Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

Daftar Isi ........................................................................................................................ ii

BAB 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 03
A. Definisi Semen Portland............................................................................................. 03
B. Sejarah Semen Portland ............................................................................................. 03
C. Konsep Dasar Semen Portland................................................................................... 03

BAB 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 04
A. Bahan Dasar Semen Portland..................................................................................... 04
B. Proses Pembuatan Semen Portland ............................................................................ 04
C. Senyawa Kimia Semen Portland ................................................................................ 06
D. Reaksi Hidrasi Semen Portland.................................................................................. 07
E. Panas Hidrasi Semen Portaland.................................................................................. 09
F. Pengikatan dan Pengerasan Semen Portland.............................................................. 09
G. Jenis Semen Portland.................................................................................................. 10
H. Perbedaan Produk Semen Portland ............................................................................ 11
I. Cara Meyimpan Semen Portland................................................................................ 11
J. Penelitian-Penelitian yang Dilakukan Terhadap Semen Portland.............................. 12

BAB 3
PENUTUP...................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Definisi Semen Portland
Semen portland adalah bahan konstruksi paling banyak digunakan dalam pekerjaan
beton. Menurut ASTM C-150, 1985, semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolis
yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang
umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang
digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.
Semen portland bersifat hidrolis karena mengandung kalsium silikat (xCaO.SiO 2) yang
sangat cepat bereaksi dengan air. Reaksi semen dengan air berlangsung secara irreversibel,
artinya hanya dapat terjadi satu kali dan tidak bisa kembali lagi ke kondisi semula.
Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII.0013-81 atau
Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986. Semen merupakan bahan ikat yang penting
dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Semen jika
ditambah air akan menjadi pasta semen. Sedangkan jika diaduk dengan air dan ditambah
agregat halus akan menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan
menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (concrete).

B. Sejarah Semen Portland


Pada tahun 1817, tukang batu bernama Joseph Aspdin dari kota Leeds, Inggris
mencampurkan kapur padam dengan tanah liat, kemudian ia bentuk jadi gumpalan. Lalu di
bakar dengan suhu kalsinasi (suhu dimana kapur dapat meleleh) dan setelah itu di tumbuk
hingga menjadi tepung yang kemudian jika dicampur air dan didiamkan dapat mengeras
kembali. Kemudian campuran tersebut dipatenkan dengan nama “Portland Cement” pada
tanggal 21 Oktober 1824. Nama itu diusulkan karena ketika bahan campuran mengeras,
warna dari bahan berubah menjadi abu-abu, yang menyerupai bebatuan di wilayah pulau
Portland, Inggris. Semen portland pertama kali diproduksi (dengan pabrik) di Amerika
Serikat oleh David Saylor di Kota Coplay, Pennsylvania pada tahun 1875.

C. Konsep Dasar Semen Portland


Pembahasan semen portland akan tertuju pada definisi, sejarah, bahan dasar, proses
pembuatan, senyawa kimia, reaksi dan panas hidrasi, pengikatan dan pengerasan, jenis,
perbedaan produk, cara penyimpanan dan penelitian-penelitian terhadap semen portland

03
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Bahan Dasar Semen Portland
Semen Portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi utamanya
adalah kalsium dan aluminium silikat. Bahan utama pembentuk semen Portland terdiri dari
senyawa-senyawa oksida diantaranya adalah:
1. Kapur ( CaO ) 3. Alumina ( Al2O3 )
2. Silika ( SiO2 ) 4. Besi ( Fe2O3 )
Selain 4 bahan utama diatas, pembuatan semen portland juga memerlukan Gypsum
(CaSO4.2H2O) sebanyak 2% - 4% untuk mengatur waktu ikat semen atau memperlambat
proses pengerasan semen. Gypsum ini merupakan material terakhir yang ditambahkan
kedalam clinker dan digiling secara bersama-sama sampai tercapai ukuran butir tertentu.
Bahan baku untuk oksida-oksida bahan utama pembentuk semen Portland ialah:
1. Batu Gamping (Batu Kapur Kalsium)
Batu gamping (CaCO3), digunakan untuk mendapatkan komposisi kapur (CaO) dengan
melalui proses pembakaran. Batu gamping yang digunakan harus memempunyai kadar
karbonat tinggi (> 48%), kadar Mg rendah (< 1,8%), tidak mengandung Zn dan Pb, dan
kadar air kurang dari 20%, serta mengandung sedikit sulfat, sulfit dan alkali.
2. Batu lempung (Tanah Liat)
Batu lempung digunakan untuk mendapatkan komposisi Alumina (Al 2O3), Silika (SiO2)
dan Oksida Besi ( Fe2O3 ). Batu lempung yang digunakan harus mempunyai kadar SiO2
tinggi (>48%), serta mengandung sedikit sulfit, sulfat dan alkali.
3. Pasir kuarsa (Batu Silika)
Pasir kuarsa digunakan untuk pengoreksi atau menambah kekurangan komposisi Silika
(SiO2). Pasir kuarsa sangat dibutuhkan apabila kandungan kuarsa batu lempung rendah.
4. Pasir Besi
Pasir besi digunakan untuk memudahkan proses pelelehan bahan-bahan mentah pada
saat pengilingan dan bisa digunakan untuk menambah kekurangan Oksida Besi (Fe2O3).

B. Proses Pembuatan Semen Portland


1. Penambangan bahan baku di quarry :
Senyawa kapur, silika, alumina, dan oksida besi didapatkan dari bahan batu kapur, batu
silika, tanah liat, dan pasir besi.

04i
2. Pemecahan di crushing plant :
Pemecahan material-material penambangan menjadi ukuran lebih kecil menggunakan
crusher. Batu kapur ukuran <1 m → <50 cm. Batu silika ukuran <40 cm→ <200 mm.
3. Penggilingan (blending) :
Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada tahap awal ke
penampung, dimana perbandingan berat umpan disesuaikan dengan jenis klinker yang
diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan yang diinginkan.
4. Pencampuran bahan-bahan
Pencampuran material-material pembuatan semen portland disebut juga dengan
Homogenization (homogenisasi). Homogenization terdiri dari 4 bahan baku semen.
Sehingga proses homogenisasi dapat memaksimalkan pencampuran dari keempat bahan
tersebut. Proses homogenisasi menggunakan tempat yang bernama blending silo.
5. Pembakaran
Hasil campuran dituangkan ke ujung atas ciln yang diletakkan agak miring dari ujung
atas ke ujung bawah. Temperatur dalam ciln dinaikkan perlahan hingga mencapai
temperatur klinker (clincer temperature) dimana difusi awal tejadi. Temperatur
dipertahankan sampai campuran membentuk butiran semen portland pada suhu 1400oC.
Butiran hasil disebut sebagai klinker (clincer) dan memiliki diameter antara 1,5-50 mm
6. Penggilingan kembali hasil pembakaran
Alat penggiling akhir dibagi menjadi dua alat utama yaitu pregrinder yang berfungsi
untuk menurunkan ukuran dari diameter 3 cm ke blaine 1000 dan tubemill yang berfungsi
menurunkan ukuran lagi sehingga menjadi semen yang siap dipakai yaitu blaine-nya 3200.
Pada penggilingan akhir atau finish mill dilakukan penambahan zat aditif sehingga menjadi
semen yang memenuhi syarat kehalusan.
7. Penambahan bahan tambah (gypsum)
Penambahan sedikit gypsum atau kalsium sulfat (CaSO4) (sedikit 1%-5%) berguna
untuk mengontrol waktu ikat semen, yakni waktu pengerasan semen di lapangan.
8. Pengikatan (packing plant)
Hasil yang diperoleh kemudian disimpan pada silo untuk penggunaan yang kecil, yakni
kebutuhan masyarakat. Pengolahan selanjutnya adalah pengepakan dalam packing plant.
Proses pembuatan semen portland dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Proses Basah: ada lima tahapan dalam proses ini, seperti proses pengeringan dan
penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal, proses pencampuran untuk

05
mendapatkan campuran yang homogen, proses pembakaran bahan baku untuk
menghasilkan clinker, proses pendinginan clinker, dan terakhir proses penggilingan
clinker dan gypsum.
2. Proses Kering: pada proses ini bahan dicampur dan digiling dalam keadaan kering
menjadi bubuk kasar. Selanjutnya, bahan tersebut dimasukkan ke dalam ciln dan proses
selanjutnya sama dengan proses basah.

C. Senyawa Kimia Semen Portland


Jenis semen dapat dibedakan berdasarkan susunan kimianya maupun kehalusan
butirnya. Perbandingan bahan utama penyusun semen portland adalah kapur (CaO) sekitar
60%-65%, silika (SiO2) sekitar 20%-25%, dan oksida besi serta alumina (Fe 2O3 dan Al2O3)
sekitar 7%-12%. Bahan-bahan ini berinteraksi satu dengan yang lainnya di dalam oven
(ciln) untuk membentuk sebuah produk yang kompleks. Namun, secara garis besar ada 4
(empat) senyawa kimia utama yang menyusun semen portland, yaitu :
1. Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C3S
2. Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C2S
3. Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) yang disingkat menjadi C3A
4. Tetrakalsium Aluminoferrit (4CaO.Al2O3.Fe2O3) yang disingkat menjadi C4AF
Senyawa tersebut kemudian menjadi kristal-kristal yang saling mengikat/ mengunci
ketika menjadi klinker. Dua unsur senyawa C3S dan C2S adalah 70% - 80% dari berat
semen dan merupakan bagian yang paling dominan memberikan sifat semen
(Cokrodimuldjo, 1992). Semen dan air saling bereaksi, persenyawaan ini dinamakan
proses hidrasi semen. Senyawa C3S jika terkena air akan menghasilkan panas. Panas
tersebut akan mempengaruhi kecepatan mengeras sebelum hari ke-14. Sebaliknya, C 2S
bereaksi dengan air lebih lambat sehingga hanya berpengaruh terhadap pengerasan semen
setelah berumur lebih dari 7 hari dan memberikan kekuatan akhir.
Kedua senyawa tersebut (C2S dan C3S) membutuhkan air sekitar 21% - 24% dari
beratnya agar dapat bereaksi. Senyawa C3S membebaskan kalsium hidroksida hampir tiga
kali dari yang dibebaskan oleh C2S. Maka dari itu, jika C3S mempunyai persentase yang
lebih tinggi akan menghasilkan proses pengerasan yang cepat. Sebaliknya, persentasi C 2S
yang lebih tinggi menghasilkan proses pengerasan yang lambat.
Senyawa ketiga (C3A) berhidrasi secara eksotermis dan bereaksi sangat cepat
memberikan kekuatan sesudah 24 jam. C3A bereaksi dengan air sebanyak kira-kira 40%

06
dari beratnya, namun karena jumlah unsur sedikit maka pengaruhnya pada jumlah air
hanya sedikit. Semen yang mengandung unsur ini lebih dari 10% akan kurang tahan
terhadap serangan asam sulfat.
Senyawa yang keempat (C4AF) kurang begitu besar pengaruhnyan terhadap kekerasan
semen atau beton sehingga kontribusinya dalam peningkatan kekuatan terbilang kecil.
Komposisi kandungan senyawa yang dibutuhkan semen portland menurut standar ASTM
C-150 (ASTM C-150 Vol.04.02: 1995, 92) dapat dilihat pada tabel dibawah :
Karakteristik Senyawa Penyusun Semen Portland
Trikalsium Dikalsium Trikalsium Tetrakalsium
Silikat Silikat Aluminat Aluminofferit
Nilai 3CaO.SiO2 2CaO.SiO2 3CaO.Al2O3 4CaO.Al2O3.
atau atau atau Fe2O3 atau
C3S C2S C3A C4AF
Penyemenan Baik Baik Buruk Buruk
Kecepatan Sedang Lambat Cepat Lambat
Reaksi
Pelepasan
Panas Hidrasi Sedang Sedikit Banyak Sedikit

Dari uraian tersebut tampak bahwa persentase yang berbeda dari senyawa-senyawa
yang ada dalam semen membuat semen mempunyai sifat yang berbeda-beda.

D. Reaksi Hidrasi Semen Portland


Ketika semen dilarutkan dengan air, maka terjadilah reaksi hidrasi yang menghasilkan
berbagai macam senyawa kimia. Reaksi hidrasi semen merupakan reaksi eksoterm,
sehingga sistem melepaskan kalor kelingkungan yang akan menyebabkan lingkungan
mengalami kenaikan suhu. Tinggi rendahnya panas hidrasi yang dihasilkan saat semen
beraksi dengan air bergantung pada komposisi senyawa kimia yang dihasilkan saat terjadi
reaksi hidrolisis material semen di dalam air. 
Reaksi hidrasi semen ditentukan oleh reaktifitas masing-masing senyawa utama.
Senyawa C3A adalah yang paling reaktif dan memainkan peranan penting dalam
pengembangan kekuatan awal (1 sampai dengan 3 hari), ini disebabkan karena panas
hidrasinya cukup tinggi sehingga mempercepat reaksi hidrasi keseluruhan. Kemudian
disusul oleh senyawa-senyawa C3S dan C2S. Senyawa C3S merupakan komponen penentu

07
kekuatan awal semen portland (umur 1 – 28 hari), ini disebabkan reaksi hidrasinya
berlangsung cepat dan kadarnya tinggi. Sedangkan C 2S merupakan komponen penentu
kekuatan akhir semen portland, peranannya baru terlihat 28 hari setelah pengikatan.
Jadi reaksi hidrasi semen portland akan berjalan dengan cepat sesuai dengan reaktifnya
senyawa utama. Untuk mengatur kecepatan reaksi sesuai yang diinginkan bisa
ditambahkan bahan tambahan seperti senyawa gypsum sebagai pengendali reaktifitas
senyawa C3A. Kehalusan, perbandingan air dan semen portland, waktu dan suhu juga
mempengaruhi kecepatan reaksi.
Berikut merupakan reaksi hidrasi pada semen portland :
2 C3S + 6H2O ------ (C3S2H3) + 3Ca(OH)2 + energi panas
2 Trikalsium Silikat + 6 Air ------ tobermorite + 2 Kalsium Hidroksida
2 C2S + 4H2O ------ (C3S2H3) + Ca(OH)2 + energi panas
2 Dikalsium Silikat + 4 Air ------ tobermorite + Kalsium Hidroksida
Saat semen bersentuhan dengan air maka proses hidrasi berlangsung, dalam arah ke luar
dan ke dalam, maksudnya hasil hidrasi mengendap di bagian luar dan inti semen yang
belum terhidrasi di bagian dalam secara bertahap terhidrasi sehingga volumenya mengecil.
Reaksi tersebut berlangsung lambat, antara 2 – 5 jam (yang disebut periode induksi atau
tak aktif) sebelum mengalami percepatan setelah kulit permukaan pecah.
Pada tahapan hidrasi berikutnya, pasta semen terdiri dari gel (C 3S2H3) yang disebut
“tobermorite” (butiran sangat halus hasil hidrasi, memiliki luas permukaan amat besar)
yang merupakan hasil utama dari reaksi tersebut dan sisa-sisa semen yang tak bereaksi
seperti kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan beberapa senyawa yang lain, panas juga keluar
selama proses berlangsung (panas hidrasi). Adanya pembebasan panas ini membantu
mempercepat pengerasan. Beberapa butir yang bersifat seperti kristal tampak juga di dalam
“tobermorite” dan sedikit demi sedikit mengisi ruang yang mula – mula ditempati air, lalu
menjadi kaku dan muncullah suatu kekuatan yang selanjutnya mengeras menjadi benda
yang padat dan kuat. Dengan demikian pasta semen yang telah mengeras memiliki struktur
berpori, dengan ukuran pori bervariasi dari yang sangat kecil (4 x 10-7 mm) sampai lebih
besar. Pori – pori ini disebut pori – pori gel. Setelah hidrasi berlangsung, endapan hasil
hidrasi pada permukaan butiran semen membuat difusi air ke bagian dalam yang belum
berhidrasi semakin sulit, sehingga laju hidrasi semakin lambat. Sedangkan penambahan air
masih diperlukan bagian dalam dari butir-butir semen (terutama yang berbutir besar),
untuk menyempurnakan proses hidrasi. Proses dapat berlangsung sampai 50 tahun.

08
Penelitian terhadap silinder beton menunjukkan bahwa beton masih meningkat terus
kekuatannya, paling tidak untuk jangka waktu 50 tahun.

E. Panas Hidrasi Semen Portland


Panas hidrasi adalah hasil proses hidrasi, yaitu panas yang terjadi saat semen bereaksi
dengan air yang dinyatakan dalam kalori/gram. Jumlah panas yang dibentuk bergantung
pada jenis semen yang dipakai dan kehalusan butir semen. Dalam pelaksanaannya,
perkembangan panas ini dapat mengakibatkan masalah yakni timbulnya retakan pada saat
pendinginan. Pada beberapa struktur beton, terutama pada struktur beton mutu tinggi,
retakan tersebut tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendinginan melalui
perawatan (curing) pada saat pelaksanaan.
Waktu berlangsung panas hidrasi di hitung sampai proses hidrasi berlangsung secara
sempurna pada temperatur tertentu. Panas hidrasi untuk semen harus tidak lebih dari 60
kalori/gram sampai pada tujuh hari pertama, dan 70 kalori/gram sampai pada 28 hari.
Panas hidrasi naik sesuai ketinggian temperature saat hidrasi terjadi. Untuk semen biasa
panas hidrasi bervariasi antara 37 kalori/gram pada 5°C sampai dengan 80 kalori/gram
pada 40°C. Untuk semua jenis semen umumnya kira-kira 60% dari panas total di bebaskan
pada waktu antara 1 dan 3 hari pertama, kira-kira 80% sampai hari ke tujuh, dan antara
90% sampai 95% dalam jangka waktu 6 bulan. Laju perubahan panas tergantung pada
komposisi semen. Laju hidrasi dan perubahan panas bertambah besar sejalan dengan
semakin halusnya semen, karena reaksi antara semen dan air dimulai dari permukaan butir-
butir semen sehingga makin luas permukaan butir-butir semen (dari berat-berat yang sama)
makin cepat proses hidrasinya. Secara umum, semen berbutir halus meningkatkan kohesi
beton segar dan dapat mengurangi bleeding, tetapi menambah kecenderungan beton
menyusut lebih banyak dan retak susut juga bertambah mudah. Menurut peraturan, paling
sedikit 78% berat semen harus dapat lewat ayakan nomor 200 (lubang 1/200 inci).

F. Pengikatan dan Pengerasan Semen Portland


Waktu pengikatan (Setting Time) semen Portland ditentukan bila pasta semen telah
mengalami setting (proses semen mengental) dan hardening (proses semen mengeras)
selama beberapa jam.
Sebagian besar semen modern mempunyai kandungan kapur yang tinggi, dan biasanya
melampaui 65%. Semen dengan kandungan kapur dibawah 65%, pengerasannya seringkali

09
agak lambat. Kandungan kapur maksimum harus dibatasi untuk menghindari adanya kapur
bebas dalam semen yang dapat merusak permukaan interface antara pasta semen dengan
agregat dan juga bisa menyebabkan ketidakstabilan proses pengerasan pasta semen.
Dalam proses hidrasi dan pengerasan semen, kapur dan silica mendapat peran yang
besar, sedangkan alumina dan oksida besi akan mengatur kecepatan proses hidrasi.

G. Jenis Semen Portland


Keterangan :
 Trikalsium Silikat (C3S)  Kalsium Sulfat (CaSO4)
 Dikalsium Silikat (C2S)  Kalsium Oksida (CaO)
 Trikalsium Aluminat (C3A)  Magnesium Oksida (MgO)
 Tertrakalsium Aluminoferrit (C4AF)

Komposisi dalam (%) Karakteristik


C3S C2S C3A C4AF CaSO4 CaO MgO
Tipe I, 49 25 12 8 2.9 0.8 2.4 Semen untuk semua
Normal tujuan (bangunan
umum)
Tipe II, 46 29 6 12 2.8 0.6 3 Sedikit pelepasan
Modifikasi panas
Tipe III, 56 15 12 8 3.9 1.4 2.6 Kekuatan tinggi
Kekuatan Awal pada umur 3 hari
Tinggi
Tipe IV, 30 46 5 13 2.9 0.3 2.7 Di gunakan pada
Panas Hidrasi bendungan beton
Rendah
Tipe V, 43 36 4 12 2.7 0.4 1.6 Dipakai pada saluran
Tahan Sulfat dan struktur yang
diekspose terhadap
sulfat.

H. Perbedaan Produk Semen Portland


1. Tipe I (Ordinary Portland Cement)
10
Jenis semen yang paling dibutuhkan masyarakat, karena pengunaannya tidak
memerlukan syarat khusus. Contoh bangunan perumahan, gedung bertingkat, jembatan,
landasan pacu dan jalan raya.
2. Tipe II (Moderate sulfat resistance)
Penggunaan Semen ini memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi
sedang. Semen ini baik digunakan untuk daerah yang memiliki suhu yang cukup tinggi
serta pada struktur drainase. Contoh bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai
adanya kolom-kolom serta proses hidrasi rendah juga merupakan pertimbangan utama.
3. Tipe III (High Early Strength)
Merupakan semen yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan bangunan yang
memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah proses pengecoran dilakukan dan
memerlukan penyelesaian secepat mungkin, serta dapat digunakan pada daerah temperatur
rendah. Contoh pembuatan Jalan beton, landasan lapangan udara, bangunan tingkat tinggi
serta bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap sulfat.
4. Tipe IV (Low Heat Of Hydration)
Berguna untuk keperluan konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas
harus diminimalkan, untuk mencegah cracking (retak). Pengembangan kuat tekan semen
jenis ini sangat lambat jika dibanding semen tipe I. Penggunaan semen ini ditujukan untuk
struktur beton massive dan dengan volume yang besar, seperti bendungan, dam dan
lapangan udara. Cocok untuk daerah bersuhu panas.
5. Tipe V (Sulfat Resistance Cement)
Digunakan untuk beton pada daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan
garam sulfat tinggi, seperti pembangunan instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi
dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan,dan pembangkit tenaga nuklir.

I. Cara Penyimpanan Semen Portland


Agar semen memenuhi syarat meskipun disimpan dalam waktu lama, cara
penyimpanannya perlu diperhatikan (PB, 1989:13) yaitu:
1. Semen harus terbebas dari kotoran luar.
2. Semen dalam kantong harus disimpan dalam gudang tertutup, terhindar dari basah dan
lembab dan tidak tercampur dengan bahan lain.

11
3. Semen jenis berbeda harus dikelompokkan sedemikian rupa untuk mencegah
kemungkinan tertukarnya jenis semen satu dengan yang lain. Urutan penyimpanan
diatur sehingga semen yang lebih dulu masuk gudang terpakai lebih dahulu.
4. Semen curah harus disimpan dalam silo yang terbuat dari baja atau beton dan harus
terhindar kemungkinan tercampur dengan bahan lain. Apabila semen telah disimpan
terlalu lama, perlu dibuktikan bahwa semen memenuhi syarat sebelum dipakai.
5. Untuk menghindari pecahnya kantong semen, tinggi maksimum timbunan zak semen
adalah 2 meter atau sekitar 10 zak. Jarak bebas antara bidang dinding dan semen sekitar
50 cm, sedangkan jarak bebas antar lantai dan semen sekitar 30 cm.

J. Penelitian – Penelitian Terhadap Semen Portland


1. Karakterisasi Kuat Tekan dan Dielektrisitas pada Campuran Pasta Semen Portland
dengan Pasir Lokal
Penelitian Ini dimaksudkan untuk mengetahui, apakah pengaruh penambahan pasir
lokal dengan pasta semen portland terhadap kuat tekan dan dielektirisitasnya. Dari
penelitian sebelumnya hasil hidrasi semen portland memiliki nilai konstanta 168,37. Jika
pasta semen dicampur dengan pasir lokal komposisi 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, 1:6 dan 1:7.
Kemudian campuran dicetak dengan bentuk 5x5x5 cm dan mengalami pemeliharaan
(perendaman ) selama 27 hari. Karakterisasi dilakukan pada hari ke 28 dan dilakukan uji
kuat tekan dengan alat compretion set dan uji dielektrik dengan alat LCR meter seri. Hasil
uji diperoleh semakin besar penambahan pasir pada campuran telah menurunkan baik kuat
tekan maupun dielektrik pada campuran tersebut. Setelah dilakukan fitting empiris dengan
model Boltzmann didapatkan R-square mendekati satu dan dapat dikatakan pola penuruna
kuat tekan dan dielektrik sampel berupa model Boltzmann.
2. Pengaruh kadar Semen Portland Dalam Pasir Cetak Terhadap Kekuatan Cetakan Pasir,
Permeabilitas, Fluiditas, Kekerasan Logam dan Kualitas Coran Logam Al-Si dengan
Metode Gravity
Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh semen portland sebagai bahan
pengikat pada pasir cetak Malang terhadap kekuatan geser pasir cetak, permeabilitas,
fluiditas, hasil pengecoran logam paduan Al-Si, kekerasan dan cacat coran logam paduan
Al-Si dengan metode penelitian eksperimental. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
kekuatan geser basah dan kering tertinggi dimiliki oleh pasir dengan campuran semen
portland berturut-turut sebanyak 9% yaitu 3,15 N/cm2 dan 6% yaitu 7,76 N/cm2. Uji

