PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan kemajuan zaman, banyak sekali perilaku manusia dalam bermasyarakat telah
mengabaikan norma-norma hukum yang berlaku, akibatnya terjadi kekacauan dan terganggunya
ketertiban dan ketentraman kehidupan manusia.
Penyelewengan-penyelewengan seperti inilah biasanya dicap sebagai suatu pelanggaran bahkan
sebagai suatu tindak kejahatan dan motif-motif kejahatan itu ada kalanya berupa penipuan dan
penghancuran (perusakan) yang mana kedua macam kejahatan ini memiliki unsur-unsur untuk
membuktikan adanya penipuan atau perusakan tersebut.
Masing-masing katagori penipuan atau perusakan baik ringan maupun berat sudah tertuang dalam
buku II KUHP berikut penjelasan akibat hukumnya sehingga seorang hukum dapat menjatuhi
hukuman berdasarkan bukti-bukti dan pasal-pasal yang tertuang didalamnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana terpapar diatas, dapat dirumuskan persoalan-
persoalan yang akan dikaji dalam makalah ini, sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan penipuan dan penghancuran itu?
2. Ada berapa macam unsur penipuan dan penghancuran?
3. Dalam bentuk apa saja penipuan itu, serta bagaimana akibat hukumnya?
4. Apa saja bentuk penghancuran itu dan apa akibat hukumnya?
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk dapat membuktikan seseorang melakukan penipuan hakim harus melakukan pemeriksaan
yakni apakah benar terdakwa telah :
a. Terbukti memenuhi unsur kesengajaan (Opzet)
b. Terbukti memenuhi semua unsur tindak pidana penipuan.
(B.1) Barang siapa
Kata ini menunjukkan orang jadi apabila ia memenuhi semua unsur tindak pidana pencurian yang
diatur dalam pasal 378 KUHP, maka ia dapat disebut pelaku atau dader dari tindak pidana
pencurian.
(B.2) menggerakkan orang lain (iemand bewegein)
Bewegein selain diartikan menggerakkan, sebagian ahli juga menggunakan istilah membujuk atau
menggerakkan hati. KUHP tidak memberikan keterangan jelas istilah bewegen tersebut.
Menggerakkan disini didefinisikan sebagai perbuatan mempengaruhi atau menanamkan pengaruh
pada orang lain, objeknya kehendak seseorang. Yang jelas dengan cara tidak benar karena kalau
dengan cara benar bagaimana mungkin orang lain (korban) terpengaruh.
(B.3) Sarana-Sarana Penipuan (Oplichtingsmiddelen)
Sarana penipuan disini diantara salah satunya harus dipakai atau perbuatan tersebut dapat
dikatakan penipuan. Seperti dengan menggunakan nama palsu yang bukan nama aslinya atau nama
aslinya sendiri tapi belum diketahui masyarakat umum, adapula memakai sifat-sifat yang palsu,
dengan tipu muslihat dan juga kata-kata bohong.
Terdapat perbedaan antara tipu muslihat dan rangkaian kebohongan, kalau tipu muslihat itu berupa
membohongi tanpa kata-kata sedangkan rangkaian kebohongan itu dengan kata-kata bohong atau
tidak benar, akan tetapi dalam praktek kedua cara ini dipergunakan bersama-sama dan secara
gabungan.
Kejahatan penipuan ini tergolong dalam delicta commisionis, yang intinya melanggar larangan
undang-undang pasal 378 tentang penipuan dan juga merupakan delik aduan sebagaimana
dikemukakan oleh menteri kehakiman Belanda moderman yang memiliki dua alasan, asusila dan
materiil selain itu juga dikatakan sebagai vermogens delicten yaitu delik-delik terhadap harta
benda, yang disertai dengan bentuk penipuan-penipuan lain.
Berbeda dengan penghancuran (perusakan) unsur-unsur yang dipakai berbeda dengan unsur
penipuan.
Unsur-unsur penghancuran dan pengrusakan sebagaimana dalam pasal 406 ayat 1 memiliki unsur-
unsur sebagai berikut :
a. Unsur subjektif : 1. Dengan sengaja (Opzetdelijke)
2. Melawan hukum
b. Unsur Ojektif : a. Perbuatan
1. Menghancurkan (vernielen)
2. merusakkan (beschadingen)
3. membuat sehingga tidak dapat dipakai
4. menghilangkan (wegmaken)
b. Objeknya suatu benda,
c. Yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain.
Penerapan opzet diatas hanya terpaut pada perbuatan saja, karena melawan hukum, benda dan
yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain itu, orang hanya dapat mengetahuinya saja dan
opzet tersebut sebagai willens en wittens (menghendaki dan mengetahui)
Lain halnya dengan pasal 406 ayat 2, objek yang dipakai adalah hewan menghancurkan bisa jadi
membunuh bunyi ayat 2 tersebut sebagai berikut :
“Pidana itu juga dijatuhkan kepada orang, yang dengan sengaja dan dengan melawan hukum
membunuh, merusakkan, membuat sehingga tidak dapat dipakai lagi atau menghilangkan hewan
yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain”
NO TB PENIPUAN PENGHANCURAN/PENGRUSAKAN
1 Pengertian Pasal 378 KUHP Pasal 406 KUHP
Subjektif2 Unsur
- Menguntungkan diri sendiri atau orang lain
Objektif
- Barang siapa
- Menggerakkan orang lain
Subjektif- Menggunakan tipu muslihat dan kata bohong
- Sengaja (Opzet)
- Melawan hukum
Objektif
- Perbuatan
- Suatu benda
- Milik orang lain
3 Bentuk-bentuk (pasal 379) - Jual beli (379a,383 dan 386).
- Memalsu nama / benda (380)
- Asuransi (381&382)
- Persaingan curang (382 bis)
- Stellionat / penipuan hak atas tanah (385)
- Pemborong membuat bangunan (387)
- Penyerahan alat militer (388)
- Batas, pekarangan (389)
- Menyiarkan berita bohong (390)
- Bohong atas surat sore / hutang (391)
- Dalam keluarga (393 bis)
- Pengumuman neraca ( 392)
- Mengimpor dan menjual ( 393)
- Penyerahan perkara (393 bis) - Terhadap benda ringan (407)
- Terhadap bangunan kereta api (408)
- Lalai terhadap bangunan kereta api (409)
- Terhadap gedung dan kapal (410 KUHP)
BAB III
KESIMPULAN