Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

DIAGNOSA ISOLASI SOSIAL


DI RUANG GRAHA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

OLEH

ROHANI
19113111052

OLEH:

RENI IMAWATI LAKE


NIM : 530321119690

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

TAHUN 2020
1. Konsep Dasar Teori
1.1 Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak terima, kesepian dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Yosep,
2014).
Isolasi sosial adalah upaya menghindari suatu hubungan komunikasi
dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan (Balitbang,
2007)
Rentang Respon ( Direja,2011)

Respon adaptif Respons Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Menarik diri

Otonomi Depedensi Ketergantungan

Bekerja sama Curiga Manipulasi

Interdepnden Curiga

Keterangan dari rentang respon sosial :


1. Solitut (Menyendiri)
Solitut atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan seorang untuk
merenung apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara
untuk menentukan langkahnya.
2. Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan social.
3. Kebersamaan (Mutualisme)
Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan interpersonal.
4. Saling ketergantungan (Interdependent)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana hubungan tersebut
mampu untuk saling memberi dan menerima.
5. Kesepian
Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak adanya perhatian
dengan orang lain atau lingkunganya.
6. Menarik diri
Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan dengan
orang lain atau lingkunganya.
7. Ketergantungan (Dependent)
Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri, tergantung pada orang lain.
8. Manipulasi
Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan bukan
berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan orang lain.
9. Impulsive
Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu.
Mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
10. Narkisme
Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian.
Individu akan marah jika orang lain tidak mendukungnya.

1.2 Etiologi
Menurut Direja (2011), penyebab dari menarik diri adalah harga diri
rendah yaitu perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan
malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan
hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga dapat
mencederai diri.
Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:
a. Faktor predisposisi
a) Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi, maka akan menghambat masa perkembangan
selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang
lain. Kurangnya stimulasi, kasih saying, perhatian, dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan dikemudian hari. Oleh karena itu, komunikasi yang
hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak merasa
diperlakukan sebagai objek
b) Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi
penting dalam mengembangkan gangguan tingkah laku seperti sikap
bermusuhan/hostilitas, sikap mengancam, merendahkan dan
menjelek-jelekkan anak, selalu mengkritik, menyalahkan, dan anak
tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya, kurang
kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaraan
anak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur
sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan
masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah,
ekspresi emosi yang tinggi, double bind, dua pesan yang bertentangan
disampaikan saat bersamaan yang membuat bingung dan
kecemasannya meningkat.
c) Faktor sosial budaya.
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan
merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan.
Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang
dianut oleh satu keluarga seperti anggota tidak produktif diasingkan
dari lingkungan sosial.
d) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota
keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian
kembar monozigot apabila salah satu diantaranya menderita
skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya
8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik,
diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
b. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun
eksternal, meliputi:
a) Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua,
kesepian karena ditinggal jauh, dan dirawat di rumah sakit atau di
penjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
b) Stressor biokimia berupa teori dopamin yaitu kelebihan dopamin pada
mesokortikal dan mesolimbik serta traktus saraf dapat merupakan
indikasi terjadinya skizofrenia. Menurunnya MAO (Mono Amino
Oksidasi) di dalam darah akan meningkatkan dopamin dalam otak.
Karena salah satu MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan
dopamin, maka penurunannya MAO juga dapat merupakan indikasi
terjadinya skizofrenia.Faktor endokrin berupa jumlah FSH dan LH yang
rendah ditemukan pada pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin
mengalami penurunan karena dihambat oleh dopamin. Hipertiroidisme,
adanya peningkatan maupun penurunan hormon adrenokortikal
seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik. Viral hipotesis yaitu
beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik
diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah struktur sel-sel otak.
c) Stresor biologik dan lingkungan sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi
akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
d) Stresor psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas
kecemasan ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan
individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai
masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
1.3 Tanda dan gejala
Menurut Kusnawati, Yosep (2011), tanda dan gejala isolasi sosial yang
dapat ditemukan dengan wawancara yaitu:
1. Pasian mengungkapkan rasa kesepian
2. Pasien merasa tidak aman berada diantara orang lain
3. Pasien merasa tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa tidak berguna
5. Pasien merasa tidak mampu menjalani hidup
6. Pasien merasa bosan
7. Pasien tidak mampu berkonsentrasi

Data obyektif:
1. Klien sering murung
2. Saat diwawancarai tidak ada kontak mata dari klien
3. Klien tampak tidak kooperatif
4. Posisi tubuh selalu menunduk
5. Menjawab pertanyaan singkat
6. Ekspresi wajah tidak berseri
7. Tidak memperhatikan kebersihan diri,
1.4 Penatalaksanaan
a. Terapi psikofarmaka
1. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri tergangu, daya ingat norma sosial dan
tilik diri terganggu
2. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi, mental
serta dalam funsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek sampingseperti
gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata
kabur.
3. Trihexyphenidil
Segala jenis penyakit parkinson, termassuk pasca ensepalitis dan
idiopatik, sindrom parkinson akibat obat. Memiliki efek sampingseperti
mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, binggung dan
agitasi.
b. Pemeriksaan penunjang (ECG/ Psikotherapy)
Merupakan pengobatan untuk menurunkan kejang grandial yang
menghasilkan efek samping tetapi dengan menggunakan arus listrik.
Tujuannya untuk memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat
mempermudah kontak dengan orang lain. Dengan kekuatan 75- 100 volt,
ECT diberikan pada klien dengan indikasi depresi berat dan terapi obat
sebelumnya tidak berhasil, klien akan berisiko bunuh diri dan skizofrenia
akut.
c. Terapi Individu
Terapi individu pasien dengan masalah isolasi dapat diberikan
strategi pertemuan yang terdiri dari 3 SP dengan masing-massing strategi
pertemuan yang berbeda-beda.
d. Terapi Kelompok
Menurut Budi Anna Keliat (2014), Terapi aktivitas kelompok (TAK)
sosialisasi (TAKS) adalah upaya menfasilitasi kemampuan sosialisai
sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
Tujuan:
1. Tujuan Umum TAKS, yaitu klien dapat meningkatkan hubungan sosial
dalam kelompok secara bertahap
2. Tujuan khusus yaitu:
a. Klien mampu memperkenalkan diri
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik
percakapan.
e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi
pada orang lain
f. Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok
g. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan
TAK yang telah dilakukan
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Azizah,2011), pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar
utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan
data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pengkajian
kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor
presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping dan kemampuan
koping yang dimiliki klien (Keliat, 2012).
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umumnya, dikembangkan
formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam
pengkajian. Isi pengkajian meliputi
1. Identitas klien
Ditulis identitas lengkap seperti nama, usia dalam tahun, jenis kelamin,
No RM, Diagnosa medisnya atau wawancara langsung dengan klien bila
memungkinkan.
2. Alasan MRS
a. Apa yang menyebabkan klien dibawah oleh keluarga ke RS saat ini
b. Apa yang sudah dilakukan keluarga untuk masalah tersebut?
c. Bagaimanakah hasilnya
Menurut Direja (2011) Alasan klien masuk rumah sakit adalah klien
banyak diam dan tidak mau bicara klien menyendiri dan tidak mau
berinteraksi dengan orang terdekat, klien tampak sedih, ekspresi datar
dan dangkal, kontak mata kurang, kuranng spontan apatis, acuh dan
tidak peduli terhadap lingkungan ekspresi wajah kurang berseri, tidak
memperhatikan kebersihan diri, asupan makan dan minuman
terganggu retensi urin dan feses, aktivitas menurun, kurang energi,
postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/ janin (pada posisi tidur)
3. Faktor predisposisi
Ada beberapa factor predisposisi yang perlu dikaji pada klien dengan
isolasi social antara lain :
a. Faktor perkembangan (jika setiap individu tidak menyelesaikan tugas
perkembangan di setiap tahap perkembangan akan mempengaruhi
kesehatannya di masa yang akan datang)
b. Faktor komunikasi dalam keluarga (keluarga merupakan tempat yang
pertama individu melakukan komunikasi)
c. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan
oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga
seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
d. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota
keluarga yang menderita skizofrenia.
4. Faktor presipitasi
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian
karena ditinggal jauh, dan dirawat di rumah sakit atau di penjara. Semua ini
dapat menimbulkan isolasi social (Direja, 2011) Selain beberapa faktor
diatas, ada factor lain yang dapat memicu terjadinya isolasi social:
a. Trauma
Klien yang pernah melakukan, mengalami, atau pernah menyaksikan
penganiayaan fisik, penganiayaan seksual, penolakan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan criminal.
b. Putus Obat
Bila dalam pengkajian tidak ditemukan adanya pengalaman atau
kejadian tersebut diatas tetapi ada riwayat putus obat atau berhenti
minum obat, maka dapat dianggaap bahwa faktor presipitasi klien
mengalami kekambuhan adalah karena putus obat.
5. Pemeriksaan fisik
a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital
b. Ukur BB
c. Tanyakan apakah keluhan fisik yang dialami oleh klien
Pohon Masalah

Resiko perubahan sensori


Defisit perawatan diri
persepsi : halusinasi

intoleransi aktivitas Isolasi sosial : Menarik diri Core Problem

konsep diri : harga diri


rendah.

Koping individu kurang Koping keluarga kurang


efektif effektif

Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah
3. Perubahan persepsi sensori: halusinasi
4. Koping individu tidak efektif
5. Koping keluarga tidak efektif
6. Intoleransi aktivitas
7. Defisit perawatan diri
8. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
A. Intervensi keperawatan

Hari/Tgl Perencanaan
Diagnosa
keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi
Intervensi Rasional
Isolasi sosial TUM: klien dapat Setelah 2 x pertemuan klien dapat
berinteraksi dengan menerima kehadiran perawat
orang lain
TUK 1: klien dapat 1. Klien dapat mengungkapkan 1.1 Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
membina hubungan perasaan dan keberadaannya dengan menggunakan prinsip merupakan langkah awal
saling percaya secara verbal komunikasi terapeutik untuk menentukan
(BHSP)  Klien mau menjawab a. Sapa klien dengan ramah, baik keberhasilan rencana
salam verbal maupun norverbal selanjutnya
 Klien mau berjabat b. Perkenalkan diri dengan sopan
tangan c. Tanyakan nama lengkap dan
 Mau menjawab nama panggilan yang disukai
pertanyaan pasien
 Ada kontak mata d. Jelaskan tujuan pertemuan
 Klien mau duduk e. Jujur dan tepati janji
berdampingan dengan f. Tunjukan sikap empati dan
perawat menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian pada klien dan
perhatikan kebutuhan klien
TUK 2 Klien dapat menyebutkan b.1 berikan kesempatan kepada klien Dengan mengungkapkan
Klien dapat penyebab isolasi sosial yang untuk mengungkapkan perasaan perasaan, bisa mengetahui
menyebutkan berasal dari: penyebab isolasi sosial atau tidak penyebab isolasi sosial
penyebab isolasi  Diri sendiri mau bergaul
sosial  Orang lain b.2 diskusikan bersama klien tentang
 lingkungan perilaku menarik diri, tanda dan
gejala
b.3 berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
TUK 3 klien dapat Klien dapat menyebutkan c.1 kaji pengetahuan klien tentang Reinforcement dapat
menyebutkan keuntungan berhubungan dengan keuntungan dan manfaat bergaul meningkatkan harga diri
keuntungan orang lain, misalnya banyak dengan orang lain
berhubungan teman, tidak sendiri dan bisa c.2 beri kesempatan kepada klien
dengan orang lain diskusi untuk mengungkapkan
dan kerugian tidak perasaannya tentang keuntungan
berhubungan berhubungan dengan orang lain
dengan orang lain c.3 diskusikan bersama klien tentang
manfaat berhubungan dengan
orang lain
c.4 kaji pengetahuan klien tentang
kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
c.5 beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaan
tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain
c.6 diskusikan bersama klien tentang
kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
c.7 beri reinforcement positif terhadap
kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
TUK 4 klien dapat Klien dapat menyebutkan 4.1 kaji kemampuan klien membina Mengetahui sejauh mana
melaksanakan kerugian tidak berhubungan hubungan denga orang lain pengetahuan klien tentang
hubungan sosial dengan orang lain misalnya 1.2 dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang
secara bertahap sendiri, tidak punya teman dan berhubungan dengan orang lain lain.
sepi melalui:
1.3 klien-perawat
1.4 klien-perawat-perawat lain
1.5 klien-perawat-perawat lain-klien
lain
1.6 klien-kelompok kecil
1.7 klien-keluarga/kelompok/
masyarakat
1.8 bantu klien mengevaluasi manfaat
berhubungan dengan orang lain
1.9 diskusikan jadwal harian yang
dapat dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu
1.10motivasi klien untuk mengikuti
kegiatan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi
1.11beri reinforcement atas kegiatan
klien dalam kegiatan ruangan
TUK 5 klien dapat Klien dapat mendemonstrasikan 5.1 dorong klien untuk Agar klien lebih percaya diri
mengungkapkan hubungan dengan orang lain mengungkapkan perasaannya bila untuk berhubungan dengan
perasaannya  klien-perawat berhubungan dengan orang lain orang lain.
setelah  klien-perawat-perawat lain 5.2 diskusikan dengan klien manfaat Mengetahui sejauh mana
berhubungan  klien-perawat-perawat lain- berhubungan dengan orang lain pengetahuan klien tentang
dengan orang lain klien lain 5.3 beri reinforcement positif atas kerugian bila tidak
 klien-kelompok kecil kemampuan klien mengungkapkan berhubungan dengan orang
 klien-keluarga/kelompok/ perasaan manfaat berhubungan lain
masyarakat dengan orang lain
TUK 6 klien dapat Klien dapat mengungkapkan 6.1 BHSP dengan keluarga Agar klien lebih percaya diri
memperdayakan perasaan setelah berhubungan  Salam, perkenalkan diri dan tahu akibat tidak
sistem pendukung dengan lain untuk:  Sampaikan tujuan berhubungan dengan orang
atau keluarga  diri sendiri  Membuat kontrak lain
mampu  Orang lain  Explorasi perasaan keluarga
mengembangkan Keluarga dapat: 6.2 Diskusikan dengan anggota
kemampuan klien  Menjelaskan perasaannya keluarga tentang:
untuk berhubungan  Menjelaskan cara merawat  Perilaku menarik diri
dengan orang lain klien menarik diri  Penyebab perilaku menarik diri Mengetahui sejauh mana
 Mendemonstrasikan cara  Cara keluarga menghadapi pengetahuan klien tentang
perawatan klien menarik diri klien yang sedang menarik diri membina hubungan
 Berpartisipasi dalam perawatan 6.3 Dorong anggota keluarga untuk dengan orang lain
klien menarik diri memberikan dukungan kepada
klien berkomunikasi dengan orang
lain
6.4 Anjurkan anggota keluarga untuk
secara rutin dan bergantian
mengunjungi klien minimal 1 x
seminggu
6.5 Beri reinforcement atas hal-hal
yang telah dicapai oleh keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Rifatul. 2011. “ Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik “ Yogyakarta:


Graha Ilmu

Baltbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor : Surya


Medika

Budi Ana Keliat, 2011. “ Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas “ Jakarta:


EGC.

Direja, 2011. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Kusnawati, Yosep. 2011. Keperawatan Jiwa. Edisi 4. Jakarta : Refika Aditama

Yoseph, Iyus. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Stuart G. W. 2007. “ Buku Saku Keperawatan Jiwa “ Edisi 5. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai