan UU AP

1. Perbuatan Badan dan/atau Pejabat lebih responsif dalam memberikan pelayanan


Pemerintahan dalam mengeluarkan kepada masyarakat.
Keputusan Administrasi Pemerintahan/ Meskipun Undang-undang Administrasi
KTUN (beschikkingsdaad); Pemerintahan menyatakan bahwa permohonan
2. Tindakan Pejabat Pemerintahan atau dianggap telah dikabulkan, hak yang timbul
penyelenggara negara lainnya dalam dari Keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat
melakukan dan/atau tidak melakukan fiktif positif bersifat abstrak dan tidak dapat
perbuatan konkret/faktual (materieele memberikan jaminan kepastian hukum, sebagai
daad). alat bukti tertulis , layaknya perlindungan yang
Berdasarkan hasil pembahasan pada dapat diberikan oleh sertifikat / Keputusan Tata
rumusan masalah pertama, perluasan Usaha Negara yang bersifat tertulis.
kriteria keputusan tata usaha negara Meskipun permohonan dianggap
dianggap memberikan keadilan dan manfaat dikabulkan dan ketentuan yang mengatur bahwa
bagi masyarakat, hal ini berkaitan dengan keputusan yang didiamkan oleh oleh Badan dan/
keseimbangan antara hak dan kewajiban atau Pejabat tata usaha negara yang bersifat
masyarakat dengan Badan dan/atau Pejabat positif dianggap mempermudah masyarakat
Tata usaha Negara dalam penyelengaraan dalam memperoleh permohonannya, namun
adminitrasi pemerintahan. Dalam hal ini sesungguhnya mempersulit masyarakat
penyelenggaraan administrasi pemerintahan, karena meskipun permohonan dianggap telah
tindakan administrasi pemerintah dapat dikabulkan,, namun masyarakat masih tetap
merugikan masyarakat, tindakan yang harus menempuh upaya peradilan untuk
merugiakn ini dapat berupa keputusan yang memperoleh keputusan atau tindakan dari
bersifat tertulis maupun berupa tindakan Badan dan/atau Pejabat adminisrasi. Dalam
faktual. Selama belum diberlakukannya pelaksanaan putusan Pengadilan Tata Usaha
Undang-undang Administrasi Pemerintahan, Negara, tidak semua Badan dan/atau Pejabat
hanya keputusan tertulis yang dapat digugat ke adminisrasi secara sukarela melaksanakan
Pengadlan Tata Usaha Negara, namun setelah putusan pengadilan, sehingga hal ini masih
diundangkannya Undang-undang Admnistrasi belum memberikan keadilan bagi masyarakat
pemerintahan tindakan faktual juga menjadi karena meskipun permohonan dianggap telah
obyek sengketa tata usaha negara, karena dikabulkan, hak yang timbul dari Keputusan
sebelum diberlakukannya Undang-undang Tata Usaha Negara yang bersifat fiktif positif
Administrasi Pemerintahan tindakan faktual bersifat abstrak dan tidak dapat memberikan
tindakan factual yang dilakukan pemerintah jaminan kepastian hukum, sebagai alat bukti
merupakan kewenangan peradilan umum. tertulis.
3. Keputusan Fiktif Positif Masih Belum 4. Pengajuan Gugatan Yang Melalui Upaya
Memberikan Jaminan Kepastian Hukum Administratif Berupa Banding ke PTUN
Keputusan fiktif positif merupakan tujuan (Pengadilan Tingkat Pertama) Tidak Sesuai
dari politik hukum Undang-undang Administrasi Dengan Asas Peradilan Yang Sederhana,
pemerintahan agar administrasi pemeritah Cepat dan Biaya Murah.
100 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 1, September 2018

Penyelesaian sengketa tata melainkan termasuk tindakan faktual; dengan


usaha negara melalui upaya administratif memasukkan tindakan faktual sebagai makna
sesungguhnya memberikan keuntungan bagi dari beschikking, maka tindakan pemerintah
masyarakat karena pihak yang meyelesaikan yang dapat digugat ke PTUN bukan saja tindakan
sengketa adalah Badan atau/dan Pejabat pemerintah dalam menerbitkan Keputusan
Tata Usaha Negara yang bersangkutan melainkan tindakan materil pemerintah juga
yang lebih paham lingkup permasalahan di dapat digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara;
linkup interennya. Pengajuan gugatan yang Selain itu keputusan tata usaha negara yang
telah melalui upaya banding admnistratif dapat digugat tidak hanya keputusan yang
ke pengadilan tingkat pertama memberikan telah menimbulkan akibat hukum, melainkan
ketidakadilan bagi masyarakat, karena banding keputusan yang berpotensi menimbulkan akibat
administratif sudah dianggap sama dengan hukum juga merupakan bagian dari sebuah
penyelesaian di Pengadilan Tata Usaha Negara keputusan tata usaha negara. dengan demikian,
(pengadilan tingkat pertama) sehingga apabila maka hakikat KTUN dalm UU PTUN masih
diajukan ke pengadilan tingkat pertama diakui relevansinya sepanjang dimaknai lebih
akan membutuhkan waktu yang lebih lama luas sesuai maksud Pasal 87 UU Administrasi
dibandingkan langsung diajukan ke Pengadlan Pemerintahan. berdasarkan hasil pembahasan
Tinggi Tata Usaha Negara. dan analis maka dapat diperoleh unsure-unsur
keputusan tata usaha negara pasca lahirnya
PENUTUP Undang-undang Administrasi Pemerintahan
Hakikat sebuah keputusan tata usaha adalah:
negara menurut Undang-undang Peradilan Tata 1. Penetapan tertulis, termasuk tindakan
Usaha Negara hanyalah mencakup keputusan faktual;
tertulis saja tanpa memasukan tindakan 2. Dikeluarkan oleh Badan dan/atau Pejabat
faktual sebagai bagian dari keputusan tata Tata Usaha Negara dilingkungan eksekutif,
usaha negara; keputusan tata usaha negara Legislatif, yudikatif dan penyelenggara
tersebut berisi tindakan hukum Badan dan/atau lainnya; (menggunakan pengertian
Pejabat Tata Usaha Negara dalam menerbitkan pemerintahan dalam arti luas);
beschikking, sehingga tindakan pemerintah
berupa tindakan materil dan tindakan dalam 3. Berisi tindakan hukum tata usaha negara;
menerbitkan peraturan tidak dianggap sebagai 4. Berdasarkan peraturan perundang-
objek pengaturan di dalam Undang-undang undangan yang yang berlaku dan AUPB;
Peradilan Tata Usaha Negara, Selain itu 5. Bersifat konkret, individual dan final; (frasa
suatu keputusan yang dapat digugat adalah final disini memiliki arti yang lebih luas);
keputusan yang telah menimbulkan akibat
hukum bagi seseorang atau badan hukum 6. Telah menimbulkan akibat hukum dan
perdata. Apabila dibandingkan dengan Undang- berpotensi menimbulkan akibat hukum;
undang Administrasi Pemerintahan, hakikat 7. Keputusan ditujukan kepada seseorang
sebuah keputusan tata usaha negara tidak atau badan hukum perdata.
hanya keputusan dalam bentuk tertulis saja
Dola Riza 101
Keputusan Tata Usaha Negara Menurut UU PTUN dan UU AP

