Anda di halaman 1dari 13

Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:

a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b. menegakkan hukum; dan

c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Pasal 14

(1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara
Republik Indonesia bertugas :

a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan


masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan


kelancaran lalu lintas di jalan;

c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum


masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan
perundang-undangan;

d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus,


penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan
hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik


dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;

i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari
gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh


instansi dan/atau pihak yang berwenang;

k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam


lingkup tugas kepolisian; serta

l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 di bidang proses
pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk :
a. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;

b. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan
penyidikan;

c. membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;

d. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;

e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h. mengadakan penghentian penyidikan;

i. menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

j. mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat
pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau
menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;

k. memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima
hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan

i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang


bertanggung jawab, yaitu tindakan penyelidik dan
penyidik yang dilaksankan dengan syarat sebagai
berikut;1)Tidak bertentangan dengan suatu aturan
hukum;2)Selaras dengan kewajiban hukum yang
mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;3)Harus
patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan
jabatannya;4)Pertimbangan yang layak berdasarkan
keadaan yang memaksa, dan5)Menghormati hak azasi
manusia.

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_2_02.htm

 Dibidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang :


a. Melakukan penuntutan;

b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh


kekuatan hukum tetap;

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana,


pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;

d. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang;

e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik.

http://www.kejari-sengkang.go.id/p/doktrin-tugas-dan-wewenang-kejaksaan-ri.html

Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:

1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.

2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.

3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.

4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan

5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi


berwenang :

1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;

2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;

3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang
terkait;

4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi; dan

5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.


Selengkapnya mengenai tugas, wewenang, dan kewajiban Komisi Pemberantasan Korupsi, dapat
dilihat pada Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan

https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/struktur-organisasi/93-tentang-kpk/fungsi-dan-tugas/31-
fungsi-dan-tugas

https://www.kpk.go.id/images/pdf/Undang-undang/uu302002.pdf tambahan

Peradilan Umum adalah salah satu pelaksana kekuasaan Kehakiman bagi rakyat pencari keadilan
pada umumnya (Pasal 2 UU No.2 Tahun 1984).

Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang, memeriksa, mengadili, memutuskan dan


menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama (Pasal 50 UU No.2 Tahun
1986) Pengadilan dapat memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat tentang hukum
kepada instansi pemerntah di daerahnya apabila diminta (Pasal 52 UU No.2 Tahun 1986). Selain
menjalankan tugas pokok, pengadilan dapat diserahi tugas dan kewenangan lain oleh atau
berdasarkan Undang-Undang.

Fungsi

Adapun fungsi dari Pengadilan Negeri

1.         Fungsi mengadili (judicial power), yakni menerima, memeriksa, mengadili dan
menyelesaikan perkara-perkara yang menjadi kewenangan pengadilan dalam tingkat
pertama.
2.         Fungsi pembinaan, yakni memberikan pengarahan, bimbingan, dan petunjuk kepada
pejabat struktural dan fungsional di bawah jajarannya, baik menyangkut teknis yudicial,
administrasi peradilan, maupun administrasi perencanaan/teknologi informasi,
umum/perlengkapan, keuangan, kepegawaian, dan pembangunan.
3.         Fungsi pengawasan, yakni mengadakan pengawasan melekat atas pelaksanaan tugas dan
tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, Panitera Pengganti, dan Jurusita/ Jurusita
Pengganti di bawah jajarannya agar peradilan diselenggarakan dengan seksama dan
sewajarnya dan terhadap pelaksanaan administrasi umum kesekretariatan serta
pembangunan.
4.         Fungsi nasehat, yakni memberikan pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada
instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta.
5.         Fungsi administratif, yakni menyelenggarakan administrasi peradilan (teknis dan
persidangan), dan administrasi umum (perencanaan/ teknologi informasi/pelaporan,
kepegawaian /organisasi/ tatalaksanan ,dan keuangan / umum/perlengakapan).
6.         Fungsi Lainnya, antara lain melaksanakan Pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan
riset/penelitian dan sebagainya serta memberi akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat
dalam era keterbukaan dan transparansi informasi peradilan, sepanjang diatur dalam
Keputusan Ketua Mahkamah

http://www.pn-batulicin.go.id/tentang-pengadilan/profil-pengadilan/tupoksi-pengadilan

peradilan tata usaha negara

Tugas dan wewenang peradilan tata usaha negara yang pertama adalah menyelesaikan sengketa
tata usaha negara dengan melalui proses penerimaan, pemeriksaan, dan pemutusan sengketa.
Tugas dan wewenang tersebut dilaksanakan dengan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 yang mengatur tentang peradilan tata usaha negara, Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2004 yang mengatur tentang perubahan atas Undang-Undang tentang peradilan tata usaha
negara, peraturan dan perundang-undangan yang terkait, serta petunjuk yang diberikan oleh
Mahkamah Agung.

Tugas dan wewenang yang kedua adalah meneruskan sengketa yang timbul di bidang tata usaha
negara ke pengadilan tata usaha negara dan pengadilan tinggi tata usaha negara. Hal ini menjadi
tugas dan wewenang peradilan tata usaha negara supaya pengadilan yang menyelesaikan
sengketa adalah yang wilayah hukumnya mencakup tempat kedudukan tergugat. Jika tergugat
yang terlibat di dalam sengketa lebih dari satu pihak, maka sengketa bisa diteruskan ke
pengadilan yang wilayah hukumnya mencakup salah satu pihak tergugat.

Tugas dan wewenang peradilan tata usaha negara yang ketiga dan sangat esensial adalah
meningkatkan kualitas seorang hakim melalui pendidikan karakter bangsa yang bertugas di
Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta (PTUN Jakarta). Hal-hal yang menjadi bagian dari
kualitas yang harus dimiliki oleh seorang hakim adalah profesionalisme, integritas, dan moral.
Hakim adalah pihak yang berwenang untuk mengambil putusan atas suatu sengketa atau perkara.
Dengan peranan dan tanggung jawab yang sangat besar, sangatlah penting untuk memastikan
bahwa individu yang menduduki posisi tersebut adalah yang mampu untuk bersikap adil dan
bertanggung jawab dalam setiap putusan sehingga ekspektasi dari pihak-pihak yang mencari
keadilan dapat terpenuhi.

tugas dan wewenang yang keempat, yaitu meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada
lembaga peradilan. Tugas dan wewenang peradilan tata usaha negara untuk mencetak hakim
yang berintegritas dan bermoral tinggi . Lembaga peradilan sebagai salah satu pihak yang
menjadi bagian dalam penegakan hukum di Indonesia tentunya menjadi salah satu lembaga yang
selalu diamati oleh masyarakat. Dengan kasus-kasus yang menunjukkan adanya hakim-hakim
yang tersangkut kasus korupsi pasti sedikit banyak mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap
lembaga peradilan di Indonesia walaupun sebenarnya telah ada undang-undang tentang korupsi.
Oleh sebab itu, dengan kinerja hakim-hakim yang berkualitas akan mendorong kepercayaan
masyarakat terhadap pihak dan lembaga penegakan hukum.
Peradilan tata usaha negara juga bertugas dan berwenang untuk memastikan organisasi dan tata
kerja kepaniteraan di pengadilan tata usaha negara sudah dipahami sepenuhnya dan dijalankan
dengan baik. Tugas dan wewenang yang kelima ini penting untuk diperhatikan karena panitera
adalah salah satu pejabat di pengadilan yang bertanggung jawab untuk membantu hakim dalam
melaksanakan tugas-tugas administratif. Terkait dengan tugas dan wewenang ini, peradilan tata
usaha negara dapat berpedoman pada Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomo KMA/012/SK/III/1993.

