Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEBIDANAN

PADA KASUS ATONIA UTERI

Disusun Oleh:

HILDA RIZKY AMELIA


P27824118003

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN SUTOMO
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan individu yang disusun oleh mahasiswa semester IV Prodi DIII


Kebidanan Sutomo Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya tahun
akademik 2020/2021 ini sesuai dengan keadaan yang sebenar-benarnya.

Pembimbing Pendidikan

Yuni Ginarsih,SST.,M.Kes. Novita Eka Kusuma W, M.Keb.


NIP. NIP. 198411302009122001

Mengetahui

Ka.Prodi DIII Kebidanan

Dwi Wahyu W S,SST.,M.Keb


NIP.197910302005012001

Dosen Tabulasi

K.Kasiati,S.Pd,M.Kes
NIP.196404301985032003
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Atonia Uteri”.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak untuk itu
didalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima masukan, saran, dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi seluruh pembaca.

Surabaya, Mei 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan suatu kondisi fisiologis yang akan dialami oleh
setiap orang. Akan tetapi, kondisi yang fisiologis tersebut dapat menjadi
patologis apabila seorang ibu tidak mengetahui kondisi fisiologis dan seorang
penolong atau tenaga kesehatan tidak memahami bagaimana suatu persalinan
dikatakan fisiologis dan bagaimana penatalaksanaannya sehingga dapat
membantu menurunkan angka kematian ibu sesuai dengan misi Sustainable
Development Goals 2015. (Ilmiah, 2015). Hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015, angka kematian ibu di Indonesia
masih tinggi sebesar 309 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut Kementrian
Kesehatan tahun 2010, tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan
adalah Pendarahan (28%), Eklampsia (24%), dan Infeksi (11%). Di Provinsi
Lampung 2016 Angka Kematian Ibu menurut Dinas Kesehatan di Provinsi
Lampung di sebabkan oleh pedarahan sebanyak 45 kasus, hipertensi 41 kasus,
infeksi 1 kasus, gangguan sistem peredaran darah 8 kasus. (Profil Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung (2016).
Atonia Uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mau menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. (Prawirohardjo, 2014).
Kematian dan kesakitan ibu di Indonesia di sebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan, sebagian besar perdarahan disebabkan oleh atonia uteri dan
retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan
manajemen aktif kala III. Manajemen aktif kala III bertujuan untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang efektif sehingga dapat mempersingkat
waktu, mencegah pedarahan, dan mengurangi kehilangan darah kala III.
(JNPKR, 2014).
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian atonia uteri?
b. Apa saja factor penyebab terjadinya atonia uteri?
c. Apa saja tanda dan gejala terjadinya atonia uteri?
d. Apa saja cara penanganan atau penatalaksanaan atonia uteri?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan pembaca tentang atonia uteri.

1.3.2 Tujuan Khusus


Agar pembaca lebih memahami lagi tentang atonia uteri yang meliputi
a. Mengetahui dan memahami tentang atonia uteri.
b. Mengetahui dan memahami factor penyebab terjadinya atonia uteri
c. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala terjadinya atonia
uteri.
d. Mengetahui dan memahami tanda cara penanganan atau
penatalaksanaan atonia uteri.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Teori


2.1.1 Pengertian Atonia Uteri
Atoni Uteri adalah pendarahan yang timbul dari bekas implantasi
placenta karena uterus tidak mampu berkontraksi dan beretraksi dengan baik
setelah plascenta lahir.(Fadlan,2011).
Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam
15 detik setelah dilkukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).(Depkes
Jakarta ; 2005 ).
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. ( Prawirohardjo,2007).
Atonia uteri adalah uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah
persalinan. ( Wiknojosastro,2010).

2.1.2 Etiologi
Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain :
1. Placenta yang baru lepas sebagian
Bila seluruh bagian placenta masih  melekat, biasanya tidak terjadi
pendarahan, tetapi bila sebagian placenta sudah terlepas, maka akan terjadi
robekan pada sinus-sinus meternalis, sedangkan sebagian plasenta yang
masih melekat akan menghambat kontraksi dan retraksi dan otot-otot
uterus sehingga menyebabkan  pendarahan.
2. Tertinggalnya kotiledon, sebagian placenta serta selaput ketuban akan
mengganggu aktivitas otot-otot uterus untuk dapat berkontraksi dan
beretraksi secara efisien sehingga pendarahan akan terus terjadi.
3. Persalinan yang terlalu cepat (partus presipitalis)
Bila uterus sudah berkontraksi terlalu kuat dan terus menerus selama kala I
dan kala II persalinan (kontraksi yang hipertonik maka otot-otot uterus
akan kekurangan kemampuannya untuk beretraksi setelah bayi lahir.
4. Persalinan lama
Dapat menyebabkan terjadinya inertia uteri karena kelelahan pada otot-
otot uterus.
5. Polihidramon dan kehamilan kembar
Pada kondisi ini miometrium teregang dengan hebat sehingga
kontraksinya setelah kelahiran bayi akan menjadi tidak efesien
6. Placenta previa
Pada placenta previa, sebagian atau seluruh tempat melekatnya placenta
adalah pada segmen bawah uterus, di mana lapisan ototnya amat tipis dan
hanya mengandung sedikit serat otot oblik. Hal ini menyebabkan  kontrol
terhadap pendarahan di bagian ini amat buruk.
7. Solusio placenta
Bila terjadi solusio placenta maka darah di dalam rongga uterus dapat
meresap menjadi tidak efektif. Solusio placenta yang berat dapat
mengakibatkan terjadinya uterus souveilaire.
8. Anestesi umum
Beberapa otot anestesi merupakan relaksasi otot yang amat kuat, rnisalnya
halotan dan siklopropan.
9. Penanganan yang salah pada persalinan kala III
Kebiasaan melakukan rangsangan yang berlebihan pada daerah fundus
atau manipulasi pada uterus, dapat menimbulkan terjadinya kontraksi yang
tidak teratur (aritmik) sehingga hanya sebagian saja dari placenta yang
terlepas dan hilangnya kemampuan uterus untuk beretraksi
10. Kandung kemih yang penuh
Bila kandung kemih penuh, maka letaknya yang amat berdekatan dengan
uterus di rongga abdomen pada akhir kala II akan mempengaruhi kontraksi
dan retraksi uterus. Kandung kemih yang penuh juga dapat menyebabkan
kesalahan dalam menatalaksana persalinan kala III karena kesulitan untuk
menilai uterus
11. Nutrisi
Bila ibu mengalami kekurangan gizi maka kemampuan otot uterus
berkurang.
12. Penyebab lain yang belum diketahui
Pada kasus atonia uteri mungkin saja tidak didapatkan kondisi-kondisi
seperti di atas sehingga faktor penyebabnya tetap tidak diketahui.

2.1.3 Faktor-Faktor Predisposisi


1. Riwayat post partum atau retensi placenta pada persalinan terdahulu
Pada kondisi ini akan timbul resiko terjadi hal yang sama pada persalinan
sekarang.
2. Paritas tinggi
Pada setiap kehamilan dan persalinan akan terjadi perubahan serabut oto
menjadi jaringan ikat pada uterus. Hal ini dapat menurunkan kemampuan
uterus untuk berkontraksi sehingga sulit melakukan penekanan pada
pembuluh-pembuluh darah yang terbuka setelah lepasnya placenta. Resiko
terjadinya hal ini akan meningkat setelah persalinan ketiga atau lebih.
3. Mioma uteri
Akan mengganggu aktivitas uterus yang efisien.
4. Anemia
Wanita yang mengalami persalinan dengan kadar Hb yang rendah (dibawah
10 g/dl), akan cepat terganggu kondisinya bila terjadi kehilangan darah
meskipun hanya sedikit. Anemia dihubungkan dengan kelemahan yang
dapat dianggap sebagai penyebab langsung dan Atonia Uteri.
5. Ketosis
Pengaruh ketosis terhadap aktivitas uterus belum jelas. Penelitian
menunjukkan bahwa 40 % wanita mengalami ketonuria pada suatu saat
selama persalinannya. Bila persalinan berjalan baik maka keadaan tersebut
tidak mempengaruhi kondisi ibu maupun jariin. Di dapatkan hubungan
bermakna antara ketosis dengan kebutuhan akan akselerasi oksitosin
persalinan baru berakhir setelah lebih dan 12 jam. Maka dianjurkan
melakukan korelasi terhadap ketosis.

2.1.4 Tanda dan gejala.


1. Gejala yang jelas adalah pendarahan tampak banyak dan terus mengalir
beberapa saat setelah anak lahir, darah merah tua dan terjadinya syok pada
ibu.
2. Gejala lain yang dapat diawasi meskipun tidak tampak pendarahan yang
nyata/ hanya sedikit pendarahan adalah: Ibu mengeluh mengantuk, pusing,
lemak/mual
3. Banyak keringat/ keringat dingin.
4. Tampak pucat.
5. Frekuensi nadi meningkat.
6. Tekanan darah menurun.
7. Uterus teraba membesar, lunak dan kehilangan tonusnya.

2.1.5 Penanganan
1. Kenali dan tegakkan diagnosis kerja Atonia uteri.
2. Sementara dilakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika, lakukan
kompresi bimanual.
3. Pastikan plasenta lahir lengkap (bila ada indikasi sebagian plasenta masih
tertinggai lakukan evakuasi sisa plasenta) dan tak ada laserasi jalan lahir.
4. Berikan transfusi darah bila sangat diperlukan.
5. Lakukan uji beku darah (lihat solusio plasenta) untuk konfirmasi sistem
pembekua darah.
6. Bila semua tindakan di atas telah dilakukan tetapi masih terjadi,perdarahan
lakuke tindakan spesifik (lihat bagian Prosedur klinik) sebagai berikut:
 Pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
- Kompresi Bimanual Eksternal
Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatka
kedua belah telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau, aliran darah
yang ke luar. Bila perdarahan berkurang, kompresi diteruskan, pertahankan
hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehatan
rujukan. Bila belum berhasil, coba dengan kompresi bimanual internal.
- Kompresi Bimanual Internal
Uterus ditekan di antara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju
tangan dalam vagina untuk menjepit pembuluh darah di dalam miometrium
(sebap pengganti mekanisme kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi.
Pertahankan kondisi ini bila perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu
hing:uterus berkontraksi kembali. Apabilaperdarahan tetap terjadi, cobakan
kompres aorta abdominalis
- Kompresi Aorta Abdominalis
Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi
tersebu Genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus,
tegak luna dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis:
Penekanan yang tepat, akan menghentikan atau sangat mengurangi denyut
arteri femoralis. Lira hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang
terjadi.
 Pada rumah sakit rujukan
Ligasi arteri uterina dan ovarika, Histerektomi

2.1.6 Penatalaksanaan Atonia Uteri


Langkah-langkah penatalaksanaan Atonia Uteri

No. Langkah Alasan


Masase merangsang kontraksi uterus.
Masase fundus uteri segera setelah
1. Sambil melakukan masase sekaligus dapat
lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)
dilakukan penilaian kontraksi uterus.
Bekuan darah dan selaput ketuban dalam
Bersihkan bekuan darah dan/atau selaput
2 vagina dan saluran serviks akan dapat
ketuban dari vagina dan lubang serviks
menghalangi kontraksi uterus secara baik.
3 Pastikan bahwa kandung kemih kosong. Kandung kemih yang penuh akan
Jika penuh dan dapat dipalpasi, lakukan menghalangi uterus berkontraksi secara
katerisasi menggunakan teknik aseptik baik.
Kompresi ini memberikan tekanan
langsung pada pembuluh darah dinding
Lakukan kompresi bimanual internal uterus dan juga merangsang miometrium
4
selama 5 menit untuk berkontraksi. Jika kompresi bimanual
tidak berhasil setelah 5 menit, diperlukan
tindakan lain.
Keluarga dapat meneruskan proses
Anjurkan keluarga untuk mulai membantu kompresi bimanual secara eksternal selama
5
kompresi bimanual eksternal penolong melakukan langkah-langkah
selanjutnya.
6 Keluarkan tangan perlahan-lahan
Berikan ergometrin 0,2 mg IM Ergometrin dan misoprostol akan bekerja
7 (kontraindikasi hipertensi) atau dalam 5-7 menit dan menyebabkan uterus
misoprostol 600-1000 mcg berkontraksi
Jarum besar memungkinkan pemberian
Pasang infus menggunakan jarum ukuran larutan IV secara cepat atau untuk transfusi
16 atau 18 dan berikan 500 cc Ringer darah. Ringer Laktat akan membanu
8
Laktat + 20 unit oksitosin. Habiskan 500cc memulihkan volum cairan yang hilang
pertama secepat mungkin. selama perdarahan. Oksitosin IV dengan
cepat merangsang kontraksi uterus.
KBI yang digunakan bersama dengan
9 Ulang kompresi bimanual internal ergometrin dan oksitosin atau misoprostol
akan membuat uterus berkontraksi.
Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu
1 sampai 2 menit, hal ini bukan atonia
sederhana. Ibu membutuhkan perawatan
10 Rujuk segera
gawatdarurat di fasilitas yang mampu
melaksanakan tindakan bedah dan transfusi
darah.
Kompresi uterus ini memberikan tekanan
Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan langsung pada pembuluh darah dinding
11
melakukan KBI. uterus dan merangsang miometrium untuk
berkontraksi.
Lanjutkan infus Ringer Laktat + 20 unit
oksitosin dalam 500 cc larutan dengan laju
500/jam hingga tiba di tempat rujukan atau Ringer Laktat akan membantu memulihkan
hingga menghabiskan 1,5 L infus. volume cairan yang hilang selama
12
Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika tidak perdarahan. Oksitosin IV akan dengan
tersedia cairan yang cukup, berikan SOOcc cepat merangsang kontraksi uterus.
kedua dengan kecepatan sedang dan
berikan minimum untuk rehidrasi.

2.1.7 Phatway
2.2 Konsep Asuhan Kebidanan
2.2.1 Langkah I : Pengumpulan data dasar
Pengumpulan data dasar pada ibu nifas dengan atonia uteri adalah:
1) Data Subjektif
a) Identitas
Umur yang terlalu muda atau tua serta faktor sosio ekonomi dapat
mendukung terjadinya atonia uteri (Sofian, 2011).
b) Keluhan Utama
Keluhan Utama yaitu ibu merasakan lemah, limbung, berkeringat dingin
dan menggigil (Saifuddin,2009)
c) Riwayat Kebidanan
Meliputi riwayat obstetric, apabila terdapat riwayat persalinan dengan
atonia uteri, maka untuk persalinan selanjutnya terdapat kecenderungan
untuk hal tersebut terjadi lagi (Gant, 2010). Selain itu, jumlah persalinan
yang lebih dari 5 kali (grande multiparitas) turut mempengaruhi (Varney,
2007).
2) Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
Nadi diatas 100x/menit mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini
salah satunya bias diakibatkan oleh proses persalinan sulit attau
kehilangan darah yang berlebihan (Ambarwati, 2009). Selanjutnya jika
terjadi syok, tekanan darah sistolik didapati <90mmHg (Saifuddin,2009)
b) Pemeriksaan khusus menurut Saifuddin (2009)
(1) Inspeksi
Pada kasus ibu nifas dengan atonia uteri, pada pemeriksaan inspeksi
harus didapati ibu mengeluarkan darah yang banyak (±500cc) dari
kemaluannya.
(2) Palpasi
Pada kasus ibu nifas dengan atonia uteri, dilakukan palpasi perut
untuk merasakan apakah kontraksi uterus lembek.

c) Pemeriksaan Dalam
Pada ibu nifas dengan atonia uteri, hasil yang perlu diketahui melalui
pemeriksaan dalam yaitu apakah masih ada sisa plasenta atau selaput
yang tertinggal untuk menegakkan diagnose atonia uteri atau retensio
sisa plasenta (Sulistyawati, 2010)
d) Pemeriksaan Laboratorium
Pada ibu nifas dengan atonia uteri, pada pemeriksaan laboratorium akan
didapati kadar HB-nya <8 gr% (Saifuddin, 2009)
2.2.2 Langkah II : Interpretasi Data Dasar
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa tersebut ditegakkan berdasarkan data subyektif dan
obyektif. Diagnose dalam studi kasus ini : Ny.x, Px Ax, umur x tahun
post partum x jam dengan atonia uteri.
2) Masalah
Pada kasus atonia uteri, masalah yang dialami ibu biasanya adalah
kecemasan karena perdarahan yang banyak dari jalan lahirnya
(Sulistyawati, 2009)
3) Kebutuhan
Untuk mengatasi masalah yang terjadi pada ibu, perlu diberikan
informasi kepada ibu tentang penyebab perdarahan pasca persalinan
yang salah satunya adalah atonia uteri (Salmah, 2006).
2.2.3 Langkah III : Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganan
Diagnosa potensial pada ibu nifas dengan atonia uteri adalah potensial
terjadi syok hipovolemik. Untuk mengantisipasi terjadinya diagnose
potensial tersebut, bidan perlu mengobservasi keadaan umum dan vital
sign ibu serta melakukan penanganan atonia uteri berupa kompresi
bimanual dan pemberian uterotonika (Varney, 2007)
2.2.4 Langkah IV : Penetapan Kebutuhan terhadap Tindakan Segera
Tindakan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang
dilakukan pada kasus atonia uteri yakni dengan melanjutkan kompresi
bimanual dan pemberian terapi meliputi pemasangan infus dan
pemberian uterotonika (Varney, 2007)
2.2.5 Langkah V : Penyusunan Rencana Asuhan yang Menyeluruh
Rencana asuhan pada ibu nifas dengan atonia uteri meliputi : jaga ibu
tetap tenang, observasi keadaan umum dan vital sign, pemasangan infus,
kompresi bimanual, pemberian uterotonika dan observasi kontraksi
uterus dan perdarahan (Varney, 2007)
2.2.6 Langkah VI : Pelaksaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan
Aman
Pada langkah implementasi mengenai kasus atonia uteri, dilakukan
pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada
langka perencanaan secara efisien dan aman. Hal ini dapat dilakukan
oleh bidan dengan melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis
obstetric dan ginekologi terhadap penatalaksanaan pasien dengan
komplikasi, dan bidan tetap memiliki tanggung jawab terhadap
pelaksanaan rencana asuhan kolaborasi secara menyeluruh (Varney,
2007).
2.2.7 Langkah VI : Evaluasi
Evaluasi dari asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan atonia uteri setelah
atonia uteri berhasil ditangani terdiri dari beberapa kriteria hasil meliputi
keadaan umum baik, kesadaran composmentis, vital sign dalam batas
normal, tinggi fundus uteri setinggi pusat atau 1-2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus keras, perdarahan normal, terapi dari dokter sudah
dilaksanakan semua dengan baik.
2.2.8 Pendokumentasian SOAP
Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan. Asuhan yang telah diberikan harus dicatat secara benar, jelas,
singkat, logis dalam suatu metode pendokumentasian.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang
dapat mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang
telah diberikan pada seorang klien, yang didalamnya tersirat proses
berfikif yang sistematis seorang bidan dalam menghadapi seorang klien
sesuai langkah-langkah dalam proses menajemen kebidanan.
Menurut Hellen Varney (2007), alur berfikir saat menghadapi klien
meliputi 7 langkah. Untuk orang lain mengetahui apa yang telah
dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis,
didokumentasikan dalam bentuk SOAP yaitu :

S = SUBYEKTIF
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan, data klien melalui
anamnesa sebagai langkah I Varney
O = OBYEKTIF
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium, dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
A = ASSESMENT
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data sumbektif dan data objektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa/masalah
2. Antisipasi diagnosa/masalah potensial.
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi
daan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, 4 Varney.
P = PENATALAKSANAAN
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan 1 dan evaluasi
perencanaan (E) berdasarkan Assesment sebagai langkah 5, 6, 7 Varney.
Beberapa alasan penggunaan SOAP dalam pendokumentasian :
1. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan perkembangan informasi
yang sistematis yang mengorganisasi penemuan dan konklusi anda
menjadi suatu rencana.
2. Metode ini merupakan intisari dari proses pelaksanaan kebidanan
untuk tujuan mengadakan pendokumentasian asuhan.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY “R” DENGAN ATONIA UTERI

(Studi Kasus Di Polindes Sepulu)

Hari/Tanggal : Selasa/9-04-2019

Waktu : 06.30  WIB

Tempat : Polindes Sepulu

3.1 SUBYEKTIF
3.1.1 Identitas

Nama Istri : Ny. “R” Nama Suami : Tn. “M”

Umur : 26 tahun Umur : 30 tahun

Suku : Jawa Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Buruh

Alamat : JL. Samudra, Sepulu Alamat : JL. Samudra, Sepulu

3.1.2 Keluhan utama

Ibu mengatakan hamil 9 bulan mengeluh sakit pinggang menjalar keperut bagian


bawah ingin melahirkan.
3.1.3 Riwayat perjalanan penyakit

Ibu datang ke Polindes pada tanggal 9-04-2019 pukul 06.30 wib, mengeluh


sakit pinggang menjalar ke perut bagian bawah sejak tanggal  8-04-
2019 pukul 22.00 wib, pengeluaran lendir campur darah sejak tanggal 8-04-
2019 pukul 22.00 wib, pengeluaran air ketuban (-), dan gerakan janin masih
dirasakan aktif sampai sekarang.

3.1.4 Riwayat Menstruasi

Menarche : 14 tahun

Siklus : 30 hari

Lama haid : 7 hari

Disminore : Tidak Pernah

Jumlah darah : 2-3 kali ganti pembalut sehari

3.1.5 Riwayat kehamilan sekarang


1. Hamil ke : 2 ( dua )
2. HPHT : 07-07-2018
3. UK : 9 bulan
4. Gerakan janin ibu : ibu mengatakan sudah merasakan gerakan janin
sejak usia kehamilan 4 bulan dan masih dirasakan sampai sekarang dengan
frekuensi lebih dari 10x dalam 12 jam.
5. ANC : 8x di Posyandu
6. Tanda-tanda bahaya atau penyulit :  tidak ada
7. Kekhawatiran Khusus : Tidak ada.
3.1.6 Riwayat kehamilan yang lalu

Hamil Jenis Penolong Tempat Riwayat Penyakit


UK JK Umur BBL
Ke Persalinan Persalinaan Persalinan Hamil Bersalin Nifas
9
I Spontan Bidan Polindes - - - PR 4 tahun 3000
bln
Hamil Ini
3.1.7 Riwayat kesehatan / penyakit yang diderita sekarang

Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus,


campak, hepatitis, asma, tuberkulosis, malaria, anemia berat, ginjal dan
kelamin/HIV-AIDS serta riwayat kembar.

3.1.8 Riwayat biologis


1. Nurtisi

Sebelum hamil Setelah melahirkan


Komposisi Nasi, sayur, tahu, Nasi, sayur, ikan,
tempe, ikan, tahu, tempe, telur
Porsi 1 piring 1 piring
Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Minum Air putih 6-8 gelas Air putih 6-8 gelas
sehari sehari

2. Eliminasi

Sebelum hamil Setelah hamil


Frekuensi BAB 1-2x sehari 1-2x sehari
Masalah Tidak ada Tidak ada
Frekuensi BAK 5-6x sehari 7-8x sehari
Masalah Tidak ada Tidak ada

3. Istirahat/tidur

Sebelum hamil Setelah hamil


Siang 1-2 jam 1-2 jam
Malam 6-7 jam 6-7 jam
Masalah Tidak ada Tidak ada

4. Personal Hygiene
Sebelum hamil Saat hamil
Mandi 2x sehari 2x sehari
Gosok gigi 2x sehari 2x sehari
Ganti pakaian 2x sehari 2x sehari
Potong kuku 1x seminggu 1x seminggu
Cuci rambut 2x seminggu 2x seminggu

3.1.9 Kebutuhan psikososial
1. Status perkawinan : Sah, 1 kali dengan lama perkawinan  ± 5 tahun.
2. Respon ibu dan keluarga : Ibu maupun keluarga merasa bahagia dengan
kehamilan ini.
3. Riwayat KB : KB suntik
4. Rencana KB : Ibu belum memilih KB yang akan digunakan
5. Beban Kerja : Pekerjaan rumah tangga
6. Kebisaan hidup sehat : Ibu dan suami tidak merokok serta tidak minum-
minuman keras.
7. Sosial Budaya : Tidak ada kepercayaan yang berhubungan dengan
kehamilan
8. Dukungan keluarga : Keluarga membantu ibu dalam mengerjakan
pekerjaan rumah, mengingatkan ibu untuk memeriksa kehamilannya ke
posyandu, mengingatkan ibu untuk makan dan beristirahat.
9. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami sekaligus sebagai kepala
keluarga.
10. Tempat dan petugas kesehatan yang diingikan untuk membantu persalinan
:  Ibu ingin melahirkan di Polindes dan ditolong oleh bidan

3.2 OBYEKTIF
3.2.1 Pemeriksaan umum
1. HTP : 13 – 04 – 2019
2. Keadaan umum: Baik
3. Kesadaran : Composmentis
4. Emosi : Stabil
3.2.2 Pemeriksaan antropometri
1. BB/TB (sebelum hamil) : 49 kg/ 157 cm
2. BB (setelah hamil) : 61 kg
3. LILA : 25 cm
3.2.3 Tanda-tanda vital
1. TD : 120/80 mmHg
2. Suhu : 36,5 0C
3. Nadi : 80 x/menit
4. Respirasi : 20 x/menit
3.2.4 Pemeriksaan fisik
1. Kepala
a. Inspeksi
Warna rambut hitam, distribusi merata, tidak ada ketombe.
b. Palpasi
Tidak ada benjolan/lesi.
2. Wajah
a. Inspeksi
Wajah tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum.
b. Palpasi
Tidak ada oedema.
3. Mata
a. Inspeksi
Tidak ada secret.
b. Palpasi
Konjungtiva tidak anemis, skelera tidak ikterus.
4. Hidung
a. Inspeksi
Hidung bersih, tidak ada secret, tidak ada napas cuping hidung.
b. Palpasi
Tidak ada polip.
5. Mulut
a. Inspeksi
Bibir tidak pucat, mulut bersih, tidak ada caries, tidak ada gigi
berlubang, tidak ada gusi berdarah.
6. Telinga
a. Inspeksi
Telinga bersih, tidak ada sekret.
7. Leher
a. Inspeksi
Tidak ada bendungan vena jugularis.
b. Palpasi
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid.
8. Payudara
a. Inspeksi
Bentuk simetris, terdapat hiperpigmentasi areola, putting susu
menonjol, tidak ada retraksi/dimpling.
b. Palpasi
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada massa/benjolan, ada
pengeluaran kolostrum.
9. Abdomen
a. Inspeksi
Tidak bekas luka operasi, linia nigra, striae albicans

b. Palpasi
Leopod I : Tinggi fundus uteri 31 cm, teraba bulat, lunak, dan
tidak melenting difundus uteri.
Leopod II : Teraba datar dank eras seperti papan dibagian
kanan perut ibu dan tidak teraba jelas dibagian kiri ibu .
Leopod III : Teraba bulat, keras dan melenting diperut bagian
bawah ibu, dan sudah masuk PAP divergen.
Leopod IV : kepala masuk PAP 1/5 bagian , PBBJ : 3100 gram
c. Auskultasi
DJJ ada, irama teratur 12-11-12, frekuensi 140 x/menit 
10. Ekstremitas
a. Inspeksi
Bawah : Tidak ada varises.
b. Palpasi
Atas : Tidak ada oedema, kuku jari tidak pucat.
Bawah : Tidak ada oedema, kuku jari tidak pucat
c. Perkusi
Ada refleks patella.
3.2.5 Pemeriksaan penunjang
Hb :10, 8 gr% (pemeriksaan tanggal 10-09-2018)
Protein urin : negatife ( pemeriksaan tanggal 16-04-2018)
Glukosa urine : negative ( pemeriksaan tanggal 10-09-2018)
Golongan darah : O (pemeriksaan tanggal 10-09-2018)
3.3 ANALISA
G2P1A0H1, UK 40 minggu, Tunggal, Hidup, Intra uterin, persentasi
kepala K/u ibu dan janin baik, dengan inpartu kala I fase aktif.
3.4 PENATALAKSANAAN

Tanggal : 9-04-2019 pukul : 06.35 wib

1. Menjelaskan keadaan ibu dan janin janin yaitu ibu dan janin dalam keadaan
baik dengan TD : 120/80 mmHg, dan pembukaan 10 cm, Ibu mengetahui
keadaannya.
2. Menjelaskan pada ibu tentang rasa mulas yang dialaminya adalah tanda-tanda
mau melahirkan, semakin lama semakin terasa mulas dan hal itu terjadi pada
setiap ibu yang mau melahirkan karena rahim berkontraksi untuk
mengeluarkan janin yang ada dalam rahim. Ibu mengerti tentang penjelsan
yang diberikan.
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum yang manis-manis untuk
menambah energi pada saat persalinan nanti.
4. Memberikan dukungan moril pada ibu dan keluarga.
5. Mengajarkan teknik relaksasi yaitu menarik nafas panjang pada saat kontraksi
datang, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat
mengubah – ngubah posisi secara teratur selama kala dua karena dapat
membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang paling efektif.
6. Menyiapkan ruangan yang bersih, menyiapkan kain ibu dan bayi serta alat-alat
partus yaitu dua buah klem, gunting episiotomi, gunting tali pusat, setengah
koher, penjepit tali pusat, sarung tangan dan kasa steril. Hetting set yaitu cut
god kromik dan plain, nalpuder, jarum, dan gunting benang, alat resusitasi dan
meja yang datar serta obat-obatan urotonika.
7. Mengobservasi kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan
menggunakan partograf.

Tabel Observasi Kesejahteraan Ibu dan Janin

Pengeluaran
HIS DJJ TTV
Pervaginam
Tgl/Jam
Frek Lama Inten +/- Frek TD N S R

Blood slym
9-4-2019
140x/men dan air
Pukul 5x 50 Kuat + 120/80 80 36,5°c 20x/menit
it ketuban
06.30 wib
amniotomi

KALA II

Tanggal 9 April 2019 jam 06.35 wib

1. SUBYEKTIF
a. Ibu mengatakan ingin mengedan disertai ingin buang air besar.
b. Ibu mengatakan merasa sakit perut dan pinggang yang semakin kuat.
2. OBYEKTIF
a. K/u Ibu baik, TD 120/80 mmHg, N 80 x/menit, S 36,5 0C, RR 20 x/menit
b. His semakin kuat lamanya 50 detik, intervalnya 5x dalam 10 menit, DJJ
(+) 140 x/menit, irama teratur.
c. Inspeksi : bagian terendah janin nampak di vulva 5-6 cm
3. ANALISA
G2P1A0H1, UK  40  minggu, Tunggal, Hidup, Intra Uterine, Persentasi Kepala,
Keadaan Umum  Ibu dan Janin Baik dengan Inpartu Kala II.
4. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 9 April 2019                Jam : 06.35 wib
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien bahwa ibu akan segera
melahirkan dan kondisi ibu dan janin baik.
b. Mempersiapkan diri dan pastikan alat partus lengkap, kemudian membuka
satu buah spuit 3 cc kedalam partus set dan mematahkan ampul oksitosin
10 IU. Penolong persalinan memakai celemek, mencuci tangan dan
keringkan, lalu menggunakan sarung tangan kemudian menggunakan
tekhnik satu tangan mengambil spuit 3 cc, tangan kiri memegang ampul
oksitosin dan disedot kemudian diletakkan kembali kedalam partus set.
Penolong membersihkan vulva dan perenium dengan kapas DTT dan
melakukan VT untuk memastikan pembukaan sudah lengkap. VT Ø 10
cm, eff 100%, ketuban ( - ) warna jernih, teraba  kepala, UUK depan,
penurunan kepala HIII, tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat. Kemudian
kemudian sarung tangan didekontaminasi dalam larutan clorin 0,5% secara
terbalik. Lalu periksa DJJ frekuensi 140x/menit, irama 12-11-12 (teratur),
beritahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik. Bayi akan segera lahir, ibu dipersiapkan untuk persalinan serta
diminta mengedan.
c. Membimbing ibu cara mengedan yang baik yaitu melakukan tarik nafas
yang panjang jika datang his dan mengejan kebawah seperti seorang yang
buang air besar yang keras. Dagu ditempelkan ke dada. Ibu dianjurkan
tidak menutup mata saat mengedan dan menutup mulutnya. Pada his yang
kuat ibu disuruh mengedan seperti yang telah di ajarkan. Bila his hilang
ibu di istirahatkan dan diberi makan atau minum untuk sumber tenaga.
d. Memimpin persalinan pada saat kepala bayi terlihat 5-6 cm di introitus
vagina penolong memasang handuk di atas perut ibu dan di bawah
bokong. Penolong membuka partus set dan sarung tangan steril. Pada saat
suboksiput bragmatika pada simfisis tangan kanan melindungi perineum
dengan dialasi alas bokong dan tangan kiri melindungi bayi agar tidak
terjadi defleksi terlalu cepat. Pada saat kepala lahir ibu terus dipimpin
mengedan hingga lahirlah berturut-turut ubun-ubun besar, dahi, muka,
telinga, hidung, mulut, dagu, secara keseluruhan kemudian penolong
memeriksa adanya lilitan tali pusat. Kemudia tunggu kepala bayi
mengalami putaran faksi luar kearah punggung bayi yaitu punggung kanan
setelah kedua tangan penolong berada posisi bipariatel, kepala bayi ditarik
secara cunam kebawah untuk melahirkan bahu anterior keatas untuk
melahirkan bahu posterior dengan posisi ibu jari pada leher ( bagian bawah
keala) dan keempat jari lainnya pada bahu dan dada puggung bayi,
sementara tangan kiri penolong memegang lengan dan bahu anterior.
Setelah seluruh badan lahir tangan kiri menelusuri punggung, bokong, dan
tungkai kaki lalu menyelipkan telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut.
Setelah seluruh badan lahir pegang bayi menghadap kearah penolong.
e. Melakukan perawatan bayi baru lahir. Bayi lahir letak belakang
kepala ( pkl 06.50 wib ) hidup. Laki-laki dilakukan penilaian sepintas bayi
menangis kuat, bayi bergerak aktif, kulit bayi berwarna kemerahan dengan
apgar score 1 menit pertama 7 anus (+), kelainan (-), mengeringkan bayi
mulai dari kepala, muka, dan bagian tubuh lainnya, kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks, mengganti handuk basah dengan kain yang
kering.
f. Mengklem tali pusat 3 cm dari umbilikus dan pasang klem kedua 2 cm
dari klem pertama. Tali pusat dipegang di antara klem  dan di potong
dengan tetap melindungi perut bayi. Setelah itu bayi di letakkan di
atas perut ibu pada kain kering yang sudah disiapkan (hangatkan), atur
posisi, isap lendir, keringkan, penilaian (haikap), setelah itu tali pusat
diikat menggunakan benang DTT dengan simpul mati.
g. Menilai AFGAR SCORE lima menit kedua
TABEL PENILAIAN AFGAR SCORE

