Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha manusia (pendidik) dengan tanggung jawab
penuh untuk membimbing anak-anak didiknya menuju kedewasaan. Sebagai suatu
usaha yang memiliki tujuan atau cita-cita, sudah sepatutnya bahwa secara implisif
terdapat hasil penilaian dari usaha tersebut. Hal ini dikarenakan setiap orang perlu
mengetahui sampai sejauh mana tujuan atau cita-cita tersebut sudah terwujud
dengan usaha-usaha yang sudah dijalankan (Suryabrata, 2004: 293).
Mutu Pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu siswa, pengelola
sekolah, lingkungan (orang tua, masyarakat, sekolah), kualitas pembelajaran,
kurikulum dan sebagainya (Edy Suhartoyo. 2005: 2). Djamari Mardapi (2003: 8)
juga menyinggung bahwa usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh
melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan sistem asesmen. Keduanya
merupakan satu kesatuan yang terkait, dimana sistem pebelajaran yang baik akan
menghasilkan kualitas belajar yang baik pula. Begitupula dengan sistem asesmen,
apabila baik maka akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar
yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar lebih baik lagi.
Faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses
pembelajaran yang dilakukan, sedangkan salah satu faktor penting untuk
efektivitas pembelajaran tidak lain yaitu faktor asesmen baik terhadap proses
maupun hasil pembelajaran. Asesmen dapat mendorong peserta didik untuk lebih
giat belajar. Selain itu, dengan sistem asesmen yang baik juga akan mendorong
pendidik untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta mendorong
sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen sekolah.
Sehubung dengan hal tersebut, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan
pendidik yang tidak hanya mampu mengajar dengan baik tetapi juga mampu
melakukan asesmen dengan baik. Kegiatan asesmen sebagai bagian dari proses
pembelajaran perlu lebih dioptimalkan. Asesmen tidak hanya bertumpu pada

1
penilaian hasil belajar, tetapi juga perlu penilaian terhadap input, output maupun
kualitas proses pembelajaran itu sendiri. Mengingat betapa pentingnya asesmen
bagi proses pembelajaran, maka penulis akan menjabarkan hal-hal terkait asesmen
dengan mengangkat judul “Asesmen Pemahaman Individu Peserta Didik
(Teknis Tes dan Nontes)”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat asesmen pemahaman peserta didik?
2. Bagaimana tes dapat digunakan sebagai alat pengukuran dan penilaian hasil
belajar?
3. Apa saja alat pengukuran dan penilaian nontes dari pemahaman peserta didik?
4. Apa saja karakteristik pengukuran dan penilaian dari perkembangan peserta
didik?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat asesmen pemahaman peserta didik.
2. Untuk mengetahui bahwa tes dapat digunakan sebagai alat pengukuran dan
penilaian hasil belajar.
3. Untuk mengetahui alat pengukuran dan penilaian nontes dari pemahaman
peserta didik.
4. Untuk mengetahui karakteristik pengukuran dan penilaian dari perkembangan
peserta didik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Asesmen Pemahaman Peserta Didik


Asesmen merupakan proses yang dilakukan dalam kegiatan sistematis dalam
rangka mengumpulkan informasi tentang sesuatu, misalnya tentang perkembangan
anak dan dan kemajuan belajar yang dicapainya. Dalam kegiatan asesmen
terkandung kegiatan mengukur dan menilai. Oleh sebab itu, asesmen merupak
istilah yang mengandung arti yang luas. asesmen lebih sering dihubungkan dengan
pencapaian tujuan, misalnya untuk menilai kemajuan seseorang maka perlu
dilakukan asesmen. Kegiatan ini dilakukan dengan mengukur kemajuan yang telah
dicapai peserta didik. dari hasil pengukuran maka dapat dilakukan penilaian
apakah peserta didik tersebut telah mencapai tujuan yang diharapkn atau masih
perlu dilakukan berbagai tindakan guna pencapaian perkembangan peserta didik
tersebut (Jamaris, 2013: 227).
Istilah asesmen (assessment) diartikan sebagai Stiggins (1994) sebagai
penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar (outcomes). Sementara itu asesmen
diartikan oleh Kumano (2001) sebagai “The process of Collecting data which
shows the development of learning”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
asesmen merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa.
Namun meskipun proses belajar siswa merupakan hal penting yang dinilai dalam
asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan.
Gabel (1993: 338-390) mengkategorikan asesmen ke dalam kedua kelompok
besar yaitu asesmen tradisional dan asesmen alternatif. Asesmen yang tergolong
tradisional adalah tes benar-salah. Sementara itu yang tergolong kedalam asesmen
alternatif (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek,
kuesioner, inventori, daftar cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat, penilaian
diri (self asesmen), portofolio, observasi, diskusi dan interview (wawancara).

3
Winggins (1984) dalam Wulan (2007) menyatakan bahwa asesmen
merupakan sarana yang secara kronologi membantu guru dalam memonitoring
siswa. Oleh karena itu, maka Popham (1995) menyatakan bahwa asesmen sudah
seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran, bukan merupakan hal yang
terpisahkan. Resnick (1985) dalam Wulan (2007) menyatakan bahwa pada
hakikatnya asesmen menitikberatkan penilaian kepada proses belajar siswa.
Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al (1994) dalam Wulan (2007)
menyatakan bahwa dalam mengungkap penguasaan konsep siswa, asesmen tidak
hanya mengungkap konsep yang sudah dicapai, akan tetapi juga tentang proses
perkembangan bagaimana suatu konsep diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak
hanya menilai hasil dan proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan
belajarnya.

B. Tes Digunakan sebagai Alat Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar


Tes merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengukur
kemajuan pelajar peserta didik. Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam
membandingkan nilai yang diperoleh peserta didik setelah ia mengikuti tes hasil
belajar, sebagai berikut:
 Membandingkan nilai yang diperoleh siswa-siswa lain yang berada dalam
kelompoknya.
 Membandingkan nilai yang diperoleh siswa dengan standart yang telah
ditentukan.
1. Penilaian acuan norma
Dalam penilaian acuan normal (PAN), skor yang diperoleh peserta tes
dibandingkan dengan skor peserta tes lainnya. Norma yang digunakan dalam
PAN daapat bersifat terbatas, seperti norma kelompok yaitu siswa yang ada
dalam satu kelas / yang lebih luas kelompok siswa yang berada di dalam satu
provinsi atau norma daerah yang berarti skor seorang siswa dibandingkan skor
siswa-siswa lainnya yang berada dalam satu daerah. PAN memiliki kelemahan
karena tidak dapat memberikan gambaran tentang kemampuan aktual siswa.

4
2. Penilaian acuan patokan
Dalam penilaian acuan normal (PAN), skor yang diperoleh peserta tes
dibandingkan dengan skor peserta tes lainnya. Norma yang digunakan dalam
PAN daapat bersifat terbatas, seperti norma kelompok yaitu siswa yang ada
dalam satu kelas / yang lebih luas kelompok siswa yang berada di dalam satu
provinsi atau norma daerah yang berarti skor seorang siswa dibandingkan skor
siswa-siswa lainnya yang berada dalam satu daerah. PAN memiliki kelemahan
karena tidak dapat memberikan gambaran tentang kemampuan aktual siswa.

3. Pengolahan skor tes


Skor tes, misalnya tes hasil belajar tidak akan mengandung makna apabila
skor tersebut tidak terletak ke dalam konteks yang tepatdan dibandingkan
dengan individu lainnya yang termasuk ke dalam kelompok peserta tes. Oleh
sebab itu, perlu dilakukan kegiatan untuk mengolah skor tes sehingga skor
tersebut dapat dimaknai. Pengolahan ini dilakukan dalam beberapa langkah
yaitu:
a. Menentukan distribusi frekuensi
Distribusi frekuensi adalah proses yang dilakukan untuk mengetahui berapa
jumlah orang yang memperoleh jumlah tertentu.
No. Skor Mentah (Raw Skor) Frekuensi Skor
1. Nia 55 40 1
2. Dia 100 45 1
3. Jihan 85 50 2
4. Aji 95 55 1
5. Ikhsan 40 60 2
6. Zaenal 85 65 1
7. Fikri 75 70 1
8. Johan 60 75 3
Jumlah 595 12

b. Menentukan mean, median, dan standar defiasi.


 Mean

5
Mean merupakan rata-rata skor tes yang diperoleh dengan menambah
skor tes dan dibagi dengan jumlah siswa.

 Median
Median (Me) adalah skor yang ada di tengah-tengah distribusi frekuensi.

 Standar Defiasi (SD)


Standar Defiasi (SD) adalah indeks tentang penyebaran skor di sekitar
mean. Langkah-langkah menentukan standar deviasi adalah dengan
menentukan skor rata-rat kelompok atau mean, kemudian kurangi skor
dengan mean, dan menjumlahkan hasil pengurangan skor dengan mean.
Berikut rumus standar deviasi:

c. Percentile skor
Merupakan teknik yang digunakan untuk menentukan point atau posisi
tertentu dalam distribusi kurva normal.
d. Skor
Adalah cara untuk menentukan seberapa jauh posisi satu skor dari skor rata-
rata atau mean.
C. Alat Pengukuran dan Penilaian Nontes dari Pemahaman Peserta Didik

6
Melakukan pengukuran dan penilaian nontes adalah salah satu cara yang
dilakukan dengan proses kualitatif. Jenis proses penilaian ini lebih tepat digunakan
untuk mengetahui kemajuan perkembangan anak dalam bidang-bidang tertentu.

1. Observasi
Observasi merupakan salah satu pengukuran dan penilaian yang
dilakukan dengan jalan nontes. Observasi dilaksanakan berdasarkan pedoman
observasiyang dikembangkan berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan
objek yang akan diobservasi. Hasil observasi direkam dengan alat perekam
yaitu checklist, rating scale atau alat yang lain yang dapat digunakan dalam
merekam hasil observasi secara valid dan reliable.
Sebelum melakukan observasi, observer perlu menguasai kemampuan-
kemampuan berikut ini.
 Kemampuan dalam mengevaluasi data secara objektif.
 Kemampuan dalam menentukan waktu observasi.
 Kemampuan untuk mencatat data secara detail.
 Kemampuan berkomunikasi.
 Percaya diri pada waktu memulai observasi dan dalam proses observasi.
 Kemampuan interpersonal yang baik.
 Memahami objek yang diobservasikan dengan baik.
 Memahami cara-cara melakukan observasi.
 Kemampuan dalam mendengar.
 Kematangan pribadi.
 Objektif.
 Sabar.
 Sensitif dalam menghadapi perubahan situasi yang berkembang.
 Kemampuan mengatur waktu.
 Memahami tujuan observasi.
 Kemampuan untuk menghindari hal-hal yang akan menghambat observasi.
2. Rating scale

7
Rating scale merupakan salah satu alat pencatat selama melakukan
pengamatan terhadap kegiatan kemajuan anak dalam tumbuh kembang atau
kemajuan belajar siswa dalam bidang akademik dan nonakademik atau di
bidang sosial. Rating scale dikembangkan berdasarkan sejumlah skor yang
dikembangkan berdasarkan kriteria tertentu untuk mengukur kualitas
perkembangan siswa, baik di bidang akademik maupun nonakademik. Kualitas
yang dinyatakan dalam skor dimulai dari skor terendah sampai skor tertinggi.
aspek-aspek yang dapat diukur dengan menggunakan rating scale, antara lain
adlah sebagai berikut.
a. Pemahaman terhadap apa yang didengar, meliputi:
 Kemampuan memahami perintah.
 Kemampuan mengikuti diskusi di dalam kelas.
 Kemampuan mengingat informasi yang diberikan secara lisan dan hal-hal
lainnya.
b. Kemampuan berbahasa lisan, yaitu kemampuan dalam berekspresi secara
lisan dengan tepat dengan menggunakan kosa kata yang sesuai.
c. Perilaku sosial, meliputi:
 Hubungan interpersonal, seperti cara menyapa, cara meminjam dan
mengembalikan barang yang dipinjam,
 Perilaku selama di sekolah terhadap tugas-tugas sekolah,
 Perilaku selama di rumah.
Berikut ini contoh rating scale tentang kecerdasan interpersonal dan
kemampuan dalam menyelesaikan tugas.

8
3. Check List
Check List berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang dapat mewakili perilaku
yang mungkin ditampilkan siswa. misalnya perilaku dalam belajar,

perilaku dalam berteman, kemampuan dalam mengikuti kegiatan diskusi dan


kegiatan lainnya.

4. Anecdotal Record
Anecdotal record merupakan catatan tentang peristiwa-peristiwa khusus
yang dilakukan anak sehingga peristiwa tersebut perlu direkam untuk

9
melengkapi dokumen yang diperlukan dalam menilai perkembangan anak.
Salah satu kegiatan dalam merekam peristiwa penting yang dialami anakdapat
dilihat dalam contoh berikut ini.
Anecdotal Record
Deskripsi Tertulis Mengenai Perilaku Anak dalam Situasi Khusus

Nama Anak : Upik, Ucok, Baba


Umur : 4 tahun
Sekolah : TK Mutiara
Pengamat : Ibu Suryani/ 6 Maret 2008
Dimensi Kecerdasa yang Diminati : Kecerdasan interpersonal
Kejadian Komentar
Upik dan Baba berada di halaman Upik dan Baba adalah dua orang anak
sekolah, mereka bermain menata yang membuat temannya takut
meja. Anak yang lain tidak berani mendekati mereka. Ucok mempunyai
mendekat, tetapi Ucok datang ide untuk mendekatai mereka dengan
mendekati mereka dan meminta memberikan saran yang sesuai dengan
makanan yang ditata Baba. Upik dan kebutuhan mereka. Ternyata Ucok
Baba memandang Ucok dan berkata, memiliki kecerdasan interpersonal
“Hai kamu tidak boleh mendekat” yang baik.
Ucok tidak kehilangan akal dan
langsung membantu serta berkata
“Saya bisa jadi ayah”. Upik dan Baba
tersenyum “Oke kamu bisa ikut main:.

5. Studi Kasus
Studi kasus merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan dalam
asesmen, misalnya hal-hal yang berkaitan dengan riwayat perkembangan
akademik atau perkembangan dan pertumbuhan seorang anak yang telah

10
direkam dalam berbagai bentuk dokumen, seperti: umur berapa anak berjalan,
berlari, apakah ada kesulitan dalam tumbuh kembang anak tersebut dan lain-
lain.
6. Analisis terhadap sample kinerja
Analisi terhadap sampel kinerja (work sampl analysis) yang salah satu
diantarannya adalah portofolio dapat digunakan sebagai bahan dalam
melakukan asesmen. Dalam hal ini portofolio berupa kumpulan dari sampel
kinerja anak di berbagai bidang, seperti matematika, mengarang, seni, olahraga,
dan lain-lain. Dari dokumen yang telah dikemas dalam bentuk portofolio dapat
diketahui kelemahan dan kekuatan anak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam mengembangkan portofolio adalah sebagai berikut.
 Berbentuk sajian yang merekam berbagai hasil kinerja, perilaku, dan
kemampuan lainnya serta bukti-bukti tentang hasil belajar siswa.
 Dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam menilai hasil belajar siswa secara
objektif.
 Dapat memberikan manfaat bagi orang tua dan siswa dalam menentukan
tindakan yang perlu dilakukan selanjutnya.
 Memberikan gambaran perkembangan siswa dari waktu ke waktu.
 Merupakan sarana evaluasi belajar secara interaktif.
 Dalam mengembangkan portofolio, perlu ditetapkan: tujuan, hasil karya
yang dapat dijadikan kunci perkembangan siswa, bagian-bagian yang perlu
diberikan komentar, dan kesimpulan umum tentang perkembangan siswa.

D. Karakteristik Pengukuran dan Penilaian dari Perkembangan Peserta Didik


Pengkuran dan penilaian harus dilandasi alat ukur yang valid dan reliabel. Reliabel
berarti hasil ukuran yang menggunakan alat ukur tersebut memberikan hasil
pengkuran yang dipercaya.
1. Validasi alat pengukuran dan penilaian
Validas alat pengukuran misalnya tes, berkaitan tingkat ketepatan tes
yang digunakan untuk mengukur apa yang harus diukur. Validasi alat

11
pengukuran dan penilaian terdiri atas beberapa jenis (Gray, 1980:167-172),
yaitu:
a. Content validity
Content validity atau validasi isi berkaitan dengan tingkat ketepatan tes
dalam mengukur lingkup materi dalam satu bidang tertentu. Oleh sebab itu,
content validity mempersyaratkan agar item tes atau butir tes dapat
mengukur lingkup materi dari bidang yang akan di tes, yang dikenal sebagai
item validity. Disamping itu, jenis validitas ini juga mempersyaratkan
sampling validity yang berkaitan seberapa baik sampel tes apabila
dibandingkan dengan total materi dari bidang yang di tes atau total content
area. Content validity seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa cocok
dipakai untuk tes pencapaian hasil belajar maka item tes dikembangkan
materi yang telah dipelajari mahasiswa.

b. Construct validity
Construct validity bertujuan untuk mengetahui ketepatan suatu alat
pengukur atau tes dalam mengukur sesuatu yang dihipotesiskan atau yang
bersifat abstrak atau sesuatu yang nonobservable. Misalnya, untuk
mengetahui IQ seseorang, tidak mungkin dilakukan operasi otak agar saraf-
saraf yang mengendalikan IQ dapat diukur, tetapi yang dilakukan adalah
perilaku yang ditampilkan. Siswa yang memiliki tingkat IQ tinggi dapat
menyelesaikan tugas lebih cepat daripada tingkat IQ yang lebih rendah atau
normal. Tes intelegensi yang ditujukan untuk mengukur tingkat IQ yang
dikembangkan dengan proses tersebut.
Construct Validity dikembangkan berdasarkan teori-teori yang
berkaitan dengan bidang yang akan diukur, oleh sebab itu dilakukan
berbagai kajian yang berkaitan dengan bidang yang akan diukur tersebut.

