Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2015), Volume 2, No.

1:59 - 65 ISSN : 2355-9942

PRODUKSI HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN KOMPOSISI BOTANI


PADANG PENGGEMBALAAN ALAM PADA MUSIM HUJAN DI KECAMATAN
AMARASI BARAT KABUPATEN KUPANG

( PRODUCTION ANIMAL FEED FORAGE AND COMPOSITION BOTANICAL FIELD


NATURAL GRAZING ON RAINY SEASON IN AMARASI WEST DISTRICTKUPANG REGENCY)

Yulius Uli Hawolambani, Herayanti Panca Nastiti, Yoakim Harsuto Manggol

Fakultas Peternakan, Universitas Nusa Cendana, Jln Adisucipto Penfui, Kupang 85001
Email:Ullii.Umbu@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini telah dilakukan di padang penggembalaan alam Kecamatan Amarasi Barat Kabupaten
Kupang, dengan tujuan untuk mengetahui produksi hijauan makanan ternak dan komposisi botani padang
penggembalaan alam pada musim hujan di Kecamatan Amarasi Barat Kabupaten Kupang. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pengukuran dan pengamatan langsung dilapangan. Pengukuran
produksi hijauan dilakukan dengan menggunakan metode “Actual Weight Estimate” yaitu menggunakan
petakukur 1 m x 1 m dan penempatan petak ukur pada padang rumput dilakukan dengan cara acak sistematis,
sedangkan untuk komposisi botani dilakukan dengan cara pengukuran langsung dengan metode seperti
pengukuran Summed Dominance Ratio (SDR) berdasarkan frekuensi (keseringan), berdasarkan density
(kerapatan), berdasarkan area cover (penutupan tanah). Hasil analisis menunjukkan bahwa produksi hijauan
makanan ternak adalah 999,02 kg/ha dan komposisi botani dengan nilai SDR 60,04%, leguminosa 20,82%
dan gulma 19,14%. Dari data di atas menunjukan bahwa produksi hijauan makanan ternak dan komposisi
botani padang penggembalaan alam didominasi oleh rumput sehingga produksi bahan segar pada musim
hujan cukup baik.
____________________________________________
Kata kunci : padang penggembalaan, komposisi botani, hijauan makanan ternak

ABSTRACT

This research has been conducted in the area of pasture Subdistrict Amarasi Barat District Kupang. The
aim of this research was to know production of fodder and forage botanical composition of field natural
Grazing during the rainy season in the Amarasi West District, Kupang regency. The method used in this
research was the measuremend and observation method. Measurement of forage production was done by
using the "Actual Weight Estimate" by using plot of 1 m x 1 m and the placement of the plot on the meadow
done by systematic random, while for the composition of botany done by direct measurements by methods
such as measurement Summed Dominance Ratio (SDR ) based on the frequency, based on the density, based
on the cover area (ground cover). The result of this research was the production of green fodder is 999,02 kg
/ ha and the SDR value of botanical composition 60.04%, 20.82% legume and gulma 19.14%. From the data
analysis above shows that the production of green fodder and botanical composition of natural grazing field
dominated by grasses so the production fresh ingredient in the rainy season is good enough .
_______________________________________________________
Keywords: grazing field, botanical composition, animal feed

PENDAHULUAN

Hijauan makanan ternak merupakan hal makanan ternak (pakan) harus diperhatikan
penting yang dapat mempengaruhi ketersediaannya. Campur tangan manusia
produktivitas ternak, untuk itu hijauan merupakan faktor penting dalam ketersediaan

59
Hawolambani et al : Produksi hijauan makanan ternak dan komposisi botani

hijauan pakan. Hijauan yang baik dapat dilihat grazing) yang sama-sama berpotensi
dari kualitas atau kandungan zat gizinya. menurunkan produksi hijauan padang rumput
Selain itu hijauan yang baik harus mempunyai alam bahkan mengancam kelestarian sumber
jumlah yang cukup dan ketersediaannya secara daya padang rumput itu sendiri.
kontinyu sepanjang tahun. Komposisi botani oleh pakar padang
Salah satu kendala yang umum dialami rumput, sering dipandang sebagai salah satu
oleh peternak di Indonesia adalah ketersediaan indikator kualitas suatu padang
pakan hijauan yang sangat dipengaruhi oleh penggembalaan. Hal ini dapat diketahui lewat
musim serta semakin berkurangnya pendeteksian komposisi komponen rumput,
lahan/padang pengembalaan. Pada musim legum dan gulma. Lahan penggembalaan yang
hujan, hijauan melimpah sedangkan pada terlalu didominasi oleh jenis rumput-rumputan
musim kemarau sangat sulit didapatkan. akan berkurang kualitasnya. Komposisi botani
Kecukupan pakan hijauan bagi ternak yang juga dapat digunakan sebagai indikator
dipelihara merupakan tantangan yang cukup terjadinya gangguan pada komunitas vegetasi
serius dalam pengembangan peternakan di dengan cara melakukan pengamatan terhadap
Indonesia. Indikasi dari kekurangan pasokan pola-pola persebaran vegetasi di dalam
pakan dan nutrisi ditandai dengan rendahnya komunitas (Smith dan Smith, 2002).
tingkat produksi ternak yang dihasilkan. Salah satu faktor penting yang perlu
Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan diperhatikan dalam menjaga
julukan sebagai “ Provinsi Ternak “ terutama ketersediaan hijauan pakan secara kontinu baik
ternak sapi, mengandalkan makanan utamanya dari segi kualitas dan kuantitas adalah dengan
pada hijauan yang merupakan sumber pakan memanfaatkan hijauan yang tumbuh secara
termurah. Sumber utama hijauan makanan alami pada padang penggembalaan (pasture).
ternak tersebut adalah padang rumput alam. Padang penggembalaan menyediakan hijauan
Sebagai sumber utama hijauan, padang rumput berupa rumput dan leguminosa sebagai sumber
alam sering digunakan tanpa ada mekanisme pakan utama ternak ruminansia. Potensi
pengontrolan terhadap ternak. Hal ini sering produksi hijauan pakan di padang
terjadi jika penggunaan padang rumput penggembalaan dihitung berdasarkan luas areal
dilakukan secara ekstensif (tradisional) yang dari padang penggembalaan itu sendiri.
umumnya terjadi di padang-padang rumput Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tropika. Akibat penggunaan tanpa kontrol produksi hijauan makanan ternak dan
tersebut sering terjadi kasus-kasus komposisi botani padang penggembalaan alam
penggembalaan berlebihan (over grazing) pada musim hujan di Kecamatan Amarasi
ataupun penggembalaan kurang (under Barat, Kabupaten Kupang.

METODE PENELITIAN

Pengambilan Data Untuk Produksi Hijauan Pengambilan Data Untuk Komposisi Botani
Metode yang yang digunakan dalam Untuk pengukuran komposisi botani dapat
penelitian ini adalah metode survey serta dilakukan, diantaranya dengan metode
pengukuran dan pengamatan langsung pengukuran Summed Dominance Ratio (SDR)
dilapangan. Pengukuran produksi hijauan berdasarkan frekuensi (keseringan),
dilakukan dengan menggunakan metode berdasarkan density (kepadatan), berdasarkan
“Actual Weight Estimate” (Halls et al., 1964 area cover (penutupan tanah). Prosedur
dalam Susetyo (1980) yaitu dengan kerjanya sebagai berikut : 1) melakukan survei
menggunakan petak ukur 1 m x 1 m. pendahuluan guna memahami bentuk dan rona
Penempatan petak ukur pada padang rumput awal lingkungan lahan pengamatan, 2)
dilakukan dengan cara acak sistematis. menggunakan bingkai kuadrat dalam
pengambilan sampling plot. Bingkai kuadrat
yang digunakan berukuran 1 m x 1 m, 3) Pada