NO Aspek yang 1 menit pertama Nilai Lima menit kedua Nilai


dinilai
1 Apperance Tubuh merah, 1 Seluruh Tubuh merah, 2
2 Fulse Rate ektremitas biru 2 >100 x/menit 2

3 Grimance >100 x/menit 1 Menangis kuat 2

4 Aktivity Menangis lemah 1 Sedikit Fleksi 1

5 Respirasi Sedikit Fleksi 2 Teratur 2

Teratur
Jumlah 7 9

KALA III

Tanggal 9 April  2019 jam : 06.50 wib

1. SUBYEKTIF
a. Ibu mengatakan perutnya tarasa mulas.
b. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya.
2. OBYEKTIF
a. Ibu tampak lelah setelah melakukan persalina
b. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, TD 120/80 mmHg,
nadi 86 x/mnt, suhu 36,5 0 C, respirasi 24 x/mnt.
c. TFU sepusat, kontraksi uterus (-), kandung kemih kosong,
perdarahan     ±100 cc.
3. ANALISA
P2 A0 H2, keadaan ibu dan bayi baik dengan kala III.

4. PELAKSANAAN
Tanggal : 9 April 2019 Jam : 06.50 wib
a. Periksa fundus untuk memastikan kehamilan tunggal atau tidak ada bayi
kedua, hasilnya tidak ada bayi kedua dan Melakukan manajemen aktif kala
III.
b. Menjelaskan kepada ibu akan menyuntikkan oxytocin pada 1/3 paha kanan
atas bagian luar kemudian mengklem tali pusat ± 3 cm dari umbilikus dan
diurut kearah ibu, kemudian mengklem ±2 cm dari klem I, kemudian tali
pusat dipegang diantara kedua klem dan tali pusat dipotong diantara kedua
klem, kemudian mengikat tali pusat ± 1 cm dari umbilikus di simpul mati
2x dan klem dibuka.
c. Mengecek adanya tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu adanya semburan
darah,talipusat mulai memanjang,uterus membulat kemudian memindahkan
klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva ibu lalu melakukan
penegangan tali pusat terkendali dengan cara tangan kiri berada diatas
Simpisis untuk melakukan dorongan ke arah dorso kranial, tangan kanan
meregangkan tali pusat ke atas kemudian ke bawah sesuai kurva jalan lahir,
setelah plasenta di vulva, kemudian melahirkan plasenta dengan ke dua
tangan, melahirkan plasenta dengan cara memutar searah jarum jam untuk
mencegah tertinggalnya selaput plasenta kemudian plasenta lahir spontan
secara schultze lengkap.
d. Segera setelah plasenta lahir melakukan massase yang pertama sebanyak
15 kali dalam 15 detik, CUT baik, TFU 3 jari dibawah pusat,perdarahan
setelah placenta lahir ±200 cc. lalu memeriksa kelengkapan plasenta,
plasenta lahir lengkap baik selaput korion dan amnion serta kotiledon
dengan diameter  20x18x2 cm, berat ±500 gram, panjang tali pusat ±50 cm.

KALA IV

Tanggal : 9 April  2019 jam : 07.05 wib

1. SUBYEKTIF
a. Ibu mengatakan merasa lelah.
b. Ibu mengatakan perutnya tidak terasa mulas.
c. Ibu mengatakan keluar darah  terasa sangat banyak.
2. OBYEKTIF
a. Keadaan umum ibu masih lemah, kesadaran komposmentis, TD 120/80
mmHg, N 80 x/mnt, S 36,7 0C, RR 20 x/menit.
b. TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi uterus lembek, kandung kemih kosong,
perdarahan ± 500 cc.
3. ANALISA
Kala IV dengan Atonia Uteri.
4. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 9 April 2019 Jam : 07.15 wib
1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan yang dialaminya sekarang
yaitu uterusnya tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
pemijatan fundus uteri atau setelah plasenta lahir dan memberitahu ibu
tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Melakukan informed consent .
3. Melakukan penanganan atonia uteri
a. Persiapan alaat
1. Hand scoon panjang 1 pasang.
2. Kapas DTT dalam tempatnya.
3. Uterotonika : Metergin 1 ampul dan oxytocin 10 ampul.
4. Selang infus 1 buah.
5. Abocat no 18 1 buah.
6. Cairan infuse RL.
7. Plester
8. Kasa.
9. Tempat sampah medis 1 buah dan benda tajam 1 buah.
10. Larutan clorin 0,5%.
11. Schort 1 buah, masker 1 buah.
b. Prosedur
1. Persetujuan tindakan
2. Cuci tangan.
3. Pasang sarung tangan panjang.
4. Bersihkan bekuan selaput ketuban dari vagina dan saluran serviks
5. Pastikan bahwa kandung kemih ibu kosong, jika penuh lakukan
kateter menggunakan tehnik aseptic
6. Lakukan kontraksi bimanual internal selama 5 menit, jika uterus
berkontraksi teruskan KBI selama 2 menit dengan cara :
a. Masukkan tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
vagina.
b. Kepalkan tangan.
c. Tekankan tangan yang ada dalam vagina ( fornik anterior )
dengan mantap pada bagian bawah uterus.
d. Hati – hati dalam menyingkirkan serviks yang menghalangi
penekanan.
e. Tekankan tangan kiri pada perut dan kepelan tangan kanan yang
berada didalam vagina bersamaan.
f. Tahan dengan mantap
7. Jika uterus mulai berkontraksi maka perlahan – lahan tarikan keluar
dan teruskan pamantaun seksama selama kala IV.
8. Dekontaminasi sarung tangan dan alat yang digunakan
4. Mengajarkan pada ibu cara mengontrol agar tetap normal yaitu dengan cara
masase fundus uteri selama 15 detik searah jarum jam.
5. Membersihkan badan ibu dari darah dan kotoran lainnya dengan
menggunakan air DTT.
6. Malakukan vulva hygiene dan mengganti pakaian ibu dan memasang
pembalut.
7. Menganjurkan ibu untuk  minum obat yang diberikan yitu SF 1x1,
Paracetamol 3x500 mg, asam mefenamat 3x500 mg, Vit A 1x1.
8. Melakukan pemantauan kala IV

