Anda di halaman 1dari 11

Tugas

Makalah Amdal
“Pelingkupan”

Oleh :

Hanafi Ma’ruf

1310421081

Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Andalas
Padang, 2017
BAB I.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu usaha/kegiatan yang dilakukan manusia pada dasarnya menimbulkan suatu dampak
terhadap lingkungan sekitar kegiatan, meskipun tidak semua kegiatan yang dilakukan tersebut
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Penentuan ada tidaknya dampak penting,
sebenarnya cukup pelik, hal tersebut dikarenakan cakupan ruang yang luas dan terdiri dari
berbagai komponen (fisika, kimia, biologi, sosekbud, dll) dari lingkungan itu sendiri yang menjadi
faktor kendala. Walau demikian, penting bagi pelaksana kegiatan, baik itu perorangan maupun
kelompok, sebelum melakukan kegiatan/usahanya, terlebih dahulu harus melengkapi segala
bentuk persyaratan ataupun dokumen yang harus mereka penuhi, salah satunya yaitu dokumen
AMDAL.

AMDAL merupakan suatu studi Analisa Mengenai Dampak Lingkungan yang digunakan
sebagai alat (syarat) yang harus ada dalam perencanaan suatu pembangunan. Cakupan AMDAL
meliputi diantaranya : Kerangka Acuan(KA), Analisis Dampak Lingkungan (RKL dan RPL), dll.
Dengan rincian tahapan studinya yang mencakup: screening (penapisan), scoping (pelingkupan),
identification (identifikasi), prediction (prakiraan) dan evaluation (evaluasi) yang kemudian
dilanjutkan dengan pengelolaan dan pemantauan (RKL dan RPL). Tujuan penyusunan AMDAL
adalah: (1) Merumuskan lingkup dan kedalaman studi AMDAL, (2) Mengarahkan studi AMDAL
agar efektif dan efisien sesuai dengan biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia. Adapun fungsi
dokumen AMDAL adalah : sebagai (1) Rujukan bagi pemrakarsa, instansi pemerintah, dan
penyusun AMDAL, (2) Rujukan bagi penilai dokumen AMDAL.

Dalam studi AMDAL, scoping(pelingkupan) merupakan tahapan awal dan sangat penting.
Proses pelingkupan diawali oleh identifikasi dampak potensial, kemudian evaluasi dampak
potensial hingga penentuan dampak penting hipotetik. Untuk itu penyusun AMDAL harus
mempunyai pengalamam dan wawasan tentang rincian atau karakter kegiatan (termasuk
alternatif-alternatifnya) maupun komponen lingkungan hidup (fisika, kimia, biologi,
sosekbudkesmas, dll).
1.2 Tujuan

- Mengetahui apa itu pelingkupan


- Mengetahui tujuan dari pelingkupan
- Mengetahui manfaat dari pelingkupan
- Mengetahui proses pelingkupan
- Mengetahui metode pelingkupan
-
BAB II.
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pelingkupan

Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup permasalahan dan
mengidentifikasi dampak penting (hipoetis) yang terkait dengan rencana kegiata, serta
mengkonsultasikan dengan semua pihak yang terlibat didalamnya. Pelingkupan yang dimaksud
dalam AMDAL hampir sama dengan perumusan masalah dalam suatu penelitian ilmiah, yaitu
melakukan pembatasan ruang lingkup ke hal-hal (faktor) yang relevan untuk pengambilan
keputusan atau menyimpulkan hasil penelitian menjadi lebih baik (tepat dan benar). Dapat
pula dikatakan sebagai pemusatan (focusing) pelaksanaan AMDAL, sehingga hal-hal (faktor) yang
tidak urgen tidak perlu dikaji. Pelingkupan juga merupakan suatu proses penelahaan sebab akibat,
interaksi antara kegiatan dengan komponen lingkungan hidup dan atau diantaranya. Telaahan
interaksi sebab akibat, dibatasi secara rasional untuk hal-hal yang penting, dengan pertimbangan
dan beberapa asumsi yang logis (spatial and temporal).
Proses pelingkupan dilakukan dengan menggunakan atau memilih beberapa metode.
Namun perlu juga diingat bahwa permasalahan dinamika lingkungan hidup terkadang tidak
hanya terjadi secara objektif, tetapi dapat subjektif. Memutuskan hal-hal penting (parameter
komponen lingkungan hidup, sebaran geografis, dan sebaran waktu) dalam pelingkupan juga
perlu mempertimbangkan beberapa kendala yang lazimnya dihadapi dalam penelitian (kepakaran,
peralatan, waktu, dan biaya). Tetapi secara ideal (ketentuan hukum) kendala di atas, dalam
AMDAL tidak dapat ditiadakan. Untuk mengatasi hal ini, jika harus dengan asumsi, maka
memerlukan pertimbangan ilmiah yang lebih baik. Kendala yang dihadapi kemungkinan
berupa ketersediaan data jangka panjang (curah hujan, angin, debit air sungai, dinamika
kependudukan), ketersediaan peta, distribusi cemaran udara yang ada, dan lain sebagainya.
2.2 Tujuan Pelingkupan

