Anda di halaman 1dari 3

Nama : Erna Safitri

NIM : 18312241030

RANGKUMAN

KULTUR SEKOLAH DAN MUTU PENDIDIKAN

Kultur Sekolah Mutu Pendidikan

Sekumpulan pola tingkah laku, Kemampuan lembaga pendidikan dalam


kebiasaan, nilai, norma dan iklim mendayagunakan sumber-sumber
kehidupan sekolah, yang dimiliki pendidikan untuk meningkatkan
bersama dari hasil sebuah proses kemampuan belajar seoptimal mungkin.
perjalanan yang panjang (investasi) dan
membudaya pada para warga sekolah

Peran Kultur Terhadap Kinerja

Dalam membangun Karakteristik Kultur


Mutu Sekolah Sekolah

Jika suatu pencapaian mutu sekolah Dinamika kultur sekolah dapat saja
memerlukan usaha mengubah menghadirkan konflik dan jika ini
kondisi dan perilaku sekolah, warga ditangani dengan bijak dan sehat dapat
sekolah, dan pendukung sekolah, membawa perubahan yang positif.
maka dimensi kultural menjadi Mengingat pentingnya sistem nilai yang
sangat sentral. Perubahan nilai-nilai diinginkan untuk perbaikan sekolah,
yang diyakini sekolah akan dapat maka langkah-langkah kegiatan yang
menggerakkan usaha perbaikan jelas perlu disusun untuk membentuk
jangka panjang. Kultur Sekolah.

Tiga lapisan kultur

Artifak Nilai dan Asumsi


keyakinan
TUGAS

1. Identifikasilah sekolah-sekolah yang bermutu baik dan sekolah-sekolah yang perlu


dikembangkan!
Jawab:
a. Sekolah-sekolah yang bermutu baik
1) Visi dan misi sekolah yang jelas. Untuk mengimplementasikan visi dan misi
sekolah ada sejumlah langkah yang mesti ditempuh: (1) pahami kultur
sekolah, (2) hargai profesi guru, (3) nyatakan apa yang Anda hargai, (4)
perbanyak unsur yang Anda hargai, (5) lakukan kolaborasi dengan pihak-
pihak terkait, (6) buat menu kegiatan bukan mandat, (7) gunakan birokrasi
untuk memudahkan bukan untuk mempersulit, dan (8) buatlah jejaring
(networking) seluas mungkin.
2) Komitmen tinggi untuk unggul. Staf administrasi, guru, dan kepala sekolah
memiliki tekad yang mendidik untuk menjadikan sekolahnya sebagai sekolah
unggul dalam segala aspek, sehingga semua siswa dapat menguasai materi
pokok dalam kurikulum. Semuanya memiliki potensi untuk berkontribusi
dalam proses pendidikan. Komitmen ini adalah energi untuk mengubah
budaya konvensional (biasa-biasa saja) menjadi budaya unggul.
3) Kepemimpinan yang mumpuni. Kepala sekolah adalah “pemimpin dari
pemimpin” bukan “pemimpin dari pengikut.” Artinya selain kepala sekolah
ada pemimpin dalam lingkup kewenangannya sehingga tercipta proses
pengambilan keputusan bersama (shared decision making). Komunikasi terus-
menerus dilkukan antara kepala sekolah dan para guru untuk memahami
budaya dan etos sekolah yang yang diimpikan lewat visi sekolah itu. Bila tidak
dikomunikasikan terus-menerus, visi itu akan mati sendiri.
Guru juga adalah pemimpin dengan kualitas sebagai berikut: (1) terampil
menggunakan model mengajar berdasarkan penelitian, (2) bekerja secara tim
dalam merencanakan pelajaran, menilai siswa, dan dalam memecahkan
masalah, (3) sebagai mentor bagi koleganya, (4) mengupayakan pembelajaran
yang efisien, dan (5) berkolaborasi dengan orang tua, keluarga, dan anggota
masyarakat lain demi pembelajaran siswa.
4) Kesempatan untuk belajar dan pengaturan waktu yang jelas. Semua guru
mengetahui apa yang mesti diajarkan. Alokasi waktu yang memadai dan
penjadwalan yang tepat sangat berpengaruh bagi kualitas pengajaran. Guru
memanfaatkan waktu yang tersedia semaksimal mungkin demi penguasaan
keterampilan azasi. Dalam hal ini perlu dijaga keseimbangan antara tuntutan
kurikulum dengan ketersediaan waktu. Kunci keberhasilan dalam hal ini
adalah mengajar dengan niat akademik yang jelas dan siswa pun mengetahui
niat itu. Mengajar yang berkualitas memiliki ciri sebagai berikut: (1)
organisasi pembelajaran yang efisien, (2) tujuan yang jelas, (3) pelajaran yang
terstruktur, dan (4) praktik mengajar yang adaptif dan fleksibel.
5) Lingkungan yang aman dan teratur. Sekolah unggul bersuasana tertib,
bertujuan, serius, dan terbebas dari ancaman fisik atau psikis, tidak opresif
tetapi kondusif untuk belajar dan mengajar. Siswa diajari agar berperilaku
aman dan tertib melalui belajar bersama (cooperative learning), menghargai
kebinekaan manusiawi, serta apresiasi terhadap nilai-nilai demokratis. Banyak
penelitian menunjukkan bahwa suasana sekolah yang sehat berpengaruh
positif terhadap produktivitas, semangat kerja, dan kepuasan guru dan siswa.

6) Hubungan yang baik antara rumah dan sekolah. Para orang tua memahami
misi dan visi sekolah. Mereka diberi kesempatan untuk berperan dalam
program demi tercapainya visi dan misi tersebut. Dengan demikian, sekolah
tidak hanya mendidik siswa, tetapi juga orang tua sebagai anggota keluarga
sekolah yang dihargai dan dilibatkan. Dengan melibatkan mereka pada
kegiatan ekstra di akhir pekan (extra school) misalnya, siswa sadar bahwa
orang tuanya menghargai kegiatan pendidikan, sehingga mereka pun
menghargai pendidikan yang dilakoninya. Inilah contoh konkret hubungan
tripatriat sekolah-siswa-orang tua. Upacara-upacara yang dihadiri orang tua
sesungguhnya merupakan kesempatan untuk membangun citra sekolah dan
untuk merayakan visi dan misi. Singkatnya, sekolah unggul membangun
“kepercayaan” dan silaturahmi sehingga masing-masing memiliki nawaitu
tinggi untuk melejitkan prestasi.

7) Monitoring kemajuan siswa secara berkala. Kemajuan siswa dimonitor terus-


menerus dan hasil monitoring itu dipergunakan untuk memperbaiki perilaku
dan performansi siswa dan untuk memperbaiki kurikulum secara keseluruhan.
Penggunaan teknologi, khususnya komputer memudahkan dokumentasi hasil
monitoring secara terus- menerus. Sekolah sebagai sistem juga dimonitor
secara berkelanjutan. Artinya sekolah tidak hanya terampil memonitor
kemajuan siswa, tetapi juga siap mengevaluasi dirinya sendiri. Hasil evaluasi
diri ini merupakan bahan bagi pihak lain (external evaluators) untuk
mengevaluasi kinerja sekolah itu. Inilah makna akuntabilitas publik. Sekolah
harus mengagendakan program rujuk mutu (benchmarking) kepada sekolah
lain, sehingga sadar akan kelebihan dan kekurangan sendiri.

Anda mungkin juga menyukai