PEMANTAUAN KALA IV

Tinggi
Jam TD Nadi Suhu Kandung Kontraksi
Waktu fundus Perdarahan
ke (mmHg) (x/mnt) (0C) kemih uterus
uteri
I 07.45 100/70 80 36,1 2 jari Kosong Baik ±20 cc
dibwh pst
2  jri
08.00 100/70 86 Kosong Baik ±15 cc
dibwh pst
2  jri
08.15 100/70 86 Kosong Baik ±15 cc
dibwh pst
2  jri
08.30 110/70 80 Kosong Baik ±10 cc
dibwh pst

2  jri ±5 cc
II 09.00 120/80 80 36,5 Kosong Baik
dibwh pst

2 jari
09.30 120/80 80 dibawah Kosong Baik ± 5 cc
pst

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal/ jam Kegiatan


9-04-2019 S : Ibu mengatakan perutnya masih mules.
16.00 wib O:
- K/u baik, TD: 110/80 mmHg, N: 80 x/menit, S:
36,8 0C,   RR:20 x/menit.
- Pemeriksaan fisik:
Mata: Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus.
Abdomen: TFU 2 jar dibawah pusat, CUT baik,
kandung kemih kosong.
A : P2A0H2 dengan Post partum hari pertama.
16.30 wib P:
- Menjelaskan pada ibu tentang fisiologis ibu nifas
bahwa perut terasa mules adalah normal karena
rahim berkontraksi untuk mencegah perdarahan.
- Menjelaskan konseling pada ibu tentang bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
- Mengingatkan kembali pada ibu tentang pemberian
ASI awal.
- Menjelaskan kepada ibu untuk menjaga kehangatan
bayi.
- Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya
masa nifas.
S : Ibu mengatakan masih pusing-pusing.
15-04-2019 O:
09.00 wib - K/u ibu baik, TD: 100/70 mmHg, N: 80 x/menit, S:
36,5 0C,     RR: 20 x/menit.
- Pemeriksaan fisik
Mata : konjungtiva tidak anemis, skelera tidak
ikterus.
Abdomen : tinggi fundus uteri pertengan pusat-
simfisi, CUT baik, kandung kemih kosong.
A : P2A0H2 ibu post partum hari ke 6.
P:
- Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa
K/u ibu baik,   TD 100/70 mmHg, N: 80 x/menit, S:
36,5 0C, RR 20 x/menit.
- Menjelaskan kepada ibu bahwa kontraksi uterusnya
baik dan tidak ada perdarahan.
- Menjelaskan tanda-tanda bahaya yaitu demam,
infeksi, pusing yang berlebihan, dan perdarahan yang
abnormal.
- Menjelaskan kepada ibu tentang nutrisi yang baik
dan istirahat yang cukup.
- Menjelaskan kepada ibu tentang asuhan pada bayi
dan tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat.
23-04-2019 S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan  
08.30 wib O:
- K/u ibu baik, TD 100/70 mmHg, N: 86 x/menit,
S: 36,5 0C, RR: 24 x/menit
A : P2A0H2
P:
- Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa
K/u ibu baik, TD 11/70 mmHg, N: 86 x/menit, S:
36,5 0C, RR: 24 x/menit.
- Menjelaskan kembali pada ibu tanda-tanda bahaya
pada masa nifas.
- Menjelaskan kepada ibu tentang nutrisi masa nifas
dan istirahat yang cukup.
- Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda bahaya pada
bayi.
- Menjelaskan kepada ibu tentang cara menjaga
kehangatan pada bayi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. PT. Pustaka Sarwono Prawirohardjo.


2. Ilmiah, W. S., 2015. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta :
Nuha Medika.
3. JNPK-KPR. 2014. Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera
Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Pengurus Pusat IBI.
4. Survei Demografis dan Kesehatan Indonesia (SDKI 2015).
5. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung (2016).
6. DEPKES RI. 2007. Asuhan Persalinan Normal (Asuhan Esensial,
Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi
Baru Lahir). Jakarta: Bakti Husada.
7. Dapartemen Kesehatan, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 2010. Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarg. Dapartemen Kesehatan.
8. Dikes NTB. 2007. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dikes
NTB. Mataram
9. Fadlan. 2011. Asuhan Kebidanan patologi. Jakarta: Salemba Medika
Winknjosastro, Hanifa.2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Jakarta :
2007.
10. Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Vol.1, Ed.4. Jakarta :
EGC
11. https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/32722/Nzc2NTU=/Asuhan-Kebidanan-
Pada-Ibu-Nifas-Pada-NyS-P2a0-26-Tahun-Dengan-Atonia-Uteri-Di-Rsud-
Karanganyar-bab-2.pdf

Anda mungkin juga menyukai