- Menetapkan batas wilayah studi dan batas/horison waktu prakiraan dampak


- Mengidentifikasi dampak panting terhadap lingkungan yang dipandang relevan untuk
ditelaah secara mendalam dalam penyusunan AMDAL
-  Menetapkan tingkat kedalaman studi ANDAL sesuai dangan sumberdaya yang
tersedia (waktu, dana, tenaga)
- Menetapkan lingkup studi dan rancangan studi ANDAL/SEL secara sistematis
- Menelaah kegiatan/proyek-proyek lain yang terkait dan terletak di wilayah studi

2.3 Manfaat Pelingkupan

- Dapat langsung diarahkan pada hal-hal yang menjadi pokok bahasan secara


mendalam
- Menghindari timbulnya konflik dan tertundanya kegiatan pembangunan proyek
- Biaya, tenaga, dan waktu bisa lehih efektif dan efisien berkat terfokusnya studi
hanya pada dampak penting
- Penyusunan AMDAL dapat berlangsung dengan lebih terarah berkat adanya
kejelasan lingkup studi, kedalaman, dan strategi pelaksanaan studi
2.4 Proses Pelingkupan

Deskripsi
Rencana
Kegiatan

Rona Dampak Dampak Prioritas


Lingkungan Potensial Penting Dampak
Hidup Hipotetik Penting
Hipotetik

Masukan
Identifikasi Evaluasi Dampak
Masyarakat
Dampak Dampak Penting
Potensial Potensial Hipotetik

