Anda di halaman 1dari 7

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bangli I, pada Kamis, 05

September 2019. Puskesmas Bangli I terletak di desa Taman Bali, Kec.

Bangli, Bangli. Puskesmas ini terdiri dari dua desa dan dua kelurahan yaitu

desa Bunutin, desa Taman Bali, kelurahan Bebalang, dan kelurahan Kawan

sebagai kelurahan yang paling banyak penduduknya. Batas-batas Puskesmas

Bangli di sebelah utara adalah kelurahan Cempaga, di sebelah selatan adalah

kabupaten Gianyar, di sebelah timur adalah kecamatan Tembuku, dan di

sebelah barat adalah kecamatan Susut. Luas wilayah Puskesmas Bangli yaitu

20,36 km2 atau 36,20% dari luas wilayah kecamatan Bangli.

Upaya kesehatan telah dilakukan dalam rangka melaksanakan

paradigma sehat sesuai dengan kebijakan pembangunan kesehatan sekarang

ini. Paradigma sehat lebih mengutamakan upaya-upaya promotif dan

preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Upaya-upaya

kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas Bangli adalah dalam rangka

mewujudkan strategi utama Kementerian Kesehatan yaitu meningkatkan

akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Berbagai

upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di wilayah

Puskesmas Bangli adalah pelayanan kesehatan dasar (pelayanan kesehatan

ibu dan anak, pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah,

pelayanan KB, pelayanan imunisasi, pelayanan pengobatan/perawatan,

pelayanan kesehatan lingkungan), pelayanan kesehatan rujukan (pelayanan


kesehatan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin dan

penanganan penyalahgunaan NAPZA), pencegahan dan pemberantasan

penyakit (pengendalian penyakit Polio, TB Paru, ISPA, HIV/AIDS dan PMS,

DBD, Malaria, Kusta, Filaria, Antraks, Avian Influenza), perbaikan gizi

masyarakat (pemantauan pertumbuhan balita dan pelayanan gizi).

Pelayanan terkait penelitian yang dilakukan di Puskesmas ini yaitu

pelayanan imunisasi. Pelayanan imunisasi ini rutin dilakukan setiap selasa

dan kamis. Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi dasar

untuk bayi umur 0-1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, Hb), imunisasi untuk

Wanita Usia Subur/Ibu Hamil (TT), dan imunisasi untuk anak SD (kelas 1:

DT dan kelas 2-3: TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan

atas dasar ditemukannya masalah seperti Desa non UCI, potensial/risti KLB,

ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnta berdasarkan

kebijakan teknis seperti saat ini imunisasi tambahan yang dilakukan yaitu

imunisasi JE (Japanese Encephalitis).

2. Hasil analisis data

Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas menggunakan uji Saphiro Wilk. Nilai signifikansi Saphiro Wilk

nyeri sebelum perlakuan kompres es sebesar 0,006, sedangkan nilai

signifikansi Saphiro Wilk nyeri sesudah perlakuan kompres es sebesar 0,006.

Berdasarkan hasil tersebut, diketahui nilai signifikansi Saphiro Wilk untuk

data sebelum dan sesudah perlakuan kompres es lebih besar dari 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.


Setelah diketahui berdistribusi normal maka uji hipotesis yang

digunakan adalah statistik parametrik menggunakan uji paired samples t-test.

Hasil uji paired samples t-test disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel
Nyeri Saat Imunisasi pada Anak Usia 9-24 Bulan Sebelum dan Sesudah
Diberikan Perlakuan Kompres Es
di Puskesmas Bangli I
Tahun 2019

Variabel Mean SD Selisih Mean p value N


Nyeri
Sebelum 3,40 0,548 1,80 0,001 5
Sesudah 1,60 0,548

Rata-rata skala nyeri sebelum perlakuan sebesar 3,40 dengan standar

deviasi 0,548. Rata-rata skala nyeri sesudah perlakuan sebesar 1,60 dengan

standar deviasi 0,548. Selisih mean antara nyeri sebelum dan sesudah

perlakuan sebesar 1,80. Uji statistik didapatkan p value (Sig. 2-tailed) sebesar

0,001 (p value < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha dari penelitian

ini diterima yang artinya ada pengaruh kompres es terhadap nyeri pada anak

usia 9-24 bulan di Puskesmas Bangli I tahun 2019.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh kompres es terhadap nyeri pada anak usia 9-24 bulan

Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bangli I menunjukkan

setelah diberikan perlakuan kompres es pada anak usia 9-24 bulan, skor rata-

rata nyeri pada responden mengalami pengurangan sebesar 1,80. Hasil

analisis menggunakan uji statistic paired samples t-test didapatkan nilai p

value pada Sig 2-tailed yaitu 0,001. Hal ini menunjukkan p value < α (0,05)
dengan demikian hipotesis penelitian diterima yang berarti ada pengaruh

kompres es terhadap nyeri saat imunisasi pada anak usia 9-24 bulan.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian lain yang membuktikan

bahwa kompres es dapat meminimalkan nyeri imunisasi pada anak usia

toodler (Jose & Umarini). Kompres es mempunyai efek pengurang respon

nyeri yang sama seperti penggunaan EMLA (Eutentic Micture of Local

Anesthetics) pada anak usia sekolah yang dilakukan prosedur pungsi vena

(Ramadhanie, 2013).

Kompres es dapat membuat kulit menurunkan respon nyeri oleh karena

adanya pelepasan hormon endorphin, sehingga dapat memblokir transmisi

serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, juga

menurunkan transmisi nyeri pada serabut C dan delta A, sehingga pintu

sinaps menutup transmisi impuls nyeri (Sulistiyani, 2009). Penelitian yang

dilakukan Sulistiyani (2009) membuktikan bahwa kompres es merupakan

metode efektif dan efisien apabila digunakan sebagai stimulasi kulit, terutama

pada anak usia pra sekolah yang dilakukan pemasangan infus.

Stimulus nyeri yang terjadi karena imunisasi akan diterima dan

dilanjutkan oleh jaras-jaras nyeri, namun apabila kompres es diberikan, maka

kemampuan jaras-jaras nyeri untuk menerima dan melanjutkan stimulus nyeri

akan berkurang (Ball & Blinder, 2003 dalam Sulistiyani, 2009). Kompres es

merupakan metode murah, aman, dan mampu mengurangi rasa nyeri saat

dilakukan pengambilan darah vena pada anak usia pra sekolah (Kiran, Kaur

& Marwaha, 2013).


Suasana lingkungan dibuat sealami mungkin, sehingga anak tidak

merasa cemas dengan perlakuan yang diberikan. Intensitas waktu pemberian

kompres es berbeda-beda setiap responden yang menjadi salah satu

kelemahan dalam penelitian ini sehingga beberapa responden harus drop-out.

Intensitas waktu yang berbeda disebabkan karena keengganan anak yang

terlalu lama diberikan kompres es, sehingga orang tua bergegas

memulangkan anaknya maupun terlalu cepat diberikan sehingga tidak

menurunkan intensitas nyerinya.


BAB VI
PENUTUP

A. Simpulan

Penelitian, pengolahan data, dan analisis data telah dilakukan, sehingga

dapat disimpulkan:

Ada pengaruh yang signifikan dari kompres es terhadap saat imunisasi

pada anak usia 9-24 Bulan di Puskesmas Bangli I Tahun 2019 dengan p value

sebesar 0,001.

B. Saran

Berkaitan dengan simpulan hasil penelitian, terdapat beberapa hal yang

disarankan demi pengembangan hasil penelitian ini.

1. Bagi Kepala UPT. Kesmas Sukawati I

Program imunisasi di Puskesmas Bangli I sudah berjalan dengan baik,

mengingat imunisasi selalu dilaksanakan dengan intensitas nyeri pada anak

yang cukup tinggi, untuk itu perlu ditambahkan intervensi yang efektif selain

teknik distraksi, seperti kompres es selama melakukan imunisasi.

2. Bagi masyarakat

Diharapkan masyarakan di wilayah kerja Puskesmas Bangli I dapat

menerapkan teknik kompres dalam imunisasi selanjutnya secara mandiri,

sehingga ibu atau yang mendampingi anak saat imunisasi tidak akan merasa

cemas akan rasa sakit yang akan ditimbulkan dari imunisasi.

3. Bagi perawat dan mahasiswa keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pedoman kepada

perawat dan mahasiswa keperawatan lainnya dalam meningkatkan mutu


asuhan keperawatan anak sehingga dapat mengurangi intensitas nyeri pada

anak saat imunisasi.

4. Bagi bidang keilmuan dan peneliti selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam

pengembangan ilmu keperawatan anak khususnya terkait pelayanan

imunisasi. Selain itu, peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan

kelompok kontrol dalam membandingkan efektivitas intervensi pada

penelitian ini, menambahkan durasi prosedur yang dilakukan, dan melakukan

pengamatan jangka panjang terkait efek samping yang ditimbulkan dari

kompres es pada saat imunisasi dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai