Oleh :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya yang
senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga bisa menyelesaikan studi literature ini dengan
judul “PERKEMBANGAN PENANGANAN HASIL TERNAK SUSU” sebagai syarat untuk
menyelesaikan tugas terstruktur kelompok mata kuliah Penanganan Hasil Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya.
Dalam penyusunan studi literature ini banyak hambatan serta rintangan yang penulis
hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak
secara moral maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
• Prof. Dr. Ir. Suyadi, MS Selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
• Dr. Herly Evanuarini, S.Pt., MP. Selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan selama penyusunan studi literature.
• Seluruh jajaran Dosen dan Staf Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
• Kedua Orang yang telah memberikan doa dan dukungan selama proses pembuatan studi
literature.
• Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu memberikan dukungan.
Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukan. Semoga studi literature ini
dapat memberikan manfaat untuk mendorong penelitian-penelitian selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................6
LATAR BELAKANG.................................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................7
1.1 Susu........................................................................................................................................7
1.1.1 Definisi Susu...................................................................................................................7
1.1.2 Penerimaan Susu.............................................................................................................8
1.1.3 Pendinginan Susu............................................................................................................8
1.1.4 Distribusi Susu................................................................................................................9
1.2 Kualitas Susu........................................................................................................................10
1.2.1 Uji Penyaringan.............................................................................................................10
1.2.2 Uji Katalase...................................................................................................................11
1.2.3 Uji Reduktase................................................................................................................11
1.2.4 Uji Derajat Keasaman...................................................................................................12
1.2.5 Uji Alkohol....................................................................................................................12
1.2.6 Uji Warna......................................................................................................................13
1.2.7 Uji Bau..........................................................................................................................13
1.2.8 Uji Rasa.........................................................................................................................13
1.2.9 Uji Masak......................................................................................................................14
1.3 Sanitasi Persusuan................................................................................................................14
1.4 Perlakuan Pendahuluan Susu (Milk Pre-Treatment)............................................................15
1.4.1 Klarifikasi (Penjernihan)...............................................................................................16
1.4.2 Separasi (Pemisahan)....................................................................................................17
1.4.3 Homogenisasi................................................................................................................17
1.4.4 Baktofugasi....................................................................................................................18
1.4.5 Terminasi.......................................................................................................................19
1.4.6 Pasteurisasi....................................................................................................................19
BAB III PENUTUP......................................................................................................................20
KESIMPULAN..........................................................................................................................20
SARAN......................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan populasi ternak perah yang berlimpah.
Salah satu ternak perah yang umum di budidayakan adalah ternak sapi dan kambing. Susu segar
diperoleh dari ternak perah, baik ternak sapi, kerbau atau kambing Susu segar merupakan salah
satu pangan hewani yang kaya zat gizi dan mudah dicerna karena berbentuk cair.
Kualitas susu menjadi dasar pembayaran harga susu. Ketentuan pembayaran susu terus
mengalami perkembangan. Harga susu ditentukan berdasarkan pada lemak, solid non fat (SNF),
total solid (TS), total plate count (TPC) dan kandungan Antibiotic. Peternak harus
memperhatikan ketentuan ini agar kualitas susu yang dihasilkan memiliki standar yang tinggi,
berdaya saing serta aman dikonsumsi. Kontaminasi mikroorganisme dan penanganan yang tidak
baik dapat menurunkan kualitas susu.
Manajemen pemberian hijauan dan kosentrat sebagai pakan utama agar lemak, solid non
fat (SNF), total solid (TS) dapat meningkat. Selain itu perlu memahami total plate count (TPC)
dimana berkaitan dengan pengujian jumlah mikroorganisme dalam susu.
Susu merupakan produk hasil ternak dengan nilai gizi tinggi dan banyak dikonsumsi oleh
masyarakat baik anak kecil, remaja, dan orang dewasa. Susu adalah produk biologis yang rentan
terkontaminasi oleh mikroba. Disebabkan oleh kandungan nutrien dan kondisi lingkungan susu
yang cocok untuk pertumbuhan mikroba. Susu mengandung sumber zat-zat makanan penting
seperti air, protein, lemak, mineral Ca dan P, dan vitamin serta kolostrum.
Kualitas atau mutu susu merupakan bagian penting dalam produksi dan perdagangan
susu. Derajat mutu susu hanya dapat dipertahankan selama waktu tertentu, yang selanjutnya akan
mengalami penurunan dan berakhir dengan kerusakan susu. Untuk mengukur derajat mutu susu
dapat dilakukan dengan uji kebersihan atau uji penyaringan, uji didih, uji alkohol, uji
reduktase, uji katalase dan uji derajat keasaman. Uji-uji tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
memeriksa keadaan dan kualitas susu yang aman dan layak untuk dikonsumsi.
Menggunakan metoda-metoda pengukuran derajat mutu susu maka dapat ditentukan
kelayakan produk susu. Laporan uji kualitas susu menampilkan metoda-metoda pengujian
kualitas susu terhadap kelayakan untuk dikonsumsi atau tidak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Susu
1.1.1 Definisi Susu
Hasil yang didapatkan dari bidang peternakan sangatlah banyak dan beragam. Mulai dari
susu, daging, telur, madu, telur, dan masih banyak lagi. Susu merupakan cairan berwarna putih
kekuningan atau putih kebiruan yang merupakan sekresi kelenjar ambing sapi laktasi tanpa ada
penambahan atau pengurangan komponen dan belum mengalami pengolahan. Susu merupakan
sumber energi karena mengandung banyak laktosa dan lemak, diebut juga sumber zat
pembangun karena mengandung juga banyak protein dan mineral serta berbagai bahan-bahan
pembantu dalam proses metabolisme seperti mineral dan vitamin. Secara kimiawi susu normal
mempunyai komposisi air (87,20%), lemak (3,70%), protein (3,50%), laktosa (4,90%), dan
mineral (0,70%) (Sanam et al. 2014).
Susu segar merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena di dalam susu segar
mengandung berbagai zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak,
karbohidrat, mineral, dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Nilai gizi susu
yang tinggi menyebabkan susu menjadi medium yang sangat disukai oleh mikroorganisme yang
mendorong pertumbuhan dan perkembangan mikroba, sehingga dalam waktu yang sangat
singkat susu menjadi tidak layak dikonsumsi bila tidak ditangani secara tepat dan benar (Chrisna
2016). Susu yang tidak termasuk dalam definisi tersebut digunakan istilah yang spesifik dengan
menggunakan tambahan kata, contohnya:
• Susu yang tercampur dengan bahan lain, contohnya yaitu santan, dan air.
• Susu yang warnanya berbeda dari definisi yang disebutkan bisa disebut susu tidak
normal. Misalkan berwarna merah, maka susu tersebut tercampur dengan penyakit
mastitis atau biasa disebut dengan susu mastitis. Mastitis merupakan penyakit radang
ambing yang disebabkan oleh mikroorganisme terutama dalam bentuk bakteri, dan dapat
mengalami penurunan produksi susu dan penurunan kualitas susu (Surjowardojo, P.
2011).
• Susu yang mengandung kotoran pada permukaannya.
• Susu yang telah diambil bagian krimnya disebut dengan susu skim. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Arum, H. P. 2014 yang menyatakan bahwa susu skim merupakan bagian susu
yang tertinggal sesudah krim diambil sebagian atau seluruhnya, susu skim banyak
digunakan untuk memproduksi yoghurt.
• Susu yang berasal dari ternak selain sapi disebutkan dengan ternaknya. Misalnya, susu
kuda, susu kambing, dan susu domba.
• Susu yang telah mengalami pengolahan disebutkan sesuai dengan cara pengolahannya.
Misalnya, susu pasteurisasi. Pasteurisasi merupakan perlakuan panas dengan suhu lebih
rendah dari susu sterilisasi dan biasanya dilakukan dibawah suhu didih air yaitu pada
suhu 73oC selama 30 menit atau 92oC selama 15 detik (Ambarsari dkk. 2012).
1.1.2 Penerimaan Susu
Susu berasal dari peternak sapi perah disetor ke Perusahaan Pengumpul Susu (PPS) yang
sebagian besar berupa koperasi. Penyetoran susu dari peternak biasanya melalui pos
penampungan kemudian dikirim ke pusat penampungan. Peternak menyetor susu menggunakan
kaleng susu (milk can) dengan cara dijinjing, dipikul maupun digonceng sepeda motor menuju
pos penampungan. Milk can merupakan alat berbentuk tabung yang berfungsi khusus sebagai
wadah untuk menampung susu segar yang baru diperah. Penggunaan milk can bertujuan untuk
melindungi susu agar tidak terkontaminasi oleh mikroba atau benda asing lainnya seperti debu,
kotoran, dan lain-lainnya yang bersifat patogen (Marlina, E, T., dkk. 2018). Sebelum dituang
pada bak susu (dump tank), susu tersebut diperiksa dan dilakukan pengambilan sampel untuk
pengujian kualitas susu. Setelah masuk dalam bak susu kemudian dipompa menuju tangki
pendingin (cooling unit) hingga suhu susu mencapai 4oC, selanjutnya dikirim ke pusat
penampungan. Setelah dipusat penampungan milik PPS tertentu terkumpul susu dalam jumlah
cukup, misalnya satu truk susu (transfer tank) dan suhu susu kurang dari 4 oC, maka susu
tersebut dikirim ke Industri Pengolahan Susu (IPS). Transfer tank berfungsi sebagai wadah untuk
menampung dan membawa setoran susu segar dari peternak ke unit pendinginan susu (Colling
Unit) (Khiftiyah, M. 2020).
PPS menerima susu berdasarkan volume (liter), sedangkan IPS menerima susu dari PPS
berdasarkan bobot (Kg). Penentuan harga susu di PPS selain berdasarkan volume juga
berdasarkan bobot jenis dan kadar lemak, demikian juga di IPS selai didasarkan bobot juga
didasarkan bobot jenis dan kadar lemak. Namun, di IPS ada bonus yang didasarkan jumlah
mikroorganisme (total plate count = TPC) dengan catatan bahan kering ( total solid) memenuhi
standar. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Utami, K. B. dkk. 2014) yang menyatakan harga susu
ditentukan berdasarkan pada lemak, solid non fat (SNF), total solid (TS), total plate count (TPC)
dan kandungan antibiotik. Susu yang baru keluar dari ambing suhunya sekitar 37 oC dan beranjak
turun sampai mendekati suhu ruang (27oC), sehingga pertumbuhan mikroorganismenya sangat
cepat yaitu membelah menjadi 2 setiap 30 menit.
Petugas PPS melakukan pengujian organoleptik setiap susu yang disetor oleh peternak.
Petugas PPS merupakan panelis terlatih yang mampu menguji kualitas susu dengan inderanya
dan petugas berhak menolak susu yang disetor oleh peternak apabila kualitas susunya rendah,
walaupun hanya berdasarkan uji organoleptik. Petugas juga melakukan pengambilan sampel
untuk uji kadar lemak, bobot jenis, alkohol, TPC, antibiotika, pH, total asam dan lain-lain.
1.1.3 Pendinginan Susu
Terlepas dari prosedur pemerahan susu, kondisi pra-penyimpanan dan transportasi juga
mempengaruhi kualitas susu. Susu mentah di peternakan harus dipertahankan pada suhu kurang
dari 8oC dengan segera setelah pemerahan atau kurang dari 6 oC jika tidak disetorkan setiap hari.
Susu mentah pada peternakan biasanya disimpan dalam tangki bagi peternak yang mempunyai
unit pendingin, tetapi untuk peternak kecil masih dikumpulkan dalam kaleng dan langsung
disetor ke PPS.
Suhu rendah untuk pengangkutan susu tergantung pada waktu tempuh pengangkutannya
karena tidak semua waktu tempuh pengangkutan membutuhkan suhu pengangkutan yang sangat
rendah, jadi perlu diketahui berapakah kombinasi suhu dan waktu pengangkutan yang tepat yang
layak secara teknis dan finansial. Susu yang telah didinginkan di PPS kemudian didistribusikan
ke IPS. Truk tangki susu diisolasi untuk memastikan susu tiba di tempat tujuan pada suhu kurang
dari 5oC. Meskipun pada kenyataannya batas suhu ini dapat diperpanjang hingga 6-9oC. Adanya
jalur distribusi yang panjang akan menyebabkan penurunan pada kualitas susu. Pendinginan
bertujuan agar terjadi penurunan suhu untuk menahan mikroba perusak susu agar
pertumbuhannya terhambat atau tidak berkembang biak, sehingga susu tidak mengalami
kerusakan dalam waktu yang relatif singkat (Sutrisno, D. A. Dkk. 2015). Karena susu sangat
mudah terkontaminasi oleh bakteri apabila berada terlalu lama dalam suhu ruang. Waktu
generasi kelompok bakteri dalam susu pada suhu 30oC adalah sekitar 30 menit, sedangkan
menjadi sekitar lebih dari 20 jam jika dijaga pada suhu 5oC. Pendinginan susu menyebabkan
beberapa perubahan, yang paling penting adalah (Walstra et al, 2006).
• Pertumbuhan mikroorganisme jauh lebih lambat atau bahkan berhenti, demikian pula
perubahan yang diinduksi oleh metabolisme mereka.
• Hampir semua reaksi kimia dan enzimatik diperlambat.
• Perubahan kelarutan dan asosiasi garam terjadi, sehingga pH meningkat.
• Aglutinasi dingin globula lemak terjadi sehingga meningkat tingkat creaming.
• Trigliserida dalam globula lemak sebagian akan mengkristal.
1.1.4 Distribusi Susu
Distribusi susu merupakan salah satu aspek penting dalam rantai industri penghasil dan
pengolah susu. Tingkat ketepatan waktu dalam perjalanan harus selalu diperhatikan dengan
tujuan untuk menjaga susu berkualitas baik agar dapat tersedia kapanpun diperlukan dalam
pengolahan. Susu tidak boleh terkontaminasi oleh mikroorganisme, bahan kimia, air, atau zat-zat
lainnya, karena penurunan kualitas susu dapat menyebabkan penurunan secara ekonomi. Kualitas
dari susu menjadi dasar untuk pembayaran atau harga dari susu tersebut. Kualitas fisik dan kimia
susu sapi segar dipengaruhi oleh faktor bangsa sapi perah, pakan, sistem pemberian pakan,
frekuensi pemerahan, metode pemerahan, perubahan musim dan periode laktasi. Kontaminasi
bakteri dimulai setelah susu keluar dari ambing dan jumlah bakteri akan semakin meningkat
pada jalur susu yang lebih panjang. Kualitas susu terdiri atas berat jenis, lemak, dan grade susu.
Berat jenis dan lemak susu diuji dengan menggunakan milk analyzer lactoscanner MCC. Grade
susu dapat ditentukan berdasarkan waktu (jam) dengan uji reduktase dan memperkirakan jumlah
mikroorganisme yang berada dalam susu. Penggolongan grade susu ditentukan sebagai berikut
(Utami dkk, 2014).
• Grade 1: susu memiliki waktu reduksi lebih dari 5 jam dengan jumlah sel 5 x 10 5
sel/ml.