Gambar 1. Bagan Proses Pelingkupan

2.5 Metode Pelingkupan

Pelingkupan dapat dilakukan secara baik, apabila data rincian kegiatan sudah lengkap dan
rona lingkungan secara umum dapat dipahami. Langkah awal adalah identifikasi dampak
(identification), kemudian memberi pembobotan dampak (scoring) dan selanjutnya pemusatan
dampak (focusing).
2.5.1 Identifikasi Dampak
Metode identifikasi dampak untuk pelingkupan sama dengan untuk ANDAL.
Beberapa metode identifikasi yang ada disesuaikan atau dipilih yang cocok
dengan karakteristik proyek. Metode identifikasi dampak diantaranya adalah :
1. Bagan Alir (Network = Flowchart)
Metode ini membuat gambar alur (tanda panah) sebab akibat
sumber dampak (kegiatan) terhadap komponen lingkungan (variabel) yang
terkena dampak maupun alur interaksinya.
 Kelebihan : Dapat menggambarkan sebab akibat, dampak langsung dan
tidak langsung, dan beberapa sumber dampak terhadap suatu komponen
lingkungan.
 Kekurangan : Tidak memberi uraian penjelasan sebab akibatnya, perkiraan
besar dampak, dan lokasi maupun lama waktu kejadian dampak.
2. Daftar Uji (Checklist)
Daftar uji ada 2 atau 3 macam yaitu: simple checklist, descriptive checklist,
dan questioner checklist. Metode simple cheklist adalah membuat
daftar berupa tabel sederhana, tiap baris berisi rincian kegiatan proyek dan
kolomnya berisi tanda dampak (- dan +); adapun descriptive checklist
kolomnya ditulis uraian dampak. Sedangkan questioner checklist kolomnya
berisi pertanyaan- pertanyaan, dan kolom lain dapat diis tanda ada tidaknya
dampak (- atau +).
Simple checklist lebih praktis, cukup satu halaman sehingga keseluruhan
dampak proyek mudah dilihat, sebaliknya descriptive checklist kurang praktis
tetapi lengkap dengan uraian penjelasan (perkiraan besar dampak, lokasi,
dan waktu).
 Kelebihan: lebih praktis dan bisa memberikan penjelasan.
 Kekurangannya: tidak dapat menggambarkan dampak ikutannya.
3. Matrix
Metode ini membuat daftar berupa tabel kontingensi (matrix) yaitu
interaksi tiap baris berupa rincian sub komponen lingkungan hidup dan
tiap kolom berupa rincian tahapan kegiatan proyek. Apabila ada dampak,
maka kotak interaksi baris dan kolom yang bersangkutan diberi tanda (bisa
dipilih x , /, √, -, + ).
 Kelebihan : Langsung menggambarkan hasil interaksi kegiatan dan
dampaknya, bisa satu halaman sehingga cukup praktis untuk mengetahui
keseluruhan dampak. Jika kontingensi dapat dijumlahkan (ada standar
scoring), maka tiap baris (dampak komponen lingkungan) atau kolom
(kegiatan) dapat dijumlahkan.
 Kekurangan : Tidak dapat menggambarkan dampak langsung dan tidak
langsung dan juga tidak memuat uraian penjelasan.
 Kekurangan: tidak dapat menggambarkan dampak langsung dan tidak langsung dan
4. Overlay
Metode ini menggunakan beberapa peta tematik tata letak kegiatan proyek
maupun rona biogeofisik wilayah kerja proyek atau wilayah ekologisnya
ditumpang tindihkan. Metode ini digunakan untuk analisis parameter-parameter
tertentu (sebaran pencemaran udara, penutupan lahan, migrasi satwa,
pencampuran massa air, dll). Overlay lebih banyak digunakan untuk
penentuan titik pengambilan sampel rona lingkungan atau penentuan batas
wilayah studi.
5. Adhoc
Metode ini menggunakan tim atau kepanitiaan untuk melakukan
pelingkupan. Tim yang dibentuk dari pakar yang berpengalaman dengan
jenis atau karakteristik proyek serta dari berbagai bidang keahlian (biogeofisik
maupun sosekbudkesmas). Rincian kegiatan proyek bidang eksplorasi
migas, pengilangan migas, pertambangan, pengusahaan hutan, perkebunan, dan
lain-lain mempunyai permasalahan yang berbeda-beda. Demikian pula kepekaan
pakar masing-masing bidang akan berbeda. Semakin lengkap keahlian anggota
tim, maka isu pokok dalam pelingkupan akan semakin baik.
2.5.2 Pembobotan Dampak
Setelah komponen lingkungan hidup yang terkena dampak diidentifikasi,
dilanjutkan dengan pembobotan besar kecilnya atau penting tidaknya dampak tersebut.
Pembobotan dapat menggunakan pertimbangan 6 kriteria evaluasi dampak penting dan
skala (kuantitatif atau kualitatif). Namun perlu diingat, kriteria atau skala yang digunakan
terkadang tidak tepat untuk parameter-parameter tertentu. Pencemar yang bersifat akut,
lethal, atau terakumulasi dapat terabaikan, demikian pula dengan persepsi penduduk yang
berbeda kepentingannya atau berbeda tingkat pengetahuannya. Semakin banyak kriteria
atau semakin banyak skala yang dipakai akan semakin sulit menentukan perbedaan antar
dampak, sebaliknya jika terlalu sedikit maka tidak jelas perbedaannya. Terlebih,
karakteristik rona lingkungan hidupnya berbeda. Kelestarian manfaat lingkungan hidup
(biogeofisik) tetap terjaga, tetapi di negara maju, kepedulian terhadap kesejahteraan
masyarakat secara berkesinambungan mendapat perhatian serius (detail). Sedangkan di
negara berkembang, cenderung terabaikan, lebih cenderung beragumen sesuai dengan
peraturan perundangan. Baku mutu emisi atau effluent limbah cair atau bahkan untuk
lingkungan terkadang tidak tepat untuk proyek sejenis di lokasi tertentu.
Untuk itu pelingkupan sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan masukan
dari beberapa pustaka, partisipasi masyarakat (melalui sosialisasi), atau peretemuan
- pertemuan (seminar kelompok, lokakarya, brainstorming, dll).
2.5.3 Pemusatan Dampak
Dampak yang telah teridentifikasi dan bobotnya secara hipotetis penting atau
menjadi isu pokok, selanjutnya ditelaah keterkaitan satu sama lainnya atau keterkaitannya
dengan faktor-faktor lain. Hal ini untuk menentukan metode pengumpulan data tiap
variabel atau faktor penentunya, terutama dampak yang dapat diprakirakan secara formal
(model matematika). Adapun yang tidak dapat diprakirakan secara formal,
dapat menggunakan analogi dengan asumsi yang akurat. Hasil pemusatan dampak selain
berupa variabel (penting atau isu pokok); juga berupa cara pengukurannya (lokasi,
waktu, frekuensi), peralatan yang diperlukan, pembiayaan, dan kepakaran yang
diperlukan.
2.5.4 Penentuan Batas Geografis
Batas geografis yaitu batas wilayah studi ANDAL ditentukan berdasarkan batas
(dan tata letak) kegiatan proyek, batas administrasi, batas ekologis biasanya (daerah
tangkap air), dan letak kegiatan lain yang signifikan memberikan dampak lingkungan.
Ketersediaan peta-peta di atas dan informasi tematik lain (tata guna lahan, topografi, jalan,
dan permukiman) sangat penting dalam pelingkupan. Tidak hanya untuk penentuan batas
wilayah studi, tetapi juga untuk identifikasi, maupun pembobotan dan pemusatan dampak

