Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Model Pertanian Tekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan Sawah)


Kelangkaan air merupakan kendala potensial untuk menghasilkan lebih banyak makanan
untuk memenuhi permintaan populasi dunia yang meningkat. Salah satu pendekatan yang
mungkin untuk melestarikan sumber daya yang langka ini mungkin melalui peningkatan kinerja
skema irigasi yang ada. (tebebal and mekonen.2015)
Penanaman tanaman pakan sebagai tanaman konservasi tanah sangat penting dan perlu
disosialisasikan kepada masyarakat. Ada dua sasaran yang dapat dicapai oleh penanaman
tanaman pakan ternak di lahan kering das bagian hulu, yaitu sebagai sumber hijauan dan sebagai
pengendali erosi tanah. Ada beberapa cara konservasi tanah dengan menggunakan tanaman
pakan, disesuaikan dengan kondisi agroekologi dan jenis tanamannya, yaitu penataan tanaman
pakan di lahan berteras, strip rumput, sistem tiga strata, tanaman lorong dan tanaman penutup
tanah. .(prawiradiputra, 2011)
Penerapan model kombinasi usahatani tanaman-ternak pada suatu kawasan yang memiliki
potensi pengembangan usaha tani campuran harus mempertimbangkan paling sedikit empat
skenario, yaitu: 1) skenario alami yang dilakukan atau dipraktekan oleh petani setempat. 2)
skenario sistem usahatani tanpa ternak. 3) skenario usahatani dengan ternak, dan 4) skenario
yang berbasis sumberdaya (lahan, tenaga kerja, dan modal) dan peluang pengembangan kegiatan
produktif, seperti tanaman, ternak, jasa buruh, transaksi nilai tambah antar komoditas, dan
sumber-sumber pendapatan lainnya (Polakitan, dkk.2015)

Penerapan model pertanian teknoekologis diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan


petani. Salah satu usaha dari penerapan model tersebut adalah dikembangkan verietas yang tepat
yakni varietas yang rendah emisi gas rumah kaca (grk), tahan genangan atau kekeringan, tahan
serangan hama dan penyakit tertentu, serta memiliki produktivitas yang tinggi. Model pertanian
tekno-ekologis berupaya memadukan kekuatan pertanian ekologis dengan pertanian berteknologi

Elisabeth Anindia Eka Setya Putri

185050100111118
maju, sehingga akan terbentuk model pertanian yang lebih produktif, efisien dan berkualitas
dengan resiko yang lebih kecil sekaligus ramah lingkungan. Dengan menerapkan model
pertanian tekno-ekologis ini maka kesejahteraannya akan meningkat karena model pertanian ini
merupakan langkah mitigasi sekaligus adaptasi terhadap dampak perubahan iklim bagi petani
meski berada dalam ancaman perubahan iklim. (Wilis. 2014)
Kotoran sapi adalah sumber paling penting dari pupuk hayati tetapi pada saat yang sama
urin sapi, tanduk sapi dan mayat sapi dapat digunakan untuk menyiapkan pupuk hayati yang
efektif. Hewan dapat memainkan peran penting dalam penyediaan energi baik dengan cara
negatif di mana pemeliharaan ternak berkontribusi terhadap deforestasi di sebagian besar
kawasan berhutan atau secara positif, seperti dengan mengubah energi tanaman menjadi
pekerjaan yang bermanfaat atau dengan menyediakan kotoran yang digunakan untuk bahan
bakar melalui kue kotoran atau biogas untuk menggantikan arang, kayu bakar, kayu bakar dll
(Raj, et al, 2014).
Sistem campuran tanaman-ternak adalah tingkat integrasi tertinggi antara sistem pertanian.
Sambil memaksimalkan interaksi antara tanaman dan produksi ternak, sistem campuran
tanaman-ternak bermanfaat bagi lingkungan dengan meningkatkan siklus nutrisi. Sistem
campuran tanaman-ternak juga menghasilkan efisiensi ekonomi yang lebih tinggi dalam
menghemat biaya produksi melalui saling melengkapi antara tanaman dan ternak. Ekonomi
ruang lingkup terjadi sebagai sistem campuran tanaman-ternak mengurangi biaya produksinya
melalui elaborasi gabungan produk. Diversifikasi produksi juga untuk petani mengurangi resiko
sehubungan dengan fluktuasi pasar (Ryschawy, et al. 2012).
Elisabeth Anindia Eka Setya Putri