12
permeabilitas dan fluiditas terbaik oleh pasir cetak dengan campuran semen portland
berturut-turut sebesar 6% dan 9%. Kualitas hasil coran terbaik dimiliki oleh pasir cetak
dengan campuran semen portland sebanyak 6% dan kekerasan terbesar dimiliki oleh hasil
coran dengan pasir cetak tanpa campuran semen portland sebesar 114,48 HV. Maka dapat
ditentukan pengunaan semen portland 6% akan memiliki cacat hasil coran sedikit, tidak
terjadi sumbat dingin pada proses penuangan, cacat permeabilitas yang kurang juga sedikit.
3. Peranan Semen Portland dan Agregat Lain Terhadap Campuran Tanah Liat sebagai
Bahan Batu Bata Tanpa Pembakaran
Penelitian dilakukan dengan sampel dalam 5 kelompok berdasarkan campuran adonan
yaitu adonan tanah liat murni (A), tanah liat dicampur semen portland 10% (A1), tanah liat
dicampur agregat 20% (B), tanah liat dicampur agregat 20% dan semen portland 10%
(B1), tanah liat dicampur agregat 20% dan semen portland 20% (B11). Setiap kelompok
terdiri dari 10 cetakan. Hasilnya menunjukkan bata cetak dari tanah liat murni sudah
memiliki daya tekan yang diizinkan yaitu 21 kg/cm2 (standar minimal 20 kg/cm2).
Pengaruh semen portland tidak menambah daya tekan (A1 bata retak dan daya tekan
rendah). Pengaruh agregat dapat menambah daya tekan tetapi tidak menjamin keawetan
(B). Pengaruh agregat dan semen portland menambah daya tekan (28 kg/cm2) dan
keawetannya dibandingkan dengan tanah liat murni. Kelompok paling tahan terhadap
gangguan air dan mempunyai penyerapan air di bawah standar maksimum (35%), memiliki
penyusutan paling kecil (1,34%) adalah B11. Disimpulkan bahwa peranan semen portland
dan agregat lain terhadap campuran tanah liat dapat menambah kualitasnya, terutama daya
tekannya dan dapat menahan kerapuhan dari gangguan air. Jika diproduksi masih
memberikan nilai yang ekonomis dibandingkan dengan bahan lain.

13
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penambahan pasir lokal pada pasta semen portland menurunkan kuat tekan dan
dielektrik campuran tersebut, serta sampel berupa model Boltzmann.
2. Kekuatan geser basah dan fluiditas akan bertambah jika campuran semen portland
sebanyak 9%, sedangkan kekuatan geser kering dan permeabilitas akan bertambah jika
campuran semen portland sebanyak 6%. Kualitas hasil coran akan meningkat jika pasir
cetak dicampur dengan semen portland sebanyak 6%, sehingga cacat yang terdapat pada
hasil coran akan sedikit, tidak terjadi sumbat dingin pada proses penuangan, cacat
permeabilitas yang kurang juga sedikit.
3. Peranan semen portland dengan campuran agregat lain terhadap campuran tanah liat
dapat menambah kualitasnya, terutama daya tekannya dan dapat menahan kerapuhan
dari gangguan air. Jika diproduksi masih memberikan nilai yang ekonomis
dibandingkan dengan bahan lain.

14
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono , Tri. Teknologi Beton Edisi Dua, Yogyakarta : ANDI, 2003


Tjokrodimuljo, Kardiyono. Teknologi Beton. Yogyakarta : Nafitri, 1996
Halawa, Michael Sulaiman. (2013, 27 Pebruari). Semen Portland. Diakses 12 September
2014, dari http://michaelmank25.blogspot.com/2013/02/semen-portland.html
Jubeng, Pikacu Putu. (2010, 26 Desember). Bahan Baku Semen Portland. Diakses 11
September 2014, dari http://kucingantek.blogspot.com/2010/12/bahan-baku-semen-
portland.html
Ningsi, Waode Sulfia. (2014, 12 Maret). Semen Portland Sebagai Bahan Perekat. Diakses
11 September 2014, dari http://operator-it.blogspot.com/2014/03/semen-portland-
sebagai-bahan-perekat.html
Rudianto. (2010, 03 Januari). Jenis-Jenis Semen. Diakses 11 September 2014, dari
http://rdianto.wordpress.com/2010/01/03/jenis-jenis-semen/

15

Anda mungkin juga menyukai