2.6 Waktu Pelaksanaan Pelingkupan

1. Saat penapisan proyek (rencana kegiatan)


Bertujuan untuk menetapkan apakah suatu rencana kegiatan :
- Tidak memerlukan proses AMDAL
- Perlu AMDAL karena jelas menimbulkan dampak.
- Perlu dokumen PIL terlebih dahulu karena perilaku dampak belum diketahui.
-

2. Saat penyusunan Kerangka Acuan (KA)


Merupakan proses kelembagaan, karena diikutsertakannya berbagai pihak.
- Pemrakarsa
- Instansi yang berwenang
- Tokoh masyarakat
- Para pakar
Bermanfaat sesuai dengan tujuan pelingkupan
3 Saat penyusunan ANDAL, RKL DAN RPL
Dilakukan oleh penyusun dokumen tersebut, tujuannya agar senantiasa berada
dalam konteks penelaahan dampak penting lingkungan seperti dimaksud dalam
kerangka acuan.
Bersifat teknis :
- Kegiatan pengumpulan data
- Analisis data
- Rekomendasi UPL dan UKL
- Diarahkan untuk keperluan kajian dampak penting

Proses Pelingkupan (untuk menyusun Kerangka Acuan) :


1. Identifikasi dampak potensial
Tentang rencana kegiatan atau proyek yang diusulkan, yang bersumber dari:
- Pemrakarsa kegiatan
-  Masyarakat
-  Pakar
- Instansi pemerintah
2. Evaluasi segenap dampak potensial
Untuk menghasilkan dampak penting hipotetis dengan meniadakan dampak
potensial yang tidak relevan atau yang kurang atau tidak penting
3. Pemusatan (focussing) segenap dampak penting hipotetis dengan maksud agar terancang
lingkup dan sistematis dengan fokus bahasan pada dampak penting
BAB III.
KESIMPULAN

 Analisis dampak lingkungan adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan padalingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan
di Indonesia.Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL
adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun
AMDAL atau tidak.
 AMDAL sesungguhnya suatu telaah yang dilakukan secara bertahap yaitu penapisan
(screening), pelingkupan (scoping), identifikasi (identification), prakiraan (prediction),
dan evaluasi (evaluation) yang kemudian dilanjutkan dengan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan (RKL dan RPL).
 Proses pelingkupan merupakan proses konsultasi dengan semua pihak terkait, seperti
penduduk yang akan terkena dampak, pemrakarsa proyek, ahli teknis dan perencana, guna
untuk mengidentifikasi concerns dan issues.
Daftar Pustaka

Canter, L. W. 1977. Environmental Impact Assessment. McGraw-Hill Book Co. New York.
FEARO. 1978. Guide for Environmental Screening. Federal Activities Branch
Environmental Protection Service and Federal Environmental Assessment Review
Office. Minister of Supply and Services, Canada.
Rau, J. G. dan Wooten, D. C. 1980. Environmental Impact Analysis Handbook. McGraw-Hill Book
Co. New York.
Soemarwoto, O. 1988. Analisis Dampak Lingkungan. Gajah Mada Univercity Press. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai