1. Cobol sowong
Terdiri atas 2 bagian yaitu periuk dari tanah liat (lewing tanah) dan
kukusan dari bahan bambu betung. Alat ini digunakan untuk
memasak makanan tradisional dari tepung jagung. Makanan yang dihasilkan dari penggunaan
alat ini disebut "sombuk atau jojong".
3. Patung atauro
Sejarah patung ini berawal pada peristiwa perang yang terjadi di wilayah Timor-Timur pada
masa lampau. Hulubalang dari pedalaman Timor diundang untuk berpartisipasi memenangkan
perang tersebut. Sesudah perang berlangsung ada tawanan-tawanan perang, dan salah satunya
berasal dari Pulau Atauro. Pulau atauro atau Pulau kambing adalah sebuah pulau yang terletak
di sebelah utara dili,Timor Leste. Patung ini dibuat untuk mengenangkan tawanan Atauro yang
dibawa oleh Seorang Meo dari kerajaan Insana untuk dipersembahkan kepada kaisar(Ataupah)
Asal:Kabupaten TTU
4. Sasando
5. Kalung/wuli
KEN TOB-TOBE
Merupakan permainan daerah yang berasal
dari Timor Tengah Selatan, permainan ini
merupakan permainan tembak-menembak
menggunakan biji
tumbuhan, permainan ini
terbuat dari bambu.
GASING
Merupakan permainan
daerah pada massa
lampau yang dimainkan
oleh beberapa anank
atau lebih. Permainan ini
terbuat dari kayu dengan jenis struktur yang keras atau kuat dan untuk pemutarnya
terbuat dari anyaman tali dari tumbuhan.
CONGKLAK
Merupakan permainan daerah yang diperkenalkan oleh Orang tionghoa permainan ini
dimainankan oleh 2 orang dengan posisi saling berhadapan dan dengan penambahan
batu kerikir kecil sebagai bagian isi dari congklak tersebut. Permainan ini berasal dari
Kupang.
8. Sarung wanita (lawu maraka)
Bahan benang kapas. Warna dasar hitam.
Bagian sarung ditambah hiasan aplikasi dari
bahan - bahan manik - manik bentuk tumpal
yang mengisi dua jalur hitam. Dipakai oleh
kaum wanita Maramba dalam upacara -
upacara adat.
* Anak panah
* Busur
Busur dan anak panah ini biasa di gunakan pada saat perang dan juga di pakai untuk berburu.
•> Tameng/perisai
Perisai ini biasa digunakan saat perang,untuk melindungi diri dari serangan lawan.
Terbuat dari kain atau anyaman daun tuak ( sudah di anyam bentuk tali ).
Adaptasi manusia terhadap alam dan lingkungan terpatri dalam bentuk ragam hias pada lipa
songke asal manggarai. Motif tumpal (jok), bintang (nyala), Laba-laba (ranggong),wela timung
(bunga ketimun), wela kaweng (bunga sejenis tumbuhan obat), dan garis-garis geometris (su'i),
merupakan motif dasar yang menjadi simbol falsafah kehidupan orang manggarai. Ragam hias
ini bermakna bahwa segala sesuatu yang hidup pasti ada batasnya. Makna lain dari ragam hias
pada tenunan ini adalah hubungan antara manusia dengan pencipta, manusia dengan sesama,
manusia dengan alam lingkungan, serta makna kejujuran.
Pada masa lampau kain ini hanya dipakai oleh kaum pria golongan bangsawan sebagai pakayan
upacara. Ditenun dari benang katun, teknik tenun songket, pewarna alami (daun tarum).
Ini merupakan baju peninggalan dari kabupaten Ende yang dipakai oleh kaum wanita
pada upacara adat dan juga upacara keagamaan. Baju seperti ini, juga dipakai
sebagai baju sehari-hari oleh kaum wanita kabupaten Ende