Tugas dan wewenang peradilan tata usaha negara dalam mencetak hakim yang berkualitas tidak
hanya dilakukan dengan memberikan pembekalan terkait pendidikan karakter, tetapi juga dalam
hal pengetahuan hukum dan administrasi peradilan tata usaha negara. Dengan menjalankan tugas
dan wewenang nya yang keenam, peradilan tata usaha negara akan menghasilkan hakim yang
pada tugasnya menunjukan karakter yang berkualitas dan kemampuan kognitif yang memadai.

https://guruppkn.com/tugas-dan-wewenang-peradilan-tata-usaha-negara

TUGAS POKOK PENGADILAN AGAMA ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

1. Menerima, memeriksa, mengadili, menyelesaikan/memutus setiap perkara yang diajukan


kepadanya sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) UU Nomor 14 tahun 1970;

2. Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman adalah
Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan Peradilan guna menegakkan
Hukum dan Keadilan berdasarkan Pancasila, demi tersenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia;

3. Pasal 49 UU Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama diubah dengan UU Nomor 3
tahun 2006 dan Perubahan kedua Nomor 50 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa
Peradilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
Perkara di tingkat Pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang
Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat, Infaq, dan Ekonomi Syari’ah serta
Pengangkatan Anak;

4. Pasal 52 a menyebutkan Pengadilan Agama memberikan Itsbat Kesaksian Rukyatul Hilal


dan Penentuan Awal bulan pada tahun Hijriyah.

Tugas Pokok Pengadilan secara terperinci menerima, mengadili dan memutus perkara sebagai
berikut:

1. Perkawinan

     Izin nikah

     Hadhanah
     Wali adhal

     Cerai talak

     Itsbat nikah

     Cerai gugat

     Izin poligami

     Hak bekas istri

     Harta bersama

     Asal-usul anak

     Dispensasi nikah

     Pembatalan nikah

     Penguasaan anak

     Pengesahan anak

     Pencegahan nikah

     Nafkah anak oleh ibu

     Ganti rugi terhadap wali

     Penolakan kawin campur

     Pencabutan kekuasaan wali

     Pencabutan kekuasaan orang tua

     Penunjukan orang lain sebagai wali

 2. Ekonomi Syari’ah

     Bank syari’ah

     Bisnis syari’ah

     Asuransi syari’ah


     Sekuritas syari’ah

     Pegadaian syari’ah

     Reasuransi syari’ah

     Reksadana syari’ah

     Pembiayaan syari’ah

     Lembaga keuangan mikro syari’ah

     Dana pensiun lembaga keuangan syari’ah

    Obligasi syari’ah dan surat berharga berjangka menengah syari’ah

3. Waris

        Gugat waris

        Penetapan ahli waris

3. Infaq

4. Hibah

5. Wakaf

6. Wasiat

7. Zakat

8. Shadaqah,

9. Pengangkatan Anak berdasarkan Hukum Islam, dll

PENGADILAN AGAMA MEMPUNYAI FUNGSI SEBAGAI BERIKUT :

Memberikan pelayanan Tekhnis Yustisial dan Administrasi Kepaniteraan bagi perkara Tingkat
Pertama serta Penyitaan dan Eksekusi.

1. Memberikan pelayanan dibidang Administrasi Perkara banding, Kasasi, dan Peninjauan


Kembali serta Administrasi Peradilan lainnya.

2. Memberikan pelayanan administrasi umum pada semua unsur di Lingkungan Pengadilan


Agama.
3. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat tentang Hukum Islam pada instansi
Pemerintah di daerah Hukum nya apabila diminta.

4. Memberikan pelayanan permohonan pertolongan pembagian harta peninggalan di luar


sengketa antar orang – orang yang beragama Islam

5. Waarmerking Akta Keahliwarisan dibawah tangan untuk pengambilan deposito


/tabungan dan sebagainya.

