PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Defenisi
2.1.2 Klasifikasi
2.1.4 Patofisiologi
Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima
arteria besar. Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan berserabut ,
sedangkan sel – sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan
berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik
tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat – tempat yang
melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat – tempat khusus tersebut.
Pembuluh – pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin
jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis bagian atas dan
basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar.
Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding
pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin
difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat
terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya
seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna
kebas dan kelemahan pada wajah, lengan, atau kaki (terutama pada satu
sisi tubuh); kebingungan/konfusi atau perubahan status mental; sulit berbicara
atau memahami pembicaraan; gangguan visual; kehilangan keseimbangan,
pening, kesulitan berjalan; atau sakit kepala berat secara mendadak.
A. Kehilangan Motorik
Hemiplegia, hemiparesis
Paralesis kulai (lemah) dan kehilangan atau penurunan reflex
tendon dalam (manifestasi klinis awal) dilanjutkan dengan (setelah
48 jam) kemunculan kembali reflex tendon dalam dan secara
abnormal meningkatnya tonus otot (spastisitas).
B. Kehilangan Komunikasi
Disartia (sulit berbicara)
Disfasia ( gangguan berbicara) atau afasia (kehilangan kemampuan
berbicara)
Apraksia (ketidakmampuan untuk melaksanakan tindakan yang
telah dipelajari sebelumnya).
C. Gangguan Persepsi dan Kehilangan Sensori
Disfungsi persepsi-visual (hemianopia homonimus [kehilangan
setengah bagian lapang pandang].
D. Gangguan dalam hubungan spasial-visual (mempersepsikan hubungan
antara dua objek atau lebih dalam area yang renggang), sering kali terlihat
pada pasien dengan kerusakan hemisfer kanan.
E. Gangguan Efek Kognitif dan Psikologis
Kerusakan lobus frontal : kemampuan belajar, memori atau fungsi
intelektual kortikal lain yang lebih tinggi dapat terganggu.
Disfungsi tersebut mungkin direfleksikan dalam terbatasnya
rentang perhatian, kesulitan dalam membuat kesimpulan, pelupa
dan kekurangan motivasi.
Depresi, masalah psikologis lain : labilitas,emosional, permusuhan,
frustasi, kemarahan, dan kehilangan kerja sama.
hudak dan gallo. 1996. Keperawatan kritis pendekatan holistik volume II edisi VI.
Jakarta : EGC.
Brunner and Suddarth. 2013. Keperawatan medikal bedah edisi 12. Jakarta :
EGC.