BAB 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 03
A. Definisi Semen Portland............................................................................................. 03
B. Sejarah Semen Portland ............................................................................................. 03
C. Konsep Dasar Semen Portland................................................................................... 03
BAB 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 04
A. Bahan Dasar Semen Portland..................................................................................... 04
B. Proses Pembuatan Semen Portland ............................................................................ 04
C. Senyawa Kimia Semen Portland ................................................................................ 06
D. Reaksi Hidrasi Semen Portland.................................................................................. 07
E. Panas Hidrasi Semen Portaland.................................................................................. 09
F. Pengikatan dan Pengerasan Semen Portland.............................................................. 09
G. Jenis Semen Portland.................................................................................................. 10
H. Perbedaan Produk Semen Portland ............................................................................ 11
I. Cara Meyimpan Semen Portland................................................................................ 11
J. Penelitian-Penelitian yang Dilakukan Terhadap Semen Portland.............................. 12
BAB 3
PENUTUP...................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 15
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Definisi Semen Portland
Semen portland adalah bahan konstruksi paling banyak digunakan dalam pekerjaan
beton. Menurut ASTM C-150, 1985, semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolis
yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang
umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang
digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.
Semen portland bersifat hidrolis karena mengandung kalsium silikat (xCaO.SiO 2) yang
sangat cepat bereaksi dengan air. Reaksi semen dengan air berlangsung secara irreversibel,
artinya hanya dapat terjadi satu kali dan tidak bisa kembali lagi ke kondisi semula.
Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII.0013-81 atau
Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986. Semen merupakan bahan ikat yang penting
dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Semen jika
ditambah air akan menjadi pasta semen. Sedangkan jika diaduk dengan air dan ditambah
agregat halus akan menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan
menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (concrete).
03
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Bahan Dasar Semen Portland
Semen Portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi utamanya
adalah kalsium dan aluminium silikat. Bahan utama pembentuk semen Portland terdiri dari
senyawa-senyawa oksida diantaranya adalah:
1. Kapur ( CaO ) 3. Alumina ( Al2O3 )
2. Silika ( SiO2 ) 4. Besi ( Fe2O3 )
Selain 4 bahan utama diatas, pembuatan semen portland juga memerlukan Gypsum
(CaSO4.2H2O) sebanyak 2% - 4% untuk mengatur waktu ikat semen atau memperlambat
proses pengerasan semen. Gypsum ini merupakan material terakhir yang ditambahkan
kedalam clinker dan digiling secara bersama-sama sampai tercapai ukuran butir tertentu.
Bahan baku untuk oksida-oksida bahan utama pembentuk semen Portland ialah:
1. Batu Gamping (Batu Kapur Kalsium)
Batu gamping (CaCO3), digunakan untuk mendapatkan komposisi kapur (CaO) dengan
melalui proses pembakaran. Batu gamping yang digunakan harus memempunyai kadar
karbonat tinggi (> 48%), kadar Mg rendah (< 1,8%), tidak mengandung Zn dan Pb, dan
kadar air kurang dari 20%, serta mengandung sedikit sulfat, sulfit dan alkali.
2. Batu lempung (Tanah Liat)
Batu lempung digunakan untuk mendapatkan komposisi Alumina (Al 2O3), Silika (SiO2)
dan Oksida Besi ( Fe2O3 ). Batu lempung yang digunakan harus mempunyai kadar SiO2
tinggi (>48%), serta mengandung sedikit sulfit, sulfat dan alkali.
3. Pasir kuarsa (Batu Silika)
Pasir kuarsa digunakan untuk pengoreksi atau menambah kekurangan komposisi Silika
(SiO2). Pasir kuarsa sangat dibutuhkan apabila kandungan kuarsa batu lempung rendah.
4. Pasir Besi
Pasir besi digunakan untuk memudahkan proses pelelehan bahan-bahan mentah pada
saat pengilingan dan bisa digunakan untuk menambah kekurangan Oksida Besi (Fe2O3).
04i
2. Pemecahan di crushing plant :
Pemecahan material-material penambangan menjadi ukuran lebih kecil menggunakan
crusher. Batu kapur ukuran <1 m → <50 cm. Batu silika ukuran <40 cm→ <200 mm.
3. Penggilingan (blending) :
Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada tahap awal ke
penampung, dimana perbandingan berat umpan disesuaikan dengan jenis klinker yang
diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan yang diinginkan.
4. Pencampuran bahan-bahan
Pencampuran material-material pembuatan semen portland disebut juga dengan
Homogenization (homogenisasi). Homogenization terdiri dari 4 bahan baku semen.
Sehingga proses homogenisasi dapat memaksimalkan pencampuran dari keempat bahan
tersebut. Proses homogenisasi menggunakan tempat yang bernama blending silo.
5. Pembakaran
Hasil campuran dituangkan ke ujung atas ciln yang diletakkan agak miring dari ujung
atas ke ujung bawah. Temperatur dalam ciln dinaikkan perlahan hingga mencapai
temperatur klinker (clincer temperature) dimana difusi awal tejadi. Temperatur
dipertahankan sampai campuran membentuk butiran semen portland pada suhu 1400oC.
Butiran hasil disebut sebagai klinker (clincer) dan memiliki diameter antara 1,5-50 mm
6. Penggilingan kembali hasil pembakaran
Alat penggiling akhir dibagi menjadi dua alat utama yaitu pregrinder yang berfungsi
untuk menurunkan ukuran dari diameter 3 cm ke blaine 1000 dan tubemill yang berfungsi
menurunkan ukuran lagi sehingga menjadi semen yang siap dipakai yaitu blaine-nya 3200.
Pada penggilingan akhir atau finish mill dilakukan penambahan zat aditif sehingga menjadi
semen yang memenuhi syarat kehalusan.
7. Penambahan bahan tambah (gypsum)
Penambahan sedikit gypsum atau kalsium sulfat (CaSO4) (sedikit 1%-5%) berguna
untuk mengontrol waktu ikat semen, yakni waktu pengerasan semen di lapangan.
8. Pengikatan (packing plant)
Hasil yang diperoleh kemudian disimpan pada silo untuk penggunaan yang kecil, yakni
kebutuhan masyarakat. Pengolahan selanjutnya adalah pengepakan dalam packing plant.
Proses pembuatan semen portland dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Proses Basah: ada lima tahapan dalam proses ini, seperti proses pengeringan dan
penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal, proses pencampuran untuk
05
mendapatkan campuran yang homogen, proses pembakaran bahan baku untuk
menghasilkan clinker, proses pendinginan clinker, dan terakhir proses penggilingan
clinker dan gypsum.
2. Proses Kering: pada proses ini bahan dicampur dan digiling dalam keadaan kering
menjadi bubuk kasar. Selanjutnya, bahan tersebut dimasukkan ke dalam ciln dan proses
selanjutnya sama dengan proses basah.
06
dari beratnya, namun karena jumlah unsur sedikit maka pengaruhnya pada jumlah air
hanya sedikit. Semen yang mengandung unsur ini lebih dari 10% akan kurang tahan
terhadap serangan asam sulfat.
Senyawa yang keempat (C4AF) kurang begitu besar pengaruhnyan terhadap kekerasan
semen atau beton sehingga kontribusinya dalam peningkatan kekuatan terbilang kecil.
Komposisi kandungan senyawa yang dibutuhkan semen portland menurut standar ASTM
C-150 (ASTM C-150 Vol.04.02: 1995, 92) dapat dilihat pada tabel dibawah :
Karakteristik Senyawa Penyusun Semen Portland
Trikalsium Dikalsium Trikalsium Tetrakalsium
Silikat Silikat Aluminat Aluminofferit
Nilai 3CaO.SiO2 2CaO.SiO2 3CaO.Al2O3 4CaO.Al2O3.
atau atau atau Fe2O3 atau
C3S C2S C3A C4AF
Penyemenan Baik Baik Buruk Buruk
Kecepatan Sedang Lambat Cepat Lambat
Reaksi
Pelepasan
Panas Hidrasi Sedang Sedikit Banyak Sedikit
Dari uraian tersebut tampak bahwa persentase yang berbeda dari senyawa-senyawa
yang ada dalam semen membuat semen mempunyai sifat yang berbeda-beda.
07
kekuatan awal semen portland (umur 1 – 28 hari), ini disebabkan reaksi hidrasinya
berlangsung cepat dan kadarnya tinggi. Sedangkan C 2S merupakan komponen penentu
kekuatan akhir semen portland, peranannya baru terlihat 28 hari setelah pengikatan.
Jadi reaksi hidrasi semen portland akan berjalan dengan cepat sesuai dengan reaktifnya
senyawa utama. Untuk mengatur kecepatan reaksi sesuai yang diinginkan bisa
ditambahkan bahan tambahan seperti senyawa gypsum sebagai pengendali reaktifitas
senyawa C3A. Kehalusan, perbandingan air dan semen portland, waktu dan suhu juga
mempengaruhi kecepatan reaksi.
Berikut merupakan reaksi hidrasi pada semen portland :
2 C3S + 6H2O ------ (C3S2H3) + 3Ca(OH)2 + energi panas
2 Trikalsium Silikat + 6 Air ------ tobermorite + 2 Kalsium Hidroksida
2 C2S + 4H2O ------ (C3S2H3) + Ca(OH)2 + energi panas
2 Dikalsium Silikat + 4 Air ------ tobermorite + Kalsium Hidroksida
Saat semen bersentuhan dengan air maka proses hidrasi berlangsung, dalam arah ke luar
dan ke dalam, maksudnya hasil hidrasi mengendap di bagian luar dan inti semen yang
belum terhidrasi di bagian dalam secara bertahap terhidrasi sehingga volumenya mengecil.
Reaksi tersebut berlangsung lambat, antara 2 – 5 jam (yang disebut periode induksi atau
tak aktif) sebelum mengalami percepatan setelah kulit permukaan pecah.
Pada tahapan hidrasi berikutnya, pasta semen terdiri dari gel (C 3S2H3) yang disebut
“tobermorite” (butiran sangat halus hasil hidrasi, memiliki luas permukaan amat besar)
yang merupakan hasil utama dari reaksi tersebut dan sisa-sisa semen yang tak bereaksi
seperti kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan beberapa senyawa yang lain, panas juga keluar
selama proses berlangsung (panas hidrasi). Adanya pembebasan panas ini membantu
mempercepat pengerasan. Beberapa butir yang bersifat seperti kristal tampak juga di dalam
“tobermorite” dan sedikit demi sedikit mengisi ruang yang mula – mula ditempati air, lalu
menjadi kaku dan muncullah suatu kekuatan yang selanjutnya mengeras menjadi benda
yang padat dan kuat. Dengan demikian pasta semen yang telah mengeras memiliki struktur
berpori, dengan ukuran pori bervariasi dari yang sangat kecil (4 x 10-7 mm) sampai lebih
besar. Pori – pori ini disebut pori – pori gel. Setelah hidrasi berlangsung, endapan hasil
hidrasi pada permukaan butiran semen membuat difusi air ke bagian dalam yang belum
berhidrasi semakin sulit, sehingga laju hidrasi semakin lambat. Sedangkan penambahan air
masih diperlukan bagian dalam dari butir-butir semen (terutama yang berbutir besar),
untuk menyempurnakan proses hidrasi. Proses dapat berlangsung sampai 50 tahun.
08
Penelitian terhadap silinder beton menunjukkan bahwa beton masih meningkat terus
kekuatannya, paling tidak untuk jangka waktu 50 tahun.
09
agak lambat. Kandungan kapur maksimum harus dibatasi untuk menghindari adanya kapur
bebas dalam semen yang dapat merusak permukaan interface antara pasta semen dengan
agregat dan juga bisa menyebabkan ketidakstabilan proses pengerasan pasta semen.
Dalam proses hidrasi dan pengerasan semen, kapur dan silica mendapat peran yang
besar, sedangkan alumina dan oksida besi akan mengatur kecepatan proses hidrasi.
11
3. Semen jenis berbeda harus dikelompokkan sedemikian rupa untuk mencegah
kemungkinan tertukarnya jenis semen satu dengan yang lain. Urutan penyimpanan
diatur sehingga semen yang lebih dulu masuk gudang terpakai lebih dahulu.
4. Semen curah harus disimpan dalam silo yang terbuat dari baja atau beton dan harus
terhindar kemungkinan tercampur dengan bahan lain. Apabila semen telah disimpan
terlalu lama, perlu dibuktikan bahwa semen memenuhi syarat sebelum dipakai.
5. Untuk menghindari pecahnya kantong semen, tinggi maksimum timbunan zak semen
adalah 2 meter atau sekitar 10 zak. Jarak bebas antara bidang dinding dan semen sekitar
50 cm, sedangkan jarak bebas antar lantai dan semen sekitar 30 cm.
12
permeabilitas dan fluiditas terbaik oleh pasir cetak dengan campuran semen portland
berturut-turut sebesar 6% dan 9%. Kualitas hasil coran terbaik dimiliki oleh pasir cetak
dengan campuran semen portland sebanyak 6% dan kekerasan terbesar dimiliki oleh hasil
coran dengan pasir cetak tanpa campuran semen portland sebesar 114,48 HV. Maka dapat
ditentukan pengunaan semen portland 6% akan memiliki cacat hasil coran sedikit, tidak
terjadi sumbat dingin pada proses penuangan, cacat permeabilitas yang kurang juga sedikit.
3. Peranan Semen Portland dan Agregat Lain Terhadap Campuran Tanah Liat sebagai
Bahan Batu Bata Tanpa Pembakaran
Penelitian dilakukan dengan sampel dalam 5 kelompok berdasarkan campuran adonan
yaitu adonan tanah liat murni (A), tanah liat dicampur semen portland 10% (A1), tanah liat
dicampur agregat 20% (B), tanah liat dicampur agregat 20% dan semen portland 10%
(B1), tanah liat dicampur agregat 20% dan semen portland 20% (B11). Setiap kelompok
terdiri dari 10 cetakan. Hasilnya menunjukkan bata cetak dari tanah liat murni sudah
memiliki daya tekan yang diizinkan yaitu 21 kg/cm2 (standar minimal 20 kg/cm2).
Pengaruh semen portland tidak menambah daya tekan (A1 bata retak dan daya tekan
rendah). Pengaruh agregat dapat menambah daya tekan tetapi tidak menjamin keawetan
(B). Pengaruh agregat dan semen portland menambah daya tekan (28 kg/cm2) dan
keawetannya dibandingkan dengan tanah liat murni. Kelompok paling tahan terhadap
gangguan air dan mempunyai penyerapan air di bawah standar maksimum (35%), memiliki
penyusutan paling kecil (1,34%) adalah B11. Disimpulkan bahwa peranan semen portland
dan agregat lain terhadap campuran tanah liat dapat menambah kualitasnya, terutama daya
tekannya dan dapat menahan kerapuhan dari gangguan air. Jika diproduksi masih
memberikan nilai yang ekonomis dibandingkan dengan bahan lain.
13
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penambahan pasir lokal pada pasta semen portland menurunkan kuat tekan dan
dielektrik campuran tersebut, serta sampel berupa model Boltzmann.
2. Kekuatan geser basah dan fluiditas akan bertambah jika campuran semen portland
sebanyak 9%, sedangkan kekuatan geser kering dan permeabilitas akan bertambah jika
campuran semen portland sebanyak 6%. Kualitas hasil coran akan meningkat jika pasir
cetak dicampur dengan semen portland sebanyak 6%, sehingga cacat yang terdapat pada
hasil coran akan sedikit, tidak terjadi sumbat dingin pada proses penuangan, cacat
permeabilitas yang kurang juga sedikit.
3. Peranan semen portland dengan campuran agregat lain terhadap campuran tanah liat
dapat menambah kualitasnya, terutama daya tekannya dan dapat menahan kerapuhan
dari gangguan air. Jika diproduksi masih memberikan nilai yang ekonomis
dibandingkan dengan bahan lain.
14
DAFTAR PUSTAKA
15