Pasal 14
(1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara
Republik Indonesia bertugas :
g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan
hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;
i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari
gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 di bidang proses
pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk :
a. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
b. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan
penyidikan;
d. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
j. mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat
pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau
menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;
k. memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima
hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_2_02.htm
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik.
http://www.kejari-sengkang.go.id/p/doktrin-tugas-dan-wewenang-kejaksaan-ri.html
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang
terkait;
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi; dan
https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/struktur-organisasi/93-tentang-kpk/fungsi-dan-tugas/31-
fungsi-dan-tugas
https://www.kpk.go.id/images/pdf/Undang-undang/uu302002.pdf tambahan
Peradilan Umum adalah salah satu pelaksana kekuasaan Kehakiman bagi rakyat pencari keadilan
pada umumnya (Pasal 2 UU No.2 Tahun 1984).
Fungsi
1. Fungsi mengadili (judicial power), yakni menerima, memeriksa, mengadili dan
menyelesaikan perkara-perkara yang menjadi kewenangan pengadilan dalam tingkat
pertama.
2. Fungsi pembinaan, yakni memberikan pengarahan, bimbingan, dan petunjuk kepada
pejabat struktural dan fungsional di bawah jajarannya, baik menyangkut teknis yudicial,
administrasi peradilan, maupun administrasi perencanaan/teknologi informasi,
umum/perlengkapan, keuangan, kepegawaian, dan pembangunan.
3. Fungsi pengawasan, yakni mengadakan pengawasan melekat atas pelaksanaan tugas dan
tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, Panitera Pengganti, dan Jurusita/ Jurusita
Pengganti di bawah jajarannya agar peradilan diselenggarakan dengan seksama dan
sewajarnya dan terhadap pelaksanaan administrasi umum kesekretariatan serta
pembangunan.
4. Fungsi nasehat, yakni memberikan pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada
instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta.
5. Fungsi administratif, yakni menyelenggarakan administrasi peradilan (teknis dan
persidangan), dan administrasi umum (perencanaan/ teknologi informasi/pelaporan,
kepegawaian /organisasi/ tatalaksanan ,dan keuangan / umum/perlengakapan).
6. Fungsi Lainnya, antara lain melaksanakan Pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan
riset/penelitian dan sebagainya serta memberi akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat
dalam era keterbukaan dan transparansi informasi peradilan, sepanjang diatur dalam
Keputusan Ketua Mahkamah
http://www.pn-batulicin.go.id/tentang-pengadilan/profil-pengadilan/tupoksi-pengadilan
Tugas dan wewenang peradilan tata usaha negara yang pertama adalah menyelesaikan sengketa
tata usaha negara dengan melalui proses penerimaan, pemeriksaan, dan pemutusan sengketa.
Tugas dan wewenang tersebut dilaksanakan dengan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 yang mengatur tentang peradilan tata usaha negara, Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2004 yang mengatur tentang perubahan atas Undang-Undang tentang peradilan tata usaha
negara, peraturan dan perundang-undangan yang terkait, serta petunjuk yang diberikan oleh
Mahkamah Agung.
Tugas dan wewenang yang kedua adalah meneruskan sengketa yang timbul di bidang tata usaha
negara ke pengadilan tata usaha negara dan pengadilan tinggi tata usaha negara. Hal ini menjadi
tugas dan wewenang peradilan tata usaha negara supaya pengadilan yang menyelesaikan
sengketa adalah yang wilayah hukumnya mencakup tempat kedudukan tergugat. Jika tergugat
yang terlibat di dalam sengketa lebih dari satu pihak, maka sengketa bisa diteruskan ke
pengadilan yang wilayah hukumnya mencakup salah satu pihak tergugat.
Tugas dan wewenang peradilan tata usaha negara yang ketiga dan sangat esensial adalah
meningkatkan kualitas seorang hakim melalui pendidikan karakter bangsa yang bertugas di
Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta (PTUN Jakarta). Hal-hal yang menjadi bagian dari
kualitas yang harus dimiliki oleh seorang hakim adalah profesionalisme, integritas, dan moral.
Hakim adalah pihak yang berwenang untuk mengambil putusan atas suatu sengketa atau perkara.
Dengan peranan dan tanggung jawab yang sangat besar, sangatlah penting untuk memastikan
bahwa individu yang menduduki posisi tersebut adalah yang mampu untuk bersikap adil dan
bertanggung jawab dalam setiap putusan sehingga ekspektasi dari pihak-pihak yang mencari
keadilan dapat terpenuhi.
tugas dan wewenang yang keempat, yaitu meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada
lembaga peradilan. Tugas dan wewenang peradilan tata usaha negara untuk mencetak hakim
yang berintegritas dan bermoral tinggi . Lembaga peradilan sebagai salah satu pihak yang
menjadi bagian dalam penegakan hukum di Indonesia tentunya menjadi salah satu lembaga yang
selalu diamati oleh masyarakat. Dengan kasus-kasus yang menunjukkan adanya hakim-hakim
yang tersangkut kasus korupsi pasti sedikit banyak mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap
lembaga peradilan di Indonesia walaupun sebenarnya telah ada undang-undang tentang korupsi.
Oleh sebab itu, dengan kinerja hakim-hakim yang berkualitas akan mendorong kepercayaan
masyarakat terhadap pihak dan lembaga penegakan hukum.
Peradilan tata usaha negara juga bertugas dan berwenang untuk memastikan organisasi dan tata
kerja kepaniteraan di pengadilan tata usaha negara sudah dipahami sepenuhnya dan dijalankan
dengan baik. Tugas dan wewenang yang kelima ini penting untuk diperhatikan karena panitera
adalah salah satu pejabat di pengadilan yang bertanggung jawab untuk membantu hakim dalam
melaksanakan tugas-tugas administratif. Terkait dengan tugas dan wewenang ini, peradilan tata
usaha negara dapat berpedoman pada Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomo KMA/012/SK/III/1993.
Tugas dan wewenang peradilan tata usaha negara dalam mencetak hakim yang berkualitas tidak
hanya dilakukan dengan memberikan pembekalan terkait pendidikan karakter, tetapi juga dalam
hal pengetahuan hukum dan administrasi peradilan tata usaha negara. Dengan menjalankan tugas
dan wewenang nya yang keenam, peradilan tata usaha negara akan menghasilkan hakim yang
pada tugasnya menunjukan karakter yang berkualitas dan kemampuan kognitif yang memadai.
https://guruppkn.com/tugas-dan-wewenang-peradilan-tata-usaha-negara
2. Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman adalah
Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan Peradilan guna menegakkan
Hukum dan Keadilan berdasarkan Pancasila, demi tersenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia;
3. Pasal 49 UU Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama diubah dengan UU Nomor 3
tahun 2006 dan Perubahan kedua Nomor 50 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa
Peradilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
Perkara di tingkat Pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang
Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat, Infaq, dan Ekonomi Syari’ah serta
Pengangkatan Anak;
Tugas Pokok Pengadilan secara terperinci menerima, mengadili dan memutus perkara sebagai
berikut:
1. Perkawinan
Hadhanah
Wali adhal
2. Ekonomi Syari’ah
3. Waris
3. Infaq
4. Hibah
5. Wakaf
6. Wasiat
7. Zakat
8. Shadaqah,
Memberikan pelayanan Tekhnis Yustisial dan Administrasi Kepaniteraan bagi perkara Tingkat
Pertama serta Penyitaan dan Eksekusi.
http://pa-mukomuko.go.id/tentang-pengadilan/proril-pengadilan/tugas-dan-funsi
peradilan militer
1. Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu melakukan tindak pidana
adalah:
a. Prajurit;
c. anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang dipersamakan atau dianggap sebagai
Prajurit berdasarkan undang-undang;
d. seseorang yang tidak masuk golongan pada huruf a, huruf b, dan huruf c tetapi atas keputusan
Panglima dengan persetujuan Menteri Kehakiman harus diadili oleh suatu Pengadilan dalam lingkungan
peradilan militer.
3. Menggabungkan perkara gugatan ganti rugi dalam perkara pidana yang bersangkutan atas permintaan
dari pihak yang dirugikan sebagai akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana yang menjadi dasar
dakwaan, dan sekaligus memutus kedua perkara tersebut dalam satu putusan.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_31_97.htm
Tugas Pokok dan Fungsi Mahkamah Agung
1. Fungsi Peradilan
Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi yang
bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan
peninjauan kembali, menjaga agar semua hukum dan undang-undang di seluruh wilayah negara
RI diterapkan secara adil, tepat dan benar.
Fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang menguji atau menilai secara materiil
peraturan perudangan di bawah Undang-undang tentang suatu peraturan yang ditinjau dari
materinya, apakah bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31
Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985)
2. Fungsi Pengawasan
Mahkamah Agung melakukan pengawasan terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para
Hakim, dan perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal menerima, memeriksa,
mengadili dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan.
3. Fungsi Mengatur
Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan, apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-
undang tentang Mahkamah Agung, sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau
kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27
Undang-undang No. 14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).
Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri, apabila dianggap perlu untuk
mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang.
4. Fungsi Nasihat
Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dan memberi petunjuk kepada pengadilan,
di semua lingkungan peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang
No.14 Tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok Kekuasaan Kehakiman.
5. Fungsi Administratif
Badan-badang Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan
Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970
secara organisatoris, administrative, dan finansial sampai saat ini berada di bawah Departemen
yang bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undangn Nomor 35 Tahun 1999
sudah dialihkan di bawah kekuasaan Mahkamah Agung.
Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas tanggung jawab, susunan organisasi dan tata
kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No.35 Tahun 1999 tentang perubahan atas
Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).
6. Fungsi Lain-Lain
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap
perkara yang diajukan kepadanya, berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14
Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi
tugas kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.
https://news.detik.com/berita/d-4848673/tentang-mahkamah-agung-ri-tugas-fungsi-dan-profil-
singkat-ketuanya?single=1
mahkamah konstitusi
Pengadilan tinggi
Pengertian Pengadilan Tinggi adalah pengadilan banding, yang mengadili diposisi tingkat kedua
atau pada tingkat banding pada perkara perdata dan/atau perkara pidana, yang telah diadili/
diputuskan oleh Pengadilan Negeri di tingkat pertama.
Berikut adalah wewenang pengadilan tinggi yang harus kita ketahui diantaranya yaitu:
Segala perkara yang timbul yang meliputi mengenai perkara pidana dan perdata maka pengadilan
tinggi wajib ikut serta untuk mengadilinya yang dimana pengadilan tinggi mengadili hanya
sebatas memeriksa berkas atau pun surat-surat yang dianggap perlu untuk menjadi pertimbangan
dalam aspek hukum peradilan yang dimana hal ini juga bertujuan untuk mengurangi penyebab
terjadinya tindakan penyalahgunaan kewenangan hakim pengadilan tinggi negara yang berbuat
sewenang-wenang terhadap keputusannya.
Peran konstitusi dalam negara demokrasi sekarang ini dangat dibutuhkan. Persengketaan yang
terjadi didalam ruang lingkup hukum peradilan yang berada dalam sistem wilayah hukum
peradilan tinggi menjadi pemutus atau mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, hal ini
diputuskan oleh ketua pimpinan dari peradilan tinggi yang ada pada wilayah persengkataan,
hakim ketua tidak boleh sewenang-wenang dalam memutuskan setiap perkara, hakim ketua harus
memiliki bukti yang sangat kuat dalam melakukan peradilan untuk memutuskan segala
persengketaan yang terjadi, hal ini diperlukan agar segala hal nya yang berkaitan tentang putusan
hakim dapat dipertanggung jawabkan dengan begitu fungsi lembaga peradilan di Indonesia dapat
berjalan semestinya.
Peradilan tinggi juga diperlukan kebijakannya dalam memberikan keterangan yang dilengkapi
dengan bukti-bukti terhadap perkara yang sebenar-benarnya terjadi dan bukan mengada-ngada
yang bertujuan untuk mengurangi bahaya akibat tidak ada keadilan dalam masyarakat dan
bernegara, dari bukti tersebut maka akan dilakukan tahapan selanjutnya yaitu pertimbangan
tentang putusan yang akan dijatuhkan kepada tersangka yang melakukan tindakan melanggar
hukum yang telah ditetapkan oleh negara.
Selain itu peradilan tingigi juga diperlukan dalam memberikan nasihat hukum pada instansi
pemerintahan di daerahnya dalam hal ini mengenai kinerja dari setiap instansi, tentang
pemutusan perkara diwilayah daerah nya dan lain sebagainya, yang mana hal ini apa bila diminta
oleh instansi hukum saja, namun bukan berarti tidak boleh memberikan masukan meski tidak
dimintai oleh instansi itu. Fungsi pemerintah daerah dalam pembangunan apapun itu baik hukum
dan sistem peradilan tentu akan sangat dibutuhkan.
Dalam hal ini ada suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh ketua peradilan tinggi yaitu
melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan pada tingkat peradilan negeri, ketua
peradilan tinggi memiliki kewenangan dalam memberikan nasihat dan masukan kepada peradilan
negeri dalam perkara kinerja maupun tata cara pemutusan permasalahan hukum yang terjadi.
Hal ini dilakukan dengan tujuan agar terciptanya suatu karakter peradilan hukum yang dinamis
yang sesuai dengan undang-undang dan fungsi pancasila sebagai dasar negara yang berlaku di
negara indonesia, apabila peradilan negeri salah langkah dalam pengambilan putusan
permasalahan maka ketua peradilan tinggi lah yang berkewajiban untuk memberikan pencerahan
kepada peradilan negeri agar hukum tetap berjalan atau pun dilaksanakan dengan cara seksama
dan sewajarnya.