Proposal Terapi Aktivitas Kelompok (Tak) "Stimulus Persepsi" Pada Klien Dengan Halusinasi
Proposal Terapi Aktivitas Kelompok (Tak) "Stimulus Persepsi" Pada Klien Dengan Halusinasi
OLEH :
Marzuki, S.Kep
A. TUJUAN :
1. Tujuan Umum :
Klien diharapkan mampu untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan
stimulasi melalui video/tv
2. Tujuan Khusus :
a. Klien mampu mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat
b. Klien mampu dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami
c. Klien mampu memberikan tanggapan terhadap apa yang ditonton
B. LANDASAN TEORITIS
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah/pola stimulus yang datang disertai
gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap stimulus tersebut (Nanda-1,
2012).
Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat
stimulus. Tipe halusinasi yang sering adalah halusinasi pendengaran (Auditory-hearing
voices or sound), penglihatan (Visual-seeing persons or things), penciuman (Olfactory-
smelling odors), pengecapan (Gustatory-experiencing tastes) (Yosep, 2011). Menurut
Kusumawati dan Hartono (2010: 106), tahapan halusinasi terdiri dari 4 fase yaitu :
1. Fase I (Comforting)
Comforting disebut juga fase menyenangkan, pada tahapan ini masuk dalam
golongan nonpsikotik. Karakteristik dari fase ini klien mengalami stress, cemas, perasaan
perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat di selesaikan. Pada
fase ini klien berperilaku tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asik dengan
halusinasinya dan suka menyendiri.
2. Fase II (Conndeming)
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik klien pada fase ini menjadi pengalaman sensori menjijikkan dan
menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir sendiri menjadi dominan.
Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu dan klien
dapat mengontrolnya. Perilaku klien pada fase ini biasanya meningkatkan tanda-tanda
sistem syaraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik
dengan halusinasinya dan tidak dapat membedakan realita
3. Fase III (Controlling)
Controling disebut juga ansietas berat, yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa.
Karakteristik klien meliputi bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai
dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya,
rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa berkeringat,
tremor, dan tidak mampu memenuhi perintah.
4. Fase IV (Conquering)
Conquering disebut juga fase panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.
Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik yang muncul pada klien meliputi halusinasi
berubah menjadi mengancam, memerintah dan memerahi klien. Klien menjadi takut,
tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang
lain dan lingkungan. Perilaku klien menunjukan perilaku teror akibat panik, potensi
bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu
merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
Menurut Videbeck dalam Yosep Iyus (2009) tanda pasien mengalami halusinasi
pendengaran yaitu pasien tampak berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien marah-marah
sendiri, menutup telinga karena pasien menganggap ada yang berbicara dengannya.
Bahaya secara umum yang dapat terjadi pada pasien dengan halusinasi adalah gangguan
psikotik berat dimana pasien tidak sadar lagi akan dirinya, terjadi disorientasi waktu, dan
ruang ( Iyus Yosep, 2009).
Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua
pancaindra (sensori) agar klien dapat berespon terhadap stimulasi pancra indra yang
diberikan tepat. Aktivitas stimulasi sensori dapat berupa stimulus terhadap penglihatan,
penglihatan, pendengaran dan lain-lain seperti gambar, video, tarian dan nyanyian
(Arkenat & Budi A. Keliat. 2005)
C. KRITERIA ANGGOTA KELOMPOK
a. Klien kelolaan yang mengalami perubahan sensori persepsi
b. Klien diluar kelolaan mahasiswa yang mengalami perubahan sensori persepsi
c. Klien yang sedang dalam keadaan tenang
D. PROSES SELEKSI
a. Mengobservasi klien halusinasi
b. Mengidentifikasi klien yang termasuk dalam kriteria
c. Mengumpulkan klien yang termasuk kriteria
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju mengikuti kegiatan kelompok
1) Menjelaskan tujuan terapi pada klien atau kelompok
2) Menjelaskan rencana kegiatan kelompok
3) Menjelaskan aturan main dalam kelompok
E. URAIAN STRUKTUR KEGIATAN
1. Hari/Tanggal : Kamis, 20 Februari 2020
2. Tempat kegiatan : Ruang Perawatan Rokan RSJ Tampan
3. Waktu kegiatan : 13.00-14.00 WIB
4. Metode kegiatan : Dinamika Kelompok : Melihat Video
Diskusi dan Tanya jawab
5. Anggota kelompok : 6 Orang
6. Media/alat : - Video player
- Kaset video
- Laptop
7. Setting tempat : Perawat duduk mengelilingi klien.
F. MEKANISME KEGIATAN TAK
G. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
1. Leader : Marzuki
2. Co leader : Widya Oktaviona
3. Observer : Venty Fiorentina M
4. Fasilitator : Tiara Sonza
Zaharatul Amaliah
Keterangan :
J. : Leader
K. : : Co. Leader
: Fasilitator
L. : : Observer
M. : Klien
: Undangan
N. PROSES EVALUASI
Evaluasi struktur
Dalam pelaksanaan TAK lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
Posisi tempat di Ruangan tengah Indragiri
Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
Alat yang digunakan dalam kondisi baik
Leader, Co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya
Evaluasi proses
Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir
Leader mampu memimpin acara
Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan
Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan
Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam
antisipasi masalah
Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang
berfungsi sebagai evaluator kelompok
Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
Evaluasi hasil
Diharapkan 75 % dari kelompok mampu:
Menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa yang dilihat
Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas
O. PENUTUP
Demikian proposal ini dibuat dalam meningkatkan peran dan fungsi perawat
professional dalam menangani klien dengan masalah gangguan jiwa dalam bentuk terapi
aktivitas kelompok. Semoga bermanfaat bagi rekan-rekan se profesi atau tim kesehatan
lainnya.
Ketua kelompok
(………………………)
DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Keliat, S. M (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC
Fitria, N, 2010, “ Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan strategi
pelaksanaan tindakan”.
Lilik (2011). Keperawatan Jiwa Yogyakarta: Graha Ilmu
Makrifatuk, lilik, “Keperawatan Jiwa” Yogyakarta, Graha Ilmu
Wati. (2011). TAK Stimulus Persepsi: Halusinasi. Universitas Sumatera Utara,5-14
Wijayaningsih, K. S. (2015). Panduan Lengkap Praktek Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Trans Info Media