c. Concurent validity
Concurrent validity berkaitan dengan suatu skor dengan skor yang
lainnya. Misalnya, sekelompok siswa dilakukan tes IQ yang dikembangkan

12
oleh stanford-Binet Integence Scale, menunjukkan hasil tes yang baik, lalu
diberikan tes IQ yang dikembangan oleh Wichler. Dengan menggunakan
teknik statistik, yaitu koefisien korelasi maka derajat concurrent validity
kedua tes IQ dapat ditentukan.

d. Predictive validity
Predictive Validity berkaitan dengan daya prediksi suatu tes terhadap
kemampuan seseorang di masa depan. Misalnya, setelah mengikuti tes
matematika, seorang siswa mendapatkan nilai baik, apabila tes matematika
tersebut memiliki daya prediksi yang tinggi maka diperkirakan siswa
tersebut akan memperoleh hasil belajar matematika yang baik pula di masa
depan. Misalnya, GRE atau Graduate Record Exemination yang bisa
digunakan secara Internasional bagi mahasiswa yang akan masuk perguruan
tinggi.

2. Reabilitas alat pengukuran dan penilaian


Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi, artinya instrumen yang
diberikan memberikan hasil yang sama apabila instrumen tersebut diberikan
kepada mahasiswa yang telah mengikuti kegiatan pengukuran dengan alat
pengukuran yang sama. Berdasarkan hal tersebut maka alat atau instrumen yang
dikembangkan guru dalam melakukan informal asesmen akan lebih apabila
diuji dengan reliabilitasnya.
Beberapa petunjuk yang perlu dipedomani oleh guru dalam rangka
mengembangkan instrumen yang reliabel adalah sebagai berikut:
a. Memperbanyak item tes. Reliabilitas dapat ditingkatkan melalui perbanyak
item tes dan instrumen yang akan dijadikan sebagai alat pengukur
kemampuan belajar siswa.
b. Menentukan tingkat kesulitan yang optimum. Tingkat kesukaran yang
moderat atau normal. Tingkat kesulitan yang moderat akan memberikan

13
penyebaran skor yang normal sehingga memberikan kesempatan bagi guru
untuk mengukur kemampuan belajar siswa secara adil.
c. Menulis item tes secara jelas. Reliabilitas instrumen akan meningkat apabila
siswa akan memahami pertanyaan yang diajukan. Oleh sebab itu, item tes
yang meragukan perlu dihindari.
d. Reliabilitas akan meningkat apabila selama melakukan tes, siswa berada
dalam keadaan yang tenang. Suara bising atau keributan perlu dihindari
selama siswa menjalani tes.
e. Skor yang diberikan secara objektif dapat meningkatkan reliabilitas
instrumen.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses
pembelajaran yang dilakukan, sedangkan salah satu faktor penting untuk
efektivitas pembelajaran tidak lain yaitu faktor asesmen baik terhadap proses
maupun hasil pembelajaran. Istilah asesmen (assessment) diartikan sebagai
Stiggins (1994) sebagai penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar (outcomes).
Asesmen dapat dilakukan melalui tes (Penilaian acuan norma, penilaian acuan
patokan, pengolahan skor tes) dan nontes (Observasi, rating scale, chck list,
anecdotal record, studi kasus, dan analisi sample kinerja).

B. Saran
Di dalam pembelajaran dibutuhkan pendidik yang tidak hanya mampu
mengajar dengan baik tetapi juga mampu melakukan asesmen dengan baik.
Kegiatan asesmen sebagai bagian dari proses pembelajaran perlu lebih
dioptimalkan. Asesmen tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, tetapi
juga perlu penilaian terhadap input, output maupun kualitas proses pembelajaran
itu sendiri.

15
DAFTAR PUSTAKA

Jamaris, Prof. Dr. Martini. 2013. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Bogor:
Ghalia Indonesia

Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Irham, Muhamad. 2013. Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses
Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Cahyani, Fevri Dwi. 2014. Ukuran Pemusatan Data. Diakses dari internet pada
tanggal 14 Februari 2020.
https://fevridwicahyani.wordpress.com/2014/03/28/ukuran-pemusatan-data-2/

Dwiki. 2017. Cara Super Cepat Mencari Standar Deviasi Menggunakan Kalkulator
Scientific. Diakses dari internet pada tanggal 14 Februari 2020.
https://dwiki55.wordpress.com /2017/10/03/cara-super-cepat-mencari-standar-
deviasi-menggunakan-kalkulator-scientific/

AR Wulan - Jurnal, FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, 2007 - academia.edu

16

Anda mungkin juga menyukai