60
Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2015), Volume 2, No. 1:59 - 65 ISSN : 2355-9942

daerah pengamatan dilakukan penempatan b. Kerapatan nisbi = (∑ total individu suatu


sampling plot secara sistematis berupa plot- jenis : ∑ individu seluruh jenis) x 100 %
plot dalam jarak 10 meter dengan arah Timur, c. Frekuensi mutlak = Jumlah sampling
arah Barat, arah Selatan, arah Utara dan plot yang ditempati oleh suatu jenis
masing-masing sebanyak 20 plot, 4) tertentu
melakukan identifikasi dengan cara observasi d. Frekuensi nisbi = (∑ total frekuensi
jenis vegetasi, dan penyebaran jenis formasi suatu jenis : ∑ nilai frekuensi seluruh
yang ada pada setiap plot dan menentukan jenis) x 100 %
besar frekuensi, kerapatan dan dominasi setiap e. Menghitung nilai penting setiap jenis di
jenis dengan cara menghitung tiap vegetasi dalam komunitas pengamatan dengan
yang ada dalam setiap plot, 5) melakukan menggunakan rumus : Summed
identifikasi jenis spesies rumput, leguminosa Dominance Ratio (SDR) = (Kn + F n) / 2
dan gulma dengan cara mencocokan jenis
spesies yang ada pada buku, 6) melakukan  Produksi Hijauan Makanan Ternak.
pemotongan hijauan dengan jarak potong dari Rata-rata produksi poduksi hijauan dihtung
permukaan tanah 5 cm, 7) hijauan yang sudah dengan menggunakan rumus : ∑xi =
di potong dimasukan kedalam kantong plastik
Dimana :
yang sudah diberi kode, 8) kemudian hijauan
∑xi : jumlah produksi pada setiap pengamatan
siap ditimbang untuk mengetahui berat
( i=1,2,3,...,n )
segarnya.
X : rata-rata produksi yang ada
n : jumlah pengamatan ( n )
Variabel penelitian
- Komposisi Botani. Komposisi botani
(kelimpahan jenis) untuk memperoleh Analisis Data
Semua data primer yang diambil
gambaran secara detail jenis vegetasi, dan
dianalisis secara tabulasi atau dihitung untuk
persebaran jenis formasi yang ada pada
mendapatkan persentase komposisi botani dan
padang rumput. Kelimpahan jenis
rata-rata produksi hijauan makanan ternak.
ditentukan berdasarkan
Sedangkan data sekunder dianalisis sesuai
a. Kerapatan mutlak = jumlah individu
dengan kebutuhan penulisan hasil penelitian.
suatu spesies dalam suatu plot
pengamatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Hijauan Makanan Ternak setelah pemotongan. Rata-rata produksi


Produksi hijauan diperoleh dari hijauan pada padang penggembalaan alam
penimbangan berat bahan segar tanaman disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Produksi hijauan makanan ternak padang penggembalaan di lokasi penelitian

Spesies hijauan Produksi bahan segar (Kg)


Rumput 741,79
Legume 257,23
Total 999,02
Sumber: hasil olah data primer

Data pada Tabel 1 menggambarkan bahwa makanan ternak mampu menampung ternak
produksi hijauan makanan ternak di lokasi sapi 0,148 UT/Ha, Jadi 4 Ha = 0,592 UT. Hal
penelitian yaitu 999,02 Kg/Ha bahan segar, ini menggambarkan bahwa produksi hijauan
dimana dari hasil rata-rata produksi hijauan makanan ternak dimusim hujan pada padang

61
Hawolambani et al : Produksi hijauan makanan ternak dan komposisi botani

penggembalaan alam di lokasi penelitian untuk pembasmian atau menghilangkan jenis non
menampung ternak ruminansia cukup baik, jika pakan (non palatabel) dan mengganti dengan
dibandingkan dengan hasil penelitian musim jenis hijauan pakan (palatabel), baik berupa
kemarau oleh Dingu (2015) hanya mampu rumput maupun legume dengan proporsi yang
menampung 0,042 ekor ternak sapi atau ideal (Manu, 2013). Di sisi lain, untuk
UT/Ha, Jadi 4 Ha = 0,168 UT. Semakin besar mempertahankan produktivitas hijauan pada
tingkat produksi hijauan per satuan luas lahan, padang penggembalaan adalah mengendalikan
maka akan semakin tinggi pula kemampuannya atau mengatur jumlah ternak yang
untuk menampung sejumlah ternak. Pada digembalakan pada padang-padang
padang penggembalaan yang baik biasanya penggembalaan tersebut. Kurangnya produksi
mampu menampung sebanyak 2,5 ST/ha/th. hijauan makanan ternak pada padang
Hal ini sesuai dengan pendapat Susetyo (1980) penggembalaan alam pada lokasi penelitian
yang menyatakan beberapa padang juga disebabkan oleh kondisi iklim yang
penggembalaan yang baik mempunyai kurang bagus diantaranya musim hujan yang
kapasitas tampung 0,4 hektar untuk 1 ST/th. relatif singkat, sedangkan pada umumnya
Namun bukan berarti bahwa kapasitas tampung peternak yang ada di lokasi penelitian
padang penggembalaan alam di Kecamatan menggantungkan ketersediaan hijauan
Amarasi Barat pada musim hujan sudah baik, makanan ternak pada musim hujan yang
akan tetapi masih perlu ditingkatkan dan berasal dari alam. Produksi rumput juga di
diadakan perbaikan untuk lebih meningkatkan pengaruhi oleh gulma, karena gulma bisa
produksi hijauan dan kapasitas tampung. menjadi pesaing untuk mendapatkan asupan
Kapasitas tampung ternak ruminansia dalam nutrient sehingga mempengaruhi pertumbuhan
suatu wilayah menunjukkan populasi rumput. Hal ini sesuai dengan pendapat
maksimum ternak sapi potong yang ada di Prawiradwiputra (2007) bahwa gulma dapat
wilayah tersebut berdasarkan ketersediaan menimbulkan persaingan dengan tanaman lain,
pakan hijauan. Hal ini juga didukung oleh dalam hal ini dengan rumput dan legum pakan
pendapat Rusdin et all. (2009) yang di padang penggembalaan, sehingga
menyatakan bahwa daya tampung (carrying mengurangi produktivitas padang
capacity) padang penggembalaan penggembalaan. Damry dkk. (2008)
mencerminkan keseimbangan antara hijauan melaporkan bahwa pertambahan bobot badan
yang tersedia dengan jumlah satuan ternak sapi bali yang digembalakan pada rumput alam
yang digembalakan di dalamnya per satuan pada musim hujan adalah 0,25 – 0,50 kg per
waktu. Kapasitas tampung berhubungan erat hari.
dengan produktivitas hijauan pakan pada suatu Komposisi Botani
areal penggembalaan ternak, dengan demikian Komposisi botani adalah angka yang
produksi hijauan per satuan luas akan digunakan untuk menentukan penilaian secara
meningkat dan mempertinggi masa merumput, kualitas terhadap padang rumput/padang
mempersingkat masa istirahat sehingga penggembalaan alam yang dapat
akhirnya dapat meningkatkan kapasitas mempengaruhi aktivitas ternak, (Susetyo,
tampung. 1980). Berdasarkan hasil penelitian pada
Makin tinggi produktivitas hijauan pada padang penggembalaan alam musim hujan di
suatu areal padang penggembalaan alam, lokasi penelitian diperoleh data komposisi
makin tinggi pula kapasitas tampung ternak botani dari padang rumput, hasil
yang ditunjukkan dengan banyaknya ternak perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 2.
yang dapat digembalakan. Hasil pengamatan di Dari data yang disajikan pada Tabel 2
lapangan menunjukkan bahwa, ketersediaan terlihat bahwa kerapatan mutlak (Km) untuk
hijauan pakan berkaitan erat dengan curah rumput 6.816,5, leguminosa 652, gulma 389,
hujan yang tidak menentu. Upaya yang dapat dari hasil pengamatan terlihat bahwa suatu
dilakukan untuk meningkatkan kapasitas jenis/spesies hijauan penyebarannya merata.
tampung padang penggembalaan yaitu melalui Nilai kerapatan nisbi (Kn) untuk rumput yaitu

62
Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2015), Volume 2, No. 1:59 - 65 ISSN : 2355-9942

86,75%, leguminosa 8,30%, gulma 4,95%, Dominance Ratio (SDR) dari rumput 60,04%,
nilai frekuensi mutlak (Fm) dari rumput 80, leguminosa 20,82% dan gulma 19,14%. Hasil
leguminosa 80, gulma 80, jadi frekuensi tersebut menunjukan bahwa padang
mutlak dari setiap pengamatan terlihat bahwa penggembalaan di lokasi penelitian pada
jumlah sampling plot yang ditempati musim hujan didominasi oleh rumput alam
cenderung stabil karena kelimpahan spesies diikuti leguminosa dan selanjutnya diikuti oleh
tanaman dalam tiap-tiap plot dapat ditumbuhi gulma. Tingginya komposisi botani jenis
oleh berbagai jenis/spesies hijauan. Dari setiap rumput di lokasi penelitian karena
tanaman yang ada dalam setiap nilai frekuensi pertumbuhan rumput lebih cepat dari pada
nisbi (Fn) dari rumput 33,33%, leguminosa legum.
33,33%, gulma 33,33%, sedangkan Summed

Tabel 2 Komposisi botani padang penggembalaan pada bulan februari-april

Kn Fn SDR
No. Jenis/Spesies ∑Km ∑Fm
(%) (%) (%)
1 Rumput 6.816,5 86,75 80 33,33 60,04
2 Leguminosa 652 8,30 80 33,33 20,82
3 Gulma 389 4,95 80 33,33 19,14
Total untuk seluruh spesies 7857,5 100 240 100 100

Hal ini disebabkan karena rumput terutama ketersedian legum pada musim
membentuk rumpun, mempunyai sistem kemarau, dimana rumput alam sudah menjadi
perakaran yang kuat sehingga tahan terhadap sangat rendah mutunya dan menjadi sumber
injakan dan renggutan ternak, pertumbuhan pakan satu-satunya, Reksohadiprodjo (1994).
kembali sangat cepat setelah perenggutan atau Kondisi tersebut menunjukan padang
pemotongan, rizomanya merayap dan penggembalaan alam di lokasi penelitian
membentuk tanaman baru yang cepat belum ideal, karena padang penggembalaan
menyebar bila direnggut ternak sehingga yang ideal proporsi antara rumput dan
menghambat pertumbuhan legum (Crowder leguminosa adalah 60% : 40% (Saragih, 2009).
dan Cheeda, 1982). Sebagai pembanding hasil Hal ini juga didukung oleh Junaidi (2010)
penelitian musim kemarau oleh Dingu (2015) bahwa kualitas Padang penggembalaan
bahwa SDR rumput 65 %, leguminosa 10 % tergolong baik apabila proporsi antara rumput
dan gulma 25 %, hal ini menunjukan bahwa dibanding legume adalah sebanyak 3 : 2, dapat
komposisi botani musim hujan pada padang dinyatakan bahwa kondisi padang
penggembalaan alam di kecamatan Amarasi penggembalaan alam di Kecamatan Amarasi
Barat Kabupaten Kupang produksi legume Barat masih tergolong kurang baik.
yang lebih besar bila dibandingkan pada Leguminosa merupakan bagian yang
musim kemarau. Hal demikian disebabkan sangat bermanfaat dan menentukan keadaan
karena kurangnya ketersediaan air untuk kualitas hijauan secara keseluruhan.
pertumbuhan setiap vegetasi rumput, Leguminosa juga mempunyai peranan yang
leguminosa maupun gulma pada musim sangat penting dalam penggunaan padang
kemarau. Penelitian yang dilaporkan Manu, rumput sebagai sumber utama hijauan
(2013) bahwa sebagian besar hijauan yang ada makanan ternak, karena mampu meningkatkan
di padang penggembalaan adalah rumput alam nilai gizi hijauan padang penggembalaan,
yakni diatas 90 %, hanya terdapat sedikit menaikan produksi per satuan luas lahan dan
tanaman leguminosa. Kurangnya proporsi dapat meningkatkan derajat kesuburan tanah
tanaman leguminosa di padang rumput alam lewat fiksasi nitrogen bebas dari udara oleh
menyebabkan rendahnya kualitas hijauan,

63
Hawolambani et al : Produksi hijauan makanan ternak dan komposisi botani

bakteri rhyzobium yang ada pada nodule akar penggembalaan bergilir, dimana padang
legum tersebut (Whiteman, 1974). penggembalaan dibagi dalam beberapa
Apabila padang penggembalaan pada petakan, tujuan cara penggembalaan bergilir
lokasi penelitiann ingin dikembangkan menjadi adalah untuk menggunakan padang
padang rumput yang lebih bermutu, maka penggembalaan pada waktu hijauan masih
dilihat komposisi botaninya, presentase rumput muda dan bernilai gizi tinggi serta memberikan
dan leguminosa harus lebih dikembangkan lagi waktu yang cukup untuk tumbuh kembali.
dengan memperbesar presentase leguminosa
agar dapat mempertinggi produksi dan kualitas Identifikasi Jenis Spesies Hijauan
hijauan serta meningkatkan derajad kesuburan Identifikasi tumbuhan selalu didasarkan
tanah. Secara teknis tindakan yang disarankan atas spesimen yang riil, baik spesimen yang
adalah dengan cara mengintrodusir jenis legum masih hidup maupun yang telah diawetkan,
pohon atau perdu seperti lamtoro (Leucaena biasanya dengan cara dikeringkan atau dalam
leucocephala), turi (Sesbania sesban), bejana yang berisi cairan pengawet, misalnya
Kaliandra (C. callothyrsus), Kabesak putih alkohol atau formalin. Oleh pelaku identifikasi
(Acacia leucophloea) ataupun legum merayap spesimen yang belum dikenal itu melalui studi
seperti Centrocema pubescens. yang saksama kemudian dibuatkan
Gulma merupakan salah satu tumbuhan deskripsinya disamping gambar-gambar terinci
yang tidak dapat dikomsumsi oleh ternak dan mengenai bagian-bagian tumbuhan yang
hanya berfungsi sebagai pengganggu atau memuat ciri-ciri dalam menentukan jenis
predator dari pertumbuhan rumput dan hijauan.
leguminosa yang ada pada padang Identifikasi tumbuhan yang tidak dikenal,
penggembalaan kecuali di olah menjadi tetapi telah dikenal oleh dunia ilmu
sumber pakan. Hal ini pula dapat dilakukan pengetahuan, pada waktu ini tersedia beberapa
dengan pengawasan terhadap perkembangan sarana, antara lain : 1) Menanyakan identitas
gulma atau tanaman yang kurang disukai oleh tumbuhan yang tidak kita kenal kepada seorang
ternak, yang dapat menekan pertumbuhan jenis yang kita anggap ahli, 2) Mencocokkan dengan
hijauan makanan ternak agar tidak meluas. spesimen herbarium yang telah
Pengawasan dapat dilakukan dengan cara diidentifikasikan, 3) Mencocokkan dengan
pengawasan secara fisik, kimia dan biologis. contoh dan gambar-gambar yang ada dalam
Upaya yang dapat dilakukan untuk buku-buku flora 4) Menggunakan kunci
meningkatkan kualitas pada padang identifikasi dalam identifikasi tumbuhan 5)
penggembalaan adalah dengan sistem Menggunakan lembar identifikasi jenis.
penggembalaan bergilir. Dimana sistem ini Padang penggembalaan alam di
merupakan usaha untuk mengatasi under Kecamatan Amarasi Barat Kabupaten Kupang,
grazing dan over grazing dan tujuannya untuk ditabulasi berdasarkan jenis rumput,
menggunakan padang penggembalaan pada leguminosa dan gulma sebagaimana disajikan
saat hijauan masih muda dan bernilai gizi pada Tabel 3.
tinggi serta memberikan waktu untuk tumbuh Pada Tabel 3, terlihat bahwa jenis
kembali (regrowth) bagi hijauan pakan. rumput yang ada dalam tiap plot lebih
Sedangkan penggembalaan berpantang yaitu didominasi oleh rumput Heteropogon
dengan menyisihkan dan mengistirahatkan contortus dan Andropogon timorensis
padang penggembalaan untuk fase berikutnya. sedangkan jenis rumput lainnya kurang. Selain
Biasanya dengan pembuatan standing hay di hal-hal di atas penyediaan air merupakan suatu
daerah tropika sehingga bermanfaat pada hal yang penting khususnya di lokasi
musim kemarau dan cara ini untuk penelitian. Hal ini termasuk konservasi tanah
memperbaiki padang penggembalaan alam dan air. Beberapa cara yang dapat ditempuh
supaya member kesempatan tanaman adalah membuat, jebakan air, atau cek dam,
berkembang baik. Hal ini sesuai pendapat dan tangki-tangki air dalam tanah untuk
Rusmadi (2007) yang menyatakan bahwa menampung air pada musim hujan.

64
Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2015), Volume 2, No. 1:59 - 65 ISSN : 2355-9942

Tabel 3. Jenis-jenis rumput, leguminosa dan gulma yang terdapat di padang penggembalaan alam
Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang.

Rumput Leguminosa Gulma


Heteropogon contortus Leucaena leucocephala Chromolaena odorata
Andropogon timorensis Desmodium spp Mimosa pudica
Digitaria Sp Acacia leucophloae Ageratum conyzoides
Digitaria sangunalis Gliricidia sepium Oxalis corniculata
Panicum maximum Sesbania sesban Cyperus rotundus
Cenchrus ciliaris Centrosema pubescens
Ischaemum timorense
Sumber : Data hasil identifikasi di lokasi penelitian

SIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah mampu menampung 0,148 ekor ternak sapi
dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa atau UT/Ha, Jadi 4 Ha = 0,592 UT. Komposisi
produksi hijauan makanan ternak di padang botani didominasi oleh rumput 60,04%,
penggembalaan alam pada musim hujan yaitu sedangkan leguminosa 20,82% dan gulma
999,02 Kg/Ha bahan segar, dimana dari hasil 19,14%.
rata-rata produksi hijauan makanan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Crowder LV, Chheda HR. 1982. Tropical Reksohadiprodjo S. 1994. Produksi Tanaman
Grassland Husbandry. Longman London Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE,
& New York. Pp:28-49 Yogyakarta.
Damry, Marsetyo. 2008. Strategies to enhance Rusdin MI, Sri P, Atik AI. 2009. Studi potensi
growth of weaned bali (Bos kawasan Lore Tengah untuk
sondaicus) calves of smallholders in pengembangan sapi potong. Jurnal Media
Donggala District, Central Sulawesi. Sulteng 2(2):94-103.
Journal of Animal Production 10 (3):135- Rusmadi. 2007. Prospek pengembangan sapi
139. potong di Kabupaten Penajam Paser
Dingu YD. 2015. Produksi hijauan makanan Utara. Journal Prospet of Beef cattle
ternak dan komposisi botani padang Breding 4(2):36-42.
penggembalaan alam pada musim Saragih EW, Tero NK. 2009. Potensi tiga
kemarau di Kecamatan Amarasi Barat padang penggembalaan yang berbeda di
Kabupaten Kupang, Skripsi. Fakultas Kabupaten Manokwari. Jurnal Ilmu
Peternakan Undana, Kupang. Peternakan 4 (2):53-60.
Junaidi M, Sawn D. 2010. Keragaman botanis Smith RL, Smith TM. 2002. Elements of
dan kapasitas tampung padang Ecology. Community Science Publishing,
penggembalaan alam di Kabupaten San Fransisco.
Yapen. Jurnal Ilmu Peternakan 5(2):92- Susetyo S. 1980. Padang Penggembalaan.
97. Depertemen Ilmu Makanan Ternak,
Manu AE. 2013. Produksi padang sabana Fakultas Peternakan, IPB Bogor, Bogor.
Timor Barat. Jurnal Pastura 3(1):25-29. Whiteman PC, Humphreys LR, Monteith NH,
Prawiradiputra BR. 2007. Gulma padang Hoult AH, Bryand PM, Slater JC. 1974. A
rumput yang merugikan. Wartazoa. course manual in tropical pasture science.
17(1):46-52. Journal Tropical Pasture 3 (7):71-75.

65
Hawolambani et al : Produksi hijauan makanan ternak dan komposisi botani

66

Anda mungkin juga menyukai