• Grade 2: susu dengan waktu reduksi > 2-5 jam dengan jumlah sel mikroba 5 x 10 5 –
4 x 106 sel/ml.
• Grade 3: susu dengan waktu reduksi < 2 jam dengan jumlah sel mikroba 4 x 10 6 – 20
x 106 sel/ml.
Biaya yang digunakan dalam penyimpanan dan transportasi harus tetap rendah, sehingga
kerugian penanganan susu dapat diminimalkan. Transportasi dan penyimpanan tetap mengacu
pada kualitas susu mentah dan produk olahannya.
Distribusi susu dimulai dari peternak yang melakukan proses pemerahan susu. Susu hasil
pemerahan para peternak dikumpulkan menjadi satu dengan ditampung dalam drum-drum kecil
dan siap didistribusikan ke koperasi. Pengumpulan susu dilakukan di Tempat Penampungan Susu
(TPS) yang telah ditentukan oleh koperasi. Susu-susu dari TPS tersebut diambil oleh koperasi
melauli alat transportasi pengangkut susu untuk ditampung di koperasi. Pihak koperasi
melakukan uji kualitas susu yang dihasilkan peternak yang nantinya akan dikompensasi dengan
harga susu per liternya. Pengujian yang dilakukan di koperasi antara lain pengukuran volume, uji
organoleptik, uji alkohol, uji bobot jenis, uji kadar lemak, uji antibiotika, dan uji pemalsuan
(penambahan santan, penambahan bahan yang bersifat basa, dan penambahan tepung). Setelah
pengujiuan selesai, dilakukan pendinginan susu. Susu yang ditampung oleh koperasi selanjutnya
dikirim ke IPS. Pada IPS, susu ditampung dan dilakukan pengujian kembali. Pengujian yang
dilakukan sama seperti pengujian pada koperasi hanya dilengkapi dengan uji total solid dan uji
TPC. Pada IPS susu dijaga kualitasnya dengan pendinginan dan siap untuk diolah lebih lanjut.
1.2 Kualitas Susu
Susu segar merupakan salah satu pangan hewani yang kaya zat gizi dan mudah dicerna
karena berbentuk cair. Susu segar diperoleh dari ternak perah, baik ternak sapi, kerbau atau
kambing. Pemeliharaan ternak dan penanganan baik pada saat pemerahan dan pasca pemerahan
merupakan faktor penting untuk menghasilkan susu kambing yang aman, sehat, utuh dan halal.
Kontaminasi mikroorganisme dan penanganan yang tidak baik dapat menurunkan kualitas susu
kambing.
Masalah dalam penanganan susu segar dalam mengurangi dampak kontaminasi bakteri
pada susu dimulai dari tingkat peternak sampai ke tempat pengolahan susu bila kurang
diperhatikan sanitasi pemerahan, penampungan susu dan diduga selama waktu distribusi
perjalanan dari peternakan sampai ke KUD juga terjadi peningkatan bakteri.
Pengujian mutu susu dapat diidentifikasi dengan menggunakan berbagai metoda uji
seperti uji penyaringan, uji katalase, uji reduktase, uji derajat keasaman, uji alkohol, uji warna,
uji bau, uji rasa, dan uji masak.
• Pasteurisasi singkat (high temperature short time-HTST) yaitu pemanasan susu dilakukan
pada temperature tinggi dengan waktu yang relative singkat yaitu 72ºC selama 15 detik
(Purwadi., dkk. 2017)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
• Pengujian susu kambing meliputi total mikroba susu kambing segar, kadar protein, kadar
lemak, pH, berat jenis dan uji alcohol.
• Pengujian TPC yang dilakukan pada berbagai waktu penyimpanan pada suhu ruang untuk
mendapatkan kurva grafik laju kerusakan susu segar. Pengujian TPC Susu dilakukan
setelah mendapat perlakuan sterilisasi pada berbagai waktu dan suhu. Pengujian E. coli
juga dilakukan untuk susu segar setelah proses sterilisasi. Untuk memastikan dari segi
rasa maka dilakukan pengujian sensori.
• Macam sanitasi dibagi menjadi Sanitasi Peralatan, Sanitasi Pekerja dan Sanitasi Bahan
Baku
• Cleaning In Place (CIP) merupakan suatu cara yang dilakukan untuk membersihkan
peralatan produksi ditempat (tanpa pembongkaran).
• COP (cleaning out place) merupakan proses pembersihan dengan membongkar peralatan
bagian per bagian.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Ambarsari, I., Qanytah dan T. Sudaryono. 2013. Perubahan Kualitas Susu Pasteurisasi dalam
Berbagai Jenis Kemasan. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 32 (1) : 10 - 19.
Amrulloh, M. F. R., P. Surjowardojo dan E. Setyowati. 2018. Produksi dan Kualitas Susu Sapi
Peranakan Friesian Holstein Pada Pemerahan Pagi dan Sore (Ditinjau dari Uji Berat
Jenis, Kadar Lemak dan Uji Reduktase). MADURANCH. Vol. 3 (2) : 69 - 74 .
Aritonang, S. N. 2017. Susu dan Teknologi. Padang : LPTIK Universitas Andalas.
Arum, H. P., dan N. Purwidiani. 2014. Pengaruh Jumlah Ekstrak Jahe Susu SkimTerhadap Sifat
Organoleptik Yoghurt Susu Kambing Etawa. E-journal Boga. 3 (3) : 116 – 124.
Firmansyah H, Maheswari RAA, Bakrie B. 2004. Effectiveness of lactoperoxidase system
activator® in milk preservation of different volume. Seminar. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Hawa, L. C., A. Lastriyanto dan A. A. Ervantri. 2019. Analisis Sifat Fisik dan Kandungan Gizi
Produk Krim Susu menggunakan Teknologi Sentrifugasi. Jurnal Ilmiah Rekayasa
Pertanian dan Biosistem. Vol. 7 (2) : 196 - 206.
Hapsari.2016. OPTIMALISASI “CLEANING IN PLACE” MESIN PRODUKSI SUSU
KENTAL MANIS DI PT. FRISIAN FLAG INDONESIA
Hendrawati, T. Y dan S. Utomo. 2017. Optimasi Suhu dan Waktu Sterilisasi pada Kualitas Susu
Segar di Kabupaten Boyolali. Jurnal Teknologi. Vol. 9 (2) : 97 - 102.
Khiftiyah, M. 2020. Penanganan Susu Sapi Perah Dalam Proses Distribusi Oleh Unit Produksi
Susu KUD Tani Wilis Sendang Tulungangung. 1 – 35.
Lukman DW, Sudarwanto M, Sanjaya AW, Purnawarman T, Latif H, Soejoedono RR.
2009. Pemerahan dan Penanganan. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor.
Marlina, E. T., E. Harlia., Y. A. Hidayati. 2018. Efectivitas Limbah Buah Nanas (Ananas
Comosus) Sebagai Desinfektan Alami Pada Milk Can. Jurnal Ilmu ternak. 18 (1) : 60 –
64.
Maulidayanti, Atika. 2011. Karakteristik Keju Putih Rendah Lemak Menggunakan Berbagai
Bahan Baku Susu Sapi Modifikasi. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian. Bogor.
Picauly, P., J. Talahatu dan M. Mailoa. 2015. Pengaruh Penambahan Air pada Pengolahan Susu
Kedelai. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 4 (1) : 8 - 13.
Purwadi., L. E. Radiati., H. Evanurarini dan R. D. Andriani. 2017. Penanganan Hasil Ternak.
Malang : UB Press.
Putri, E. 2016. Kualitas Protein Susu Sapi Segar Berdasarkan Waktu Penyimpanan.
Chempublish Journal. Vol. 1 (2) : 14 - 20.
Roza, E dan S. Aritonang. 2006. Pengaruh Lama Penyimpanan Setelah Diperah Terhadap pH,
Berat Jenis dan Jumlah Koloni Bakteri Susu Kerbau. Jurnal Peternakan Indonesia. Vol.
11 (1) : 74 - 78.
Saleh, Eniza. 2004. Teknologi Pengolahan SuSu dan Hasil Ikutan Ternak. Skripsi. Medan :
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Soejoedono RR, Sanjaya AW, Sudarwanto M, Purnawarman T, Lukman DW, Latif H.
2005. Penuntun Praktikum Higiene Susu. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor.
Soeparno. 2007. Pengolahan Hasil Ternak. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Soriah, Wahyuningsih. 2010. Hubungan variasi pakan terhadap mutu susu segar di desa
pasirbuncir kecamatan caringin kabupaten bogor. Jurnal. Jurnal Penyuluhan Pertanian
volume 5 nomor 1 halaman 67-77.
Sudarwanto M. 2005. Bahan kuliah hygiene makanan. Bahan ajar. Bagian Penyakit Hewan dan
Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Surjowardojo, P. 2011. Tingkat Kejadian Mastitis Dengan Whiteside Test dan Produksi Susu
Sapi Perah Friesien Holstein. Jurnal Ternak Tropika. 12 (1) : 46 – 55.
Sutrisno, D. A., S. Kumalaningsih., dan A. F. Mulyadi. 2015. Studi Stabilitas Mutu Susu Segar
Selama Pengangkutan Menggunakan Suhu Rendah yang Layak Secara Teknis dan
Finansial (Kajian Suhu dan Lama Waktu Pendinginan). Jurnal Teknologi Pertanian. 16
(3) : 2017 – 212.
Tamime, A.Y. 2008. Cleaning in place- dairy foods and beverage operations. Blackwell Science
Ltd, Oxford.Vol – (-)
Tim Konsultan Kimia. 2004. Modul Praktikum Titrasi. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan.
Utami, K. B., L. E. Radiati., P. Surjowardojo. 2014. Kajian Kualitas Susu Sapi Perah PFH (Studi
Kasus Pada Anggota Koperasi Agro Niaga di Kecamatan Jabung Kabupaten Malang).
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 24 (2) : 58 – 66.
Wahyupradipta, E dan M. Taufiqurrohman. 2018. Rancang Bangun Alat Uji Kualitas Air Susu
Sapi Berbasis Arduino Menggunakan Metode Fuzzy Logic. Prosiding Semnas Kelautan
XIII. Vol. – (-) : 40 - 48.
Walstra, P., J. T. M. Wouters and T. J. Geurts. 2006. Dairy Science and Technology. New York :
CRC Press.
Wicaksono, A dan M. Sudarwanto. 2016. Peningkatan Kualitas Susu Peternakan Rakyat di
Boyolali melalui Program Penyuluhan dan Pendampingan Peternak Sapi Perah. Jurnal
Ilmiah Pengabdian pada Masyarakat. Vol. 2 (2) : 55 - 60.
Yudonegoro, R.J., Nurwantoro dan D.W. Harjanti. 2014. Kajian Kualitas Susu Segar Dari
Tingkat Peternak Sapi Perah, Tempat Pengumpulan Susu Dan Koperasi Unit Desa
Jatinom Di Kabupaten Klaten. Animal Agriculture Journal. Vol. 3 (2) : 323 - 333.
Yusuf R.2010. Kandungan protein susu sapi perah friesian holstein akibat pemberian pakan yang
mengandung tepung katu (sauropus androgynus (l.) merr) yang berbeda. Jurnal. Jurnal
Teknologi Pertanian volume 6 nomor 1 halaman 1-6.
W.N.H.Zain. 2013. Kualitas Susu Kambing Segar Di Peternakan Umban Sari Dan Alam Raya
Kota Pekanbaru. Jurnal Peternakan.Vol.10 (1) : 24 - 30.