185050100111118

BAB III
PEMBAHASAN

3.3 Model Pertanian Tekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan Sawah)


Beberapa tahun terakhir ini, keadaan iklim sangat tidak menentu. Kadang-kadang ketika
panas terik, turun hujan deras. Tidak lama hujan berhenti, lalu terang lagi. Dan juga musim
kemarau yang sangat panjang. Kondisi seperti ini sangat merugikan petani, karena banyak petani
yang mengalami gagal panen.untuk mengantisipasi kondisi ini, sudah saatnya kita menerapkan
model pertanian tekno-ekologis yang berupaya memadukan kekuatan pertanian ekologis dengan
pertanian berteknologi maju. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tebebal and Mekonen (2015)
bahwa kelangkaan air merupakan kendala potensial untuk menghasilkan lebih banyak makanan
untuk memenuhi permintaan populasi dunia yang meningkat. Salah satu pendekatan yang
mungkin untuk melestarikan sumber daya yang langka ini mungkin melalui peningkatan kinerja
skema irigasi yang ada.
Pertanian tekno-ekologis merupakan model pertanian yang dikembangkan dengan
memadukan model “pertanian ekologis” dengan pertanian berteknologi maju yang selaras
dengan kondisi alam atau ekosistem setempat. Model pertanian ini dapat mencapai target
produktivitas secara memuaskan pada komoditas tertentu, seperti padi, jagung, dan kacang-
kacangan. Sistem ini lebih efisien dan berkualitas dengan risiko yang lebih kecil dan ramah
lingkungan. Model ini membentuk pertanian yang lebih produktif, efisien, dan berkualitas
dengan risiko yang lebih kecil sekaligus ramah lingkungan.model pertanian ini semakin relevan
ketika pembangunan pertanian dihadapkan pada persoalan besar, yakni adanya perubahan iklim
yang radikal akibat kerusakan lingkungan dan luas lahan garapan petani yang makin sempit
sebagai efek pertumbuhan penduduk dan konversi tahan pertanian.

Elisabeth Anindia Eka Setya Putri

185050100111118
Ada beberapa penerapan model pertanian tekno-ekologis yang bisa diterapkan di
indonesia, yaitu model pertanian tekno-ekologis di ekosistem lahan kering beriklim basah, tekno-
ekologis di lahan kering beriklim kering, tekno-ekologis di ekosistem sawah, tekno-ekologis di
ekosistem kawasan urban, tekno-ekologis di ekosistem pantai. Tekno-ekologis di ekosistem
lahan kering beriklim basah di antaranya diterapkan pada perkebunan kopi dan kakao. Setiap
metode bisa diterapkan dengan sistem integrasi sederhana atau integrasi kompleks.Hal ini sesuai
dengan pernyataan Prawiradiputra (2011) bahwa Penanaman tanaman pakan sebagai tanaman
konservasi tanah sangat penting dan perlu disosialisasikan kepada masyarakat. Ada dua sasaran
yang dapat dicapai oleh penanaman tanaman pakan ternak di lahan kering das bagian hulu, yaitu
sebagai sumber hijauan dan sebagai pengendali erosi tanah. Ada beberapa cara konservasi tanah
dengan menggunakan tanaman pakan, disesuaikan dengan kondisi agroekologi dan jenis
tanamannya, yaitu penataan tanaman pakan di lahan berteras, strip rumput, sistem tiga strata,
tanaman lorong dan tanaman penutup tanah.
Dari aspek ekologi, model pertanian tekno-ekologis berorientasi pada optimalisasi
pemanfaatan sumber daya lokal melalui siklus produksi tertutup guna menekan penggunaan
bahan-bahan anorganik (kimiawi). Implikasinya, model tekno-ekologis ini akan dapat
mendukung kelestarian ekosistem. Jika penerapannya didukung oleh aplikasi teknologi yang
bersifat adaptasi dan mitigasi secara terencana dan terarah, model pertanian tekno-ekologis dapat
membantu petani dalam menyikapi fenomena global perubahan iklim yang semakin ekstrem. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Polakitan, dkk (2015) bahwa Penerapan model kombinasi
usahatani tanaman-ternak pada suatu kawasan yang memiliki potensi pengembangan usaha tani
campuran harus mempertimbangkan paling sedikit empat skenario, yaitu: 1) skenario alami yang
dilakukan atau dipraktekan oleh petani setempat. 2) skenario sistem usahatani tanpa ternak. 3)
skenario usahatani dengan ternak, dan 4) skenario yang berbasis sumberdaya (lahan, tenaga
kerja, dan modal) dan peluang pengembangan kegiatan produktif, seperti tanaman, ternak, jasa
buruh, transaksi nilai tambah antar komoditas, dan sumber-sumber pendapatan lainnya

Elisabeth Anindia Eka Setya Putri

185050100111118
Manfaat pertanian tekno-ekologis
1. Mengurangi resiko usaha tani.
Permasalah tani yaitu perubahan iklim yg ekstrem sehingga menyebabkan serangan hama
dan penyakit,banjir,kekeringan,serangan angin kencang hal ini beresiko tinggi thd kegagalan
panen. Permaslahan ini dapat dicegah dengan mengusahakan penanaman lebih dari 1 komoditas
tanaman.
2. Emisi gas rumah kaca
Hal ini dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk organik sehingga mengurangi emisi gas
CO2 dan juga dapat dilakukan dengan penggunaan input luar rendah dengan cara menekan
kegiatan transportasi sehingga mengurangi penggunaan bbm sebagai sumber emisi
karbondioksida. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wilis (2014) bahwa penerapan model
pertanian tekno-ekologis diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan petani. Salah satu usaha
dari penerapan model tersebut adalah dikembangkan verietas yang tepat yakni varietas yang
rendah emisi gas rumah kaca (grk), tahan genangan atau kekeringan, tahan serangan hama dan
penyakit tertentu, serta memiliki produktivitas yang tinggi. Model pertanian tekno-ekologis
berupaya memadukan kekuatan pertanian ekologis dengan pertanian berteknologi maju, sehingga
akan terbentuk model pertanian yang lebih produktif, efisien dan berkualitas dengan resiko yang
lebih kecil sekaligus ramah lingkungan. Dengan menerapkan model pertanian tekno-ekologis ini
maka kesejahteraannya akan meningkat karena model pertanian ini merupakan langkah mitigasi
sekaligus adaptasi terhadap dampak perubahan iklim bagi petani meski berada dalam ancaman
perubahan iklim.
3. Mengefektifkan langkah adaptasi dan mitigasi
Emisi gas metan dapat ditekan dengan pemilihan varietas rendah grk, jika1 komponen yg
diterapkan dampak pengurangan emisi grk tidak akan efektif
Model pertanian ekologis : pemilihan varietas rendah grk diikuti dg teknik irigasi, sistem
budidaya, sistem pengolahan limbahtanaman dan ternak yg tepat guna, serta dapat menekan
emisi carbon dan grk secara efektifmodel pertanian tekno-ekologis.

Elisabeth Anindia Eka Setya Putri

185050100111118
Kotoran yang dihasilkan oleh ternak dapat diubah dan diolah menjadi bahan yang
bermanfaat bagi lingkungan yaitu diolah menjadi pupuk kandang . Pemanfaatan kotoran
tersebutn dapat dijadikan sebagai tambahan untuk sumber penghasilan bagi peternak dan dapat
menambah dan memperbaiki kesuburan tanah di lahan pertanian. Sehingga integrasi ini
memberikan keuntungan kepada petani dan peternak. Disamping itu, limbah cair ternak dapat
dimanfatkan untuk menyuburkan kolam ikan di sekitar lahan persawahan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Raj, et al (2014) bahwa kotoran sapi adalah sumber paling penting dari pupuk hayati
tetapi pada saat yang sama urin sapi, tanduk sapi dan mayat sapi dapat digunakan untuk
menyiapkan pupuk hayati yang efektif. Hewan dapat memainkan peran penting dalam
penyediaan energi baik dengan cara negatif di mana pemeliharaan ternak berkontribusi terhadap
deforestasi di sebagian besar kawasan berhutan atau secara positif, seperti dengan mengubah
energi tanaman menjadi pekerjaan yang bermanfaat atau dengan menyediakan kotoran yang
digunakan untuk bahan bakar melalui kue kotoran atau biogas untuk menggantikan arang, kayu
bakar, kayu bakar dll
Dengan menerapan integrasi antara tanaman di lahan persawahan-ternak memiliki
kelebihan yang membantu petani dan peternak lebih mudah dalam menangani lahan. Kelebihan
tersebut antara lain menghemat biaya produksi, memperbaiki kesuburan tanah, konservasi lahan
serta meningkatkan produktivitas padi dan juga ternak. Penerapan konsep integrasi ini dapat
meningkatkan efisiensi ekonomi dan dapat meningkatkan pendapatan petani dan peternak. Hal
ini sesuai dengan Ryschawy, et al (2012) yang menyatakan bahwa sistem campuran tanaman-
ternak adalah tingkat integrasi tertinggi antara sistem pertanian. Sambil memaksimalkan
interaksi antara tanaman dan produksi ternak, sistem campuran tanaman-ternak bermanfaat bagi
lingkungan dengan meningkatkan siklus nutrisi. Sistem campuran tanaman-ternak juga
menghasilkan efisiensi ekonomi yang lebih tinggi dalam menghemat biaya produksi melalui
saling melengkapi antara tanaman dan ternak. Ekonomi ruang lingkup terjadi sebagai sistem
campuran tanaman-ternak mengurangi biaya produksinya melalui elaborasi gabungan produk.
Diversifikasi produksi juga untuk petani mengurangi resiko sehubungan dengan fluktuasi pasar.

Elisabeth Anindia Eka Setya Putri

185050100111118
 Integrasi antara tanaman padi dengan lahan persawahan
• Integrasi sederhana : integrasi dengan menghasilkan siklus produksi yang berlangsung secara
tertutup
Contoh :
1. Integrasi antara Tanaman padi dengan ternak ruminansia
2. Integrasi antara tanaman padi dengan ternak unggas
3. Integrasi antara tanaman padi dengan penempatan ikan dilahan persawahan
• Integrasi kompleks : Pengembangan dari integrasi sederhana yang digunakan kemudian
dikombinasikan dengan spesies lain
Contoh :
1. Integrasi antara tanaman padi dengan ternak ruminansia dikombinasikan dengan
penempatan ikan dilahan persawahan
2. Integrasi antara tanaman padi dengan ternak ruminansia dikombinasikan dengan
pemanfaatan limbah hasil pengolahan produk dari tanaman padi (dedak dan bekatul) sebagai
pakan ternak unggas.

Lampiran

Model Pertanian Tekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan Sawah)

Teknologi Model Pertanian Tekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan Sawah)


Elisabeth Anindia Eka Setya Putri

185050100111118

DAFTAR PUSTAKA

Polakitan, D ., A. D. Mirah, F. H. Elly. dan V.V.J.Panelewen. 2015. Keuntungan Usahatani Padi


Sawah Dan Ternak Itik Di Pesisir Danau Tondano Kabupaten Minahasa. Jurnal
Zootek. 35(2): 361-367
Prawiradiputra. 2011.Peranan Tanaman Pakan Dalam Pelestarian Lingkungan Di Indonesia
(Dengan Perhatian Khusus pada Konservasi Tanah). Pastura. 1(1):5-8
Raj A., M. K. Jhariya and P. Toppo. 2014. Cow Dung for Ecofriendly and Sustainable
Productive Farming. Environmental Science. 3(10): 201-202.
Ryschawy, J., N. Choisis, J. P. Choisis, A. Joannon and A. Gibon. 2012. Mixed Crop-Livestock
Systems: an Economic and Environmental-Friendly Way of Farming?. Journal of
Animal. 6 (10): 1722–1730.
Tebebal, M and M. Ayana. 2015. Hydraulic Performance Evaluation of Hare Community
Managed Irrigation Scheme, Southern, Ethiopia. International Research Journal of
Engineering and Technology (IRJET). 2(8): 901-909
Wilis. 2014.Menyikapi Perubahan Iklim Dengan Menerapkan Model Pertanian Tekno-Ekologis
Di Kabupaten Tanah Datar.3(2):6-19

Elisabeth Anindia Eka Setya Putri

185050100111118

Anda mungkin juga menyukai