Perbedaan pengaturan mengenai status a. Adanya Perluasan Kritria Terhadap


keputusan yang didiamkan oleh Badan dan/ Keputusan Tata Usaha Negara;
atau Pejabat Tata Usaha Negara, menurut b. Adanya Perluasan Kewenangan Peradilan
Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara, Tata Usaha Negara;
keputusan tersebut bersifat fiktif negatif,
karena kata negatif ini memiliki makna bahwa c. Keputusan Fiktif Positif Masih Belum
keputusan ini merupakan penolakan akan Memberikan Jaminan Kepastian Hukum;
suatu hal yang dimohon maupun penolakan d. Pengajuan Gugatan Yang Melalui Upaya
untuk memproses suatu permohonan, Administratif Berupa Banding ke PTUN
sehingga tidak menimbulkan hak/ kewajiban (Pengadilan Tingkat Pertama) Tidak Sesuai
dan tidak menimbulkan keadaan hukum Dengan Asas Peradilan Yang Sederhana,
yang ada. Apabila dibandingkan dengan Cepat dan Biaya Murah.
Undang-undang Administrasi Pemerintahan,
keputusan tersebut bersifat fiktif positif, karena SARAN
permohonan masyarakat dianggap diterima Masukan bagi revisi Undang-undang
sehingga menimbulkan hak/kewajiban maupun Peradilan Tata Usaha Negara maupun
keadaan hukum yang sebenarnya sudah ada. Undang-undang Administrasi Pemerintahan
Berdasarkan hal tersebut, apabila keputusan agar pengaturan mengenai keputusan tata
didiamkan oleh Badan dan/atau Pejabat TUN usaha negara yang menjadi objek sengketa
makan keputusan bersifat fiktif positif, karena di PTUN dapat saling melengkapi dan adanya
keputusan yang didiamkan ini masih dalam harmonisasi sehingga perluasan kompetensi
lingkup ranah bestuur (pemerintah) oleh PTUN akibat diperluasnya definisi KTUN dapat
karena itu tunduk kepada UU Administrasi diatasi dengan adanya regulasi yang saling
Pemerintahan. Meskipun demikian diperlukan melengkapi dan adanya harmonisasi, serta
mekanisme pengajuan permohonan kepada mampu menciptakan keseimbangan antara
Pengadilan untuk memperoleh putusan kedua peraturan perundang-undangan terkait
penerimaan permohonan. Selain itu, sifat sehingga kewenangan dan kompetensi PTUN
fiktif positif ini bertujuan agar Badan dan/atau dapat dinyatakan secara jelas dan implisit dalam
Pejabat Administrasi bersikap lebih responsif menyelesaikan sengketa tata usaha negara,
dalam menangani permohonan yang diajukan memberikan jaminan dan kepastian bagi
oleh masyarakat. masyarakat yang permohonannya didiamkan
Implikasi dari Pengaturan terhadap oleh pemerintah.
Hakikat Keputusan dan upaya administratif
dalam Undang-undang PTUN dan Undang-
undang Administrasi Pemerintahan dikaitkan
dengan rumusan masalah pertama, yaitu:
102 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 1, September 2018

DAFTAR PUSTAKA Peraturan Perundang-undangan


Buku Undang-Undang Dasar Negara Republik
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Indonesia Tahun 1945.
RajaGrafindo Persada, Jakarta: 2011. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang
Zairin Harahap, Hukum Acara Peradilan Tata Peradilan Tata Usaha Negara.
Usaha Negara, Jakarta: 2002. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Jurnal Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan
Anita Marlin Restu Prahastapa, Lapon Tukan Tata Usaha Negara.
Leonard dkk, 2017, Friksi Kewenangan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
PTUN Dalam Berlakunya Undang-undang Pembentukan Peraturan Perundang-
Nomor 30 Tahun 2014 dan Undang- Undangan.
undang Nomor 5 Tahun 1986 Berkaitan
Dengan Objek Sengketa Tata Usaha Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang
Negara, Diponegoro Law Journal, Volume Administrasi Pemerintahan.
6 Nomor 2 Tahun 2017. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun
Budiamin Rodding, “Keputusan Fiktif Negatif 1991 tentang Petunjuk Pelaksanaan
dan Fiktif Positif Dalam Peningkatan Ketentuan Dalam Undang-undang Nomor
Kualitas Pelayanan Publik”, Tanjungpura 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Law Journal, Vol 1, Issue 1, January 2017. Usaha Negara.

Kartika Widya Utama, 2015, Surat Keputusan Sumber Lainnya


Tata Usaha Negara Yang Bersifat Fiktif
Positif, Jurnal Notarius, Edisi 08 Nomor 2 Ujang Abdullah, Reformasi Undang-undang
September 2015. Peradilan Tata Usaha Negara, Berkaitan
Dengan Rancangan Undang-undang
Administrasi Pemerintahan, http://ptun-
jakarta.go.id/html.

Anda mungkin juga menyukai