6. Melaksanakan tugas-tugas pelayanan lainnya seperti penyuluhan hukum, memberikan


pertimbangan hukum agama, pelayanan riset/penelitian, pengawasan terhadap advokat /
penasehat hukum dan sebagainya.

http://pa-mukomuko.go.id/tentang-pengadilan/proril-pengadilan/tugas-dan-funsi

peradilan militer

tugas :Pengadilan adalah badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman di lingkungan


peradilan militer yang meliputi Pengadilan Militer, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer
Utama, dan Pengadilan Militer Pertempuran.

Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer berwenang:

1. Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu melakukan tindak pidana
adalah:

a. Prajurit;

b. yang berdasarkan undang-undang dipersamakan dengan Prajurit;

c. anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang dipersamakan atau dianggap sebagai
Prajurit berdasarkan undang-undang;

d. seseorang yang tidak masuk golongan pada huruf a, huruf b, dan huruf c tetapi atas keputusan
Panglima dengan persetujuan Menteri Kehakiman harus diadili oleh suatu Pengadilan dalam lingkungan
peradilan militer.

2. Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata.

3. Menggabungkan perkara gugatan ganti rugi dalam perkara pidana yang bersangkutan atas permintaan
dari pihak yang dirugikan sebagai akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana yang menjadi dasar
dakwaan, dan sekaligus memutus kedua perkara tersebut dalam satu putusan.

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_31_97.htm
Tugas Pokok dan Fungsi Mahkamah Agung

1. Fungsi Peradilan

Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi yang
bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan
peninjauan kembali, menjaga agar semua hukum dan undang-undang di seluruh wilayah negara
RI diterapkan secara adil, tepat dan benar.

Fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang menguji atau menilai secara materiil
peraturan perudangan di bawah Undang-undang tentang suatu peraturan yang ditinjau dari
materinya, apakah bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31
Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985)

2. Fungsi Pengawasan

Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua


lingkungan peradilan, dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan
diselenggarakan dengan seksama dan wajar, dengan berpedoman pada azaz peradilan yang
sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurahi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan
memutuskan perkara (Pasal 4 dan pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor
14 Tahun 1970).

Mahkamah Agung melakukan pengawasan terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para
Hakim, dan perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal menerima, memeriksa,
mengadili dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan.

3. Fungsi Mengatur

Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan, apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-
undang tentang Mahkamah Agung, sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau
kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27
Undang-undang No. 14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).

Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri, apabila dianggap perlu untuk
mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang.

4. Fungsi Nasihat

Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan dalam bidang hukum,


kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun
1985). Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam
rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14
Tahun 1985).

Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dan memberi petunjuk kepada pengadilan,
di semua lingkungan peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang
No.14 Tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok Kekuasaan Kehakiman.

5. Fungsi Administratif

Badan-badang Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan
Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970
secara organisatoris, administrative, dan finansial sampai saat ini berada di bawah Departemen
yang bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undangn Nomor 35 Tahun 1999
sudah dialihkan di bawah kekuasaan Mahkamah Agung.

Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas tanggung jawab, susunan organisasi dan tata
kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No.35 Tahun 1999 tentang perubahan atas
Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).

6. Fungsi Lain-Lain

Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap
perkara yang diajukan kepadanya, berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14
Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi
tugas kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.

https://news.detik.com/berita/d-4848673/tentang-mahkamah-agung-ri-tugas-fungsi-dan-profil-
singkat-ketuanya?single=1

mahkamah konstitusi

MKRI mempunyai 4 kewenangan dan 1 kewajiban sebagaimana diatur dalam Undang-Undang


Dasar 1945. MKRI berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk:
1. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
2. Memutus Sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Memutus pembubaran partai politik, dan
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
5. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden diduga melakukan pelanggaran (impeachment)

Pengadilan tinggi

Pengertian Pengadilan Tinggi adalah pengadilan banding, yang mengadili diposisi tingkat kedua
atau pada tingkat banding pada perkara perdata dan/atau perkara pidana, yang telah diadili/
diputuskan oleh Pengadilan Negeri di tingkat pertama.

Berikut adalah wewenang pengadilan tinggi yang harus kita ketahui diantaranya yaitu:

1. Mengadili perkara pidana dan perdata pada tingkat banding

Segala perkara yang timbul yang meliputi mengenai perkara pidana dan perdata maka pengadilan
tinggi wajib ikut serta untuk mengadilinya yang dimana pengadilan tinggi mengadili hanya
sebatas memeriksa berkas atau pun surat-surat yang dianggap perlu untuk menjadi pertimbangan
dalam aspek hukum peradilan yang dimana hal ini juga bertujuan untuk mengurangi penyebab
terjadinya tindakan penyalahgunaan kewenangan hakim pengadilan tinggi negara yang berbuat
sewenang-wenang terhadap keputusannya.

2. Mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan 

Peran konstitusi dalam negara demokrasi sekarang ini dangat dibutuhkan. Persengketaan yang
terjadi didalam ruang lingkup hukum peradilan yang berada dalam sistem wilayah hukum
peradilan tinggi menjadi pemutus atau mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, hal ini
diputuskan oleh ketua pimpinan dari peradilan tinggi yang ada pada wilayah persengkataan,
hakim ketua tidak boleh sewenang-wenang dalam memutuskan setiap perkara, hakim ketua harus
memiliki bukti yang sangat kuat dalam melakukan peradilan untuk memutuskan segala
persengketaan yang terjadi, hal ini diperlukan agar segala hal nya yang berkaitan tentang putusan
hakim dapat dipertanggung jawabkan dengan begitu fungsi lembaga peradilan di Indonesia dapat
berjalan semestinya.

3. Memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat hukum pada instansi pemerintah 

Peradilan tinggi juga diperlukan kebijakannya dalam memberikan keterangan yang dilengkapi
dengan bukti-bukti terhadap perkara yang sebenar-benarnya terjadi dan bukan mengada-ngada
yang bertujuan untuk mengurangi bahaya akibat tidak ada keadilan dalam masyarakat dan
bernegara, dari bukti tersebut maka akan dilakukan tahapan selanjutnya yaitu pertimbangan
tentang putusan yang akan dijatuhkan kepada tersangka yang melakukan tindakan melanggar
hukum yang telah ditetapkan oleh negara.

Selain itu peradilan tingigi juga diperlukan dalam memberikan nasihat hukum pada instansi
pemerintahan di daerahnya dalam hal ini mengenai kinerja dari setiap instansi, tentang
pemutusan perkara diwilayah daerah nya dan lain sebagainya, yang mana hal ini apa bila diminta
oleh instansi hukum saja, namun bukan berarti tidak boleh memberikan masukan meski tidak
dimintai oleh instansi itu. Fungsi pemerintah daerah dalam pembangunan apapun itu baik hukum
dan sistem peradilan tentu akan sangat dibutuhkan.

4. Ketua Pengadilan Tinggi berkewajiban melakukan pengawasan terhadap jalannya


peradilan di tingkat Pengadilan Negeri 

Dalam hal ini ada suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh ketua peradilan tinggi yaitu
melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan pada tingkat peradilan negeri, ketua
peradilan tinggi memiliki kewenangan dalam memberikan nasihat dan masukan kepada peradilan
negeri dalam perkara kinerja maupun tata cara pemutusan permasalahan hukum yang terjadi.

Hal ini dilakukan dengan tujuan agar terciptanya suatu karakter peradilan hukum yang dinamis
yang sesuai dengan undang-undang dan fungsi pancasila sebagai dasar negara yang berlaku di
negara indonesia, apabila peradilan negeri salah langkah dalam pengambilan putusan
permasalahan maka ketua peradilan tinggi lah yang berkewajiban untuk memberikan pencerahan
kepada peradilan negeri agar hukum tetap berjalan atau pun dilaksanakan dengan cara seksama
dan sewajarnya.

Anda mungkin juga menyukai