Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

RANGKAIAN LISTRIK

NAMA : CITRA MADONA


NIM : 09011381520078
JURUSAN : SISTEM KOMPUTER UNGGULAN
LABORAN :
DOSEN : Kemahyanto Exaudi, M.T.

FAKULTAS ILMU KOMPUTER


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK

1. Nama Percobaan :
Rangkian Seri da Rangkaian Paralel

2. Tujuan Percobaan :
 Mempelajari rangkian seri dan rangkian paralel
 Dapat merangkaia resistor scara seri dan paralel
 Mengetahui cara mencari nilai resistor yang tidak diketahui
 Membandingkan nilai arus yang melewati resistor secara teori dan praktik

3. Alat dan Bahan :


a. Resistor
b. Project Board
c. Multimeter Analog
d. Multimeter Digital
e. Kabel Penghubung
f. Jumper
g. Power Supply

4. Dasar Teori
Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian dibutuhkan beda potensial
. Cara untuk menghasilkan beda potensial adalah dengan batteray. Geard Simon
Ohm (1787-1854) menentukan dengan eksperimen bahwa arus pada ujung kawat
logam sebanding dengan beda potensial V yang diberikan ke ujung-ujungnya 1 ∞
V. Beda potensial listrik yang lebih besar, atau tegangan menyebabkan aliran arus
listrik lebih besar (Sutrisno. 2009:146).
Untuk sebuah rangkai seri yang terdiri atas dua resistor, arusnya sama
besar pada kedua resistor tersebut karena jumlah muatan yang melewati R 1 pasti
juga melewati R2 dalam seling waktu yang sama. Beda potensial yang berlaku
pada rangkaian resistor seri akan bercabang diantara resistor-resistor yang ada
(Serway, 2010;402).
∆V = IRekivalen = I ( R1 + R2 ) atau
Rekivalen = R1 + R2
Hambatan Rekivalen adalah ekivalen dengan gabungan seri dari R1 + R2,
dengan syarat arus rangkaian yang tidak berubah ketika Rekivalen menggantikan R1 +
R2.

Hambatan yang ekivalen dari tiga resistor atau lebih dalam rangkaian seri adalah :
Rekivalen = R1 + R2 + R3 + . . .
besar aliran arus pada kawat tidak hanya bergantung pada tegangan , tetapi juga
pada hambatan yang diberikan kawat terhadap aliran elektron. elektron-elektron
diperlambar karena danya interaksi dengan atom-atom kawat. makin tinggi hambatan ini,
makin kecil arus untuk suatu tegangan V. kita kemudian mendefinisikan hambatan
sehingga arus berbanding terbalik dengan hambatan. ketika kita gabungkan hal ini
dankesebandingan diatas, didapatkan:
I + V/ R
Dimana R adalah hambatan kawat, Vadalah beda porensial yang melintasi alattersebut,
dan I adalah arus yang mengalir padanya (Sutrisno,2009:147).
Hubungan ini menunjukan bahwa hambatan ekivalen dari rangkaian resistor yang
dihubungkan seri adalah penjumlahan dari masing-masing resitordan selal lebih daripada
masing-masing resistornya (Serway, 2010:403).
Selain itu, rangkaian elektronika secara paralel juga memiliki ciri apabila
terjadinya putus arus pada salah satu cabang tahanan muka arus yang terputusakan tetap
bekerja dan tak akan terganggu atau terpengaruhi oleh cabang rangkaian yang terputus
tersebut. Tegangan ditiap-tiap beban listrik memiliki tegangan yang sama dengan
tegangan dari sumber (Andi, 2014).
Banyak rangkaian mengandung lebih dari satu hambatan (tahanan). Tahanan-
tahanan tersebut dapat dihubungkan dengan cara :
1. Seri (dua penahan dihubungkan deret).
2. Paralel (sejajar) atau tiga tahanan dihubungkan sejajar.
3. Gabungan antara seri dan paralel.
Dalam hubungan seri, arus yang melalui tahanan-tahananmempunyai kuatarus yang
sama. Jumlah tegangan antara tahanan jumlah dari tegangan masing-masing . sedangkan
dalam hubungan paralel, tegangan pada tiap-tiap tahanan sama besarnya dan jumlah arus
yang diberikan oleh sumber tenaga sama dengan jumlah arus melalui tahanan masing-
masing (Daryanto, 2000; 23-26).

1
5. Prosedur Percobaan
1. Gunakan dua buah resistor untuk membuat rangkain seri, lalu ukur
tegangan masing-masing resistor.
2. Rangkai dua buah resitor tersebut yang telah diketahui nilai hambatannya
pada project board dan hubungkan dengan power supply menggunakan
kabel penghubung.
3. Lakukan pengukuran pada multimeter analog dan multimeter digital.
4. Ukur arus listrik pada masing-masing resistor yang disusun seri
5. Ukur tegangan pada masing-masing resistor yang disusun seri.
6. Untuk membuat rangkaian seri tersebut menjadi rangkaian paralel,
tambahan satu resistor dan disusun secara paralel.
7. Ukur tegangan pada masing-masing resistor yang disusun secara paralel.
8. Ukur arus listrik pada masing-masing resisitor yang disusun secara paralel
9. Ukur hambatan pada ketiga resistor yang tidak diketahui nilainya dengan
menggunakan multimeter analog dan multimeter digital. Susun ketiga
resistorsecara seri diparalelkan dan hubungkan dan hubungkan ke power
supply dengan memberikan jumper pada masing-masing ujung rangkaian.
10. Ukur tegangan pada masing-masing resistor
11. Ukur arus listrik pada masing-masing resisitor
6. PENGOLAHAN DATA
A. Percobaan 1.1 Resistor dirangkai secara seri tanpa tegangan

2,2 kΩ 2,2 kΩ

Nilai resistor Pengukuran Arus (A)


R1 2,2 kΩ Rs = R1 + R2 Digital : 5,5 kΩ
R2 2,2 kΩ = 2,2 kΩ + 2,2 kΩ Analog : 5,5 kΩ
= 4,4 kΩ

B. Percobaan 1.2 Resistor dirangkai secara seri dengan tegangan 5V

2,2 kΩ 2,2 kΩ

 MATEMATIS
Rs = R1 + R2
= 2,1 kΩ + 2,1 kΩ
= 4,2 kΩ

 NILAI ARUS DENGAN TEORI


IR1 = V1 / R1 IR2 = V2 / R2
= 5 V / 2,2 kΩ = 5 V / 2,2 kΩ
= 2,2 A = 2,2 A

I total = R1 + R2
= 2,2 A + 2,2 A = 4,4 A
 NILAI ARUS DENGAN MULTIMETER
DIGITAL : ANALOG :
IR1 = 2,3 A IR1 = 2,1 A
IR2 = 2,3 A IR2 = 2,1 A
Nilai arus total 4,6 A Nilai arus total 4,2

 NILAI TEGANGAN DENGAN TEORI


V 1 = I1 . R1 V 2 = I2 . R2
= 2,2 A . 2,2 kΩ = 2,3 A . 2,2 kΩ
= 4,83 Volt = 5,06 Volt

 NILAI TEGANGAN DENGAN MULTIMETER


DIGITAL : ANALOG :
VR1 = 4,83 volt VR1 = 4,83 volt
VR2 = 5.06 volt VR2 = 5,06 Volt

Analisi ERROR Data dari rangkaian seri dengan tegangan 5V


PERHITUNGAN ERROR
Teori Dgital P−M
X 100
2
RS 4,2 kΩ 5,4 kΩ 1,5
I1 2,2 A 2,3 A 1,05
I2 2,2 A 2,3 A 1,05
It 4,4 A 4,6 A 2,1
V1 4,8 V 4,8 V -
V2 5,0 V 5,0 V -

2. PERCOBAAN 2.1
RESISTOR YANG DIRANGKAI SECARA PARALEL TANPA
TEGANGAN
2,2 kΩ

3,3 kΩ

Nilai Pengukuran Arus (A)


resistor
R1 2,2 kΩ 1 1 1 Digital : 1,3 kΩ
= +
Rp R 1 R 2
R3 3,3 kΩ Analog : 1,3 kΩ
1 1 1
= +
Rp 2 , 2 3 ,3

1 3,2 2,1
= +
Rp 7 , 2 7 , 2
1 5,3
=
Rp 7,2
7,2
Rp =
5,3
Rp = 1,3 kΩ

PERCOBAAN 2.2
RESISTOR YANG DIRANGKAI SECARA PARALEL DENGAN
TEGANGAN 5 V

2,2 kΩ
3,3 kΩ

5V

 NILAI MATEMATIS
1 1 1
= +
Rp R 1 R 3
1 1 1
= +
Rp 2,2 kΩ 3,3 kΩ
1 2,2 kΩ+3,3 kΩ
=
Rp 7,26 kΩ
1 5,5 kΩ
=
Rp 7,26 kΩ
Rp 7,26 kΩ
=
1 5,5 kΩ
Rp
= 1,32 kΩ
1
 NILAI ARUS DENGAN TEORI
IR1 = V / R1 IR3 = V / R3
= 5V / 2,2 kΩ = 5V / 3,3 kΩ
= 2,2 A = 1,5 A
 NILAI ARUS DENGAN MULTIMETER
ANALOG : DIGITAL :
I1 = 2,2 A I1 = 2,2 A
I3 = 1,5 A I3 = 1,5 A

 NILAI TEGANGAN DENGAN TEORI


VR1 = I1 . R1 VR3 = I3 . R3
= 2,2 A . 2,2 kΩ = 4,84 V = 1,5 A . 3,3 kΩ = 4,8 V
 NILAI TEGANGAN DENGAN MULTIMETER
ANALOG : DIGITAL :
VR1 = 8,8 volt VR1 = 8,8 volt
VR2 = 3,7 volt VR3 = 3,7 volt

Analisi Error, Data dari rangkaian paralel dengan tegangan 5V


PERHITUNGAN ERROR
TEORI DIGITAL ANALOG P−M
X 100
2
RP 1,32 kΩ 1,30 kΩ - 0,6 7
I1 2,2 A 2,2 A 2,2 A -
I3 1,5 A 1,5 A 1,5 A -
V1 4,84 V 8,8 volt 8,8 volt 0,44
V3 4,8 V 3,7 volt 3,7 volt 2,95

3. PERCOBAAN 4.1
RESISTOR DIRANGKAI SECARA SERI DIPARALELKAN

2,2 kΩ 2,2 k
5V 15 V
3,3 kΩ

1) Nilai resistor pengganti


Rs1,2 = R1 + R2
= 2,2 kΩ + 2,2 kΩ
= 4,4 kΩ
Rtoaal = Rs 1,2 + R3
= 4,4 kΩ + 3,3 kΩ
= 7,7 kΩ
2) Nilai arus di I1 dengan teori menggunakan metode Loop ; V = 5V
-5V1 + 2,2 I1 + 3,3 (I1 – I2) =5
2,2 I1 + 3,3 I1 - 3,3 I2 =5
5,5 I1 - 3,3 I2 =5

Nilai arus di I2 dengan teori menggunakan Loop ;


-3,3 (I2 – I1) + 2,2 I2 +15 =0
-3,3I2 – 3,3I1 + 2,2I2 = -15
-3,3 I1 - 1,1 I2 = -15
 5,5 I1 - 3,3 I2 = 5 X1 5,5 I1 - 3,3 I2 = 5
 -3,3 I1 - 1,1 I2 = -15 X 3 9,9 I1 - 3,3 I2 = -45

-4,4 I1 = 50

50
I1 =-
4,4
I1 = - 1,13
-3,3 I1 - 1,1 I2 = -15

-3,3 (- 1,13) - 1,1 I2 = -15

- 1,1 I2 = -15 + 37,48

I2 = 22,48 / - 1,1

I2 = -2,04

I3 = I 1 + I 2

I3 = -1,13 + (-2,04)

I3 = -3,17

 NILAI ARUS DENGAN MULTIMETER


ANALOG : DIGITAL :
I1 = -0,7 A I1 = -1,1 A
I2 = 3,6 A I2 = 3,4A
I3 = 2,9 A I3 = 2,7 A

 NILAI ARUS DENGAN PROTEUS


I1 = 1,5 A
I2 = 2,8 A
I3 = 2,7 A

 NILAI TEGANGAN DENGAN TEORI


VR1 = I1 . R1 VR2 =I2 . R2
= (-1,13) A . 2,2 kΩ = (-2,04)A . 2,2 kΩ
= -2,48 Volt = -4,48 Volt

VR3 = I3 . R3
= -3,16 A . 3,3 kΩ
= -10,4 Volt

 NILAI TEGANGAN DENGAN MULTIMETER


ANALOG : DIGITAL :
VR1 = 1,6 V VR1 = 2,3 V
VR2 = 8,4 V VR2 = 7,2 V
VR3 = 6,8 V VR3 = 7,4 V

 NILAI TEGANGAN DENGAN PROTEUS


V1 = 2,5 V
V2 = 7,5 V
V3 = 7,5 V

PERHITUNGAN ERROR
TEORI DIGITAL ANALOG PROTEUS P−M
X 100
2
Rtot 7,7 kΩ
I1 -1,13 -1,19 mA -0,7 mA 1,5 mA 0,15
I2 -2,04 3,49 mA 3,6 mA 2,8 mA -0,3
I3 -3,17 2,7 mA 2,9 mA 2,7 mA -1,75
V1 -2,48 2,3 V 1,65 V 2,5 V -1,25
V2 -4,48 7,2 V 8,4 V 7,5 V -0,8
V3 -10,4 7,4 V 6,8 V 7,5 V 6,7

G. KESIMPULAN
1. Pada percobaan 1.1 yaitu rangkaian seri, terjadi error pada perhitungan
arus.
Hasil perhitungan teori arus dan perhitungan dengan multimeter baik itu
analog maupun digital tidak sama, analisis error nya yaitu pada I 1 = 1,05 ;
I2 = 1,05 ; I3 = 2,1.
2. Pada percobaan 1.2 yaitu rangkaian paralel, terjadi error.
Hasil perhitungan teori pada tegangan dan perhitungan dengan multimeter
baik itu analog maupun digital tidak sama. Analisis error nya yaitu pada
V1 = 0,4 ; dan V2 = 2,95.
3. Pada percobaan 1.3 yaitu rangkaian seri di paralelkan dengan V 1 = 5 volt
dan V2 = 15 volt, terjadi error pada perhitungan arus dan tegangan.
Hasil perhitungan teori tegangan pada rangkaian terebut dan perhitungan
pada proteus tidak sama.
Pada perhitungan teori didapat :
I1 = -1,13 ; I2 = -2,04 ; I3 = -3,17
V1 = -2,48 ; V2 = -4,48 ; dan V3 = -10,4. Sedangkan
Pada perhitungan dengan proteus :
I1 = 1,5 mA ; I2 = 2,8 mA ; I3 = 2,7 mA
V1 = 2,5 V ; V2 = 7,5 V ; dan V3 = 7,5 V
Hal tersebut bisa jadi dikarenakan salah dalam perhitungan teori dan atau
dikarenakan penggunakan alat yang kurang optimal, misalnya resistor
yang sudah lama atau sudah bengkok, atau juga dikarenakan penggunaan
power supply yang kurang optimal misalnya daya dari power supply tidak
stabil.

Anda mungkin juga menyukai